PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kegunaan
-
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Ransum adalah campuran dari lebih satu bahan pakan yang mengandung beberapa nutrisi
yang diberikan untuk ternak yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan hidup ternak selama 24 jam. Ransum adalah campuran bahan-bahan pakan
untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat
berarti zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang (Rasyaf, 2004). Ransum mempunyai
2
campuran lebih dari satu bahan pakan yang dibutuhkan oleh ternak. Berdasarkan bentuknya,
ransum dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pelet, dan crumble (Alamsyah, 2005).
Jagung
Merupakan sumber energi yang baik karena serat kasarnya rendah. Sumber xanthophyl
dan asam lemak. Asam lemak jagung sebesar 1,60% sebagai sumber protein atau asam amino
juga kurang baik karena hanya mengandung 9 10% protein kasar. Sudah menjadi pengetahuan
umum di dunia peternakan unggas, bahwa jagung digunakan dengan porsi paling banyak dalam
pakan unggas, yaitu 40 50%, dedak padi 5 20 %, bungkil kedelai 10 25 %, dan sisanya
bahan-bahan lain dengan porsi yang sangat sedikit. Oleh sebab itu, jagung disebut sebagai bahan
baku utama.
Nilai energi dari jagung yang tinggi banyak disumbangkan dari kandungan pati (starch)
yang ada di bagian endospermnya. Nilai energi jagung akan menurun apabila jagung sudah
terkontaminasi jamur karena karbohidrat (pati) di dalamnya digunakan jamur sebagai substrat
untuk menghasilkan metabolit sekunder berupa mikotoksin. Untuk komposisi pakan unggas,
kandungan Energi metabolis (ME) jagung yang baik kualitasnya : 3200 3300 kkal, Protein : 8.5
9 %, Xanthophyl : 20 ppm. Selain memberikan kontribusi sebagai sumber energi (sumber
karbohidrat), jagung juga mengandung protein, vitamin B dan mineral. Protein tersusun dari
beberapa asam amino dan jagung defisien akan asam amino lysine dan tryptophan. Konsentrasi
protein paling banyak terdapat di bagian germ, tetapi kualitasnya paling bagus di bagian
endosperm. Kandungan asam amino leucine dan isoleucine dalam germ rendah. Bagian germ
juga mengandung oil, sugar, vitamin dan mineral.
Jagung merupakan sumber vitamin B dan B12. Jagung kuning merupakan sumber
vitamin A dan bagian germnya kaya akan vitamin E. Minyak jagung juga mengandung
polyunsaturated fatty acid dan antioksidan dalam jumlah banyak.
Dedak Padi
Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah padi yang
digiling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai sumber energi bagi pakan layer, yang
mana penggunaanya rata-rata mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi
yang terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini bukan harga
mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari nutrient yang ada pada dedak tergantung
dari jumlah serat kasar, dan kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar
maka semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar bisa di lihat dari
jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan phloroglucinol . Bau dari dedak padi
juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia.
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia,
sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak
terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggirendahnya kandungan serat kasar dedak. Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan
dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan
beras, dengan kandungan gizi: Protein = 11,35%, Lemak = 12,15%, Karbohidrat = 28,62%, Abu
= 10,5%, Serat kasar = 24,46% dan Air = 10,15%.
Bungkil kedelai
4
Bungkil kedelai (Glycine max) merupakan legum penting yang ditanam untuk kebutuhan
pangan dan minyak tanaman. Walupun tanaman ini telah ditanam di dunia timur untuk beberapa
ribu tahun yang lalu dan telah diintroduksikan diAmerika utara kira-kira seabad lalu, ternyata
70% dari produksi dunia berasal dari Amerika. Bungkil biji kedelai mengandung PK 40-48%
(bergantung berapa banyak bagian kulit dihilangkan). Dibandingkan dengan bungkil dari bijian
yang mengandung minyak, asam amino yang dikandung bungkil kedelai relatif seimbang untuk
diek unggas. Kandungan lysin sangat tinggi, demikian juga dengan ketersediaan asam aminonya.
Kandungan ME bungkil kedelai berkisar 2,4-2,8 kkal/g.
Sekitar 50% protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai dan pemakainnya
untuk pakan ayam pedaging berkisar antara 15-30%, sedangkan untuk pakan ayam petelur 10
25% (Wina,1999). Kandungan protein bungkil kedelai mencapai 43-48%. Bungkil kedelai juga
mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yangdapat mengganggu pertumbuhan unggas,
namun zat antinutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk digunakan
sebagai pakan unggas. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan
lemak, pemanasan, dan penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air
lebih dari 12% (Hutagalung,1990).
Tepung Ikan
Tepung ikan mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga bahan tersebut digunakan
sebagai sumber utama protein padapakan unggas, disamping pakan lainnya. Selain sebagai
sumber protein tepung ikan juga dapat digunakan sebagai sumber kalsium. Tepung ikan yang
baik mempunyai kandungan protein kasar 58 68%, serta garam 0,5 3,0% (Boniran,1999).
Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yangdigunakan
5
serta proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang
berwarna coklat dan kadar proteinatau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak.
Ciri-ciri tepung ikan yang baik kwalitasnya diantaranya adalah secara visual bersih tidak
terkontaminasi oleh kutu atau serangga lain berbau khas seperti ikan kering, berwarna kuning
kecoklatan, kering tidak lembab, tidak bau apek, tengik atau asam.
penggerek ataupun gumpalan. Uji organoleptik secara visual ini merupakan teknik
terbaik diantara uji organoleptik lainnya.
Saat kita melihat jagung yang berjamur (kiri) sudah selayaknya kita tidak menggunakan
jagung ini sebagai bahan baku dalam formulasi ransum kita (Sumber : Anonimous).
Adanya perubahan kondisi fisik suatu bahan baku ransum biasanya mengindikasikan
adanya perubahan kandungan nutrisinya. Ambil contoh warna tepung ikan yang lebih gelap
dapat mengindikasikan bahwa kadar airnya relatif lebih tinggi. Saat ditemukan serangga
atau kumbang penggerek pada jagung, bekatul atau bungkil kedelai bisa dipastikan kadar
energi atau protein bahan tersebut menurun. Adanya kontaminasi jamur juga demikian,
selain menurunkan kadar nutrisinya, jamur juga menghasilkan racun (mikotoksin) yang
dapat melemahkan sistem pertahanan tubuh ayam dan menunkan respon pembentukan
antibodi.
b. Diraba
Kontrol kualitas ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi adanya campuran sekam
pada bekatul. Caranya ambil sesendok bekatul dan letakkan pada telapak tangan. Ambil
sejumput dan gosok-gosokkan diantara jari, jika terlalu kasar bisa disimpulkan bahwa
bekatul tercampur sekam. Bisa juga dengan menekan segenggam bekatul, jika kualitas
bekatul itu baik, akan terbentuk cetakan jari pada bekatul tersebut. Tepung ikan dengan
kadar air tinggi akan terasa panas dan lengket pada tangan.
c. Dirasa
Dalam kontrol kualitas ini kita menggunakan indra perasa kita yaitu lidah.
Biasanya dilakukan untuk mengetahui kadar garam pada tepung ikan. Jika rasa asin
mirip dengan asinan maka diperkirakan kadar garamnya 5%, namun jika rasa asinnya
seperti pada masakan, diprediksikan kadar garamnya berkisar 2-3%.
d. Suara
Identifikasi berdasarkan suara bisa memprediksikan kadar air biji-bijian. Bijibijian yang dikeringkan dengan baik saat digoyang-goyang dalam kepalan tangan akan
terdengar lebih nyaring. Begitu juga jika digigit, suara patahannya lebih keras.
e. Bulk density (kepadatan)
Uji kepadatan (bulk density) ini dilakukan dengan mengukur volume dan berat
dari sampel bahan baku ransum. Masing-masing bahan baku telah memiliki standar bulk
density tersendiri, contohnya ialah jagung 626 g/l (1 liter jagung memiliki berat 626
gram), bekatul 351 - 337 g/l, tepung ikan 562 g/l, tepung daging dan tulang (MBM) 594
8
g/l, bungkil kedelai (SBM) 594 - 610 g/l (Jowaman & Sarote, 1999). Apabila
kepadatannya melebihi atau kurang standar tersebut ada kemungkinan ada bahan
kontaminan (cemaran).
Metode bulk density dilakukan dengan mengukur volume bahan baku (1) lalu
menimbangnya (2) (Sumber : Jowaman & Sarote, 1999)
2. Kontrol kualitas mikroskopis
Uji kualitas ini merupakan tidak lanjut dari uji organoleptik. Sesuai dengan namanya
diperlukan mikroskop dengan pembesaran 90 - 500 x sebagai alat bantunya. Inti dari uji ini
ialah melihat tekstur bahan baku dan bahan kontaminan.
Gambaran hasil pemeriksaan mikroskopik pada jagung (1), bekatul (2), tepung daging & tulang
(MBM) (3), dedak (4), tepung ikan (5) dan tepung tulang (6) (Sumber : Jowaman & Sarote,
1999)
3. Kontrol kualitas kimia
Kontrol kualitas fisik maupun mikroskopik hanyalah bersifat kualitatif (bagus atau tidak)
tanpa menunjukkan kadar suatu zat. Dan biasanya kedua uji ini digunakan sebagai rekomendasi
(penentu) awal tentang kualitas suatu bahan baku ransum. Terlebih lagi prosesnya yang relatif
cepat.
Namun untuk tujuan yang lebih mendalam, yaitu mengetahui kadar nutrisi, seperti energi
metabolisme, protein, lemak, vitamin, mineral ataupun asam amino diperlukan uji yang lebih
10
kompleks. Dan uji ini dilakukan memakai peralatan khusus di laboratorium khusus. Biasanya
tahapan ini memerlukan waktu yang relatif lama dan biaya yang relatif lebih mahal.
Analisis proksimat untuk mengetahui kadar protein, lemak, serat, abu dan kadar air telah
umum dimanfaatkan oleh peternak. Salah satunya adalah MediLab, sarana laboratorium Medion
yang disediakan untuk membantu peternak dalam menganalisis kadar nutrisi bahan baku dan
ransum. Selain proksimat, analisis kadar aflatoksin maupun kadar garam juga relatif sering
dimanfaatkan.
Agar hasil uji lebih optimal, perlu didukung dengan teknik pengambilan dan pengiriman
sampel yang benar. Sampel sebaiknya diambil dari beberapa bagian tumpukan bahan baku atau
ransum. Semakin banyak titik yang diambil sampel akan semakin mencerminkan kondisi ransum.
Untuk uji proksimat lengkap (kadar air, protein, serat, lemak, abu) diperlukan setidaknya 300
gram sampel. Dalam pengiriman, sampel jangan sampai rusak, lebih baik dimasukkan dalam
kardus tertutup sehingga aman dari kontaminasi.
Jika kita mengirimkan sampel ke beberapa laboratorium dan hasilnya relatif berbeda (<
5%), hal itu adalah sebuah kewajaran, mengingat dipengaruhi oleh homogenitas sampel. Akan
lebih baik jika hasil tersebut dirata-rata.
Kontrol kualitas menjadi tahapan penting dalam menjaga ransum tetap berkualitas. Ransum yang
berkualitas perlu didukung dengan teknik pemberian secara tepat sehingga produktivitas ayam
menjadi optimal.
BAB III
11
3.1.2. Bahan
-
11 contoh pakan
Metode praktikum
Menguji bahan pakan dengan menggunakanmetode organoleptik yaitu pengujian yang
menguji struktur pakan ,bau dan warna
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum
n
o
1
nama
Bau
struktur
Warna
Dedak Jagung
Khas jagung
Kuning cerah
Kacang hijau
Khas kacang
hijau
Biji
Hijau
Jagung giling
Khas jagung
Kasar
Kuning
Jagung
Apek
Biji
Kuning pucat
Jagung
Khas jagung
Biji
Kuning
13
Tepung ikan
Amis
Halus
Coklat
Dedak halus
Khas dedak
Halus
Coklat kekuningan
Dedak padi
Kuning kecoklatan
Pakan jadi
Amis
keasaman
Coklat
1
0
pelet
Tengik
Pelet
coklat
14
11 Konsentrat
Agak kasar
Coklat kekuningan
Pembahasan
Sesuai dengan namanya, kontrol kualitas atau uji fisik dilakukan dengan melihat kondisi fisik
dari bahan baku atau ransum. Nama lainnya ialah uji organoleptik.
Pengujian kualitas fisik ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :
Dilakukan dengan melihat fisik dari bahan baku atau ransum, diantaranya warna,
tekstur, konsistensi, ada tidaknya bahan asing, jamur, serangga atau kumbang
penggerek ataupun gumpalan. Uji organoleptik secara visual ini merupakan teknik
terbaik diantara uji organoleptik lainnya. Pada praktikum tersebut didapatkan bahan
bahan pakan seperti yang tertera pada hasil tersebut. Dimana dari hasil
15
pengamatan visual diapatkan bahan pakan yang dapat dikatakan bagus yaitu bahan
pakan no. 1,2,3,5,6,7,9,11
Diraba
Pengujian ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi adanya campuran sekam pada
bekatul. Caranya ambil sesendok bekatul dan letakkan pada telapak tangan. Ambil
sejumput dan gosok-gosokkan diantara jari, jika terlalu kasar bisa disimpulkan bahwa
bekatul tercampur sekam. Bisa juga dengan menekan segenggam bekatul, jika kualitas
bekatul itu baik, akan terbentuk cetakan jari pada bekatul tersebut. Tepung ikan dengan
kadar air tinggi akan terasa panas dan lengket pada tangan.
Dirasa
Menggunakan indra perasa kita yaitu lidah. Biasanya dilakukan untuk mengetahui
kadar garam pada tepung ikan. Jika rasa asin mirip dengan asinan maka diperkirakan
kadar garamnya 5%, namun jika rasa asinnya seperti pada masakan, diprediksikan kadar
garamnya berkisar 2-3%.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari praktikum tersebut didapatkan hasil yaitu:
Dilakukan dengan melihat fisik dari bahan baku atau ransum, diantaranya warna, tekstur,
konsistensi, ada tidaknya bahan asing, jamur, serangga atau kumbang penggerek ataupun
gumpalan. Uji organoleptik secara visual ini merupakan teknik terbaik diantara uji organoleptik
lainnya. Pada praktikum tersebut didapatkan bahan bahan pakan seperti yang tertera pada hasil
tersebut. Dimana dari hasil pengamatan visual diapatkan bahan pakan yang dapat dikatakan
bagus yaitu bahan pakan no. 1,2,3,5,6,7,9,11
Saran
Adapun saran yang ingin kami sampaikan yaitu agar praktikan lebih serius dalam
melaksanakan praktikum tersebut khususnya pada saat penggilingan karena dapat mengganggu
praktikan lainnya,serta agar hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan dan memuaskan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R. 2005. Pengolahan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim. 2005. Sampling Bahan Pakan dan Control Kualitas. Ayam dan Telur, No. 100 : 59-60
Hutagalung, 1990. Handout Teknologi Pakan Konsentrat. Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta.
Jowaman & Sarote, 1999. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Badian Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kamal M. 1997. Nutrisi dan Pakan Unggas. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
18