Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat
gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan
tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolag maupun di rumah
(Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai
dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alas an dan
masalah kanak-kanak uyang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk
diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus oendapat
professional menyatakan bahwa kira-kira 305% atau sekitar 2 juta anak-anak
usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat
hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan
bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang
berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara
lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.
Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta.
Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup
fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita
hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun,
anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di
Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita
ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun
pengaruh lingkungan yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan,
kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan, dll (Verajanti, 2008).
1.2 RUMUSAN MASALAH

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

1. Apa pengertian ADHD ?


2. Apa etiologi dari ADHD ?
3. Apa macam macam gangguan dari ADHD ?
4. Apa psikopatologi dari ADHD ?
5. Apa manifestasi klinis dari ADHD ?
6. Apa diagnosa banding dari ADHD ?
7. Apa komplikasi dari ADHD ?
8. Apa pemeriksaan penunjang untuk ADHD ?
9. Bagaiman pencegahan dari ADHD ?
10. Bagaimana penatalaksanan medis dan perawatan pada anak dengan
ADHD ?
11. Apa peran oraang tua terhadapa anak dengan ADHD ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan dengan anak ADHD ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa mengetahui tinjauan terori ADHD serta asuhan
keperawatannya dan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II
1.3.2

pada semester VI.


TUJUAN KHUSUS
Agar mahasiswa mengetahui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pengertian ADHD
Epidemiologi ADH
Etiologi dari ADHD.
Manifestasi klinis dari ADHD
Psikopatologi dari ADHD.
Pemeriksaan penunjang untuk ADHD
Penatalaksanaan untuk ADHD
Komplikasi dari ADHD.
Asuhan keperawatan dengan anak ADHD

1.4 MANFAAT
A. Teoritis
Sebagai dokumen ilmiah guna pengembangan pengetahuan tentang
ADHD pada anak.
B. Praktis
Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan
khususnya penanganan ADHD pada anak.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ADHD
ADHD

(Attention

Deficit

Hyperactivity

Disorder)

adalah

gangguan

neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD
mulai

menunjukkan

banyak

masalah

ketika

SD

karena

dituntut

untuk

memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik,


dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan. ADHD adalah pola persisten
tidak perhatian dan / atauhiperaktifitas serta implusivitas yang lebih sering dari
pada yang biasanya diobservasi pada anak dengan usia yang sama. Gangguan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

ini lebih sering didiagnosa saat anak masuk taman kanak-kanak atau sekolah
meskipun gangguan ini mungkin tampak dimulai saat usia bayi pada beberapa
anak.
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan yang
membuat anak sulit untuk memusat perhatian secara tepat sesuai dengan tahap
perkembangannya. Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada
tiga gejala utama yang tampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi,
hiperaktif, dan implusif. Gejala ini baru dapat didiagnosis mulai usia 1-2 th. Syarat
dari kepastian ADHD adalah gejalanya yang menetap selama minimum 6 bulan,
terjadi sebelum usia 7th dan terjadi minimal di dua lingkungan yang berbeda.
Inatesi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan
seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak
tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu sehingga muda
sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal lain.

2.2 Epidemiologi
Beberapa penelitian membedakan ADHD dari gangguan tingkah laku
maupun karena pada gangguan yang pertama banyak terjadi pada laki-laki dan
terutama pada gangguan pelemahan kognitif,berbeda dengan gangguan
pelemahan kognitif,berbeda dengan gangguan yang lain. Pada peneliti Amerika
dan Eropa berbeda dalam estimasinya tentang prevelensi ADHD.penelitian di
amerika

dan

Eropa

beberapa

dan

estimasinya

tentang

prevelensi

ADHD.penelitian di amerika serikat telah menunjukkan angka prevelensi 1,5-4%.


Laporan penelitian kanada baru-baru ini mendapatkan prevelensi keseluruhan
adalah 9,0% pda anak laki-laki dan 3,3% pada anak perempuan. Sindromanya
adalah 4-6 kali lebih mungkin terjadi pada laki-laki dari pada wanita.sekitar

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

setengah kasus, usia pada saat mulai terjadi sebelum 4 tahun.gangguan sistem
syaraf

sentral

kecenderungan

dan
pada

neurologis

berperan

sindroma

ini.

sebagai

ADHD

faktor

,gangguan

yang

memberi

perkembangan,

penyalahgunaan alkohol, gangguan tingkah laku, dan gangguan kepribadian


antisosial kesemuanya terbukti lebih lazim pada sanak keluarga tingkat pertama
anak dengan ADHD dari pada populasi umum.

2.3 Etiologi
Meskipun banyak riset yang telah dilakukan, penyebab ADHD yang pasti
tidak diketahui. Kemungkinan bahwa kombinasi berbagai faktor ikut berperan,
seperti racun lingkungan, pengaruh prenatal, hereditas, dan fungsi otak
(McCracker,2000). Pajanan selama prenatal terhadap alkohol, tembakau, timbal,
dan malnutrisi, berat masa kanak-kanak awal meningkatkan kemungkinan ADHD
(Glod, 2012).meskipun hubungan antara ADHD dan diet gula dan vitamin telah
diteliti, hasilnyatidak menyakinkan (McCracker, 2000;Shealy, 20012).
Gambaran otak dari individu yang mengalami ADHD menunjukkan
penurunan metabolisme pada lobus frontalis otak, yang penting untuk perhatian,
kontrol implus, pengaturan, dan aktifitas yang tetap sesuai tujuan,. Studi juga
menunjukkan penurunan perfusi darah di korteks frontal pada anak yang
mengalami ADHD dan atrofi kortikal frontal pada dewasa muda yang memiliki
riwayat ADHD pada masa kanak-kanak. Studi lain menunjukkan penurunan
penggunaan glukosa pada lobus frontalis orang tua dengan ADHD dari anak yang
mengalami ADHD.bukti yang ada tidak menyakinkan, tetapi riset pada bidang
tersebut tampak menjanjikan.
Tampaknya ada hubungan genetik ADHD,yang paling mungkin dihubungkan
dengan

abnormalitas

serotonim.

Memiliki

pada
kerabat

katekolamin,
tingkat

dan

pertama

kemungkinan
yang

metabolisme

mengalami

ADHD

meningkatkan resiko terjadinya gangguan 4-5x dari pada populasi umum.


Meskipun ada bukti yang kuat untuk kontribusi faktor genetik, terdapat pula kasus

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

sporadik tanpa adanya riwayat ADHD pada keluarga, yang mengembangkan teori
bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan gangguan.
Faktor resikoADHD mencakup riwayat ADHD pada keluarga; kerabat laki-laki
yang mengalami gangguan kepribadian antisosial atau alkoholisme; kerabat
perempuan

yang

mengalami

gangguan

somatis;status

sosioekonomi

yangrendah; gender laki-laki; ketidakharonisan keluarga atau perkawinan,


termasuk perceraian, pengabdian, penganiayaan, atau deprivasi pengasuhan;
berat lahir rendah; dan berbagai macam cedera otak.

2.4 Macam macam gejala ADHD


1. Perilaku tidak perhatian

Mengabaikan hal-hal kecil

Mebuat kesalahan dengan ceroboh

Sulit mempertahankan perhatian

Tidak terlihat mendengarkan

Tidakmenyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah

Sulit diatur

Menghindari tugas yang memerlukan pemikiran

Sulit kehilangan sesuatu yang penting

Mudah terdistraksi oleh stimulus lain

Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari


2. Perilaku hiperaktif/implus

Gelisah

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Sering meninggalkan tempat duduk (mis, selama makan)

Berlari atau menaiki sesuatu cara berlebihan

Tidak dapat bermain dengan tenang

Selalu aktif bergerak

Banyak bicara

Menjawab tanpa dipikirkan dulu

Menginterupsi

Tidak dapat menunggu giliran

Mangganggu saudara kandung/ teman bermain

2.5 Manifestasi Klinis


Ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan
ADHD antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat
geliat.
b. Sering rewel dan tempramental
c. Memiliki pola tiduryang buruk
d. Membongkar mainan dan tempat tidur
e. Melompat dan menaiki mebel
f.

Tidakdapat menoleransi aktifitas yang tetap

g. Anak terus gelisah


h. Mondarmandir dari tempat duduk yang telah ditentukan
i.

Membuat keributan dengan mengetuk ngetukkan atau memainkan pensil


atau benda lainnya.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

j.

Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau


kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).

k. Anak tidak dapat mendengarkan petunjuk


l.

Penampilan akademiknya buruk karena karenaanak mebuat masalah


yang terburu-buru dan ceroboh dalam tugas sekolahnya.

2.6 Psikopatologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga
masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley,
menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan
instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya
pekerjaan

sekolah.

Singkatnya

ADHD

merupakan

suatu

gangguan

perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku,


khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak
yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons
situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu.
Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat
yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan (Martin, 2014).
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD.
Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa
faktor

yang

berperan

dalam

timbulnya

ADHD

adalah

faktor

genetik,

perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat


kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan
sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk
keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara
neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa
penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan
penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD


(Klik dokter, 2008).
Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak
yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur
gerakan dan control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan
terjadinya ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan
(infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik),
gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan,
induksi, kelainan persalinan) (Klikdokter, 2008).
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis
dan tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan
perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktiv
impulsif yang lebih demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis
dengan keliru pada banyak anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada
1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan,
dengan estimasi 204% untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki
usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih
menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak
perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pencitraan fungsional
Aktivitas bahan kimia di otak saat melakukan suatu aktivitas dapat diukur
dengan menggunakan PET (Positron Emission Tomography). Beberapa
peneliti melaporkan penurunan aktivitas sirkuit frontostriatal, yang meliputi
korteks lobus frontalis, nukleus kaudatus dan globus palidus, dan penurunan
darah serebral dan kecepatan metabolisme di daerah lobus frontalis terdapat
pada ADHD (Flanegen, 2005).
2. Elektroensefalografi
Pemeriksaan dengan EEG Power Spectral Analysis menunjukkan bahwa
penderita ADHD mengalami pengurangan aktivitas daerah frontal kanan.'

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Secara keseluruhan, para peneliti berpendapat bahwa pada penderita ADHD


ditemukan adanya gangguan pada korteks lobus frontalis dan sirkuit
frontostriatal, baik kelainan anatornik, fungsi dan aktivitas kelistrikan.
3. Neurokimia ADHD( neurometrik)
Berbagai bahan kimia penghantar impuls listrik yang disebut sebagai
neurotransmiter telah diteliti pada kasus ADHD. Terdapat bukti-bukti bahwa
pada ADHD terdapat gangguan neurotransmiter, meliputi neurotransmiter
noradrenergik/

norepinefrin,

dopamin

dan

serotonin.

Gangguan

neurotransmiter dapat berupa:


Kekurangan dopamin. Hal ini lebih sering ditemukan pada ADHD
tipe inatensi. Methylphenidate meningkatkan kadar dopamin dan

menghilangkan gejala.
Kelebihan dopamin. Gejala

ADHD

dapat

juga

disebabkan

kelebihan dopamin dalam sinaps. Peningkatan dopamin di ganglia


basal

menyebabkan

kelebihan

energi

dan

hiperaktivitas.

Hiperaktivitas yang disebabkan kadar dopamin yang tinggi dapat

diredam dengan meningkatkan serotonin.


Kekurangan noradrenergik pada kortek prefrontal mengganggu
working

memory

dan

regulasi

atensi.Pemberian

obat

yang

meningkatkan kadar noradrenergik, misalnya guanfacine atau


clonidine akan mengurangi gejala. Demikian pula pemberian obat
yang memperpanjang masa kerja adrenergik, misalnya Anti

Depesan Trisiklik akan memperbaiki gejala.


serotonin. Penelitian terhadap kadar serotonin dalam cairan
serebrospinalis

dan

darah

menunjukkan

hasil

yang

kurang

konsisten, kadang meningkat kadang menurun.Gangguan pada


sistem serotonin akan mengganggu sistem dopamin dan perilaku
yang tergantung dopamin.Bila diberikan obat serotonergik, baik
jenis SSRI atau prekursor serotonin, pasien menjadi lebih tenang.

2.8 Penatalaksanaan
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas
penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

konseling keluarga. Orang tua mungkin mengutarakan kekhawatirannya tentang


penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang
tua, termasuk pencegahan skolastik dan gangguan sosial yang terus menerus
karena pengunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale Conners dapat
digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari
pengobatan. Psikostimulan- metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine),
dan dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine)- dapat memperbaiki rentang perhatian
dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan
anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini.
1.
Medikasi
Obat-obat stimulant yang sering digunakan untuk pengobatan ADHD, obatobat ini mempengaruhi fungsi neurotransmitter system saraf pusat. Obat-obat
stimulant secara umum ditoleransi dengan baik dan aman efek samping
secara tipikal bersifat sementara. ( Abraham, 2006).
Berbagai stimulan yang digunakan misalnya;
a. Methylphenidate rnerupakan obat yang paling banyak diteliti dan paling
baik untuk mengurangi hiperaktivitas dibandingkan stimulan lain. Sayang
masa kerja methylphenidate hanya sekitar 6 jam, yang menyebabkan
obat harus diberikan 2 kali per hari atau lebih. Jenis obat yang digunakan
adalah Ritalie.
b. Dextroamphetarnine mempunyai masa kerja lebih panjang dan lebih
murah. Kerugian dextroamphetarnine adalah risiko gagal tumbuh lebih
besar dan kemungkinan penyalahgunaan lebih besar.
c. Stirnulan dengan masa kerja panjang digunakan bila gejala sering
muncul di malam hari atau sore hari. Yang banyak digunakan adalah
Ritalin-SR

(sustained

release),

Dexedrine

Spansule

(dextroamphetamine), Cylert (pemoline), Adderall (campuran garam


amphetamine), Desoxyn Gradumet (methamphetamine). Concerta,
suatu preparat baru tampaknya menjanjikan efek terapi yang lebih baik.
d. Pengobatan dimulai dengan dosis kecil dan di titrasi tiap minggu
tergantung respons dan efek samping. Pengobatan setelah makan
mengurangi anoreksia. Pasien tanpa hiperaktivitas sudah bereaksi
terhadap dosis rendah. Frekuensi pemberian tergantung keadaan.
Dosis methylphenidate adalah 0,3-0,7 mg/kg per dosis, dibulatkan
menjadi 2,5 atau 5 mg terdekat.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Beberapa efek samping yang harus diperhatikan misalnya:


1. Terdapat efek samping yang meningkat dengan meningkatnya dosis.
Efek samping yang umum pada awal pengobatan adalah iritabel, sakit
kepala, nyeri perut dan kehilangan nafsu makan. Menaikkan dosis
perlahan-lahan sangat mengurangi efek samping.
2. Efek rebound berupa meningkatnya gejala, mudah terangsang, bicara
banyak, hiperaktivitas dan sulit tidur, yang terjadi 4-15 jam setelah
dosis. Untuk mengatasinya dapat diberikan dosis kecil pada malam
hari, penggunaan obat dengan masa kerja panjang atau penambahan
clonidine atau guanfacine.
3. Efek gangguan pertumbuhan berupa kurangnya pertambahan berat
badan dan tinggi badan jarang yang bermakna. Efek ini tergantung
dosis

dan

lebih

sering

ditemukan

pada

dextroamphetamine

dibandingkan methylphenidate atau pemoline.


4. Efek samping lain berupa hipertensi ringan, peningkatan denyut jantung
jarang ditemukan. Stimulan tidak menurunkan ambang kejang.

2.9 Komplikasi
Diagnosis sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan).

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

BAB III
Kasus Case Study
Anak J yang berumur 6 thn

datang ke poli psiqiatri diantarkan oleh ibu

kandung, ibu menjelaskan bahwa anak sulit untuk diarahkan dan membutuhkan
arahan berkali kali. Ibu menjelaskan bahwa selama dirumah anak selalu
membuat kegaduhan seperti mencoret coret didinding rumah, suka melempar
mainan tidak mau berintraksi dengan teman sebayanya, makan selalu disuapin,
BAB dan BAK dibantu, kontak mata saat berinteraksi kurang dan ekspresi anak
ketika dinasehati oleh kedua orang tua selalu memalingkan perhatian, tersenyum
tidak dapat memberikan umpan balik. Ibu merasa lelah dan tidak tahu harus
bagaimana dalam menyikap tingkah laku anaknya karena ketika berada
disekolahpun anak selalu membuat kegaduhan, keributan, berkelahi dengan teman
sebayanya. Ibu merasa bingung khawati, cemas karena selalu mendapatkan
teguran dan pihak sekolah.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama
Umur
Status
Alamat
:Agama
:-

: A. J
: 6 thn.
: Kelas 1 SD.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Register
:b. Keluhan utama :
Ibu menjelaskan bahwa selama dirumah anak selalu membuat kegaduhan
seperti mencoret coret didinding rumah, suka melempar mainan tidak
mau berintraksi dengan teman sebayanya dan disekolahpun anak selalu
membuat kegaduhan, keributan, berkelahi dengan teman
c. Riwayat penyakit sekarang :
Orang tua atau pengasuh melihat tanda tanda awal dari ADHD :
Saat Dirumah
a. Anak selalu membuat kegaduhan (spt; mencoret-coret dinding
dirumah)
b. Suka melempar mainan
c. Tidak mau berinteraksi dengan teman sebayanya
d. Makan selalu disuapin
e. BAK dan BAB dibantu
Saat disekolah
a. Anak selalu membuat kegaduhan
b. Keributan
c. Berkelahi dengan teman sebayanya
2. Riwayat penyakit sebelumnya :
3. Riwaya penyakit keluarga
4. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina
hubungan
5.
a.
b.
c.
6.

dengan

teman

sebayanya

impulsivitas
Riwayat tumbuh kembang :
Prenatal
:Natal
:Postnatal
:Riwayat imunisasi
-

7. Pemeriksaan fisik 8. Activity daily living ( ADL ) :


a. Nutrisi.
Anak makan selalu disuapin

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

karena

hiperaktivitas

dan

b. Aktivitas
Anak sulit untuk dikendalikan (memalingkan perhatian)
c. Eliminasi
Anak selalu dibantu BAK dan BAB
d. Istirahat tidur.
e. Personal Higiane.
Personal higiane dibantu sama orang tua tidak dapet melalukan sendiri
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Resiko Cendera
3. Defisit keperawatan diri eliminasi.
4. Resiko prilaku kekerasan terhadap orang lain
5. Ansietas

3.3 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan

No
1
2
3

Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
Resiko Cendera
Resiko prilaku kekerasan terhadap orang lain.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

3.3 Rencana Keperawatan.


1.

Isolasi Sosial.
NOC

NIC

Tujuan : setelah dilakukan tindakan

1. Dukungan perlindungan terhadap

keperwatan

kekerasan: Anak.
2. Membangun
hubungan

2x24

jam

diharapkan

anak dapat interaksi kepada teman

kompleks.
3. Modifikasi prilaku : keterampilan

sebayanya.
Nic

Adaptasi terhadap disabilitas


fisik.

Perkembangan

yang

Anak

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Remaja.

Iklim sosial keluarga.

Tingkat rasa takut : Anak.

Partisipasi peran.

Tingkat kecemasan sosial.

Ketrampilan interaksi sosial.

Dukungan sosial

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

keterampilan sosial.
Peningkatan perkembangan: Anak.
Dukungan emosional.
Menejemen lingkungan
Peningkatan normalisasi.
Menghadirkan diri.
Pengurangan stres relokasi.

Kriteria Hasil.

Iklim

sosial

keluarga

lingkungan yang mendukung


yang bercirikan hubungan dan
tujuan anggota keluarga.

Partisipasi

dalam

penggunaan

bermain

aktivitas

oleh

anak usia 1 11 tahun untuk


meningkstksn
kesenangan,

hubungan
hiburan,

dan

perkembangan.

Interaksi sosial dengan orang,


kelompok atau organisasi.

2. Resiko cendera
NOC

NIC

Tujuan : setelah dilakukan tindakan


keperawatan

selama

2x24

1. Pembatasan area.

jam

diharapkan anak tidak terjadi cedera

2. Peningkatan mekanika tubuh.

Noc

3. Manajemen

lingkungan:

keselamatan.

Koordinasi pergerakan.
4. Terapi latihan: keseimbangan.

Memproses informasi.

Resiko kecenderungan prilaku

5. Terapi latihan : kontrol otot.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

melarikan diri.

6. Stimulasi kognitif.

Prilaku pencegahan jatuh.

7. Bantu perawatan diri : Eliminasi.

Pengetahuan : keamanan fisik


anak.

Kriteria Hasil.

klien terbebas dari cendera.

Klien

mampu

menjelaskan

factor resiko dari lingkungan /


prilaku personal.

Mampu

memodifikasi

hidup

untuk

gaya

mencegah

cendera

3. Defisit keperawatan diri eliminasi

Noc

Nic

Tujuan : setelah dilakukan tindakan

1. Membantu pasien ke toilet

keperawatan

selama

2x24

jam

pada selang waktu tertentu.

diharapkan anak bisa merawata diri.


2. Menyediakan privasi selama
NOC :

eliminasi.

3. Memfasilitasi

Activity intolerance.

toilet

Mobility : physical impaired.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

eliminasi.

setelah

kebersihan
selesai

4. Ganti pakaian pasien setelah

Fatique level.

eliminasi.

Self care deficit toileting.


5. Menyiram

membersihkan.

Self care deficit hygiene.

Kriteria Hasil

Perawatan

diri

kehidupan

sehari

ADL

aktivitas

mampu

hari
untuk

melalukan aktivitas perawtan


fisik

dan

pribadi

secara

mandiri atau dengan alat


bantu.

Perawatan

diri

higine

mampu

untuk

mempertahankan kebersihan
dan penampilan yang rapi
secara mandiri dengan atau
tanpa alat bantu.

Perawatan diri eliminasi :


mampu
aktivitas
mandiri

untuk

melakukan

eliminasi
atau

secara

tanpa

alat

bantu.

4. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

toilet

NOC

NIC

Tujuan : setelah dilalukan tindakan


keperawatan
diharapkan

selama
anak

2x24

tidak

1.
2.
3.
4.

jam

berprilaku

kekerasan.

BHSP
Prinsip komunikasi terapiotik
Pertahankansikap terbuka
Bantu klien mengidentifikasi
tanda

tanda

perilaku

kekerasan
5. Dukung dan fasilitasi klien

Noc

untuk mencari bantuaan saat

Abuse protektion.

Impulse self control

muncul perilaku kekerasan


6. Evaluasi
perasaan
klien
tentang cara yang telah dipilih
dan di praktekkan

Kriteria Hasil

Mampu menyebutkan tanda


kekerasan

seperti

jengkel,

ingin marah ingin merusan


dan memukul

Mampu menahan Kemarahan


atau perilaku kekerasan

Melapor saat ada tanda akan


melakukan kekerasan

5. Ansietas / cemas

NOC

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan

NIC

1. Gunakan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

pendekatan

yang

keperawatan selama 2x24 jam


diharapkan

keluarga

menenangkan

tidak
2. Nyatakan dengan jelas harapan

cemas.

terhadap pelaku pasien


Noc
3. Temani pasien untuk memberikan

Anxiety control

Coping

keamanan dan mengurangi takut


4. Orong keluarga untuk menemani
anak

Kriteria Hasil
5. Identifikasi tingkat kecemasan
-

Klien mampu mengidentifikasi


dan

mengungkapkan

6. Bantu pasien mengenal situasi


yang menimbulkan kecemasan

cemas
Mengungkapkan
menunjukkan

gejala
dan

teknik

untuk

mengontrol cemas

3.4

Implementasi
1. Isolasi sosial
a. Dukungan perlindungan terhadap kekerasan: Anak.
- Anak merasa akan aman jika mendapat perlindungan dari
seseorang
b. Membangun hubungan yang kompleks.
- Anak akan merasakan memiliki hubungan terhadap teman
temannya
c. Modifikasi prilaku : keterampilan keterampilan sosial.
- Membuat anak semakin terinofasi dengan diadakan membuat
keterampilan
d. Peningkatan perkembangan: Anak.
- Meningatkan tumbuh kembang anak
e. Dukungan emosional.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Anak akan menerima dukungan emosional dari teman dan

gurunya
2. Resiko cedera
a. Pembatasan area.
- Anak akan dibatasi dalam pemberian mainan yang memicu
terjadi resiko cedera
b. Peningkatan mekanika tubuh.
- Memerikan pola asuh permainan maupun pola asuh yang lain
c. Manajemen lingkungan: keselamatan.
- Memberitahu anak apa saja yang membuatnya berbahaya
d. Terapi latihan: keseimbangan.
- Melatih keseimbangan ota kanan dan kiri anak
e. Terapi latihan : kontrol otot.
- Memberikan pelatihan kepada anak kapan menggunakan otot
dengan baik dan benar
3. Defisit keperawatan diri eleminasi
a. Membantu pasien ke toilet pada selang waktu tertentu.
- Mentraining anak agar terbiasa ke kamar mandi dengan rutin
dan tanpa bantuan
b. Menyediakan privasi selama eliminasi.
- Membiaran anak eleminasi sendirian dan menghilangkan
benda yang tajam dari kamar mandi
c. Memfasilitasi kebersihan toilet setelah selesai eliminasi.
- Mengajarkan anak
d. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi.
- Memibiasakan anak diajari bagaimana berganti pakaian jika
sudah kotor
4. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
a. BHSP
- Membiasakan berkomunikasi dengan baik dan benar
b. Prinsip komunikasi terapiotik
- Mengajarkan anak berkomunikasi dengan caranya sendiri
c. Pertahankan sikap terbuka
- Membiarkan anak bercerita semaunya dan diberi nasehat
d. Bantu klien mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan
- Memantau anak jika sikap anak mulai berubah dan tidak
seperti biasanya
e. Dukung dan fasilitasi klien untuk mencari bantuaan saat muncul
perilaku kekerasan
- Memberikan

arahan

bagaimana

memperlakukan

sikap

kekerasannya agar bermanfaat (olahraga)


f. Evaluasi perasaan klien tentang cara yang telah dipilih dan di
praktekkan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Memberikan arahan kepada anak bagaimana hasil yang telah

dilakukan saat
5. Ansietas / cemas
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Memberikan pelukan yang hangat kepada anak saat anak
melakukan kesalahan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
- Memberikan motifasi kepada anak agar tidak putus asa
c. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
- Membiarkan anak perlindungan agar anak tidak selalu merasa
ersalah dan tetap memberikan dukungan
d. Dorong keluarga untuk menemani anak
- Berikan keluarga untuk tetap memberikan semangat dan
dukungan
e. Identifikasi tingkat kecemasan
- Evaluasi tingkat kecemasan anak dan berikan semangat
kembali
f. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Beri arahan kepada anak apa yang baik untuk dilakukan, dan
menghindari hal yang menimbulkan kecemasan

3.5
1.

Evaluasi
Isolasi sosial
a) Apakah anak menjadi kurang implusif, manpulatif, atau narsisti
b) Apakah anak mengekspresikan kepuasan dengan kualitas
hubungan interopersonalnya
c) Dapatkah anak berperan serta dalam hubungan nterpersonal yang
akra
d) Dapatkan anak menggunakan kesadarannya tentang perubahan

2.

perilaku yang postif


Resiko cedera
a) Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa
tidak perlu melakukan agresi.
b) Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang
sebenarnya.
c) Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan

3.

konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.


Defisit keperawatan diri eleminasi
a) Anak dapat menyebutkan kebersihan diri eleminasi dan lain

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

b) Anak berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi


pakai sabun dan dsiram air sampa bersih
c) Anak selalu tampak bersi dan rapi
Resiko perilaku kekerasan teradap orang lain
a) Anak dapat mengunkapkan perasaannya
b) Anak dapat mengungapkan penyebab marah baik diri sendiri

4.

maupun orang lain dan lingkungan


c) Anak dapat melakukan cara berespon eradap kemaraan secara
konsruktif
Ansietas / cemas

5.

3.6

Pembahasan

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ADHD

(Attention

Deficit

Hyperactivity

Disorder)

adalah

gangguan

neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD
mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan

pelajaran

dengan

tenang,

belajar

berbagai

ketrampilan

akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan. ADHD adalah pola
persisten tidak perhatian dan / atau hiperaktifitas serta implusivitas yang lebih
sering dari pada yang biasanya diobservasi pada anak dengan usia yang sama.
Gangguan ini lebih sering didiagnosa saat anak masuk taman kanak-kanak atau
sekolah meskipun gangguan ini mungkin tampak dimulai saat usia bayi pada
beberapa anak.
B. SARAN
Dengan di susunnya makalah ini ,di harapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami apa yang telah ada dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu
kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar kami bisa
berorientasi lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

DAFTAR PUSTAKA
Videbeck Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Copel, Linda C. 2007. Kesehatan Jiwa & Psikiatri Pedoman Klinis Perawat. Ed 2.
Jakarta : EGC.

Asuhan Keperawatan Anak Dengan ADHD

Anda mungkin juga menyukai