Oleh :
Dwi Anggraini, SKM
rendah sering terjadi kejadian luar biasa (KLB) sebagai akibat adanya kasus
impor. Pada tahun 2011 jumlah kematian malaria yang dilaporkan adalah 388
kasus.
Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 adalah
0,6% dimana provinsi dengan API di atas angka rata-rata nasional adalah Nusa
Tenggara Barat, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Aceh.
Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di wilayah timur Indonesia, yaitu di Papua
Barat (10,6%), Papua (10,1%) dan Nusa Tenggara Timur (4,4%).
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui
program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis
dini, pengobatan cepat dan tepat, serta surveilans dan pengendalian vektor dalam
hal pendidikan masyarakat dan pengertian tentang kesehatan lingkungan, yang
kesemuanya ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria.
Kasus resistensi parasit malaria terhadap klorokuin ditemukan pertama
kali di Kalimantan Timur pada tahun 1973 untuk P. falciparum, dan tahun 1991
untuk P. vivax di Nias. Sejak tahun1990, kasus resistensi tersebut dilaporkan
makin meluas di seluruh provinsi Indonesia. Selain itu, dilaporkan juga adanya
resistensi terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di
Indonesia. Keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortilitas penyakit
malaria. Oleh sebab itu, untuk mananggulangi masalah resistensi tersebut
(multiple drugs resistence) dan adanya obat anti malaria baru yang lebih paten,
maka pemerintah telah merekomendasikan obat pilihan pengganti klorokuin dan
SP, yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat anti malaria lainnya yang
biasa disebut dengan Artemisinin Based Combination Theraphy (ACT).
dapat
ditandai
dengan
demam,
hepatosplenomegali
dan
anemia.
Plasmodium hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Spesies Plasmodium pada manusia adalah :
1. Plasmodium falciparum (P. falciparum)
2. Plasmodium vivax (P. vivax)
3. Plasmodium ovale (P. ovale)
4. Plasmodium malariae (P. malariae)
5. Plasmodium knowlesi (P. knowlesi)
Siklus hidup parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus
hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk Anopheles betina. Siklus pada manusia,
pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
lebih kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan
menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri
dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung spesiesnya).
Sementara siklus pada nyamuk Anopheles betina, apabila nyamuk
Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh
nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot
berkembang menjadi ookinet kemudian menebus dinding lambung nyamuk. Pada
dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.
Pemateri
campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25
mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Hari / Tanggal : Kamis / 28 April
Judul
Pembicara
: Budi Santoso
Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis dalam
darah dengan metoda imunokromatografi. Prinsip uji imunokromatografi adalah
cairan akan bermigrasi pada permukaan membran nitroselulosa. Uji ini
berdasarkan pengikatan antigen di darah perifer oleh antobodi monoklonal yang
dikonjugasikan dengan zat pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi
monoklonal kedua/ketiga diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase
immobile. Bila darah penderita mengandung antigen tertentu, maka kompleks
antigen antibodi akan bermigrasi pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa
dan akan diikat dengan antibodi monoklonal pada fase immobile sehingga
terlihat garis yang berwarna.
Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya
memerlukan waktu sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit). Ada 3
jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu:
- HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi
darah penderita oleh stadium tropozoit dan gametosit muda P. faciparum
- pLDH (pan Lactate Dehydrogenase), stadium seksual dan aseksual parasit
malaria dari keempat spesies plasmodium yang menginfeksi manusia akan
menghasilkan enzim pLDH. Isomer enzim ini dapat membedakan spesies P.
faciparum dan P. vivax.
- Pan Aldolase, adalah enzim yang dihasilkan keempat spesies plasmodium yang
menginfeksi manusia.
Kelebihan RDT dibanding pemeriksaan mikroskopis :
Pemateri
: Lamiran
10. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah di atas meja atau
permukaan rata
11. Untuk membuat SD tipis, ambil object glass baru, tempelkan ujungnya
pada tetesan darah kecil sampai darah tersebut menyebar sepanjang
object glass
12. Dengan sudut 450 geser object glass dengan cepat ke arah yang
berlawanan dengan tetes darah tebal, sehinggan di dapatkan sediaan
hapus (bentuk seperti lidah)
13. Untuk SD tebal, ujung object glass ditempelkan pada tetesan darah
tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung object glass
searah jarum jam, sehingga membentuk bulatan dengan diameter 1cm
14. Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat SD tebal
15. Proses pengeringan SD harus dilakukan secara perkahan-lahan di
tempat yang datar. Kipas angin dapat digunakan untuk mengeringkan
SD
16. Setelah kering, SD harus segera diwarnai menggunakan larutan giemsa
3%. Pada keadaan tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam SD harus sudah diwarnai
Selanjutnya para peserta melakukan kegiatan pembuatan sediaan hapus
darah tebal dan tipis
Pemateri
: Lamiran
1.
2.
3.
4.
5.
Tabung okuler
Prisma
Lensa objektif
Meja sediaan
Diafragma
6. Kondensor
7. Cermin
8. Makrometer
9. Mikrometer
Sumber cahaya mikroskop yang baik merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan optimal. Sumber cahaya dapat berasal dari cahaya
matahari maupun listrik. Cara melihat SD menggunakan mikroskop adalah
melalui lensa okuler dengan menggunakan lensa objektif 10x putar makrometer
untuk memfokuskan lapangan pandang. Bila lapangan pandang sudah
ditemukan/fokus, teteskan minyak emersi pada lapangan pandang tersebut dan
lensa objektif diputar pada ukuran 100x.
Penyimpanan mikroskop harus dilakukan dengan cara yang benar,
mikroskop yang sudah digunakan lensa objektifnya haruslah dibersihkan
menggunakan kertas lensa. Mikroskop juga harus terlindung dari debu dan jamur.
Untuk penghitungan jumlah parasit malaria dapat dilakukan dengan 2
metode, antara lain :
1. Jumlah parasit/l darah dihitung berdasarkan jumlah lekosit pada SD tebal
(standar = 8000/l). Untuk perhitungan parasit diperlukan 2 buah tally
counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit dan yang lain untuk
menghitung lekosit. Bila pada 200 lekosit ditemukan 10 parasit atau lebih,
catat hasilnya per 200 lekosit. Bila pada 200 lekosit hanya ditemukan 9
parasit atau kurang, lanjutkan pemeriksaan sampai 500 lekosit, catat
hasilnya per 500 lekosit. Jadi jumlah parasit dalam 1l darah =( jumlah
parasit/jumlah lekosit) x 8.000.
2. Secara semi kuantitatif atau sistem plus
Merupakan metode yang lebih sederhana untuk menghitung parasit dalam
sediaan tebal. Cara ini menggunakan sistem 1+ sampai 4+ seperti dibawah
ini:
- +
++
tebal
: 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapangan pandang SD
+++
++++
tebal
: 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapangan pandang SD tebal
: >10 parasit dalam 1 lapangan pandang SD tebal
Pemateri
: Lamiran
Hasil
Pemateri
: Lamiran
Hasil
Pemateri