Kerusakan Jalan PDF
Kerusakan Jalan PDF
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, yang mungkin disebabkan karena cara
pemadatan tanah dasar yang kurang baik, ataupun juga memang sifat tanah dasarnya
yang memang jelek.
Kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur adalah mencakup semua kerusakan
seperti:
1. Retak (cracks)
Berdasarkan bentuknya retak dibagi menjadi: meander, garis, blok, kulit buaya
dan parabola.
2. Perubahan bentuk (deformation)
Dikenal juga dengan istilah Distorsion. Kerusakan ini menyebabkan perubahan
bentuk permukaan perkerasan dari bentuk aslinya. Deformasi dapat dibedakan
atas:
alur
(rutting),
keriting
(corrugation),
sungkur
(shoving),
amblas
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor
saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling kait-mengait. Sebagai
contoh adalah retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan
dari damping. Dengan terjadinya retak pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis di
lubang-lubang disamping melemahkan daya dukung lapisan dibawahnya (Departemen
Pekerjaan Umum, 2007). Adapun gambar-gambar kerusakan jalan dapat dilihat pada
lampiran.
Sedangkan menurut Highway Development and Management (2001), kerusakan pada
perkerasan jalan terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Kerusakan permukaan jalan
Pada kategori kerusakan permukaan jalan dibagi menjadi tiga bagian:
Retak (cracking)
Lubang (potholing)
2. Kerusakan deformasi
Pada kategori kerusakan deformasi dibagi menjadi dua bagian:
Alur (rutting)
Ketidakrataan (roughness)
II.2 Retak
II.2.1 Umum
Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini
merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen
Pekerjaan Umum, 2007).
Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap
material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar
bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang
seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang
lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat
material tersebut (Roque, 2010).
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah 3
mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
a. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan
menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.
b. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks)
dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada
tepi retak.
perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat
penurunan bahu.
2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
3. Drainase kurang baik.
4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
Akibat lanjutan:
a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan
akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan
berkendaraan.
b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat
terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan
perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan
jalan lama.
Akibat lanjutan:
3. Blok (block)
Yaitu retak yang saling berhubungan membentuk serangkaian blok, dengan bentuk
menyerupai persegi empat. Jenis kerusakan retak yang termasuk dalam kerusakan ini
adalah: retak refleksi (reflection cracks), dan retak susut (shrinkage cracks).
sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu
seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan
penetrasi rendah.
2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Akibat lanjutan:
a. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan
menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti
jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan
terbentuknya sungkur (shoving).
Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak
oleh mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
disebabkan oleh pembebanan yang berulang dari roda kendaraan. Jenis retak ini
umumnya dimulai sebagai retak longitudinal pendek di jalan dan berkembang menjadi
retak berpola kulit buaya (retak saling berhubungan). Jenis retak ini terjadi karena
aksi lentur yang berulang pada perkerasan saat beban diberikan. Hal
ini
menghasilkan tegangan tarik yang akhirnya membuat retak pada bagian bawah
lapisan aspal. Retak secara bertahap merambat ke bagian atas lapisan dan kemudian
berkembang dan saling berhubungan. Jenis kerusakan ini akhirnya akan menyebabkan
hilangnya integritas struktural dari sistem perkerasan.
ke musim dingin. Dalam beberapa kasus, retak yang kecil dapat tertutup selama
musim panas. Dalam kasus lain, lebarnya retak meningkat dari tahun ke tahun.
Ringan (low)
Kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak halus yang saling terhubung tanpa
ada retakan yang pecah.
Sedang (medium)
Kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak yang terhubung membentuk
kotak-kotak kecil dan pola retak sudah cukup kelihatan jelas karena sudah terdapat
retak yang mulai pecah.
Berat (high)
Kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak menyerupai kulit buaya yang
keseluruhan retaknya sudah pecah sehingga jika dibiarkan dapat menyebabkan
terjadinya alur bahkan lubang pada jalan.
Top-down cracks (TDC) adalah retak memanjang dan/ atau melintang yang dimulai
pada permukaan perkerasan aspal dan berkembang ke bawah. Menurut Kuennen
(2009), retak ini
viscoelastic aspal sebagai pengikat yang rentan terhadap perubahan suhu yang
ekstrim.
Retak dari bawah ke atas (bottom-up cracking)
Kuennen (2009) menyebutkan bahwa bottom-up cracking atau fatigue cracking
adalah hasil dari perkembangan tegangan pada lapis pondasi perkerasan aspal yang
menyebabkan lapis
repetisi beban lalu lintas dan bisa berupa kumpulan retak kecil yang saling
berhubungan.
Lapisan permukaan merupakan suatu lapisan yang bound (terikat), sehingga lapisan
tersebut dapat menahan gaya tekan tarik. Umumnya karena lapisan permukaan ini dapat
mendukung tegangan tekan yang lebih besar daripada tegangan tarik, maka tegangan tarik di
bagian bawah lapisan biasanya lebih menentukan dalam umur tekanan terhadap beban
berulang.
Pada lapisan base, sub-base, dan sub-grade, lapisan umumnya terdiri dari bahan
granular (berbutir) yang lepas. Bahan seperti ini dapat menahan tekan tetapi dapat dianggap
praktis tidak dapat menahan tegangan tarik. Jadi lapisan ini hanya menahan beban tekan saja
dan deformasi yang terjadi dianggap hanya akibat beban tekan pada permukaan lapisan saja.
Pada AASHO Road Test di Negara bagian Illinois USA, telah dilakukan pengujian
bermacam-macam jenis dan struktur perkerasan jalan, lentur maupun kaku, untuk diketahui
kekuatannya. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan as 18.000 lbs (8,16 ton)
pada as beroda tunggal ganda pada Gambar 2.14. Dengan beban tersebut dapat diketahui
jumlah repetisi yang dapat ditanggung oleh bermacam-macam struktur perkerasan sampai
pada tingkat kerusakan yang ditinjau.
: DF-tgl
P
=
8,16
: DF-tdm
P
= 0,086
8,16
: DF-trpl
P
= 0,053
8,16
(2.1)
4
(2.2)
(2.3)
Ketentuan MST tersebut di atas berlaku untuk dual wheel atau ban dobel. Untuk
single wheel atau ban tunggal yang biasanya terdapat pada sumbu tunggal saja, besarnya
MST sumbu tunggal- ban tunggal adalah sekitar 5,5 ton (Muis, 1993). Beberapa contoh
perhitungan beban lalu lintas dapat dilihat pada lampiran.
IP0 IPt
(2.4)
Dimana:
W 18
= Perkiraan jumlah beban lalu lintas dari beban sumbu standar ekivalen 8,16 kN
ZR
S0
PSI = Perbedaan antara initial design serviceability index (IP 0 ) dan design terminal
= Modulus resilien
IP t
Structural number (SN) juga dapat ditentukan dengan nomogram di bagian lampiran.
Structural number (SN) berbeda dengan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) yang
umumnya dipakai di Indonesia, berikut adalah beberapa perbedaan antara structural number
dan Indeks Tebal Perkerasan:
Persamaan nilai structural number (SN) adalah persamaan 2.4, yaitu:
PSI
log10
IP0 IPt
IP0 IPt
log 10 (W18 ) = 9.36 log 10 (ITP + 1) 0.20 +
+ log FR + 0.372(DDT 3.0 )
1094
0.40 +
(ITP + 1)5.19
(2.5)
Dimana:
W 18
= Perkiraan jumlah beban lalu lintas dari beban sumbu standar ekivalen 8,16 kN
ITP
FR
= Faktor Regional yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana jalan
tersebut berada
PSI = Perbedaan antara initial design serviceability index (IP 0 ) dan design terminal
DDT = Daya Dukung Tanah Dasar yang besarnya merupakan nilai korelasi dengan nilai
CBR.
daya
dukung
dasar Parameter
daya
dukung
tanah
dasar
dinyatakan dalam DDT, yang dikonversikan dinyatakan dalam modulus resilien (Mr) yang
terhadap nilai CBR.
dapat
diperoleh
dengan
pemeriksaan
ITP= a 1 D 1 + a 2 D 2 + a 3 D 3
Reliabilitas
Simpangan baku
Koefisien Drainase
SN= a 1 D 1 + a 2 D 2 m 2 + a 3 D 3 m 3
Tebal perkerasan dalam satuan centimeter Tebal perkerasan dalam satuan inci (inch)
(cm)
Didesain untuk umur rencana 10 tahun
Pada pemodelan prediksi HDM-4 (2001) dan Wiyono (2010), nilai structural number
(SN) yang dipakai untuk memprediksi kerusakan jalan merupakan modified structural
number (SNC) yaitu structural number yang dimodifikasi dengan adanya penambahan
structural number dari sub-grade, yang merupakan fungsi dari CBR sub-grade. Berikut
adalah persamaan structural number modified (SNC):
SNC = SN + SNSG
(2.6)
SN = a 1 D 1 + a 2 D 2 m 2 + a 3 D 3 m 3
(2.7)
(2.8)
Dimana:
SNC
SN
a 1 ,a 2 ,a 3
D 1, D 2, D 3
m 2, m 3
= Koefisien drainase
SNSG
Adapun nilai koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan dan koefisien drainase dapat
dilihat pada lampiran.
Walaupun nilai structural number (SN) pada perkerasan sama, bukan berarti
perlakuan atau kinerja perkerasan juga sama. Kinerja perkerasan, dalam hal ini retak (crack)
dan alur (rut) yang terjadi juga tergantung pada jenis-jenis lapisan perkerasan yang ada. Di
bawah ini adalah beberapa kinerja perkerasan menurut jenis-jenis lapisan perkerasan:
Performance
a.
Thin seal
Base
Rut
Sub-base
Crack
Time
b.
RQ
Performance
Thin seal
Concrete base
Rut
Time
c.
Performance
RQ
Thin seal
CTB
Crack
CTSB
Rut
Time
d.
Performance
AC > 100 mm
RQ
Rut
Sub-base
Crack
Time
e.
Performance
RQ
Concrete
Sub-base
Crack
Rut
Time
Sesuai
pada
pembatasan
masalah,
untuk
prediksi
mulainya
retak
dan