tabel
9,
pada
dasarnya
rumah-rumah
danlaut,
kebutuhan
berpendapat
jamban
bahwalaut
kurang
diperhatikan.
Mereka
dapat
dimanfaatkan
sebagai
masih
pembuangan akhir.
b. Fasade Bangunan
Data lapangan menjelaskan bahwa fasade bangunan
padarumah-rumah di desaLemo Najo bervariasi. Berdasarkan data
tersebut, maka fasade bangunan terbagi atas bidang atas (atap),
bidang tangah (badan rumah), danbidang bawah.
Tabel 10.
Berdasarkan data pada tabel 10, baik diperairan darat dan
perairan
peralihan
darat
laut
penggunaan
atap
utama
danmaterial
bangunan
pada
rumah-rumah
kain
perca
sebagai
material
plafond
perairan
peralihan
darat
dan
laut
pada
umumnya
menggunakan pintu kayu dan jendela kaca. Hal ini berkaitan erat
dengan bentuk rumah mereka, disamping itu adanya biaya untuk
menjadikan kualitas rumah mereka menjadi lebih baik dan lebih
nyaman dipandang.
Tabel 17.
Berdasrkan tabel 17, rumah masyarakat diperairan darat
yang menggunakan keramik dan semen sebagai material lantai
sebanyak 63,15% atau sekitar 12 rumah responden. Sedangkan
diperairan peralihan darat dan laut, menggunakan papan sebanyak
41,67% atau sekitar 5 rumah responden.
Berasarkan
hasil
pengamatan
dilapangan, masyarakat
d. Luas Bangunan
Data lapangan menunjukkan, luasan lantai rumah pada
perairan darat antara 96m2
sedang, dan
>72m2
kerumah
batu
namun
mereka
tetap
mengambil
/2
hasil
pengamatan
lapangan,
rumah
faktor-faktor
non
fisik
yang
mempengaruhi
bentuk
rumah
anggotakeluarga
lain. Aktivitas
dlakukanbersama
dengan
berkumpul-kumpul
dengan
darat
ternyata
rata-rata
tingkat
penghasilan
menjadi
pedagang
dan
berkebun.
Sedangkan
data
tingkat
pendidikan
responden,
dalam
pendidikan
SD-SMP
merupakan
prosentase
minat
mereka
untukbersekolah
kurang
serius.
penghuni
dalam
satu
rumah
dinyatakan
satu
rumah.
Untuk
jumlah
penghuni
<5
orang
mata
pencaharian
responden,
dalam
tinggi
B.
yang relatif cepat, dimana perubahan tersebut terjadi pada sebagian besar
rumah masyarakat. Perubahan tersebut menyangkut;pola tataruang,
fasade bangunan, luas bangunan, bentuk atap, orientasi bangunan,
penggunaan ragam hias, penggunaan konstruksi dan material bangunan.
Bentuk rumah di desa lemo bajo nampaknya sejalan dengan
konsep dikemukakan oleh Ramadhan (2004), bahwa bentuk rumah
sebagai produk arsitektur merupakan kesatuan sistem yang terdiri atas
sistem spasial, sistem fisik, dan sistem model (gaya) adalah kesatuan
yang mewujudkan bentuk, sepertifasade, atap, dinding, kolom, bukaan,
dan ragam hias. Keterkaitan konsep yang dikemukakan oleh Ramadhan
(2004) dengan tata empirik dapat diskemakan sebagai berikut:
Gambar 19.
1. Pola tata ruang
Bentuk rumah tempat tinggal orang bajo secara tradisional
adalah berbentuk segi empat dan rumah panggung dengan entuk
seperti rumah-rumah orang bugis. Pola segi empat setiap rumah
Hanya saja wanita tidak wajib menerima tamu seperti halnya pria.
Wanita lebih menghabiskan waktunya didapur.
Berdasarkan pengamatan lapangan, masyarakat di desa
lemo bajo sangat menjaga daerah privasi dalam rumah.
Contohnya: seorang tamu tidak di ijinkan untuk menginjakkan
kakinya didapur. Hal ini sangat tabu bagi penghuni rumah.
Untukmenjaga kemungkinan masuknya tamu kedarea dapur,
mereka membuat sekat khusus dengantripleks atau kain, sehingga
aktifitas didapur tidak nampak oleh tamu.
Mengenai sanitasi berupa jamban (WC/KM), sesuai hasil
pengamatan di perairan darat, rumah-rumah masyaratakat telah
dilengkapi dengan WC/KM yang ditempatkan dalam rumahdengan
memanfaatkan sebagian ruangan dibagian belakang. Meski dalam
jumlah yang minim, kebutuhan tempat pembuangan akhir tersebut
cukup bagi mereka. Seperti yang diungkapkan beberapa
responden diperairan peralihan darat dan laut, WC/KM tidak begitu
penting bagi mereka karena laut dapat dimanfaatkan sebagai
temapt pembuangan akhir.
Fungsi ruang pada rumah masyarakat didesa lemo bajo
yaitu ruang tamu sebagai ruang ruang bertemunya pemilik rumah
dengan anggota masyarakat lain, ruang keluarga sebagai ruang
untuk aktifitas harian keluarga dengan kerabat dekat, kamar tidur
2. Fasade Bangunan
Pada masa-masa dahulu, rumah masyarakat didesa lemo
bajo berada diatas air, sehingga bila dipandang dari kejauhan maka
rumah-rumah tersebut seolah-olah terapung diatas air. Akan tetapi
dewasa ini, rumah-rumah panggung tersebut sudah mulai
berkurang, mereka cenderung membangun rumah batu.
Fasade rumah orang bajosecara tradisional adalah
panggung, pada bagian atasfasade, atap yang digunakan adalah
atap pelana. Pada bagian tengah, dinding fasade adalah papan
Gambar 26
Kenyataan seperti diatas menunjukkan bahwa sebagian
masyarakat didesa lemo bajo, dewasa ini telah mengalami masa
transisi dimana material rumah tradisional masih digunakan
sedangkan bahan modern sudah mulai diterapkan. Hal ini sudah
dapat dikatakan sebagai suatu kemajuan, dalam arti bahwa tingkat
kemampuan ekonomi sebagian dari mereka sudah mapan.
4. Luas bangunan
Pada umumnya rumah masyarakat didesa lemo bajo
mempunyai luasan yang cukup besar. Luasan rumah pada perairan
darat berkisar antara 96 m2 hingga 400 m2. Sedangkan diperairan
peralihan darat dan laut, luasan rumah berkisar antara 48 m 2
hingga 144 m2. Menurut kepala desa lemo bajo, rumah-rumah
didesa lemo bajo pada umumnya luas disebabkan adanya
antisipasi atas menambahkan anggota keluarga dikemudian hari
selain itu jika ada suatu hajatan maka rumah tersebut dapat
menampung sanak saudara dan tetangga.
Disamping itu adanya tradisi dikalangan masyarakat didesa
lemo bajo, dimana seorang telah menikah namun belum
mempunyai pekerjaan tetap dapat membangun rumah untuk
keluarganya sendiri dengan menyambung rumah utama. Sehingga
didesa ini dijumpai beberapa rumah dengan sistem gandeng.
5. Bentuk atap
Bentuk atap rumah tinggal suku bajo secara tradisional
adalah atap pelana. Bagi masyarakat di desa lemo bajo, meski
rumah mereka tidak lagi berbentuk panggung namun bentuk atap
tetap dipertahankan yaitu bentuk pelana (segitiga) dengan sudut
300. Pada atap tersebut terdapat ragam hias dengan bentuk U.
Gambar 27
6. Jenis Bangunan (permanen/semi permanen)
Jenis rumah tempat tinggal suku bajo secara tradisional
adalah rumah panggung sederhana yang dibangun diatas tiang.
Namun rumah masyarakat didesa lemo bajo telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat dimana rumah-rumah didesa ini
sebagian besar adalah permanen. Perkembangan iniberdasarkan
selera dan kemampuan pemiliknya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ramadhan bahwa tingkat
penghasilan akan berpengaruh terhadap perbedaan prioritas
pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan. Bagi masyarakat
berpenghasilan rendah kebutuhan oppotunity dan security akan
lebih diutamakandaripada kebutuhan identity, sedangkan bagi
masyarakat menengah keatas kebutuhan identity lebih diutamakan.
Hal ini sejalan dengan pemilik rumah didesa lemo bajo. Bagi
masyarakat yang memiliki penghasilan lebih besar keinginan untuk
Gambar 28
Gambar 29
Gambar 30
Gambar 31
8. Orientasi Bangunan
Berdasarkan hasil pengamatan, rumah-rumah didesa lemo
bajo kebanyakan menghadap kearah laut. Hal ini bagi mereka
merupakan suatu keharusan dan menjadi pantangan besar untuk
mendirikan rumah membelakangi laut, karena dalam falsafah
mereka laut adalah sumber rejeki. Dengan adanya jalan utama dan
lingkungan didesa lemo bajo, sudah banyak rumah penduduk
diarahkan kearah daratan, sehingga rumah-rumah mereka
membelakangi laut. Namun demikian, rumah-rumah tersebut
mempunyai pintu dan jendela khusus yang langsung terbuka
kearah laut, sehingga kesan membelakangilaut tidak nampak.
Tata letak rumah adalah mengikuti pola memanjang. Pola ini
tetap dipertahankan masyarakat didesa lemo bajo, yaitu
meletakkan unit-unit rumah secara memanjang atau berjejer
mengikuti garis pantai.