Anda di halaman 1dari 11

Makalah Bahasa Indonesia

Sejarah Bahasa Indonesia

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK I


1. Lalu Putranse permana (F1B016048)
2. Lalu Fiqihilmi (F1B016045)
3. Lalu Hamdan Hasim. T (F1B016047)
4. Lalu Septian Wahyu Adipratama ( F1B016050 )
5. Hapidi Anandytia (G1A016017)
6. Dini Nur Wahidah (C1G016051)
7. Juliani Rohaili (E1A016031)
8. Denda Juita Suastri (C1K016024)
9. Devi Apriana (C1G016046)
10. Desya Milanda (C16016045)
11. Dinda Saifuri Handini (C1G016050)
PROGRAM TAHUN PERTAMA BERSAMA
UNIVERSITAS MATARAM
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami
ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik
dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.

Mataram, September 2016


Penulis

DFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
D. Manfaat...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Definisi Bahasa...............................................................................................................2
B. Sejarah Bahasa Indonesia...............................................................................................2
C. Faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia 3
D. Peristiwa Penting Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia..........................................3
BAB III PENUTUP....................................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................................6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana budaya dan sarana berpikir masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, peranan Bahasa Indonesia menjadi sangat penting. Mengingat
pentingnya bahasa Indonesia, penulis dan pembaca dituntut untuk lebih memahami bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. yang salah satunya adalah dengan mengetahui sejarah
bahasa Indonesia.
Untuk itulah materi ini sangat penting untuk dipelajari, karena sangat disayangkan
jika sebagai pemakai bahasa Indonesia tidak mengetahui tentang sejarah bahasa Indonesia.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan
yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosa kata
serta maknanya. Sekarang Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern yang digunakan
dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara. Bahkan
keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengajarkan Bahasa Indonesia kepada generasi muda
dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi antara warga Negara Indonesia.
Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan
kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita. Mahasiswa yang berkepribadian baik adalah
mahasiswa yang menghargai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan Bahasa Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
D. Manfaat
Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masingmasing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek
atau konsep yang diwakili Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara
alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi
sebuah kamus

B. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasabahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad
awal penanggalan modern. Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir
tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di
Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur

perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari
Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek
Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda
menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan
pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat.

Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada
tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu
(dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan
sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie
voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang kemudian pada
tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas
usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan "Jika mengacu pada masa depan bahasabahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir
Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak
mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun
2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan
kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX
Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan
membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing,
pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar
bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa
Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya
dalam kongres ini.

C. Faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa


Indonesia

Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.

D. Pristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de


Volkslectuur melalui Surat Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang
bertugas mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng
yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah
diubah dan disempurnakan. Kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka

Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia

Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia

Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak
memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa
Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa

Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan
yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka

Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda,


diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri
oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut
dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain: mengganti Ejaan van
Ophuysen, mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan

Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa


Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga
pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal
yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting

18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai
dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa negara adalah bahasa Indonesia

19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan
sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi

Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama
Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa
Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa

28 Oktober s.d. 1 November 1954 terselenggara Kongres Bahasa Indonesia II di Medan,


Sumatera Utara. Kongres ini terselenggara atas prakarsa Menteri Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan, Mr. Mohammad Yamin

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang
berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan
Tap.MPR No. 2/1972

10 s.d. 14 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik Bahasa


Indonesia. Tahun 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia III. Tanggal 21 s.d. 26 November 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia
IV di Jakarta. Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa

Indonesia V di Jakarta. Tanggal 28 Oktober 2 November 1993 berlangsung Kongres


Bahasa Indonesia VI di Jakarta

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III
di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia

Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.


Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin

Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V


di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia

Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI


di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia

Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena:
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di indonesia, bahsa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dkenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus)
3. Suku jawa, suku sunda dan suku-suku yang lainnyan dengan suka rela menerima bahasa
melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
B. Saran
Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran
antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan
bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut umumnya terjadi pada generasi muda.
Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum intelek
adalah mereka-mereka yang menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka,
baik yang total memakai bahasa asing ataupun mencampur adukkan bahasa asing tersebut ke
dalam bahasa Indonesia. Dengan alasan globalisasi yang kian maraknya maka dari itu kita
sebagai generasi muda harus menghargai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Juga
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi. Guna menerapkanya
ke generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai