KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami
ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik
dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
DFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
D. Manfaat...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Definisi Bahasa...............................................................................................................2
B. Sejarah Bahasa Indonesia...............................................................................................2
C. Faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia 3
D. Peristiwa Penting Dalam Perkembangan Bahasa Indonesia..........................................3
BAB III PENUTUP....................................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
D. Manfaat
Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap
manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masingmasing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek
atau konsep yang diwakili Kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara
alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi
sebuah kamus
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasabahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad
awal penanggalan modern. Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir
tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di
Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur
perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari
Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang
digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek
Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda
menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan
pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat.
Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada
tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris
mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu
(dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Mamoer dan Moehammad
Taib Soetan Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan
sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie
voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908, yang kemudian pada
tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti
Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara
kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa" pada saat Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas
usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada
Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan "Jika mengacu pada masa depan bahasabahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa
Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir
Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak
mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun
2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan
kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX
Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan
membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing,
pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala
internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar
bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa
Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya
dalam kongres ini.
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia
Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia
Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak
memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa
Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa
Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan
yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka
18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai
dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa negara adalah bahasa Indonesia
19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan
sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi
Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama
Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa
Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang
berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan
Tap.MPR No. 2/1972
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III
di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia
Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena:
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di indonesia, bahsa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
2. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak
dkenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus)
3. Suku jawa, suku sunda dan suku-suku yang lainnyan dengan suka rela menerima bahasa
melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan
dalam arti yang luas.
B. Saran
Di kalangan pelajar dan remaja sendiri lahir sebuah bahasa baru yang merupakan pencampuran
antara bahasa asing, bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Bahasa tersebut biasa disebut dengan
bahasa gaul. Keterpurukan bahasa Indonesia tersebut umumnya terjadi pada generasi muda.
Bahkan sudah ada beberapa kalangan yang beranggapan dan meyakini bahwasanya kaum intelek
adalah mereka-mereka yang menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari mereka,
baik yang total memakai bahasa asing ataupun mencampur adukkan bahasa asing tersebut ke
dalam bahasa Indonesia. Dengan alasan globalisasi yang kian maraknya maka dari itu kita
sebagai generasi muda harus menghargai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Juga
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi. Guna menerapkanya
ke generasi berikutnya.