BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Semakin berkembangnya pengetahuan mengenai struktur sel, telah
menimbulkan keraguan para ahli biologi pengertiannya yang mengatakan bahwa
organismee di bumi terdiri dari tumbuhan dan hewan. Hasil penelitian
menunjukkan ada beberapa organismee yang tidak dapat digolongkan sebagai
kelompok tumbuhan atau hewan (Rahayu, 2014).
Klasifikasi mahkluk hidup yang membagi organisme di bumi menjadi dua
kingdom besar yaitu kingdom animalia dan kingdom plantae dirasa terlalu
sederhana, karena tidak memberikan tempat kepada organisme sederhana yang
tidak termasuk dala kedua kingdom tersebut. Banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh para ilmuwan untuk mengklasifikasi kembali organisme yang ada
di bumi. Penelitian tersebut menghasilkan berbagai macam sistem klasifikasi.
Berbagai sistem klasifikasi telah dikemukakan pengelompokan tersebut
bervariasi sebagai contoh antara lain Margulis & Schwarz (1982) membagi
organisme menjadi 4 kategori yaitu Monera, Fungi, Protista, dan Plantae. Trainor
(1978) menyatakan bahwa semua organisme eukariotik yang sederhana tergolong
dalam Protista (Rahayu,2014).
Kingdom Protista meruupakan salah satu kingdom yang kebanyakan hidup
di perairan, baik di perairan tawar maupun perairan laut. Kingdom Protista di bagi
menjadi tiga kelompok, yaitu Protista mirip jamur, Protista mirip hewan, dan
Protista mirip tumbuhan. Anggota protista mirip tumbuhan adalah alga.
Berdasarkan dominasi pigmennya alga dikelompokkan menjadi Chlorophyta,
Phaeophyta, Crysophyta, Euglenophyta, Rhodophyta, Bacillariophyta, dan
Dynoflagellata (Karmana, 2007).
Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau Dynoflagellata
merupakan protista yang hidup di laut atau air tawar, dikelompokkan sebagai
protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c , tetapi tidak mempunyai klorofil b
pigmen xantophil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan
neodinoxanthin) dan b karoten yang memberikan warna coklat atau warna coklat
emas. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak (Rhariyati, 2008).
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Ciri umum dan Pengklasifikasian Pyrrophyta
2.2.1 Ciri Umum Pyrrophyta
Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api) atau ganggang api adalah alga
uniseluler yang menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di malam
hari karena sel-selnya mengandung fosfor. Pyrrophyta atau Dinophyta disebut
juga Dynoflagellata (Yunani, dinos = berputar, flagel = cambuk) karena memiliki
flagella. Tubuh Pyrrophyta terdiri atas satu sel, memiliki dinding sel berupa
lempengan selulosa yang berbentuk poligonal dengan alur membujur dan
melintang, memiliki klorofil a, klorofil c, fikobilin, dinoxantin, dan xantofil, serta
dua flagela yang terletak di bagian samping atau ujung sel sehingga dapat
bergerak aktif (Ahmad, 2014).
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung
pigmen (klorofil A,C2 dan pirimidin, sementara yang lain memiliki klorofil
A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya Dynoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis (Susyawati, 2011).
Pyrophyta disebut juga Dynoflagellata dimana tubuhnya tersusun atas satu
sel, memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif serta habitat di laut,bersifat
fosforesensi
yaitu
memiliki
fosfor
yang
memancarkan
cahaya,
yang
generasi tumbuh sebagai filament ketika sel mereka tidak terpisah setelah
pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi ketika reproduksi seksual
dimulai, gamet mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan atau tanpa dinding,
terlihat sebagai individu tua dalam versi kecil. Gamet jantan dan betina tidak jelas
dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah penggabungan dua gamet, lalu
menjadi zigot yang aktif berenang, pada kondisi yang tidak menguntungkan, sel
akan membentuk hystrichosphere, ini adalah dorman kapsul yang melindungi
dinoflagelata sampai keadaan menguntungkan kembali (Alia,dkk, 2013).
atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi tertidur untuk waktu
bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan kondisi memungkinkan,
mereka daapt melakukan proses perkecambahan. Jika suhu hangat dan banyak
cahaya yang merangsang perkecambahan ini, kista akan pecah dan mengeluarkan
sel yang dapat berenang. Sel ini direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam
beberapa hari pengeraman (Banjar, 2014).
Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat,
dari dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel
dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu. Pada saat nutrisi telah
habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel gamet. Setiap dua sel
gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru yang berkembang menjadi
sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini lalu jatuh ke dasar laut dan
dapat berbiak pada tahun berikutnya (Banjar, 2014).
2.3 Fenomena yang terjadi dengan adanya Pyrrophyta
2.3.1 Bioluminescens
Bioluminescence adalah pembentukan dan pemancaran cahaya oleh
makhluk hidup. Bioluminescence biasanya terbentuk karena reaksi kimia yang
dihasilkan oleh makhluk hidup. Reaksi kimia tersebut bisa terjadi baik di dalam
sel, maupun di luar sel. Bioluminescence bisa ditemui pada bermacam-macam
hewan laut dalam, beberapa jenis serangga, cacing, keong, mikroorganismee, dan
juga jamur, kunang-kunang menyala ( Prakasita, 2012).
10
11
Red Tides
Dalam hal kontribusi ekologi, Dynoflagellata adalah salah satu kelompok
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api) atau ganggang api adalah alga
uniseluler yang menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di
malam hari karena sel-selnya mengandung fosfor. Pyrrophyta atau
Dinophyta disebut juga Dynoflagellata (Yunani, dinos = berputar, flagel =
cambuk) karena memiliki flagella. Tubuh Pyrrophyta terdiri atas satu sel,
memiliki dinding sel berupa lempengan selulosa yang berbentuk poligonal
dengan alur membujur dan melintang, memiliki klorofil a, klorofil c,
14
fikobilin, dinoxantin, dan xantofil, serta dua flagela yang terletak di bagian
samping atau ujung sel sehingga dapat bergerak aktif. Memiliki stigma dan
juga vakuola sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Cadangan
makanan disimpan berupa polisakarida dan minyak. Hidup secara autotrof,
heterotrof dan parisitik.
2. Berdasarkan letak flagella dan letak alur , Pyrrophyta dibagi menjadi dua
kelas yaitu Desmophyceae dan Dinophyceae.
3. Dynoflagellata bereproduksi secara aseksual dan seksual.
4. Fenomena yang di sebabkan oleh Dynoflagellata yaitu kemampuan
bioluminescence dan pasang merah (red tide).
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang divisi Phyrropyta.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Dadan. 2014. Cirri-ciri Pyrrophyta. (online),
http://www.sridianti.com/ciri-ciri-pyrrophyta.html
, diakses pada 18 februari
14
2015.
Alia,Nur,Nur fitriana,Muh.badawi yanas,IstiqamahIka astriana. 2013. Makalah
Dynoflagellata. (online),
https://www.academia.edu/3432655/Ekologi_Dinoflagellata, diakses pada
18 februari 2015.
Anonime. Tanpa tahun. Pyrrophyta. (online),
http://site.iugaza.edu.ps/elnabris/files/2014/11/2_plankton
diversity_phytoplankton.pdf, diakses pada 18 februari 2015.
Berg, Linda. 2008. Introductory Botany Plants, People, and The Environment.
USA : Brooks/Cole.
15
15
15