Anda di halaman 1dari 5

AZIZAH SHALIHAH A

No

Parameter

Satuan

Sungai A

Sungai B

mhos/cm
NTU
mg/L
mg/L

173.2
4.5
83
37

175.8
3.34
86
35

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.320
0.017
3.900
4.2
9.816
7.760
0.477

1
2
3
4
5
6
7

FISIKA
Daya Hantar Listrik (DHL)
Kekeruhan
Padatan Terlarut Total (TDS)
Padatan Tersuspensi Total ( TSS)
KIMIA
Amonia (NH3-N)
Besi (Fe)
BOD5
DO
COD
Derajat Keasaman (pH)
Deterjen (MBAS)

mg/L

0.0544
0.033
2.6
5.0
5.7
7.8
0.44

Fluorida ( F
)

mg/L

1.2

0.0193

9
10

Kadmium (Cd)
Krom Heksavalen (Cr-VI)

mg/L
mg/L

0,0204
0.0153

0.0204
0.0153

11

Klorida (

mg/L

69,5

7.3

12
13
14

Mangan (Mn)
Nitrit (NO2-N)
Seng (Zn)

mg/L
mg/L
mg/L

0.0
0.062
0.041

0.0193
0.051
0.034

15

SO

2
Sulfat
)

mg/L

17.5

16.5

1
2
3
4

Cl )

MIKROBIOLOGI
1

Coliform

jml/100 mL

E.Coli

jml/100 mL

2.4 x

103

600

1.1 x

102

400
25-2014-124

TUGAS DEFIKI I
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, kualifikasi mutu air
ditetapkan menjadi empat kelas yaitu :

a. Kelas satu yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai air baku
air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua yaitu air yang peruntukannya
prasarana/sarana

rekreasi

air

dan

atau

dapat

digunakan

peruntukan

sebagai

lain

yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


c. Kelas tiga yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan

untuk

membudidayakan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman, dan


atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
d. Kelas empat yaitu air yang perutukannya dapat digunakan untuk mengairi
petamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
PERBANDINGAN
Hampir keseluruhan parameter dari hasil pengukuran memenuhi kriteria standar
baku mutu PP Nomor 82 tahun 2001, baik untuk kelas I,II,III maupun IV. Namun, ada
pula beberapa parameter yang nilainya melebihi standar pada kelas tertentu.
Beberapa parameter tersebut diantaranya yaitu untuk parameter BOD 5 , DO,
Kadmium (Cd), Nitrit (NO2-N), dan Coliform.
Nilai BOD5 pada sungai A lebih kecil dibandingkan dengan sungai B yaitu 2,6 mg/L
sedangkan pada sungai B sebesar 3,900 mg/L. Kedua angka tersebut melebihi nilai
standar yang diperbolehkan untuk kelas I dengan batas maksimum BOD 5 sebesar 2
mg/L, sehingga untuk parameter BOD5 sungai A termasuk dalam kriteria kelas II
dimana batas maksimumnya sebesar 3 mg/L dan sungai B kelas III dengan batas
maksimum 6 mg/L.
Untuk nilai DO, sungai A dan B termasuk dalam kelas II karena pada kelas I minimal
DO yang harus ada sebesar 6 mg/L, sedangkan DO yang terukur pada kedua sungai
tersebut nilainya berada di bawah standar yang diperbolehkan. Sehigga untuk
parameter DO sungai A dan B termasuk kelas II dengan batas minimum DO sebesar
4 mg/L.
Kandungan kimia lainnya yang terukur melebihi standar PP 82 tahun 2001 pada
sungai A dan B yaitu Kadmium (Cd). Kadmium yang terukur pada kedua sungai

tersebut melampaui standar yang diperbolehkan untuk setiap kelas baik I,II,III,
maupun IV yang mana nilainya tidak boleh melebihi 0,1 mg/L. Namun nyatanya dari
hasil pengukuran menunjukan bahwa kedua sungai memiliki kandungan Kadmium
yang kadarnya melampaui standar baku PP 82 tahun 2001. Sehingga perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar Kadmium pada air
sungai, sehingga air sungai dapat dijadikan sebagai air baku untuk keperluan
tertentu.
Parameter lainnya yang melebihi standar PP 82 tahun 2001 yaitu kandungan Nitrit
dan Coliform pada sungai A, karena kandungan Nitrit yang diperbolehkan menurut
standar tersebut maksimal 0,06 mg/L dan Coliform sebesar 2000 jml/100 mL.
Sedangkan untuk sungai B kadar Nitrit yang ada masih diperbolehkan begitupun
dengan kadar Coliformnya yang termasuk dalam kelas II dimana batas maksimum
sebesar 1000 jml/100 mL.
Dari hasil perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai A
lebih rendah dibandingkan dengan kualitas air sungai B. Karena beberapa
parameter pada sungai A lebih banyak yang kadarnya melampaui standar PP 82
tahun 2001 dibandingkan dengan air pada sungai B. Hal tersebut terlihat jelas
perbedaannya pada parameter Nitrit dan Coliform.

ANALISA
Hasil pengukuran menunjukkan kekeruhan pada sungai A lebih tinggi dibandingkan
sungai B, hal tersebut dapat disebabkan karena kandungan TSS pada sungai A lebih
tinggi pula dibandingkan dengan sungai B. Tingginya kandungan TSS pada sungai A
dapat disebabkan karena tingginya kandungan organik, hal tersebut terlihat dari
tingginya nilai coliform dan E.coli pada sungai A yang dapat disebabkan akibat
adanya pengaruh buangan domestik dari sekitar sungai. Tingginya organik
menyebabkan tinggi pula kandungan klorida pada air sungai. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil pengukuran yang menunjukan kandungan klorida di sungai A
cukup tinggi jika dibandingkan dengan sungai B yang kandungan coliform dan
E.colinya lebih rendah. Dengan demikian, air sungai A dan B dapat dikualifikasikan
terhadap

kualitas

air

untuk

kelas

III

sehingga

dapat

digunakan

untuk

membudidayakan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut dengan syarat dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi


beberapa kandungan tertentu yang telah melebihi standar yang diperbolehkan.

BAKU MUTU DAN KUALITAS AIR LIMBAH DARI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
DOMESTIK
Kadar Paling
No

Parameter

Satuan

Tinggi

Kualitas Air

Kualitas Air

(PERMEN LH No

Buangan A

Buangan B

560-770
500-670
60-100
10-20
6-6,3
300-450
350-625
50-100
0.9-1.7
0.19-0.64
4.0-5.4
18-21
60-64
91-110
2-3

560-770
350-580
150-178
10-20
6-6,3
79-375
600-878
55-98
0.75-1.85
0.20-0.51
3.0-4.1
16-22
56-62
91-110
1.5-2

15

15

5 Tahun 2014)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

16

TS
TDS
TSS
SS
pH
BOD
COD
NH3
Nitrat
Nitrit
Phosfat
Sulfat
Chlorida
Alkalinitas
Sampah Kasar

Minyak dan Lemak

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

100
6-9
100

m3 /
L
mg/L

10

Tingginya kandungan TDS pada air buangan B dapat disebabkan karena jumlah
sampah kasar yang ada pada air buangan tersebut cukup banyak dibandingkan
dengan jumlah sampah kasar yang ada pada air buangan A. Selain itu, pada air
buangan A kandungan BOD yang lebih tinggi dibandingkan air buangan B dapat
disebabkan karena banyaknya kandungan organik yang ada di dalamnya. Hal
tersebut dapat disebabkan karena pengaruh buangan domestik ke dalam air
buangan tersebut. Selain itu, tingginya kandungan organik ditunjukan oleh angka
klorida pada air buangan B yang lebih tinggi dibandingkan dengan air buangan A,
hal ini disebabkan karena klorida dapat dihasilkan dari organisme yang terkandung
pada air tersebut.
Apabila dibandingkan dengan standar baku PERMEN LH No 5 tahun 2014 mengenai
baku mutu kualitas air limbah pada usaha dan/atau kegiatan domestik, untuk
parameter TSS dan pH pada air buangan A nilainya tidak melebihi standar yang
diperbolehkan, sedangkan parameter lainnya yaitu BOD, minyak dan lemak hasil
pengukuran menunjukan bahwa kedua parameter tersebut telah melebihi batas
ambang yang diperbolehkan. Sedangkan untuk air buangan B hanya parameter pH
saja yang nilainya tidak melebihi ambang batas sedangkan dari hasil pengukuran
TSS,BOD, minyak dan lemak kadarnya telah melebihi ambang batas yang
diperbolehkan. Hal ini menujukan bahwa kualitas air buangan B lebih rendah
dibandingkan dengan kualitas air buangan A. Sehingga pada air buangan B perlu
pengolahan lebih agar kualitas air buangan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai