Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nomor rekam medik : 287073
Nama Pasien
: Ny. S
Umur
: 57 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Metro
Tanggal Masuk
: 8 Maret 2016
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anggota gerak kaki dan tangan sebelah kiri tidak dapat digerakkan
Keluhan Tambahan :
Rasa kesemutan pada tangan dan kaki kiri, muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 2 hari SMRS, pasien mengeluh tangan dan kaki kirinya terasa lemah dan
tidak dapat digerakkan disertai rasa kesemutan. Lemah dirasakan mendadak seketika
saat bangun tidur. Pasien memiliki riwayat vertigo 2 bulan yang lalu dan sudah berobat.
Terkadang sesak dirasakan.
Sakit kepala disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal, pasien memiliki
rwayat hipertensi tak terkontrol dan tidak rutin meminum obat. BAB dan BAK tidak
ada gangguan. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Tanda-tanda vital
: TD : 150/90 mmHg
Nadi : 96x/menit, reguler
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36 C
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
Leher
Thorax
Ekstremitas
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS E4M6V5
N.CRANIALIS
N.I
N.II
N.III, IV, VI
: Sensibilitas : V 1: baik
V 2: baik
V 3: baik
N.VII
: baik
Menggigit
: baik
N.VIII
N.IX, X
: Disfonia (-)
Arcus faring : simetris
Uvula
: ditengah
N.XI
: Mengangkat bahu
N.XII
: deviasi ke kiri
: deviasi ke kanan
Atrofi lidah
: tidak ada
: (-)
MOTORIK
Tonus
: Bebas Terbatas
Bebas Terbatas
Kekuatan
: Eutrophy
Eutrophy
Eutrophy
Eutrophy
: 55550000
55550000
REFLEKS FISIOLOGIS
Biceps : +/+
Triceps: +/+
Patella: +/+
REFLEKS PATOLOGIS
Babinski
: -/+
Chaddock
: -/+
FUNGSI OTONOM
Miksi
Defekasi
D. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis:
Hemiparese Sinistra
Hipestesis Sinistra
Diagnosis tofis:
Intraserebral
Diagnosis etiologis:
Stroke Non-hemoragic, Infark
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
8/3/2016
Nilai rujukan
Hemoglobin
15,1
13-18 g/dL
Hematokrit
43,4
40-52%
Eritrosit
5.03
Leukosit
12,20
4800 - 10800 /L
381.000
150000 - 400000 / L
GDS
126
70 - 100 mg/dL
MCV
86,2
80-100 fL
Trombosit
MCH
30,0
27-34 pg
MCHC
34,8
32-36 g/dL
MPV
7,9
7-13 fL
11/3/2016
Nilai rujukan
GDP
113
<100
Ureum
37
15-40
Creatinin
0,85
0,6-1,1
Asam urat
4,75
2,3-6,1
Kolesterol total
268
<200
Trigliserida
124
<150
HDL
47
>35
LDL
196,2
Jenis Pemeriksaan
<135
Kesan:
Lacunar Infarct di corona radiata dextra
F. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Sohobion 1 x 1 amp
Citicholin inj 2 x 500 mg
Clopidogrel 1x 75 mg
G. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Algoritma Siriraj
Kesadaran (0 x 2.5) + Muntah (2 x 1) + Nyeri kepala (0 x 2) + Tekanan darah diastolik
(100 x 10%) Ateroma (0 x -3) - 12 = 0 + 2 + 0 + 10 12 = 0
Kesan: Bias. Perlu dilakukan CT-Scan
H. FOLLOW-UP
Rawat hari ke-1 (8 Maret 2016)
S
:Pasien mengeluh badan lemas. Tangan dan kaki kiri tidak dapat
digerakkan
O
:Status present
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TD: 180/90 mmHg
T: 36,0
HR: 96 x/menit
RR: 20 x/menit
Status Neurologis
Mata: pupil bulat, isokor 2.5mm/2.5mm, reflek cahaya +/+
Leher : Sikap lurus, kaku kuduk (-)
Nn. Kranialis : dalam batas normal
Motorik
Superior
Inferior
Gerak
+ /+
+ / +
Kekuatan
5/1
5/1
Tonus N/N N/N
N/N
Trofi E/E
E/E
E/E
R.Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis - / -/+ (B)(C)
A
: Non-medikamentosa:
Bed rest
Fisioterapi dan terapi wicara
Medikamentosa:
IVFD RL 20 tpm
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Citicholin inj 2 x 500 mg
Clopidogrel 1x 75 mg
Dexamethason inj 3 x 1 amp
T: 36,8
HR: 89 x/menit
RR: 24 x/menit
Status Neurologis
GCS = E4M6V5 = 15
Kepala : Bentuk mesocephal, simetris
Mata : Pupil bulat, isokor 2.5mm/ 2.5mm, reflek cahaya +/ +
Leher : Sikap lurus, kaku kuduk (-)
Nn. Kranialis : dalam batas normal
Motorik
Superior
Inferior
Gerak
+ /+
+ / +
Kekuatan
4/5
1/1
Tonus N/N N/N
N/N
Trofi E/E
E/E
E/E
R.Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis - / -/+ (B)(C)
A
: Non-medikamentosa:
Bed rest
Fisioterapi dan terapi wicara
Medikamentosa:
IVFD RL 20 tpm
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Citicholin inj 2 x 500 mg
Clopidogrel 1x 75 mg
Dexamethason inj 3 x 1 amp
: Non-medikamentosa:
Bed rest
Fisioterapi dan terapi wicara
Medikamentosa:
IVFD RL 20 tpm
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Citicholin inj 2 x 500 mg
Clopidogrel 1x 75 mg
Dexamethason inj 3 x 1 amp
Rawat hari ke-4 (14 Maret 2016)
S
: Nyeri kepala (+), BAB (-), perut sedikit kembung, lemah kaki kiri
O
:Status present
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TD: 160/100 mmHg
T: 36,2
HR: 72 x/menit
RR: 24 x/menit
Status Neurologis
GCS = E4M6V5 = 15
Kepala : Bentuk mesocephal, simetris
Mata : Pupil bulat, isokor 2.5mm/ 2.5mm, reflek cahaya +/ +
Leher : Sikap lurus, kaku kuduk (-)
Nn. Kranialis : dalam batas normal
Motorik
Superior
Inferior
Gerak
+ /+
+/+
Kekuatan
5/4
5/2
Tonus N/N N/N
N/N
Trofi E/E
E/E
E/E
10
R.Fisiologis +/+
+/+
R. Patologis - / -/+ (B)(C)
Sensibilitas: hipestesis sinistra
Vegetatif: sulit BAB sejak selasa
A
: Non-medikamentosa:
Bed rest
Fisioterapi dan terapi wicara
Medikamentosa:
IVFD RL 20 tpm
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Citicholin inj 2 x 500 mg
Clopidogrel 1x 75 mg
Dexamethason inj 3 x 1 amp
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke atau serangan otak adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata di sebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik.1
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat
atau kematian.2
Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan
(trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ
distal. Trombus yang terlepas dapat menjadi embolus.3
11
B.
Etiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri.4
Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya,
biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur
dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul
progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.4
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya
oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri
karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam
plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan
materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak,
tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut.4
C. Klasifikasi
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi lesi vaskular serebral,
dapat di bagi dalam :
1. Stroke non hemoragik yang mencakup5
a.
b.
Stroke in-evolution
c.
Stroke trombotik
d.
Stroke embolik
e.
Stroke akibat komperesi terhadap arteri oleh proses di luar arteri seperti
tumor, abses, granuloma.
Berdasarkan subtipe penyebab3
2.
a.
Stroke lakunar
b.
c.
Stroke embolik
d.
Stroke kriptogenik
D. Faktor risiko
12
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang
dapat di modifikasi. Penelitian yang dilakukan Rismanto (2006) di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokertomengenai gambaran faktor-faktor risiko penderita stroke
menunjukan faktor risiko terbesar adalah hipertensi 57,24%, diikuti dengan diabetes
melitus 19,31% dan hiperkolesterol 8,97%.6,7
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :6,7
1. Usia
Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua
kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13% berumur di
bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002), dari penelitianya terhadap 45
kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke non hemoragik lebih banyak pada
tentan umur 45-65 tahun.7,8
2. Jenis kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata bahwa kaum pria lebih
banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan angka
kematianya masih belum jelas. Penelitian yang di lakukan oleh Indah Manutsih
Utami (2002) di RSUD Kabupaten Kudus mengenai gambaran faktor-faktor risiko
yang terdapat pada penderita stroke menunjukan bahwa jumlah kasus terbanyak jenis
kelamin laki-laki 58,4% dari penelitianya terhadap 197 pasien stroke non
hemoragik.7,9
3.
Herediter
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke. Menurut
penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001 riwayat stroke pada
keluarga meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 29,3%.5
4. Rasa atau etnik
13
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Data
sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari pada suku Jawa
(khususnya Yogyakarta).7
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
1. Riwayat stroke
Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu lima tahun
kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.7
2. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam kali
ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya stroke non
hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7 yang
dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih tinggi dari
140/90 mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena
mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga
mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.7,10
3. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska oprasi
jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering menyebabkan stroke
adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah di
jantung dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak.7
4. (DM) Diabetes melitus
Kadar gulakosa dalam darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel
pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Menurut penelitian Siregar F
(2002) di RSUD Haji Adam Malik Medan dengan desain case control, penderita
diabetes melitus mempunyai risiko terkena stroke 3,39 kali dibandingkan dengan
yang tidak menderita diabetes mellitus.7
5. TIA
Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan singkat akibat
iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
penyembuhan berfariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang dewasa di
14
perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup mereka, jika
diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan mengalami stroke dalam
3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima
tahun setelah serangan pertama.11
6. Hiperkolesterol
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis
penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga
lipid terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan ini
menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron, lipoprotein densitas
sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein densitas
tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling tinggi kadar kolesterolnya,
VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar protein tertinggi terdapat pada HDL.
Hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas
batas normal, kondisi ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko
stroke, merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung
koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL <40mg/dl,
trigliserida >150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam
pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Menurut Dedy Kristofer (2010),
dari penelitianya 43 pasien, di dapatkan hiperkolesterolemia 34,9%, hipertrigliserida
4,7%, HDL yang rendah 53,5%, dan LDL yang tinggi 69,8%.7
7. Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus.
Prevalensinya meningkat dengan bertambahnya umur. Obesitas merupakan
predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke. Mengukur adanya obesitas dengan
cara mencari body mass index (BMI) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi tinggi
badan
dalam
meter
dikuadratkan.
Normal
BMI
antara
18,50-24,99
Patofisiologi
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi
neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (12001400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50%
glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam jumlah normal darah yang mengalir
ke otak sebanyak 50-60ml per 100 gram jaringan otak per menit. Jumlah darah yang
diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari jumlah darah itu di
salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (dekstra dan
sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi
arteriserebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke
bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior, selanjutnya
sirkulasi
arteriserebrum
anterior bertemu
dengan
sirkulasi
arteri serebrum
Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis
dan thrombosis.
2.
16
3.
Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium.
Gejala klinis
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
17
otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami penurunan,
menurut penelitian Rusdi Lamsudi pada tahun 1989-1991 stroke non hemoragik tidak
terdapat hubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran, kesadaran seseorang dapat
di nilai dengan menggunakan skala koma Glasgow yaitu :1,1
Tabel 1. Skala koma Glasgow.
Skor
1
Respon motorik
(M)
Ekstensi abnormal
Mengerang
Fleksi abnormal
Bicara kacau
Menghindari nyeri 4.
Melokalisir nyeri
Mengikuti perintah
5.
Disorientasi tempat
dan waktu
Orientasi baik dan
sesuai
b.
c.
18
Nervus kranial
I: Olfaktorius
Fungsi
Penemuan
klinis
Penciuman
dengan lesi
Anosmia (hilangnya daya
penghidu)
Amaurosis
kontriksi Diplopia (penglihatan
II: Optikus
III:
Penglihatan
Gerak mata;
Okulomotorius
pupil; akomodasi
kembar),
ptosis;
midriasis;hilangnya
IV: Troklearis
V: Trigeminus
akomodasi
Gerak mata
Diplopia
Sensasi umum wajah, kulit mati rasa pada wajah;
kepala, dan gigi; gerak kelemahan otot rahang
VI: Abdusen
VII: Fasialis
mengunyah
Gerak mata
Pengecapan;
Diplopia
sensasi Hilangnya
kemampuan
luar;
kelenjar
sekresi pertiga
pada
anterior
dua
lidah;
submandibula
VIII:
wajah
Tuli; tinitus(berdenging
Vestibulokokleari
keseimbangan
terus
menerus);
s
IX:
Pengecapan;
Glosofaringeus
vertigo; nitagmus
sensasi Hilangnya
pada
daya
parotis
Pengecapan;
pada
farings;
telinga;
dan
visera
abdomen
Asesorius Fonasi; gerakan kepala; Suara parau; kelemahan
19
Spinal
XII: Hipoglosus
Gerak lidah
bahu
Kelemahan dan pelayuan
lidah
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang dimana Pendeita
stroke non hemoragik yang mengalami infrak bagian hemisfer otak kiri akan
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan pada sebalah kanan, dan begitu pula sebaliknya
dan sebagian juga terjadi Hemiparese dupleks, pendeita stroke non hemoragik yang
mengalami hemiparesesi dupleksakan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada kedua
bagian tubuh sekaligus bahkan dapat sampai mengakibatkan kelumpuhan.
Penelitian yang dilakukan Sri Andriani Sinaga (2008) terhadap 281 pasien stroke
di Rumah Sakit Haji Medan di dapatkan hemiparese sinistra yaitu 46,3%, diikuti
oleh hemiparese dekstra 31,7%, tidak tercatat sebanyak 14,2% dan hemiparesese
dupleks 7,8%. Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan insufisiensi arteri ke otak
mungkin berkaitan dengan pengelompokan gejala dan tanda berikut yang tercantum dan
disebut sindrom neurovaskular:11
1. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior : gejala biasanya unilateral)
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteria karotis yang terkena, akibat
insufisiensi arteri retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena insufisiensi arteria
serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media atau arteria
serebri media. Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin
mengenai wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia ekspresif
karena keterlibatan daerah bicara motorik Broca.
2. Arteri serebri media (tersering)
a. Hemiparese atau monoparese kontralateral (biasanya mengenai lengan)
b. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
c. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena): gangguan semua fungsi yang
berkaitan dengan bicara dan komunikasi
d. Disfasia
3. Arteri serebri anterior (kebingungan adalah gejala utama)
20
21
trombolisis
dengan
rt-PA (recombinan
tissue-plasminogen
activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil CT
scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan di rumah
sakit yang fasilitasnya lengkap.
b. Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam yang
diantaranya yaitu :
1)
trombosis yang progresif dan optimalisasi volume dan tekanan darah yang dapat
menyerupai kegagalan perfusi.
3)
Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga faktor
utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan hipertensi akut, ini tak
boleh di beri antikoagulan selama 43-72 jam pertama, bila ada hipertensi beri obat
antihipertensi.
c. Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke terapi
dengan heparin.
2.
22
Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali
sken
resonasi
magnetik
pada
pasien
dengan
stroke
vetebrobasiler atau sirkulasi posterior atau infrak yang tidak nyata pada CT
scan.
g. Pertimbangkan pemberian heparin intravena di mulai dosis 800 unit/jam,
20.000 unit dalam 500 ml salin normal dengan kecepatan 20 ml/jam, sampai
masa tromboplastin parsial mendekati 1,5 kontrol pada kondisi :
1)
2)
3)
23
4)
Diseksi arteri
5)
Heparin merupakan kontraindikasi relatif pada infrak yang luas. Pasien stroke non
hemoragik dengan infrak miokard baru, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung atau
trombus intrakardiak harus diberikan antikoagulan oral (warfarin) sampai minimal satu
tahun.
Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan nafas yang adekuat
sangatlah penting. Pastikan pasien bisa menelan dengan aman dan jaga pasien agar tetap
mendapat hidrasi dan nutrisi. Menelan harus di nilai (perhatikan saat pasien mencoba
untuk minum, dan jika terdapat kesulitan cairan harus di berikan melalui selang
lambung atau intravena.
H. Komplikasi
Kebanyakan morbiditas dan mortilitas stroke berkaitan dengan komplikasi non
neurologis yang dapat di minimalkan dengan perawatan umum, komplikasi-komplikasi
tersebut yaitu :1
1. Demam, yang dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus di obati secara
agresif dengan antipiretik atau kompres dingin. Penyebab demam biasanya adalah
pneumonia aspirasi, kultur darah dan urin kemudian beri antibiotik intravena sesuai
hasil kultur.
2. Kekurangan nutrisi, bila pasien sadar dan tidak memiliki risiko aspirasi maka dapat
dilakukan pemberian makanan secara oral, tetapi jika pasien tidak sadar atau
memiliki risiko aspirasi beri makanan secara enteral melalui pipa nasoduodenal
ukuran kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke.
3. Hipovolemia, dapat di koreksi dengan kristaloid isotonis. Cairan hipotonis
(dekstrosa 5% dalam air, larutan NaCl 0,45 %) dapat memperberat edema serebri
dan harus di hindari.
4. Hiperglikemi dan hipoglikemi, ini dapat lakukan terapi setiap 6 jam selama 3-5 hari
sejak onset stroke :
a.
< 50 mg/dl
b.
50-100 mg/dl
c.
100-200 mg/dl
24
d.
200-250 mg/dl
e.
250-300 mg/dl
f.
300-350 mg/dl
g.
350-400 mg/dl
h.
5.
6.
achilesdi
lakukan
splin
tumit
untuk
mempertahankan
25
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis
yang dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan
juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, kurang dari 80% pasien dengan
stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan
hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu
setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15%
memerlukan perawatan institusional. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi
500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang
meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Sebanyak 28,5% penderita
stroke meninggal dunia, sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya
15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.13
DAFTAR PUSTAKA
Stroke
Iskemik. UNDIP.
Semarang.
2010. http://eprints.undip.ac.id/24037/1/Andreas_Christian_Widjaja.pdf
3. Widjaja AC. Uji Diagnostik Pemeriksaan Kadar D-dimer Plasma Pada
Diagnosis
Stroke
Iskemik. UNDIP.
Semarang.
2010. http://eprints.undip.ac.id/24037/1/Andreas_Christian_Widjaja.pdf
(1 ja
nuari 2012)
4. Sabiston. Buku Ajar Bedah Bagian 2. EGC. Jakarta. 1994.hal:579-80.
5. Mardjono M &
Sidharta P. Neurologi
Klinis
Dasar. Penerbit
Dian
26
UNDIP.Semarang.2006.http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?
action=4&idx=3745.
7. Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada
Usia Muda. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2003.hal:3-11.
8. Ritarwan K.Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderita Stroke
YangDirawat Di Rsup H. Adam Malik Medan.FK USU.medan.2003.
9. Utami IM.Gambaran Faktor - Faktor Risiko Yang Terdapat Pada Penderita
Stroke
Di
Rsud
Kabupaten
Kudus.FK
UNDIP.Semarang.2002.http://eprints.undip.ac.id/4021/1/2042.pdf
10. Sudoyo AW. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006.
11. Price
SA
&
Wilson
Klinis
Proses-Proses
Stroke
Indonesia. Stroke
Non
2011.http://www.yastroki.or.id/read.php?id=250
27
Hemoragik.
Jakarta.