Anda di halaman 1dari 4

TUGAS FARMAKOTERAPI I

ARTIKEL GAGAL JANTUNG

Disusun oleh :

Rima Noermastuti
1041411178

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG
2016

Gagal Jantung pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis


Penyakit ginjal kronis (CKD) merupakan faktor risiko yang kuat pada penyakit
kardiovaskular (CVD). Di Amerika Serikat, prevalensi CVD pada pasien CKD mencapai
63%, berbeda dengan hanya 5,8% pada orang tanpa CKD, dan prevalensi ini berhubungan
langsung dengan tingkat keparahan CKD.
Gagal jantung (HF) adalah komplikasi kardiovaskuler yang sering terjadi pada pasien
CKD, prevalensinya meningkat seiring dengan menurunnya fungsi ginjal. Gagal jantung
didefinisikan sebagai sindrom dari setiap gangguan jantung struktural atau fungsional yang
merusak kemampuan jantung sebagai pompa untuk mendukung sirkulasi fisiologis. HF dapat
terjadi sebagai akibat disfungsi dari sistolik atau diastolik.
Tujuan pengobatan HF pada pasien CKD serta non-CKD yaitu :
-

untuk mengurangi preload dan afterload dan untuk mengurangi (Left Ventricular

Hypertrophy (LVH),
untuk mengobati iskemia miokard,
untuk menghambat hiperaktivitas neurohumoral, terutama saraf simpatik sistem
dan sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS).

Pengobatan penyakit HF pada pasien CKD :


1. Pengendalian Overload Cairan
Pada pasien CKD, mempertahankan garam dan keseimbangan air dan meningkatkan
kontrol tekanan darah adalah kunci strategi untuk mengurangi resiko dan manifestasi dari HF.
Pentingnya pendekatan ini telah dibuktikan terutama pada pasien dialisis, diantaranya
keterbatasan asupan garam dan ultrafiltrasi agresif ditunjukkan untuk mencegah atau
mengurangi LVH dan dilatasi, dengan sedikit atau tanpa obat antihipertensi. Terapi diuretik
sering membutuhkan dosis yang lebih tinggi dibandingkan pada pasien HF dengan fungsi
ginjal yang normal.
Putaran diuretik harus digunakan sebagai agen lini pertama pada pasien dengan GFR
<30 mL / min / 1.73 m2, karena tiazid relatif tidak efektif dalam kasus ini ketika digunakan
sendiri. Efek diuretik dapat ditingkatkan dengan meningkatkan total dosis harian atau
frekuensi dosis (3 kali sehari) atau dengan menggunakan rejimen kombinasi (misalnya,
furosemide dengan metolazone atau hydrochlorothiazide).

2. Pengobatan Anemia dan CKD-mineral dan gangguan tulang harus ditangani, menggunakan
pedoman yang ada untuk populasi umum CKD.
3. Beta-blockers (bisoprolol, metoprolol, dan carvedilol) dapat mengurangi angka kematian
dan dapat direkomendasikan untuk semua pasien, kecuali bila kontraindikasi atau tidak
toleran. Obat-obat golongan ini secara konsisten dapat meningkatkan Ejection Fraction dari
ventrikel kiri, menurunkan massa ventrikel, dan mengurangi volume sistolik dan diastolik.
Pengobatan harus dimulai pada dosis yang sangat rendah dan hati-hati serta dipantau, untuk
menghindari memburuknya HF, bradikardia, dan hipotensi.
4. ACE-i dapat mengurangi kematian dan harus ditunjukkan untuk semua pasien dengan HF
dan CKD tahap 1-3, kecuali pasien kontraindikasi atau tidak toleran. Pada pasien dengan
tahap CKD 4 dan 5, hati-hati, mengingat manfaat ACE-i pada belum terbukti untuk
kelangsungan hidup dan ada risiko yang lebih tinggi dari efek samping.
ACEi bekerja menurunkan angiotensin II dan aldosteron, mempengaruhi efek negatif seperti
mereduksi remodeling ventrikuler, fibrosis miokardial, apoptosis miosit, hipertropi kardiak,
pelepasan norepinefrin, vasokonstriksi dan retensi natrium dan air.
5. ARB dapat digunakan, terutama pada pasien yang mengalami batuk atau angioedema dari
ACE-i. terapi ganda dengan ACE-i dan ARB dapat dipertimbangkan dalam kasus resisten.
ARB bekerja dengan memblok angiotensin II subtipe AT1, mencegah efek berbahaya yang
ditimbulkan angiotensin II disamping fungsi normalnya.
6. Bila menggunakan RAAS inhibitor (terutama terapi ganda), titrasi dosis (hati-hati) dan
perlu adanya pemantauan klinis untuk mencegah efek samping yang serius, seperti hipotensi,
hiperkalemia, dan cedera ginjal akut.
7. Pada tahap 3 pasien CKD, antagonis aldosteron dapat dicoba tetapi harus digunakan
dengan hati-hati dan pada dosis yang sangat rendah, serta pemantauan kadar potasium tetapi
harus dihindari pada pasien dengan stadium CKD 4 dan 5.
8. Penambahan digoxin dapat dipertimbangkan pada kasus tertentu dengan gejala yang susah
dikontrol dari HF atau dengan tingkat tinggi ventrikel fibrilasi atrium.

Terapi optimal dengan diuretik, inhibitor RAAS, dan beta-blocker menggunakan dosis yang
sangat rendah serta pemantauan konsentrasi digoxin serum yang diperlukan.

Sumber :
ISFI. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan hal. 95-99
Segall, L., Nistor., I, dan Covic, A. 2014. Heart Failure in Patients with Chronic Kidney
Disease : A Systematic Integrative Review. BioMed Research International. Vol.1
: 1-21

Anda mungkin juga menyukai