Judul Percobaan
Kelarutan sebagai fungsi suhu
B. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan dapat menentukan kelarutan zat pada berbagai
suhu dan menentukan kalor pelarutan differensial
C. Dasar Teori
Jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut atau jumlah zat
yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu
larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Semakin tinggi suhunya
(kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antara molekul zat padat tersebut.
Merenggangnya jarak antara molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul
tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air.
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada
temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah
zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut
lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh.
Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang larut
dan yang tidak larut. Kesetimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
A(p) A(l)
A(p): molekul zat yang tidak larut
A(l): molekul zat terlarut
Tetapan kesetimbangan proses pelarutan tersebut adalah :
Hubungan tetapan kesetimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh vant Hoff
Atau,
4. Aduklah terus larutan di tabung A. Bilamana suhu menurun sampai 40 0C, pipetlah 10
mL larutan dan encerkan hingga 100 mL dalam labu ukur 100 mL
5. Lakukan pengambilan yang serupa pada 300C,250C, 200C,150C,dan 100C, es
diletakkan air pendingin. Ujung pipet perlu dibungkus kertas saring, agar zat padat
tidak memasuki pipet, ketika pemipetan dilakukan
6. Sebelum melakukan titrasi, lakukan stadarisasi NaOH dengan asam oksalat yangtelah
diketahui konsentrasinya
7. Titrasi keempat larutan itu dengan NaOH dan indikator fenolftalein
F. Data Pengamatan
No
1
2
3
4
5
= 1,26 gram
Maka massa asam oksalat 1,26 gram, setelah dititrasi dengan NaOH didapatkan volume
sebesar 19,1 mL, dari titrasi yang didapat maka konsentrasi NaOH adalah
= 0,134
= 0,14
Selanjutnya adalah kelarutan asam oksalat pada suhu 20 0C, setelah dilakukan titrasi
dengan larutan NaOH 0,1 M, diperoleh bahwa volume NaOH adalah 27,3 mL, maka
kelarutan asam oksalat pada suhu 200C sebesar
Kelarutan asam oksalat = 27,3 mL NaOH x
= 0,136
= 0,109
= 0.086
No
1
2
3
4
5
30
25
20
15
10
0.134
0.140
0.136
0.109
0.086
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semakin kecil suhu asam oksalat kelarutannya semakin
rendah, demikian pula sebaliknya semakin tinggi suhu semakin tinggi kelarutannya.
Namun pada suhu 300C terjadi penyimpangan, yaitu kelarutan yang dihasilkan lebih
rendah daripada kelarutan pada 250C dan 200C, hal tersebut disebabkan oleh kesalahan
pratikan dalam memperhatikan warna setelah titrasi, yaitu saat warna berubah menjadi merah
muda pratikan menghentikan proses titrasi tetapi setelah dibiarkan warnanya menjadi
memudar, hal tersebut menunjukkan bahwa proses titrasi belum mencapai titik akhir.
Kemudian untuk penentuan kalor pelarutan asam oksalat, digunakan persamaan
berikut
=
Dari persamaan diatas maka dapat diketahui kalor pelarutan dari percobaan yang telah
dilakukan, dimana data diperoleh dari tabel kelarutan asam oksalat adalah sebagai berikut
1) Data 1 dan 2 (suhu 303 K dan 298 K)
=
x 8,314 =
( 0,00336 0,00330)
=
= 6070,7
( 0,00341 0,00336)
=
= -4017,0
( 0,00347 0,00341)
=
= -30666,2
( 0,00353 0,00347)
=
= -32840,3
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa reaksi terjadi secara eksotermik,kecuali dari
perhitungan data 1 dan 2, hal tersebut dikarenakan terjadi penyimpangan yang terjadi pada
suhu 300C, dimana kelarutannya lebih kecil daripada suhu 250C dan 200C.
Apabila suhu tidak mempengaruhi kelarutan zat maka
arah garis singgung pada kurva log
Log
maka sumbu x adalah 1/T dan sumbu y adalah log mz, berikut tabel perhitungan 1/T dan log
mz
T
303
298
293
288
283
Mz
0.134
0.140
0.136
0.109
0.086
1/T
Log mz
0,0033
0,00336
0,00341
0,00347
0,00353
-0,872
-0,853
-0,866
-0,963
-1,065
Dimana didapat persamaan garis untuk grafik adalah y = -877,43x + 2,0717, maka
dapat ditentukan dari arah garis singgung, maka
= -877,43 J/mol
H. Kesimpulan
Dari percobaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1) Semakin rendah suhu, maka kelarutan suatu zat akan semakin rendah, begitupun
sebaliknya semakin tinggi suhu, semakin tinggi kelarutanya
2) Reaksi kelarutan terjadi secara eksotermik
I. Jawaban pertanyaan
1. Apa yang dimaksud kalor pelarutan diferensial?
2. Jika proses berupa proses endoterm, bagaimana perubahan harga kelarutan jika suhu
dinaikkan?
Jawaban
1. Kalor pelarutan differensial adalah Kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
zat dilarutkan dalam satu mol pelarut
2. Jika proses endoterm, maka jika suhu dinaikkan kelarutan akan semakin menurun
Daftar Pustaka
Sumari, dkk. 2015. Petunjuk Pratikum Kimia Fisika. Malang: FMIPA Universitas Negeri
Malang.
Castellan Gilbert W.1983. Physical Chemistry 3rd ed. London:Addison-Wesley Publishing
Company