OLEH :
ANGKATAN LXI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penggunaan
obat
yang
rasional
sebagai
bagian
integral
dari
pengurangan
resiko
efek
samping
dan
resistensi,
peningkatan
disertai
umpan
balik
yang
dilaksanakan
secara
Subroto, sebagai suatu badan yang membantu pimpinan rumah sakit untuk
menetapkan kebijakan menyeluruh tentang pengelolaan dan penggunaan obat di
rumah sakit, melakukan kegiatan monitoring efek samping obat. Dengan adanya
monitoring efek samping obat ini diharapkan dapat mengurangi kejadian efek
samping obat yang timbul dan dapat mendukung penggunaan obat yang
rasional.
B. Tujuan
1. Mengetahui efek samping obat yang dapat ditimbulkan oleh obat jantung.
2. Mencari hasil monitoring efek samping obat jantung yang timbul dari berbagai
sumber.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
samping
obat
akan
menambah
masalah
dalam
hal
morbiditas,
2. Selanjutnya
a. Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan.
b. Membuat peraturan yang sesuai.
c. Memberi peringatan pada umum bila dibutuhkan.
d. Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO.
C. Cara Monitoring Efek Samping Obat
Dalam melakukan monitoring efek samping obat dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain:
1. Laporan insidental
a. Biasanya dikemukakan pada pertemuan-pertemuan di RS atau laporan kasus
di majalah.
b. Tidak dapat tersebar dengan cepat karena tidak ada organisasi nasional yang
mengatur.
c. Pengenalan ESO yang diduga, sangat tergantung pada motivasi masingmasing klinikus.
2. Laporan sukarela
a. Dikoordinir oleh pusat.
b. Disebut laporan spontan.
c. Diminta melaporkan ESO pada praktek sehari-hari.
3. Laporan intensif di RS
a. Kelompok dokter, perawat terlatih, ahli farmasi mencari dan mengumpulkan
ESO.
b. Populasi tertentu dan terbatas di RS.
c. Data yang terkumpul dianalisa oleh tim ahli.
4. Laporan lewat catatan medik
a. Pengumpulan data melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang diterima
dari bermacam sumber.
b. Mungkin dikerjakan di tempat dimana pelayanan medik yang lengkap,
terorganisisr baik dan fasilitas komputer yang canggih.
5. Laporan wajib
Ada peraturan mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan ESO di
tempat tugas atau praktek sehari-hari.
Setiap kejadian ESO walau masih dugaan, bila ragu-ragu lebih baik
melapor dari pada tidak melapor sama sekali. Yang harus dilaporkan dari
kejadian ESO adalah :
1. ESO yang tidak diketahui sebelumnya oleh pelapor.
2. ESO yang berat.
3. Dugaan ketergantungan obat.
Prosedur pelaporan ESO di Rumah Sakit secara umum dapat di
gambarkan sebagai berikut :
Pasien
(1)
gejala ESO
Perawat jaga
(2)
melapor
Dokter jaga
formulir
ESO
(3)
Mengambil
tindakan medis
(4)
Mengisi formulir
MESO
(5)
feed back
Sekretaris PFT
(7)
Panitia MESO
Nasional
Gambar 1. Prosedur pelaporan ESO di RS
D. Penyakit Jantung
Di negara-negara industri maju penyakit jantung dan pembuluh
(PJP)seperti angina pectoris, infark jantung, gagal jantung dan hipertensi
merupakan penyebab kematian terbesar.
Jantung dapat diibaratkan suatu pompa berganda, yang terdiri dari bagian
kanan dan kiri. Bagian kanan memompa darah dari bagian tubuh ke paru-paru,
sedangkan bagian kiri memompa darah dari paru-paru ke tubuh. Fungsi utama
peredaran darah adalah penyaluran oksigen dan zat-zat gizi lain yang
dibutuhkan untuk metabolisme ke jaringan dan organ. Jika terjadi gangguan
pada peredaran darah tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung.
Gangguan pembuluh yang berperan sangat penting pada terjadinya PJP
adalah atherosclerosis yang bercirikan menebal dan mengerasnya dinding arteri
besar dan sedang. Keadaan ini diakibatkan oleh endapan dari antara lain
kolesterol, lemak, kalsium, dan fibrin (plaks, atheroma) di dinding pembuluh.
Penyakit jantung yang lebih serius adalah angina pectoris dimana jantung
tidak menerima cukup darah (dan oksigen) karena liang arteri jantung sudah
hampir tertutup oleh plaks. Bila arteri jantung atau otak tersumbat sama sekali,
dapat menimbulkan infark jantung atau infark otak (stroke). Pada gangguan
gawat ini sebagian atau seluruh jantung/otak menjadi mati, sehingga sering
bersifat fatal. Akibat beban jantung yang diperbesar dapat pula timbul gagal
jantung karena jantung tak sanggup lagi memelihara peredaran darah secara
normal.
E. Obat obat Jantung
Obat-obat jantung atau cardiaca adalah obat-obat yang secara langsung
dapat memulihkan fungsi otot jantung yang terganggu kekeadaan normal. Obatobat lain, yang disamping sifat khususnya juga bekerja terhadap jantung, tidak
termasuk definisi ini.
Obat-obat jantung (obat kardiovaskular) dapat dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu :
1. Antihipertensi
2. Antiaritmia jantung
3. Antihemoroid
4. Glikosida Jantung
5. Vasodilator
F. Antihipertensi
G. Vasodilator Koroner
Zat-zat ini memperlebar arteri jantung, memperlancar pemasukan darah
serta oksigen, dan dengan demikian meringankan beban jantung.
Obat-obat vasodilator koroner terdiri dari:
1. Golongan Nitrat
2. Beta Blockers
Beta-blocker memperlambat pukulan jantung (bradicardia, efek kronotropik
negatif), sehingga mengurangi kebutuhan oksigen miokard. Juga digunakan
pada terapi interval. Zat-zat ini mengikat diri secara reversibel pada reseptor adrenerg dan dengan demikian memblok reaksi atas simpuls saraf simpatik atrau
katecholamin (nor/adrenalin, serotonin dan sebagainya) dari sirkulasi.
3. Antagonis Ca
Calcium
entry-blockers
mengurangi
penggunaan
oksigen
selama
exertion, karena tekanan darah arteri umumnya turun akibat vasodilatasi periper
dan turunya frekuensi jantung (efek kronotrop negatif).
H. Antihemoroid
Obat obat haemorheological adalah obat obat yang digunakan
berhubungan dengan sifat sifat reologi struktur pembuluh yang bersentuhan
langsung dengan darah
Kecepatan aliran darah tergantung dari sifat sifat rheologis lebarnya
pembuluh darah dan tekanan darah. Sifat rheologis berkaitan dengan viskositas
darah yang dapat diperbaiki dengan jalan meningkatkan kelenturan eritrosit dan
mencegah penggumpalan trombosit.
Gangguan penyaluran darah perifer kebanyakan disebabkan oleh
penyempitan ( stenosis) akibat athero- sclerosis tanpa kelainan tekanan darah.
Terapi yang digunakan salah satunya adalah zat zat yang memperbaiki sifat
rheologi darah yaitu Isoxuprin, siklandelat, Pentoksifin, Buflomedil, dan bensiklan.
Obat obat ini dapat memperbaiki sifat rheologi dan viskositas darah
dengan jalan mencegah pembekuan eritrosit ( akibat antara lain pemasukan
kalsium ) dan mempertahankan / memperbaiki kelenturannya. Berkat kelenturan
ini, eritrosit pada keadaan normal berdaya mengubah bentuknya dan mampu
memasuki kapiler terkecil dengan 3 4 mikron yakni lebih kurang separuh dari
diameternya sendiri. Daya ini hilang pada eritrosit yang sudah hilang
I. Glikosida Jantung
Glikosida jantung merupakan golongan kardiotonika, dimana kardiotonika
adalah obat-obat dengan khasiat memperkuat kontraktilitas otot jantung.
Terutama digunakan pada gagal jantung (dekompensasi) untuk memperbaiki
fungsi pompanya.
Gagal jantung terjadi sewaktu kontraktilitas jantung brekurang dan
ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama
diastol. Hal ini menyebabkan volume diastolic-akhir ventrikel secara progresif
bertambah.
Seiring dengan peningkatan progesif volume diastolic-akhir, sel-sel otot
ventrikel mengalami peregangan melebihi panjang optimumnya sehingga sertaserat otot tertinggal dalam kurva panjang tegangan. Tegangan dihasilkan menjadi
berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Gagal jantung adalah suatu
lingkaran yang tidak berkesudahan. Semakin terisi berlebihan ventrikel, semakin
sedikit darah yang dapat dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan
peregangan otot bertambah. Akibatnya, volume sedikit, curah jnatung dan
tekanan darah turun. Respons-respons refluks tubuh yang mulai bekerja sebagai
jawaban
terhadap
penurunan
tekanan
darah
akan
secara
bermakna
memperburuk situasi.
Penyebab
gagal
jantung
mencakup
apapun
yang
mnyebabkan
peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga volume diastolicakhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang optimumnya. Sebabsebab tersebut anatara lain adaalh gagal ginjal. Namun yang lebih sering adalah
cedera pada jantung itu sendiri yang memulai siklus kegagalan dengan
mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Penyebab gagal jantung yang terdapat
di jantung antara lain adalah infark miokardium, miopati jantung, defek katup,
malformasi congenital, dan hipertensi kronik.
Kelompok kardiotonika terdiri dari :
a. Glikosida jantung (digoksin, metildigoksin, dan digitoksin)
b. Dopaminergika (dopamine, ibopamin, dan dobutamin)
c. Penghambat fosodiesterase (amrinom dan milrinom)
Semua obat ini berasal dari tumbuhan, yang terpenting adalah digitalis.
Semua glikosida jantung memiliki rumus teroida, seperti hormon kelamin dan
anak-ginjal, kolesterol dan vitamin D.
J. Vasodilator
Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan
pembuluh secara langsung. Zat-zat dengan khasiat vasodilatasi tidak langsung
tidak termasuk definisi ini, misalnya obat-obat hipertensi yang menimbulkan
vasodilatasi melalui blokade saraf-saraf perifer, aktivasi saraf-saraf otak, atau
mekanisme lainnya seperti alfa- dan beta- blockers, penghambat ACE, dan
Antagonis kalsium.
Berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan tiga kelompok vasodilator,
yaitu :
1. obat-obat hipertensi.
2. vasodilator koroner (obat angina pectoris).
3. vasodilator perifer (obat gangguan sirkulasi).
Dalam bahasan ini vasodilator dimaksudkan sebagai vasodilator perifer
karena vasoldilator koroner dibahas sebagai obat angina pectoris. Ditinjau dari
sudut farmakodinamika, vasodilator perifer dan obat-obat hipertensi dengan daya
vasodilatasi tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Perbedaannya terutama
terletak
pada
penggunaannya,
dimana
vasodilator
perifer
terutama
Obat-obat ini memblok saluran Ca (calcium channels) di sel otot jantung dan
otot polos pembuluh, sehingga menghindarkan kontraksi dengan efek
vasodilatasi di arteriole. Dinding vena tidak dipengaruhi karena jauh kurang
sensitif.
4. derivat nikotinat : nikotinilalkohol, xantinol, inositol-, metil-, dan tokoferolnikotinat.
Asam nikotinat dan derivat-derivatnya terutama mendilatasi pembuluh kulit di
muka, leher, dan otot lengan, sedangkan penyaluran darah ke bagian bawah
tubuh justru berkurang. Maka itu, zat ini kurang berguna terhadap gangguan
sirkulasi di betis atau kaki (claudicatio), lebih efektif pada vasospasme di kulit
(S. Raynoud).
5. Obat-obat lainnya : iloprost, pentoksifilin, ekstrak gingko biloba, dan
siklandelat (Cyclospasmol).
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. Antihipertensi
B. Antiaritmia Jantung
1. NITROGLISERIN
Trinitrat dari gliserol ini (1952) berkhasiat relaksasi otot pembuluh,
bronchia, saluran empedu, lambung-usus, dan kemih. Berkhasiat vasodilatasi
berdasarkan terbentuknya nitrogenoksida (NO) dari nitrat dari sel-sel dinding
pembuluh. NO ini bekerja mengendorkan sel-sek ototnya, sehingga pembuluh
terutama vena mendilatasi dengan langsung.
Indikasi :
Mengontrol hipertensi sebelum, selama dan setelah operasi. Gagal
jantung yang bersifat infark miokard akut. Terapi angina pektoris yang
tidak berespon pada dosis nitrat organik dan -blockers. Mengontrol
hipotensi.
Kontraindikasi :
Hipotensi, idiosinkrasi, perikarditis konstriktiva, tamponade perikardial,
anemia berat, hipoksemia arteri.
Perhatian :
Kerusakan fungsi hati atau ginjal yang berat. Dapat diabsorbsi oleh plastik
atau filter.
Efek samping :
Yang terpenting berupa nyeri kepala dan (reflex) tachycardia, juga
hipotensi ortostatis, pusing, nausea, flushing, disusul dengan muka
pucat. Bila efek terakhir timbul maka pasien harus mengeluarkan sisa
tablet dari mulut dan segera berbaring. NPlester dapat menimbulkan
iritasi kulit (merah) dengan rasa terbakar dan gatal-gatal.
Interaksi Obat :
Efek hipotensi ditingkatkan oleh alkohol, -blocker, anti hipertensi,
antidepresan
trisiklik,
narkotik.
Meningkatkan
efek
anti
histamin,
Pada serangan akut dibawah lidah 0,4-1 mg sebagai tablet, spray, atau
kapsul (harus digigit), jika perlu dapat diulang sesudah 3-5 menit. Bila
efek sudah dicapai, obat harus dikeluarkan dari mulut.
2. ISOSORBID DINITRAT
Derivat nitrat siklis ini sama kerjanya dengan nitrogliserin, tetapi bersifat
long-acting. Didinding pembuluh zat ini diubah menjadi nitrogenoksida (NO) yang
mengaktivasi enzim tertentu. Karena itu,kadar cGMP (cyclo Guanyl-MonoPhosfate) disel otot polos
mulai kerjanya dalam 3 menit dan bertahan sampai 2 jam, secar spray masingmasing 1 menit dan 1 jam, sedangkan oral masing-masing 20 menit dan 4 jam
(tablet retard 8-10 jam).
Indikasi :
Terapi angina pektoris, profilaksis serangan angina pada pasien dengan
penyakit koroner kronik, terapi kelainan angina setelah infark miokardium.
Kontraindikasi :
Glaukoma, perdarahan serebral, hipotensi dengan tekanan darah sistolik
yang rendah, gangguan sirkulasi akut, infark miokardium akut dengan
tekanan pengisian rendah.
Perhatian :
Kardiomiopati, hamil trisemester 1, sirkulasi yang labil.
Efek samping :
Sakit kepala, hipotensi ortostatik, refleks takikardia, palpitasi.
Interaksi Obat :
Peningkatan efek hipotensi jika dikombinasi dengan vasodilator lain,
seperti hidralazin, prazosin, nifedipin. Peningkatan efek nitrat dan
hipotensi dengan alkohol.
Dosis :
Pada serangan akut atau profilaksis, sublingual tablet 5 mg, bila perlu
diulang setelah beberapa menit. Interval : oral 3 dd 20 mg d.c. atau
tablet/kapsul retard maksimum 1-2 dd 80 mg. Spray 1,25-3,75 mg (1-3
semprotan)
3. DIPIRIDAMOL
mungkin
berdasarkan
antitrombotisnya,
juga
daya
karena
kerja
berkhasiat
anti
serotonin,
mencegah
anksiolitis
dilatasi
arteri
dan
dan
Indikasi :
Hipertensi, angina pektoris, aritmia jantung, migrein, tremor esensial,
ansietas dan takikardia karena ansietas, pasca infark miokardium,
glaukoma, disaritmia jantung, tirotoksikosis, hipertropi kardiomiopati
obstruktif.
Kontraindikasi :
Riwayat
asma
bronkial
atau
bronkospasme,
bradikardia,
syok
hipotensi,
pusing,
sakit
kepala,
kemerahan
muka,
reaksi
ginekomastia,
alergi
kulit,
peningkatan
purpura,
transaminase
dermatitis
dan
fotosensitisasi,
alkaline
fosfatase
Mempertahankan
ritme
sinus
setelah
tindakan
kardioversi.
Kontraindikasi :
Blok jantung derajat 2 atau 3 dan gangguan nodus sinus jika tidak ada
alat pacu jantung, syok kardiogenik, dekompensasi kordis.
Perhatian :
Gagal
jantung
kardiomiopati,
kerusakan
ginjal
dan
hati,
Obat anti aritmia tipe 1 lain dan atau propranolol, dapat mengakibatkan
efek inotropik negatif atau konduksi yang memanjang; obat yang
menginduksi enzim hati.
Dosis:
Oral 4 dd 100-150 mg, maksimum 1,2 g sehari. Tablet retard 2 dd 125375 mg. I.v sebagai fosfat 2 mg/kg dalam 10 menit, disusul oleh infus 0,4
mg/kg/jam, maksimum 800 mg sehari dengan kontrol ECG.
C. Antihemoroid
1. Pentoxifillin
Pentoxifillin merupakan obat yang digunakan untuk memperbaiki aliran
darah pasien yang memiliki masalah dengan sirkulasinya. Pentoxifillin bekerja
dengan cara mengurangi kekentalan dari darah yang mengakibatkan perubahan
aliran darah menjadi lebih lancar terutama pada pembuluh darah kecil disekitar
tangan dan kaki.
Pentoxifillin merupakan derivate xantin dengan tiga substitusi dengan
rumus kimia 1-(5-oxohexyl)-3,7- dimetil xantin, zat ini larut dalam air dan etanol
dan sangat mudah larut dalam tpluen.
AKSI KERJA
Pentoxifillin dan turunannya memperbaiki laju aliran darah dengan
mengurangi viskositasnya. Pada pasien dengan penyakit arteri peripheral kronis,
penambahan aliran darah
perubahan oksigenasi jaringan. Aksi kerja yang tepat dari Pentoxifillin dan
turunannya dalam perkembangan pengobatan klinik belum dapat diketahui
dengan jelas. Pentoxifillin telah menunjukkan dalam dosis tertentu memiliki
hubungan dengan efek hemorheologi, penurunan kekentalan darah dan
memperbaiki elastisitas eritrosit. Hemorrheologi lekosit memiliki
arti penting
dalam studi mahluk hidup secara in vitro dengan modifikasi pada hewan dan
menhalangi
aktivasi
dan
adhesi
neutrophil.
Tingkat
oksigen
jaringan
2. Bensiklan
Dalam evaluasi efikasi klinis tablet fludilat telah dipelajari 75 pasien terdiri
dari 37 pasien wanita ( 49,3 %) dan 38 pasien pria ( 50,7 %) dengan usia
berkisar antara 36 tahun hingga 98 tahun selama 3 bulan.
50 pasien dapat menerima fludilat tablet dengan dosis 3 tablet sehari
selama 3
selama waktu atau periode yang sama. Didapatkan hasil yang sangat
memuaskan sebanyak 63,5 % , memuaskan sebanyak 20,4 % dan tidak
memuaskan sebanyak 16,1 % pasien yang diobati dengan fludilat. Hasil dari
penggunakan placebo menunjukkan 2,9 % sangat memuaskan, memuaskan
41,8 % dan tidak memuaskan 55,3 %. Dari hasil observasi tidak ditemukan efek
samping selama pengobatan. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa fludilat
adalah obat yang efektif untuk pengobatan
D. Glikosida Jantung
1. Digoksin
Digoksin dan digitoksin terdapat dalam daun tumbuhan Digitalis purpurea
dan D. lanata sebagai aglukon dari glikosida. Rumus kimianya terdiri dari
inti-
Resorpsinya dari usus tidak lengkap, ca 70%, PP-nya ca 25%, plasma t 1/2nya lebih kurang 40 jam. Dalam hati hanya sebagian kecil dirombak menjadi
metabolit inaktif; ekskresinya berlangsung lewat kemih terutama secara utuh.
Setelah penghentian pengobatan, kerjanya dapat bertahan sampai 4 hari.
letih, lemah otot, gelisah, kekacauan dan konvulsi. Pada over dosis terjadi
efek jantung, antara lain gangguan ritme, khususnya ekstrasistole dan fibrilasi
bilik berbahaya yang dapat mengakibatkan shock fatal.
Gejala ini lebih cepat timbul bila terdapat kekurangan kalium (hipokaliemia),
karena otot jantung lebih peka bagi digoksin. Maka itu, penggunaannya harus
berhati-hati pada pasien ayng sedang diobati dengan diuretika dan
kortikosteroida.
Wanita hamil dan yang menyusui diperbolehkan menggunakan digoksin
dalam dosis normal.
2. Metildigoksin
Metildigoksin adalah derivate metal semisintetis dengan resorpsi lebih
baik, lebih dari 90%. Di hati zat ini dirobak menjadi digoksin. Mulai kerjanya lebih
cepat, setelah 20 menit, dan bertahan sampai 6 hari (t 1/2 42 jam). Maka, bahaya
kumulasi lebih besar. Dosis : pemeliharaan oral 2-3 dd 0,1 mg
Lanitop
3. Digitoksin
Digitoksin adalah derivate tanpa OH dengan resorpsi lebih baik (lebih
lipofil). Plasma t1/2-nya panjang sekali, 4-6 hari dengan terutama perombakan
dalam hati menjadi metabolit inaktif. Karena ekskresinya lambat, maka bahaya
kumulasi lebih besar daripada digoksin.
Dosis : pemeliharaan oral 0,05-0,2 mg sehari.
E. Vasodilator
1. Buflomedil : Loftyl
a. Mekanisme Aksi
Derivat pyrolidin ini berkhasiat alfa adrenolitik (alfa-blocker), menghambat
agregasi trombosit , dan memperbaiki kelenturan eritrosit dengan efek
meningkatkan sirkulasi darah perifer. Efektif pada claudicatio dengan
memperbaiki jarak jalan tanpa nyeri dan total efeknya baru nyata setelah 2-4
minggu.
b. Efek Samping
Efek samping bersifat umum. Pada dosis terlampau tinggi dapat terjadi
agitasi, rasa kantuk, konvulsi.
c. Dosis
Oral 2 dd 150 mg selama minimal 12 minggu. Setengah dosis pada
gangguan hati dan ginjal serta lansia.
2. Kodergokrin : Ergotika, DH3, dihidroergotoksin, Hydergin.
a. Mekanisme Aksi
Ko-dergokrine
mesilat
mempunyai
aktivitas
alpha
simpatolitik
tanpa
vasodilatasi
dan
menurunkan
viskositas
darah
dengan
kelenturan
eritrosit.
Mekanisme
kerjanya
diperkirakan
dan
fibrinolitis,
juga
menghambat
agregasi
trombosit.
telah
menggunakan
ekstrak
ini
untuk
waktu
yang
panjang.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Antihipertensi
B. Antiaritmia Jantung
C. Antihemoroid
D. Obat Payah Jantung
E. Vasodilator
Hasil pengamatan berupa monitoring efek samping dari empat obat
vasodilator perifer yang ada di RSPAD Gatot Soebroto melalui studi literatur
menunjukkan masih terbatasnya kejadian efek samping obat yang dilaporkan
dari obat-obat yang diamati.
Terbatasnya informasi mengenai efek samping obat ini disebakan oleh
banyak faktor diantaranya ESO yang tidak biasa timbul umumnya kecil (< 1 %
kasus); populasi yang sangat selektif misalnya hanya terjadi pada golongan umur
tertentu, pada wanita hamil, pada pasien dengan penyakit yang bukan indikasi
atau pada pasien yang pada saat bersamaan menggunakan obat lain; selain itu
umum
obat-obat
jantung
golongan
vasodilator
perifer
gangguan
lambung-usus,
seperti
mual
dan
muntah-muntah.
Guna
mengurangi efek yang tak diinginkan ini, vasodilator baiknya diminum pada
waktu atau sesudah makan.
Kebanyakan vasodilator perifer belum tersedia data mengenai keamanannya
bagi janin, maka sebaiknya tidak digunakan oleh wanita hamil. Pengecualiannya
adalah isoxuprin, yang juga dapat diminum selama laktasi. Antagonis kalsium
dan derivat nikotinat dapat mencapai air susu.
Dalam monitoring efek samping obat peran rumah sakit sebagai sarana
kesehatan publik menjadi sangat penting dikarenakan banyak kasus luar biasa
dan serius umumnya terjadi di RS. Selain itu rumah sakit merupakan tempat
para ahli yang dapat membantu pengembangan pelaporan sukarela. Data yang
diperoleh di RS pun akan lebih akurat dan kemampuan RS lebih tinggi dalam
mendeteksi ESO.
MESO merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Panitia Farmasi dan
Terapi di RS. Kegiatan MESO menyangkut pengetahuan, kemampuan dan
kewaspadaan dari tim pelayanan kesehatan (dokter, farmasis dan perawat).
Sedangkan PFT sendiri merupakan forum komunikasi para dokter dan farmasis
tentang segala aspek obat dalam seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di RS.
Di RSPAD Gatot Soebroto Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
dimasukan ke dalam struktur Instalasi Farmasi. Kegiatan MESO berada dalam
tugas Paur MESO yang berada di bawah Kasi Info dan MESO. Tetapi fungsi
MESO ini masih terbilang baru dikarenakan baru terbentuk pada struktrur baru
Instalasi Farmasi. Sehingga dalam pengamatan ini pencarian informasi
mengenai efek samping tidak dilakukan di lapangan mengingat terbatasnya
waktu dan masih terbatasnya informasi mengenai efek samping yang dilaporkan
di RS khususnya.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan tampak bahwa Informasi yang
lengkap dan jelas serta terkini mengenai suatu obat yang digunakan (seperti
indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan lain-lain) mutlak diperlukan.
Dengan adanya informasi yang lengkap dan jelas mengenai suatu obat sangat
berguna untuk pemilihan pengobatan yang rasional dan keamanan pemakaian
obat.
Di masa yang akan datang perlu dilakukan kerjasama yang baik diantara
dokter, farmasis dan perawat
dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Antihipertensi
2. Antiaritmia Jantung
3. Antihemoroid
4. Obat Payah Jantung
5. Vasodilator
a. Secara umum obat-obat jantung golongan vasodilator perifer menimbulkan
beberapa efek samping yang bertalian dengan vasodilatasi seperti hipotensi,
tachycardia dan ganguan pada lambung usus.
b. Sampai saat ini kejadian efek samping yang dilaporkan dari pemakaian obatobat vasodilator perifer masih sangat terbatas, hal tersebut dikarenakan ESO
yang tidak biasa timbul umumnya kecil, populasi yang sangat selektif dan
lama penelitian yang terbatas
B. SARAN
1. Peran dan fungsi Panitia Farmasi dan Terapi RSPAD Gatot Soebroto perlu
ditingkatkan untuk menunjang kegiatan monitoring efek samping obat.
2. Kerjasama yang baik diantara tenaga kesehatan (dokter, farmasis dan
perawat) harus terus diupayakan sehingga kegiatan pelaporan ESO secara
sukarela dapat berjalan dengan baik.
3. Menjalin kerjasama dengan Instansi lain semisal Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM), yang mengeluarkan Buletin MESO, mengenai hasil
Monitoring Efek Samping Obat yang terjadi di RS sehingga bisa
dipublikasikan ke tenaga kesehatan pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA