Oleh :
Kelompok 4
Meza Nuraisya
25010113120004
25010113120028
Novi Astriana
25010113120031
Tuti Yuniatun
25010113120033
25010113120048
25010113120080
25010113120106
Yuniar Triasputri
25010113120109
25010113120116
25010113120120
25010113120124
25010113120133
Ari Pratiwi
25010113120153
25010113130298
25010113130395
Khairunnisa
25010115183004
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang...........................................................................................1
Tujuan........................................................................................................4
Manfaat......................................................................................................5
Peserta........................................................................................................6
Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................7
A.
B.
C.
D.
E.
Instalasi Parasitologi..................................................................................7
Instalasi Bakteriologi...............................................................................20
Instalasi Rodentologi................................................................................23
Instalasi Entomologi................................................................................31
Instalasi Pengendalian Vektor..................................................................34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Identifikasi spesies parasite malaria dalam SD tebal ............................13
Tabel 2.2 Karakteristik spesies cacing filarial ......................................................17
Tabel 2.3 Primer Spesifik Serotip .........................................................................21
Tabel 2.4 Komposisi PCR mix...............................................................................21
Tabel 2.5 Hasil Identifikasi Tikus Di Bagian Rodentologi P2b2 Banjarnegara.... 30
Tabel 2.6 Alat dan Bahan Uji Kerentanan.............................................................35
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sediaan Darah Tebal dan Tipis..........................................................13
Gambar 2.2 Ovarium nyamuk parous dan nuliparous..........................................32
Gambar 2.3 Ovarium Nyamuk Anopheles nulliparous ........................................33
Gambar 2.4 Tabung uji dan kontrol ......................................................................35
Gambar 2.5 Uji Kerentanan Nyamuk Menggunakan Insektisida..........................38
Gambar 2.6 Alat untuk uji Bio-assay.....................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan adanya agent
penyakit atau produk toksin yang dihasilkan dan didapatkan karena penularan
oleh orang yang terinfeksi kepada orang yang rentan (James Chin, 2000).
Dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No
82
tahun
2014
tentang
ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti lingkungan domestik maupun iklim, demografi, sosial ekonomi dan
perilaku. Pengendalian vektor nyamuk terdiri dari beberapa langkah. langkah
awal dengan menurunkan populasi nyamuk, dengan memberantas tempat
perindukan nyamuk dan juga aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa
ataupun larva nyamuk dengan insektisida (Komariah, 2010).Penyemprotan
rumah
dan
pemakaian
kelambu
berinsektisida
pada
prinsipnya
menurunkan
populasi
vektor
dengan
maksud
mencegah
dan
uji
parasit
(malaria,
filaria,
helmint)
dengan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-10 Mai 2016 di Balai Litbang
P2B2 banjarnegara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. INSTALASI PARASITOLOGI
Instalasi parasitologi merupakan salah satu dari lima instalasi yang ada di
Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. Kemampuan yang dimiliki instalasi
parasitologi antara lain :
1. Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal
2. Pembuatan preparat malaria dengan pewarnaan giemsa
3. Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis
4. Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test
5. Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan
tebal
6. Menghitung parasitemia pada hewan coba
7. Pembuatan preparat filaria dengan pewarnaan giemsa
8. Pemeriksaan parasit filaria secara mikroskopis
9. Pembuatan preparat endoparasit
10. Pemeriksaan endoparasit
11. Pemeriksaan telur cacing pada feses tikus
12. Pemeriksaan serologis malaria menggunakan ELISA
1. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Parasit malaria adalah protozoa (binatang bersel satu)
bergenus plasmodium yang hidup sebagai parasit pada sel darah merah.
Plasmodium memakan hemoglobin dari sel darah merah mengakibatkan induk
semang/host/penderita mengalami anemia.
yang
sering
menyebabkan
serangannya
timbul
c. Plasmodium malariae
Penyebab penyakit malaria
quartana
yang
serangannya
gejala
timbul
d. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang ditemui di
indonesia, banyak dijumpai di
Afrika dan Pasifik Barat
tanggal pembuatan
Memegang tangan kiri pasien dengan telapak tangan menghadap ke atas
iii.
Membersihkan jari tengah atau jari manis yang akan diambil darahnya,
dengan menggunakan kapas beralkohol untuk menghilangkan minyak dan
kotoran pada jari tersebut, setelah kering, jari ditekan agar darah
iv.
v.
vi.
vii.
Untuk pembuatan sediaan darah tipis, ambil object glass baru, tempelkan
ujungnya pada 1 tetes darah yang telah diambil sebelumnya sampai darah
tersebut menyebar sepanjang sisi object glass
10
viii.
ix.
x.
xi.
dengan dianginkan
Selama pengeringan, sediaan darah harus dihindarkan dari gangguan
xii.
ii.
Meletakkan sediaan darah pada rak pewarnaan dengan posisi darah di atas
iii.
iv.
v.
11
vi.
vii.
viii.
Setelah kering, disimpan dalam slide box dan siap untuk diperiksa di
bawah mikroskop
Trombosit/plateles
Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah dan tidak
berinti. Jumlahnya 150-400 ribu/l darah. Jika pembuatan SD tidak
baik, trombosit yang umumnya berkelompok 5-10 sel tampak
menyatu dengan jumlah yang lebih besar.
ii.
12
SD Tipis
SD Tebal
Plasmodium falciparum
Trofozoit
Stadium Parasit
Skizon
Gametosit
Biasanya ditemukan
sedang
bersamaan dengan
Jumlah: seringkali
ditemukan
banyak
cincin muda
Stadium lanjut:
bulat
koma
Inti: kadang-kadang
ditemukan berinti 2
Kadang-kadang
Sitoplasma: teratur,
berkelompok, pigmen
menggumpal berwarna
gelap
13
malaria berat,
sitoplasma kompak
yang terlihat sebagai
Plasmodium vivax
granula kasar
Ukuran: besar
besar
dibedakan dengan
sedang
trofozoit lanjut
sedang
besar
ditemukan: cincin
dengan sitoplasma
terputus-putus samapi
tidak menggumpal
sitoplasma yang
bentuknya tidak teratur
Inti: tunggal, kadangkadang dua
Sitoplasma: tidak
teratur atau terputusputus
Stadium lanjut:
kompak, padat, pigmen
Plasmodium ovale
halus tersebar
Ukuran: lebih
P.vivax
menyerupai P. malariae
dibedakan dengan
14
Terlihat semua stadium, titik Schuffer lebih jelas dalam bayangan merah
Jumlah: biasanya
Jumlah: sedikit
trofozoit lanjut
sedikit
ditemukan: bentuk
P.vivax
tersebar tidak
berkelompok, pigmen
berkumpul
Sitoplasma: agak
teratur, tebal. Pigmen
kasar tersebar.
15
Plasmodium malariae
Ukuran: kecil
Jumlah: sedikit
Jumlah: sedikit
dibedakan dengan
trofozoit lanjut
ditemukan: bentuk
(biasanya 8) yang
kompak
tersebar tidak
sitoplasma teratur,
berkelompok, pigmen
tebal.
berkumpul
2. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) ialah penyakit menular yang
disebabkan karena infeksi cacing filaria, yang hidup di saluran dan kelenjar
getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis dan ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk.
Penyakit Kaki Gajah ( Filariasis ) disebabkan oleh 5 spesies cacing
filaria, yaitu: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, Brugia
pahangi, Brugia kalimantani
Gejala klinis akut kaki gajah berupa :
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat
dan timbul lagi setelah bekerja berat.
16
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau lengan ke arah ujung.
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong buah zakar yang terlihat
agak kemerahan dan terasa panas
Karakteristik
W. bancrofti
Gambaran umum Melengkung
B. malayi
Melengkung
B. timori
Melengkung
dalam
1:2
1:3
Merah muda
175
Tidak berwarna
-
sediaan mulus
darah
Perbandingan
1:1
ruang kepala
Warna sarung
Tidak berwarna
Ukuran panjang 240-300
(m)
Inti badan
Jumlah
ujung ekor
Gambaran ujung Seperti
ekor
Halus,
inti
rapi
di 0
tersusun Kasar,
Kasar,
berkelompok
2
pita Ujung
berkelompok
2
agak Ujung
kearah ujung
tumpul
Tabel 2.2 Karakteristik spesies cacing filaria
agak
tumpul
17
Memberi label/etiket pada salah satu ujung object glass yang telah
ditempel kertas label/magic tape, dengan menulis nama, nomer dan
tanggal pembuatan
ii.
iii.
Membersihkan jari tengah atau jari manis yang akan diambil darahnya,
dengan menggunakan kapas beralkohol untuk menghilangkan minyak dan
kotoran pada jari tersebut, setelah kering, jari ditekan agar darah
terkumpul di ujung jari
iv.
v.
vi.
Meneteskan darah pada obyek glass yang telah disediakan, (jika ingin
mengetahui kepadatan mikrofilaria maka digunakan tabung mikrokapiler
dengan cara menghisap darah di ujung jari dengan tabung kapiler
sebanyak 20 l atau sesuai kebutuhan) kemudian dibuat apusan di atas
object glass, diratakan dan dilebarkan sehingga membentuk sediaan darah
tebal dan berbentuk oval dengan diameter 2 cm
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
18
xii.
Dimulai dari tepi paling kiri, digeser ke kanan sampai pinggir sediaan.
Kemudian diturunkan pada lapangan pandang berikutnya dan digeser
ke arah sebaliknya sampai ke pinggirnya lagi. Begitu seterusnya
sampai seluruh lapangan sediaan diperiksa.
Jumlah dan jenis mikrofilaria yang ditemukan dicatat pada tepi kaca
benda dan pada Formulir Survei Darah Jari sesuai dengan Kode
Sediaan yang ditulis pada tepi kaca benda.
B. INSTALASI BAKTERIOLOGI
1. Isolasi DNA Nyamuk
Langkah isolasi DNA nyamuk dengan metode chelex 100 adalah:
Memisahkan bagian tubuh nyamuk untuk diambil bagian proboscis;
memasukkan 100 l ddH2O kemudian nyamuk di grinding; memasukkan 1
19
c. Annealing
: Penempelan primer
d. Ekstensi
g. Pewarna DNA
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Marker DNA
Tabung mikrosentrifus 1,5 ml
Tabung PCR 0,2 ml
Mikro pipet
Sentrifus
Thermal cycler
Perangkat elektroforesis horizontal
3) Cara Kerja
20
Prim
Posisi
Virus
er
Dcon
5-AGTTGTTAGTCTACGTGGACCGACA
Primer
1-25
DEN1
D1
5-CCCCGTAACACTTTGATCGCTCCATT
317-342
342 bp
DEN2
D2
5-CGCCACAAGGGCCATGAACAG
231-251
251 bp
DEN3
D3
5-GCACATGTTGATTCCAGAGGCTGTC
514-538
538 bp
DEN4
D4
5-GTTTCCAATCCCATTCCTGAATGTGGTGT 726-754
Tabel 2.3 Primer Spesifik Serotip
754 bp
Sekuens Primer
c. PCR mix dibuat dalam PCR tube 0,2 ml yang bebas nuclease dan
dikerjakan di dalam es dengan komposisi sebagai berikut:
N
o
1
2
3
4
5
Komponen
Volume
2x Reaction Mix
Superscript III RT/ Platinum. Taq Mix
Primer Dcon (Forward)
Primer D3 (Reverse)
RNA
Tabel 2.4 Komposisi PCR mix
12, 5 ul
0,5 ul
1 ul
1 ul
5 ul
21
Ukuran
Pita
2) Predenaturasi 1 siklus
: 94C selama 2 menit.
3) Amplifikasi 30-35 siklus : 94C selama 30 detik (denaturasi),
60C selama 30 detik (annealing), 68C selama 1 menit
(ekstensi).
4) Ekstensi akhir 1 siklus
: 68C selama 5 menit.
e. Produk RT-PCR dielektrofresis pada gel agarose 1,5% dan 100 bp
ladder digunakan sebagai marker untuk menganalisis besar produk
PCR. Ukuran pita yang diharapkan seperti yang terdapat pada tabel di
atas.
3. Elektroforesis
Pembacaan hasil PCR dilakukan dengan elektroforesis dan diperlukan gel
sebagai media. Langkah pembuatan gel meliputi: membuat larutan TBE 1x
dari larutan stok 10x (10ml TBE ditambahkan aquades hingga volume 100ml);
membuat larutan agarosa 1,5% dalam TBE 1x (1,5 gr agarosa dalam 100ml
aquades); memanaskan larutan agarosa dengan hotplate/microwave sampai
semua agarosa larut; agarosa didiamkan sampai suhu sekitar 70C; menambah
etidium bromide 10l; menyiapkan gel caster dan pastikan posisinya sudah
rata dengan permukaan; mencetak agarosa di dalam caster, tunggu hingga
mengeras, lalu lepaskan gel comb dari agarose; memindahkan agarose ke
dalam chamber elektroforesis dan rendam dengan TBE 1x; mengeluarkan
produk PCR dari mesin thermocycle; memasukkan DNA ladder ke dalam
sumuran pertama agarosa; memasukkan kontrol positif, sampel dan kontrol
negatif secara berurutan ke dalam sumuran selanjutnya; menutup chamber
elektroforesis dan pastikan posisi kabel negatif dan positif tidak terbalik;
mengalirkan aliran listrik dari negatif menuju positif (dengan voltase dan
waktu tertentu); mengambil agarosa dari chamber elektroforesis; menyalakan
mesin GelDoc; memasukkan agarosa ke dalam mesin GelDoc. Capture
agarosa untuk membaca ada tidaknya DNA target; membaca dan analisa hasil.
Hasil positif apabila terbentuk band/pita pada 322 bp, 644 bp atau 966 bp.
C. INSTALASI RODENTOLOGI
22
Panjang total, dari ujung hidung sampai ujung ekor (Panjang Total = PT),
Panjang telapak kaki belakang, dari tumit sampai ujung kuku (Panjang
kaki belakang=K),
Panjang telinga, dari pangkal daun telinga sampai ujung daun telinga (T),
Jumlah puting susu pada tikus betina, yaitu jumlah puting susu di bagian
dada dan perut (Dada (D) + Perut (P)). Contoh 2 + 3 = 10 artinya 2 pasang
di bagian dada dan 3 pasang di bagian perut sama dengan 10 buah.
Warna dan jenis rambut, warna dan panjang ekor, bentuk dan ukuran
tengkorak,
Semua ukuran badan tikus dalam literatur ilmu binatang diutarakan dalam
unit sistem metrik. Paling lazim dalam milimeter (mm) untuk ukuran linear
dan untuk bobot dalam gram (g).
23
Gambar 1a
Gambar 1b
Gambar 1c
Gambar 1d
2. Rambut badan atas dan bawah berwarna gelap (Gambar 2 a). Rambut
badan atas dan bawah berwarna terang (Gambar 2 b)
24
3. Rambut badan atas dan bawah hitam, warna ekor polos/seragam sama
dengan warna rambut badan, rambut punggung kasar, rambut di bagian
posterior panjang dan kaku, panjang telinga lebih dari 29 mm (Gambar 3 a
/ Bandicota indica. Rambut badan atas dan bawah coklat kelabu atau
coklat kehitaman, warna rambut ekor bagian bawah lebih terang daripada
warna rambut ekor bagian atas, rambut punggung halus, rambut di bagian
posterior pendek dan halus, panjang telinga kurang dari 29 mm (Gambar 3
b / Rattus norvegicus).
4. Warna rambut badan atas kuning-coklat muda, rambut badan bawah putih
bersih, panjang ekor 1,5-2 kali panjang badan (gambar 4 a / Rattus
sabanus. Warna rambut badan atas coklat tua ke abu-abuan, rambut badan
bawah coklat kelabu, panjang ekor 1-1,25 kali panjang badan (gambar 4
b / Rattus mulleri.
25
5. Tikus kecil, panjang total kurang dari 180 mm, panjang kaki belakang
kurang 12-18 mm (Gambar 5a & b / Mus musculus). Tikus sedang,
panjang total lebih dari 180 mm, panjang kaki belakang lebih dari 20 mm
(Gambar 5 b & c).
6. Warna ekor bagian atas, bawah, dan ujung sama (Gambar 6 a). Warna ekor
bagian atas, bawah, dan ujung tidak sama (Gambar 6 b).
26
9. Warna rambut badan bagian bawah putih bersih, ujung ekor berambut
panjang, panjang ekor 1,25 1,5 kali panjang badan (Gambar 9 a / Rattus
cremoriventer). Warna rambut badan bagian bawah putih kelabu, ujung
ekor tidak berambut, panjang ekor 1 1,2 kali panjang badan (Gambar 9 b
/ Rattus exulans).
27
10. Warna rambut badan bagian atas kuning kecoklatan, rambut badan bawah
putih atau putih kecoklatan, rumus mamae 3 + 3 = 12 (Gambar 10 a & b) /
Rattus argentiventer. Warna rambut badan bagian atas coklat, rambut
badan bawah putih krem, rumus mamae 2 + 3 = 10 (Gambar 10 b & c) /
Rattus tiomanicus.
28
12. Ekor panjang (1 1,5 kali panjang badan), panjang kaki belakang 26-29
mm (Gambar 12a) /Rattus niviventer. Ekor pendek (maksimal 1 kali
panjang badan), panjang kaki belakang 37 40 mm (Gambar 12 b) /
Rattus surifer.
Determinasi kelamin
Untuk mebedakan kelamin berdasarkan karakter morfologi pada tikus
yang masih kecil (candil) atau belum dewasa adalah dengan melihat jarak
antara anus dengan alat kelamin, yang telah ada sejak lahir. Jika jarak
antara kelamin dengan anus pendek/lebih pendek , maka tikus tersebut
adalah betina, tetapi sebaliknya bila jarak antara alat kelamin dan anus
jauh/agak jauh , maka tikus tersebut adalah jantan (Gambar 8). Sedangkan
determinasi kelamin pada tikus dewasa cukup dilihat puting susu dan
vagina untuk tikus betina, yang masing-masing terletak pada bagian dada
dan dekat pangkal ekor, dan untuk tikus jantan ditandai dengan adanya
testis dan kantong testis (scrotum) yang terletak pada bagian pangkal ekor.
29
Sex
Measurement In Mm
Testis/
Weight
Mammae
Total
Tail
HF
Ear
Betina
330
116
36
20
3+3
260
Jantan
400
182
38
19
18 X 11
325
Tabel 2.5 Hasil Identifikasi Tikus Di Bagian Rodentologi P2b2 Banjarnegara
30
D. INSTALASI ENTOMOLOGI
Prosedur Bedah Ovarium Nyamuk
1. Tujuan
Untuk mengetahui kondisi kandung telur (ovarium) nyamuk sebagai vektor,
apakah parous (sudah pernah bertelur), nuliparous (belum pernah bertelur)
atau develop (hampir bertelur).
2. Alat
a. Respirator
b. Breeder
c. Mikroskopdisecting
d. Mikroskopcompound
e. Jarum seksi
f. Cawanpetri
g. Obyek glass
3. Bahan
a. Kloroform
b. Aquades
c. Nyamuk
4. Cara kerja :
a. Menangkap nyamuk pada kandang dengan menggunakan respirator.
b. Memasukan nyamuk ke dalam breeder, lalu membiusnya dengan
memasukan kapas yang telah diberi klorofom ke dalam breeder.
c. Setelah nyamuk mati/pingsan, lalu nyamuk diletakkan ke dalam cawan
petri.
d. Nyamuk yang telah mati diletakkan di atas objek glass, kemudian tetesi
dengan aquades.
e. Ambil 2 jarum, masing-masing dipegang dengan tangan kanan dan kiri
f. Jarum pada tangan kiri gunakan untuk menahan bagian dada (thoraks)
nyamuk, sedangkan jarum di tangan kanan merobek segmen perut ruas ke2 dari belakang.
g. Ujung abdomen (perut) nyamuk di tarik perlahan-lahan ke belakang,
sampai indung telur keluar
h. Di periksa indung telur dan perut nyamuk yang keluar.
5. Identifikasi nulliparous dan parous
a. Digunakan mikroskop compound dengan perbesaran 10 kali
b. Dua kantong ovarium di tarik keluar dari aquades, kemudian dikeringkan
(di break dulu).
c. Apabila terlihat bahwa ujung trakeola masih menggulung, maka berarti
nyamuk belum pernah bertelur (nulliparous).
31
32
: proporsi parous
Ln
1
Perkiraan umur nyamuk = loge p
Dari nyamuk yang di bedah terlihat adanya ovarium, badan malpighi dan usus.
Dari hasil pemeriksaan di dalam ovarium tidak terdapat simpul dilatasi, itu
menunjukan bahwa nyamuk tersebut belum pernah bertelur.
Untuk mengetahui rata-rata umur nyamuk, apakah nyamuk baru (baru menetas)
atau nyamuk yang sudah tua digunakan indeksparity rate.
Parity rate :
x 100%
34
Tabung uji
Alat
Bahan
Insecticide impragnated paper
Tabung kontrol
kontrol).
Untuk impragnated paper
12x15 cm
)
Aspirator
tembaga
20 buah cincin yang terbuat dari
6
7
perak
Timer/pengukur waktu
Tempat/kotak penyimpanan tabung
ulangan).
Air gula.
5. PROSEDUR KERJA
Setelah semua bahan dan alat yang diperlukan telah disiapkan, pertamatama masukkan sejumlah nyamuk yang sejenis (satu spesies) dalam keadaan
fisiologi yang sama (keadaan perut yang sama, umur diusahakan yang sama
apabila menggunakan nyamuk dari koloni laboratorium), ke dalam tabung
kontrol yang sudah dilapisi un-impragnated paper (kertas putih biasa) yang
telah diberi label/tanda dengan besarnya konsentrasi racun serangga yang
akan digunakan.
Tiap tabung dapat diisi dengan 20-25 nyamuk dari spesies. Setelah
semua nyamuk disiapkan dalam tabung penyimpanan sebaiknya diperiksa
lagi apakah ada nyamuk yang mati/lemah sebelum test dilakukan dan
sebelum nyamuk dipindahkan ke dalam tabung percobaan.
Kemudian pindahkan semua nyamuk dari tabung penyimpanan ke
dalam tabung prcobaan dengan jalan meniup perlahan-lahan secara berurutan.
Putarlah pengatur waktu (perhatikan jam tangan) untuk menentukan lamanya
waktu kontak yang diinginkan, misalnya 1 jam.
36
37
(Regression line) dan berdasarkan garis regresi kita dapat mengatakan apakah
spesies nyamuk yang bersangkutan masih rentan (susceptible) atau sudah
keba (resisten) terhadap racun serangga yang digunakan dan dapat juga
ditentukan LC50 dan LC59.
LC50 (Lethal Concentration 50%)
adalah konsentrasi dosis yang dibutuhkan/diperlukan untuk membunuh
50% dari populasi spesies tertentu yang diuji.
LC59
adalah konsentrasi racun serangga yang membunuh 95% dari populasi
spesies tertentu yang diuji, (untuk mencari LC50 dan LC59 test/uji yang
dilakukan harus dengan menggunakan konsentrasi standard yang lengkap).
38
cara uji bio-assay. Yaitu 1) Indoor Residual Spraying (IRS) ; 2)Uji Bioassay
Fogging; 3) Uji Bioassay Kelambu
4. CARA KERJA
1. Indoor Residual Spraying (IRS)
39
40
41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendalian vektor merupakan suatu kegiatan untuk menurunkan
kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan
kesehatan manusia. Praktikum Pengendalian Vektor ini diadakan untuk
mengaplikasikan dan membandingkan penerapan teori yang diterima selama
perkuliahan dengan keadaan di lapangan. Terdapat 5 instalasi yang harus
dikunjungi saat menjalani praktikum di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara,
antara
lain:
Instalasi
Parasitologi,
Instalasi
Bakteriologi,
Instalasi
kesempatan
untuk
melakukan
praktikum,
sehingga
dapat
42
DAFTAR PUSTAKA
Balai Litbang P2B2. 2014. Profil Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Tahun 2014.
Dalam
http://www.bp4b2banjarnegara.litbang.depkes.go.id/2014/wp-
J.S.
1994.Kesehatan
Lingkungan.
Gadjah
Mada
University
Press.Yogyakarta.
Sucipto, C.D., Vektor Penyakit Tropis. 2011, Yogyakarta: Gosyen Publishing.
43
LAMPIRAN
45
46
47