KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 3
BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 4
BAB II.......................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................... 5
2.1 Faktor Fisika Lingkungan........................................................................................... 5
2.2 Faktor Kimia Lingkungan Laut.................................................................................... 7
2.3 Faktor Biologi Lingkungan Laut.................................................................................. 8
BAB III....................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN........................................................................................................... 10
3.1 Faktor Fisika Lingkungan............................................................................................ 10
3.2 Faktor Kimia Lingkungan Laut.................................................................................. 12
3.3 Faktor Biologi Lingkungan Laut................................................................................ 13
BAB IV....................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................... 15
3.1. KESIMPULAN.................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling besar, paling kompleks dan
paling dinamis di dunia. Terdapat berbagai macam interaksi antara faktor-faktor penyusun komponen
lingkungan laut yang berlangsung sangat cepat dan terus menerus sehingga sangat menentukan kondisi
ekosistem yang ada di lingkungan perairan tersebut. Lebih dari 80% air yang yang berada di alam
merupakan air laut. Air laut menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Sifat dari lingkungan kelautan
adalah selalu berubah dan dinamik. Kadang-kadang perubahan ini berlangsung dalam waktu yang relatif
cepat maupun lambat. Cepat atau lambatnya perubahan ini sama-sama mempunyai pengaruh, yakni kedua
sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor lingkungan. Perubahan apapun yang
terjadi ada yang akan berdampak positif baik bagi suatu kehidupan dan negatif bagi kehidupan yang lain.
Karena terus berubahnya lingkungan, maka organisme yang menempati kemungkinan juga akan berubah
dan dapat merusak ekosistem tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pengkajian mengenai faktor-faktor
lingkungan laut sebagai pembentuk ekosistem lautan.
Apa saja faktor kimia, fisika, dan biologi yang ada di laut ?
Apa pengaruh Faktor kimia, fisika, dan biologi bagi ekosistem laut ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui faktor kimia, fisika, dan biologi yang ada di laut
Untuk mengetahui pengaruh Faktor kimia, fisika, dan biologi bagi ekosistem laut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik dan biotik
yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponenkomponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada
salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan),
maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan
kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada,
baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan suatu fungsi
ekosistem dapat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen yang terlibat dalam
sistem tersebut. Dalam lingkungan laut terdapat faktor-faktor pembentuk suatu ekosistem yang sekaligus
sebagai faktor penentu perubahan ekosistem lautan. Secara umum faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu faktor fisika, kimia, dan biologi air laut.
suhu
air,
2.1.1 Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses metabolisme hanya
berfungsi di dalam kisaran suhu yang relatif sempit, biasanya antara 0 40 0C, tetapi ada juga organisme
yang mampu mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas tersebut, misalnya ganggang
hijau-biru yang hidup pada suhu 85 0C di sumber air panas. Kebanyakan organisme laut telah mengalami
adaptasi untuk hidup dan berkembang biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0
40 0C. Sebaran suhu secara menegak (vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga lapisan, yakni: a.
Lapisan hangat di bagian teratas (epilimnion), dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara
perlahan. b. Lapisan termoklin, yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan
pertambahan kedalaman. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu
terhadap kedalaman sebesar 0.1C untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987). c.
Lapisan dingin di bawah lapisan termoklin (hipolimnion), dimana suhu air laut konstan sebesar 4C.
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting bagi suatu habitat. Kenaikan suhu akan mempercepat
reaksi-reaksi kimiawi, menurut hukum Vant Hoff kenaikan suhu 10C melipat duakan kecepatan reaksi,
walaupun hukum ini tidak selalu berlaku (Nybakken, 1992). Perubahan suhu pada daerah tropis relatif
stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator dibanding daerah kutub. Hal ini
dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya
tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87C (titik beku air laut) di
daerah kutub sampai maksimum sekitar 42C di daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).
Suhu air permukaan diperairan Indonesia umumnya berkisar antara 28-31oC. Dilokasi dimana penaikan
air (upwelling) terjadi, misalnya di Laut Banda, suhu air permukaan dapat turun sampai sekitar 25oC ini
disebabkan karena air yang dingin pada lapisan bawah terangkat ke atas. Suhu air didekat pantai biasanya
sedikit lebih tinggi dari pada yang di lepas pantai. Pantai laguna yang dangkal atau cekungan air yang
tertangkap ketika air surut, suhu air mencapai lebih dari 35oC. Air dengan densitas yang rendah akan
berada dilapisan atas dan air dengan densitas tinggi akan berada pada lapisan bawah.
2.1.2 Kecerahan/Kekeruhan
Tingkat kecerahan menyatakan tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam kolom air dan
dinyatakan dalam persentase (%), dari beberapa panjang gelombang yang ada yang jatuh agak lurus pada
permukaan air. Kemampuan penetrasi cahaya matahari dipengaruhi kekeruhan air seperti suspensi dalam
air (lumpur), planktonik (jasad renik) dan warna air.
2.1.4 Gelombang
Gerakan gelombang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap organisme dan komunitas
dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Gelombang yang terhempas ke pantai akan melepaskan
energinya di pantai. Makin tingginya gelombang, maka makin besar tenaganya memukul pantai. Ada tiga
faktor yang menentukan besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin yakni kuatan hembusan,
lamanya hembusan dan jarak tempuh angin. Jarak tempuh angin ialah bentangan air terbuka yang dilalui
angin. Sekali gelombang telah terbentuk oleh angin maka gelombang itu akan terus merambat sampai
jauh.
2.1.5 Pasang Surut (Pasut) Air Laut
Pasang surut adalah naik dan turunnya air permukaan laut secara periodik selama suatu interval
waktu tertentu. Pasut merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan
dan matahari terhadap bumi. Ada 2 (dua) macam pasang surut yang terjadi, yakni:
a. Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar). Pasang besar
terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan)dan pada tanggal 14 (saat bulan purnama). Pada kedua
tanggal tersebut posisi bumi-bulan-matahari berada pada satu garis (konjungsi) sehingga kekuatan gaya
tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi satu menarik permukaan bumi. Permukaan bumi yang
menghadap ke bulan mengalami pasang naik besar.
b. Pasang Perbani, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil). Pasang kecil
ini terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut posisi matahari bulan
bumi membentuk sudut 90. Gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi berlawanan arah sehingga
kekuatannya menjadi berkurang (saling melemahkan).
dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah
tanamannya dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas (Fardiaz,
1992). Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian
zat-zat organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer (Fardiaz, 1992).
Oksigen merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air.
Kepekatan oksigen terlarut bergantung pada suhu, kehadiran tanaman fotosintesis, tingkat penetrasi
cahaya yang bergantung kepada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air, dan jumlah
bahan organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang mati atau limbah industri
(Sastrawijaya, 2001).
yang berukuran sangat besar seperti ikan paus. Sebagian besar wilayah perairan terdapat banyak jenis
biota laut yang saling berinteraksi, tetapi di beberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat beberapa
jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan dan kondisi lingkungan
(Romimohtarto & Juwana, 2001). Faktor biologi lingkungan laut merupakan parameter dari mahluk hidup
yang menjadi faktor penting dalam komponen penyusun ekosistem laut. Parameter biologi dapat berupa
phytoplankton, zooplankton, benthos, nekton, bakteri, dan virus. Dari berbagai jenis organisme tersebut
ada yang berlaku sebagai produsen, konsumen, dan pengurai (detritus).
2.3.1 Produsen
Produsen dalam lingkungan laut merupakan faktor utama yang menentukan produktuvitas lautan.
Yang bertindak sebagai produsen adalah fitoplankton dan ganggang laut lainnya. Fitoplankton adalah
tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayang-layang di air dan merupakan organisme laut
yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan laut berukuran sedang dan kecil. Ia mampu memproduksi
makanannya sendiri melalui proses fotosintesis (autotrof). Contoh plankton ini yaitu Alga merah banyak
terdapat di Laut Merah, Alga biru banyak terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, dan Navicula.
2.3.2 Konsumen
Terdiri atas berbagai hewan air yang hidup di laut seperti zooplankton, benthos, dan nekton
(ikan). Zooplankton adalah sebuah koloni (kelompok) yang terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil yang
sangat banyak jumlahnya. Contoh zooplankton misalnya Copepoda, Tomopteris, Arrow Wori, Jelly Fish
(ubur-ubur) dan beberapa jenis Crustacea. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut baik yang
menempel pada pasir maupun lumpur, beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut,
cambuk laut, dan terumbu karang. Sedangkan nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak aktif
di perairan seperti ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, dan cumi-cumi. Semua organisme yang
berlaku sebagai konsumen tersebut merupakan organisme heterotrof di lingkungan laut.
2.3.3 Dekomposer
Organisme laut yang bertindak sebagai pengurai atau pembusuk bahan-bahan organik dan
anorganik seperti jenis bakteri pengurai (Nitrobacter sp.) dan jamur. Peranan mikroorganisme ini sangat
vital dalam lingkungan laut karena dengan kehadiran dekomposer yang sangat menentukan perubahan
lingkungan lautan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor Fisika Lingkungan
3.1.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan,
karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organismeorganisme tersebut. Setiap perubahan suhu cenderung untuk mempengaruhi banyak proses kimiawi yang
terjadi secara bersamaan pada jaringan tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara
keseluruhan (Hutabarat dan Evans, 1986). Suhu yang terdapat di air laut sering kali berfluktuasi.
Perubahan suhu disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya yaitu intensitas cahaya matahari
yang diterima, kedalaman air dan letak ketinggian dari permukaan laut. Hal tersebut didukung oleh
Hutabarat dan Evans (1986) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan
laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima,
musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan. Suhu menurun secara teratur sesuai
dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena
kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Suhu mengalami perubahan secara
perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah
laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu
bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan
permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang
banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak
yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air
laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2 4 0C (Sahala Hutabarat,1986). Suhu secara tidak
langsung juga mempengaruhi kehidupan flora dan fauna laut, komposisi kimia air laut, sirkulasi massa
air, dan cepat rambat gelombang akustik. Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat seperti menurunkan
jumlah oksigen terlarut di dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, mengganggu kehidupan ikan
dan hewan air lainnya, dan apabila batas suhu yang mematikan terlampaui maka ikan dan hewan air
lainnya mungkin akan mati (Kristanto, 2002).
3.1.2 Kecerahan/Kekeruhan
Tingkat kecerahan/kekeruhan yang berbeda pada laut selain disebabkan oleh penetrasi cahaya
yang masuk juga diakibatkan oleh tanaman yang hidup di dasarnya seperti alga yang terdapat pada laut
merah, dan endapan atau sedimen yang terbawa didalam air. Seperti warna coklat yang merupakan
endapan yang terbawa aliran air sehingga membuat warnanya nampak keruh. Penetrasi cahaya sering kali
dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air karena sifat air laut yang mengandung sejumlah besar partikel
dalam suspensi yang sering di sebut dengan kekeruhan. Sedangkan pada perairan estuari yang
kekeruhannya tinggi, produktivitasnya perairannya akan rendah. Hal ini mengakibatkan terganggunya
proses fotosintesis karena penetrasi cahaya matahari terhalang oleh partikel-partikel yang disebabkan oleh
kekeruhan tersebut. Terganggunya proses fotosintesis menyebabkan fungsi utama fitoplankton sebagai
produsen primer, pangkal rantai makanan dan fundamen yang mendukung kehidupan seluruh biota di
estuari menjadi terganggu, sehingga kehidupan seluruh biota juga akan terancam (Nontji, 1993). Intesitas
cahaya mempengaruhi pola sebaran organisme. Ada sebagian organisme yang menyukai cahaya dengan
intesitas cahaya yang besar, namun ada juga organisme yang lebih menyukai cahaya yang redup. Pada
bagian bawah laut, cahaya matahari mempunyai pengaruh besar secara tidak langsung, yakni sebagai
sumber energi untuk fotosintesis tumbuh-tumbuhan air dan fitoplankton. Air laut berwarna karena proses
alami, baik yang berasal dari proses biologis maupun non-biologis. Produk dari proses biologis dapat
berupa humus, gambut dan lain-lain, sedangkan produk dari proses non-biologis dapat berupa senyawasenyawa kimia yang mengandung unsur Fe, Ni, Co, Mn, dan lain-lain. Selain itu perubahan warna air laut
dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah berwarna. Air laut dengan
tingkat warna tertentu/dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat menganggu kehidupan biota
akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis bentos.
3.1.4 Gelombang
Secara ekologis gelombang paling penting di daerah pasang surut (perairan dangkal). Di bagian
laut agak dalam pengaruhnya menurun, dan di perairan oseanik ia mempengaruhi pertukaran udara.
Gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung
meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur. Biota yang hidup di daerah
pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah
menjebol alga-alga dari substratanya. Diduga, gelombang juga mengubah bentuk karang-karang
pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfir ke dalam permukaan air sehingga memulai
proses pertukaran gas.
fotosintesa dari tumbuh-tumbuhan air dan fitoplankton dan diperlukan untuk pernafasan bagi biota air.
Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen oleh biota laut,
sehingga dapat menurunkan kemampuan biota tersebut untuk hidup normal dalam lingkungannya. Kadar
oksigen terlarut di perairan Indonesia berkisar antara 4,5 dan 7.0 ppm.
ikan, tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineralmineral laut. Lain halnya dengan bentos dan nekton, dimana organisme-organisme ini merupakan hewan
heterotrof yang tidak dapat memproduksi makanan sendiri sehingga membutuhkan kehadiran organisme
lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun keberadaan benthos dan nekton di lingkungan laut
dapat mengontrol kualitas perairan (mencegah terjadinya blooming algae) Benthos merupakan hewan air
laut yang hidupnya di dasar laut seperti jenis kekerangan. Tubuh bentos banyak mengandung mineral
kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka benthos.
Sedangkan nekton merupakan hewan air yang aktif bergerak dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-harinya seperti jenis ikan dan ampibi laut. Satu lagi organisme yang sangat berperan dalam
pembemtukan ekosistem lautan yaitu organisme pengurai (dekomposer) seperti jenis bakteri dan jamur.
Peranan mereka sangat vital dalam mengatur ekosistem di lautan, karena dengan kehadirannya, bahanbahan organik dan anorganik dilautan dapat diuraikan menjadi unsur-unsur hara (nutrien) yang dapat
dimanfaatkan oleh organisme autotrof (fitoplankton) untuk melakukan proses fotosintesis.
BAB IV
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Melihat berbagai macam ulasan mengenai faktor-faktor pembentuk dan sekaligus penyebab
terjadi perubahan di lingkungan laut maka dapat diambil kesimpulan bahwa fakor yang menyebabkan
terjadinya perubahan tersebut terdiri atas faktor fisika, kimia, dan biologi lingkungan laut. Faktor fisika
meliputi temperatur atau sahu perairan laut, kecerahan/kekeruhan (tingkat penetrasi cahaya), kecepatan
arus, gelombang dan daerah pasang surut air laut. Kemudian faktor kimia meliputi salinitas, oksigen
terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan beberapa unsur hara (nutrien). Sedangkan faktor biologi
meliputi produsen (fitoplankton dan ganggang laut lainnya), konsumen (zooplankton, benthos, dan
nekton) dan dekomposer (bakteri dan jamur). Masing-masing faktor tersebut memiliki keterkaitan
hubungan timbal balik antara yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu lingkungan
perairan laut (ekosistem lautan).
DAFTAR PUSTAKA
http://tonny.mhs.upnyk.ac.id/2011/10/05/karakteristik-fisika-kimia-air-laut/
http://ojanmaul.wordpress.com/category/biologi-laut/
http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/24/sifat-%E2%80%93-sifat-kimia-air/
http://lets-belajar.blogspot.com/2007/08/faktor-fisika-kimia-air.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/pengaruh-faktor-faktor-lingkungan-terhadap-budidaya-laut/
http://acehpedia.org/Lingkungan_Laut
http://zonabawah.blogspot.com/2011/05/pengaruh-berbagai-faktor-lingkungan_28.html
http://masantos.wordpress.com/category/biologi-laut/