I. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita
: Ny. I
Umur
: 57 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Kabupaten Bandung
Agama
: Islam
Pekerjaan
: ---
Tanggal Masuk
: 22 Oktober 2014
II. ANAMNESIS :
(Alloanamnesa dari anak pasien pada tanggal 22 oktober 2014)
Keluhan Utama
: Penurunan Kesadaran
sehingga pasien belum mendapat pengobatan selama penurunan kesadaran. Keluarga mulai
cemas karna pasien tidak dapat makan dan minum sehingga pada pukul 3 pagi pasien langsung
dibawa ke IGD RSUD Soreang. Jarak rumah ke IGD RSUD Soreang sekitar 1 jam dan selama
perjalanan pasien tidak sadar. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
: Somnolen/ GCS 5
Kesan sakit
Tanda Vital:
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
: 37,4 (N : 36,5-37,5 C )
Pemeriksaan khusus:
1. Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
2. Leher
Retraksi suprasternal
: (-)
KGB
3. Thorax
Paru-paru
Jantung
4. Abdomen
5. Ekstremitas
Akral
: hangat
Capilary refill
: < 2 detik
B. PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
1. Penampilan
Kepala
: Normocephal
Collumna Vertebra
: Tidak ada deformitas
2.
Brudzinski III: -
3. Saraf Otak
NI
: Penciuman
: sulit dinilai
N II
: Ketajaman Penglihatan
: sulit dinilai
Lapangan Pandang
: sulit dinilai
Fundus Okuli
: tidak dilakukan
NIII/IV/VI
: Ptosis
: sulit dinilai
Pupil
: bulat, isokor, diameter 3mm
Refleks Cahaya (D/I)
: +/+
Refleks Konvergensi
: sulit dinilai
Posisi Mata
: sulit dinilai
Gerakan Bola Mata
: sulit dinilai
Nystagmus
: NV
: Sensorik
- Oftalmikus
: sulit dinilai
- Maksilaris
: sulit dinilai
- Mandibularis
: sulit dinilai
Mengunyah
: sulit dinilai
Refleks Kornea
: sulit dinilai
N VII
: Angkat alis mata
: sulit dinilai
Memejamkan Mata
: sulit dinilai
Plika Naso-labialis
: sulit dinilai
Gerakan Wajah
: sulit dinilai
Rasa Kecap 2/3 Bagian Muka Lidah
: sulit dinilai
N VIII
: Pendengaran
: sulit dinilai
Keseimbangan
: sulit dinilai
N IX/X : Suara/bicara
: sulit dinilai
Menelan
: sulit dinilai
Kontraksi Palatum
: sulit dinilai
Refleks Faring
: sulit dinilai
Refleks Kecap 1/3 Belakang
: sulit dinilai
N XI
: Angkat Bahu
: sulit dinilai
Menengok Kanan Kiri
: sulit dinilai
N XII
: Gerakan Lidah
: sulit dinilai
Atrofi
Termor/Fasikulasi
: sulit dinilai
: sulit dinilai
4. Motorik
Batang Tubuh
Kekuatan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Fasikulasi
-
Gerakan Involunter
Cara Berjalan
:
:
Ada
Sulit dinilai
Tonus
N
N
Atrofi
-
5. Sensorik
Permukaan
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
6. Vegetatif
BAK
BAB
Diit
: NGT, jernih
7. Koordinasi
Cara Bicara
Tremor
Tes Telunjuk Hidung
Tes Tumit Lutut
Tes Romberg
8. Pemeriksaan Fungsi Luhur
Hubungan Psikis
Afasia
: Motorik
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
Dalam
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
Fasikulasi
-
Sensorik
: Jangka Pendek
Jangka Panjang
Ingatan
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
9. Refleks
Refleks Fisiologis
Kanan
Anggota Badan Atas :
Dinding Perut
Biceps
Triceps
Radius
Epigastrik
Hipogastrik
Mesogastrik
:
:
:
:
:
:
Kremaster
: Patella
:
Achilles
:
Kiri
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
sulit dinilai
Refleks Patologis
Babinski
:
Chaddock
:
Oppenheim
:
Gordon
:
Schaefer
:
Klonus
: Patella
Achilles
Refleks Primitif
Kanan
+
::-
: Hoffman Trommer
Glabella
Mencucut Mulut
Palmo Mental
V. RESUME
Anamnesa :
Kiri
-
::::-
Pasien wanita usia 57 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 8 jam
SMRS. Satu hari SMRS pasien mengeluhkan panas badan, muntah yang menyemprot sebanyak 2
kali berisi cairan bewarna bening kekuningan serta nyeri pada kepala. Satu minggu SMRS pasien
juga mengelukan kaki kanan bengkak karena tersiram air panas sehingga menyebabkan luka
pada kaki. Luka pada kaki hanya diobati dengan obat yang dibeli diwarung berupa salep.
Keluhan penurunan kesadaran tidak disertai dengan kejang. Pada pukul 3 pagi pasien langsung
dibawa ke IGD RSUD Soreang. Jarak rumah ke IGD RSUD Soreang sekitar 1 jam dan selama
perjalanan pasien tidak sadar. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Neurologi
Kesadaran : Somnolen
Rangsang Meningens/iritasi Radiks : Kaku Kuduk (+)
Test Brudzinski I (+)
Saraf Otak : N III/IV/VI
Pupil
: bulat, isokor diameter 3 mm
Refleks Cahaya D/I : +/+
Motorik : sulit dinilai
Sensorik : sulit dinilai
Vegetatif
BAK : kateter, dieresis 100 cc sampai pukul 19.30
BAB : belum BAB 1 hari SMRS
Diit : NGT, jernih
Refleks
Refleks Patologis : Babinski
(+) / (-)
11,8 g/dL
37%
Leukosit
25.200/mm3
[N:7.000-17.000/mm3]
Trombosit
279.000 mm3
[N:150.000-400.000/mm3]
GDS
97,0 mg/dL
86,3 mg/dL
(N: 17-43)
Kreatinin
4,01 mg/dL
(N: 0,6-1,2)
Manitol dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara IV dalam waktu 30-60 menit dan
BAKTERI PENYEBAB
ANTIBIOTIKA
S.pneumoniae
Cefotaxime 2gr/6jam max 12gr/hari atau
N.influenza
Spesies listeria
Pseudomonas aeroginosa
N.meningitis
ceftriaxone
2gr/4jam/IV
(200mg/kgBB/IV/hari)
Bila prevalenso S.pneumoniae
cephalosporin
>2%
resisten
diberikan
Cefotaxime/ceftriaxone+vancomycin
1gr/12jam/IV (max 3gr/hari
Ceftadizime 2gr/8jam/IV
Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui. Maka terapi antibiotic empiris sesuai kelompok
umur, harus segera dimulai
1. Terapi tambahan dianjurkan hanya pada penderita risiko tinggi, penderita dengan
status mental sangat terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan
dexamenthasone 0,15 mg/KgBB/6jam/IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum
pemberian antibiotik
2. Penanganan Peningkatan TIK :
Meninggikan letak kepala 30 derajat dari tempat tidur
Cairan hiperosmolar : manitol 20% atau gliserol
Hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 27-30 mmHg
3. Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih demam, cari sebabnya
diantaranya :
Efusi subdural
Abses
Hidrosefalus
Empiema subdural
Thrombosis
Sekresi hormone antideuretik yang berkurang
XI. PROGNOSIS
-
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
BAB II
PERMASALAHAN
1. Mengapa pasien ini didiagnosis klinis Stroke Infark Karotis Kanan dengan Hipertensi ?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada piamater dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superfisial otak dan
medula spinalis. Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruangan subaraknoida dan dengan
cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medula spinalis terkena. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
Meningitis dibagi dalam beberapa kelompok, dalam hal ini akan diuraikan tentang
Meningitis purulenta atau Meningitis bakterialis, yaitu suatu peradangan selaput otak yang
menimbulkan eksudasi berupa pus (purulen), disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus.
Meningitis Purulenta adalah radang bernanah pada arakhnoid dan piameter meliputi otak
dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae, Neisseria meningitis,
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. (Suriadi,dkk.2006).
III. KOMPLIKASI
Dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat.
Komplikasi major :
1. Edema otak dengan resiko herniasi,
2. Efusi subdural
3. Hidrosefalus
4. Cerebritis
5. Paralisis sampai deserebrasi
Komplikasi arteri :
1.
2.
3.
4.
Arteritis vasospasme
Hiperfusi fokalkortikal
Gangguan autoregulasi serebrovaskular
Ventrikulitis
Komplikasi ekstrakranial :
1. Shock septik
2. Respiratory distress syndrome
3. Gangguan elektrolit (hiponatremia
dan
syndrome
inappropriate
anti
diuretic
hormonerelease / SIADH)
Pada pengawasan yang lama mungkin akan ditemukan tanda-tanda retardasi mental, epilepsi
maupun meningitis berulang.
IV. PROGNOSA
Prognosis bergantung pada beberapa keadaan, antara lain jenis kuman dan beberapa penyakit
pada permulaannya, umur penderita, lamanya gejala atau sakit sebelum dirawat, kecepatan
ditegakkannya diagnosis, antibiotika yang diberikan, serta adanya kondisi patologik lainnya yang
menyertai meningitis.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis purulenta, tetapi
50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen
meningitis purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian,keterlambatan berbicara dan
gangguan perkembangan mental, dan 5 10% penderita mengalami kematian
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
a) Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b) Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat,glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin,jumlah leukosit, Laju Endap Darah
(LED), kadar glukosa, kadar ureum,elektrolit dan kultur.
a) Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, pada
Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b) Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
a) Pada Meningitis Serosa dilakukan fotodada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT
Scan.
b) Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal,
gigi geligi) dan foto dada.
Pada meningitis purulenta stadium akut terdapat leukosit PMN. Jumlah sel berkisar
antara 1000 10.000 /mm3 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100.000 /mm3, dapat
disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000 /mm3, maka kemungkinannya
adalah
abses
otak
yang
pecah
dan
masuk
ke
dalam
ventrikulus.
Kadar protein meningkat umumnya di atas 75 mg%, kadar klorida umumnya di bawah
700 mg%, kadar glukosa sangat turun, bila lebih rendah dari 20 mg%, bisa mencapai 0
mg%.
Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat menyokong diagnosa adalah :
1) Imunodiagnostik, yaitu pemeriksaan counter imunoelecthrophoresis dan CSS,
aglutinasi lateks, dan ELISA
2) Pneumo-angiografi
3) Foto polos tengkorak
4) Foto dada
5) Pemeriksaan EEG
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Mengapa pasien ini didiagnosis klinis Meningitis Purulenta ?
Dari anamnesa pasien ditemukan pasien mengalami penurunan kesadaran setelah
1 hari SMRS pasien mengeluhkan panas badan, muntah yang menyemprot dan nyeri
kepala serta ditemukan adanya bekas luka pada kaki kanan.
Pada Pemeriksaan Fisik ditemukan :
Kesadaran : Somnolen / GCS 5
TTV : Tensi
110/80 mmHg
Nadi
80x/menit
Suhu
37,4 C
Respirasi
24x/menit
Status Neurologis :
Rangsang meningens : Kaku kuduk +
Brudzinsky I/II/III : +/-/Iritasi Radiks
: Kernig -/Laseg -/Kontra Patrick -/Patrick-/Saraf Otak
: refleks cahaya +/+
Pupil bulat isokor, diameter 3mm
Motorik
: sulit dinilai
Sensorik
: sulit dinilai
Vegetatif
BAK : kateter, dieresis 100 cc sampai pukul 19.30
BAB : belum BAB 1 hari SMRS
Diit : NGT
Refleks
Refleks Fisiologis
: sulit dinilai
Refleks Patologis
: Babinski
+/Berdasarkan gejala klinis pasien ini didapatkan :
1. Panas : suhu = 37,4 derajat C
2. Nyeri kepala yang bisa hebat sekali (-)
3. Malaise umum (+)
4. Kelemahan (+)
5. Nyeri otot dan punggung (-)
6. Gangguan saluran pernapasan bagian atas (-)
7. Kaku kuduk (+)
8. Opistotonus (-)
9. Dapat terjadi renjatan (kejang) (-)
10. Hipotensi (-) namun tekanan darah pasien sempat : 80/60 mmHg
11. Takikardi karena septicemia (-)
12. Gangguan kesadaran berupa letargi (+)
Gejala Meningitis
menonjol (-)
DIAGNOSIS BANDING
1. Meningismus
Meningismus kebanyakan terdapat pada bayi dan anak yang lebih besar, dengan
gejala tiba-tiba panas, terdapat tonsilitis, pneumonia, pielitis, dapat terjadi bersamaan
dengan apendisitis akut, demam tifoid, erisipelas, malaria, batuk rejan.
=> Pada pasien ini tidak didapatkan gejala yang sama.
2. Meningitis aseptic
Merupakan radang selaput otak yang akut dan bersifat self limited.
=> Pada pasien ini tidak didapatkan gejala yang serupa.
3. Meningitis tuberkulosa
Memberikan gambaran klinis yang hampir sama
=> Pada pasien ini tidak didapatkan gejala yang serupa.
Maka, dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala klinis serta diagnosis banding
didapatkan pasien ini sesuai untuk diagnosa akhir meningitis purulen, namun untuk lebih
bisa menegakkan diagnosis perlu dilakukannya Lumbal Pungsi pada pasien.
2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?
1. Perawatan Umum
o Pasien dirawat di RS
o Jika pasien gelisah, beri obat sedative (diazepam atau fenobarbital)
2. Kenaikan TIK
Manitol dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara IV dalam waktu 30-60 menit dan
USIA
>50 tahun
BAKTERI PENYEBAB
ANTIBIOTIKA
S.pneumoniae
Cefotaxime 2gr/6jam max 12gr/hari atau
N.influenza
ceftriaxone
2gr/4jam/IV
Spesies listeria
Pseudomonas aeroginosa
(200mg/kgBB/IV/hari)
Bila
prevalensi
S.pneumoniae
cephalosporin
N.meningitis
>2%
resisten
diberikan
Cefotaxime/ceftriaxone+vancomycin
1gr/12jam/IV (max 3gr/hari
Ceftadizime 2gr/8jam/IV
- Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui. Maka terapi antibiotic empiris sesuai
kelompok umur, harus segera dimulai
=> Agar dapat lebih bisa menegakkan diagnosis, perlu untuk dilakukannya Lumbal
Pungsi pada pasien, supaya pemberian antibiotik yang diberikan kepada pasien sesuai
dengan etiologinya.
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
- Quo ad vitam
: dubia ad malam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa).
Lima
puluh
persen
meningitis
purulenta
mengakibatkan
kecacatan
seperti
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini, dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala klinis serta diagnosis
banding didapatkan pasien ini sesuai untuk diagnosa akhir meningitis purulen, namun untuk
lebih bisa menegakkan diagnosis perlu dilakukannya Lumbal Pungsi pada pasien.
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini
1. Perawatan Umum
o Pasien dirawat di RS
o Jika pasien gelisah, beri obat sedative (diazepam atau fenobarbital)
2. Kenaikan TIK
Manitol dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara IV dalam waktu 30-60 menit dan
Agar dapat lebih bisa menegakkan diagnosis, perlu untuk dilakukannya Lumbal Pungsi
pada pasien, supaya pemberian antibiotik yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
etiologinya.
Untuk prognosa pada pasien ini quo ad vitam : dubia ad malam, dikarenakan apabila
penanganan lebih lanjut tidak dilakukan, maka kemungkinan mortalitas pada pasien ini semakin
tinggi. Untuk quo ad functionam : dubia ad malam, dikarenakan apabila nantinya pasien sembuh
kemungkinan akan mengalami sequelle.
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada
Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan
protein meningkat,glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE, Vaughan VC. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi ke-12, Bagian ke-2. Nelson
WE, Ed. EGC, Jakarta, 1993; 33-40.
2. Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL:
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.html. Diakses tanggal 23 Oktober 2014
3. Jawetz E, Menlick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi
Kedokteran, Edisi ke-20. EGC, Jakarta, 1995; 699-719.
4.Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library
URL :.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf. Diakses tanggal 23
Oktober 2014
CASE REPORT
MENINGITIS PURULENTA
Disusun oleh :
Agung Bhakti Wiratama 1102009014
Puput Indah Pratiwi 1102009224
Pembimbing :
dr. Bertha Saulina P, Sp.S