Anda di halaman 1dari 15

1.

Latar Belakang
DHF (DengueHaemorrhagic Fever) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang pada anak-anak dengan
ciri-ciri: demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan syok (DSS / Dengue Shock Syndrome) dan
kematian. Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, yang
membawa virus dengue (anthropad borne viruses). DHF dapat menyerang
semua umur tetapi terbanyak pada anak-anak (www.scribd.com).
Di Indonesia kasus DHF pertama kali ditemukan di Surabaya padatahun
1968,

akantetapikonfirmasiserologisbaru

di

dapatpadatahun

Sejakitupenyakittersebutmenyebarkeberbagaidaerah.
terjangkitdemamberdarah

di

semakinmelonjakdaritahunketahun,
Hal

Anak

wilayah

1972.
yang

Indonesia

bahkanhinggamenyebabkankematian.

tersebutmenjadikejadianluarbiasa

di

berbagaidaerah.

DHFmerupakanpenyakitdaerahtropis yang seringmenyebabkankematiananak,


remajadandewasa

(http://assalamualaikum-indah.blogspot.com/,

diaksestanggal 12 Desember 2010)


Pada awal mulainya demam, DHFsulit dibedakan dari infeksi lain yang
disebabkan oleh berbagai jenis virus, bakteri dan parasit. Setelah hari ketiga
atau keempat pemeriksaan darah dapat membantu diagnosa. Diagnosa
ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah: trombositopeni,
yaitu jumlah trombosit kurang dari 100.000 sel/mm 3 dan hemokonsentrasi,
yaitu jumlah hematokrit meningkat paling sedikit 20% di atas rata-rata. Hasil
laboratorium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-7.
Kadang-kadang

dari

foto

thorax

ditemukan

efusi

pleura

atau

hipoalbuminemia yang menunjukkan adanya kebocoran plasma. Kalau

penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue
Shock Syndrome (DSS) (lisa_ira@litbang. Depkes.go.id).
Patogenesis

Demam

Berdarah

Dengue

(DBD)

tidak

sepenuhnya

dipahami, namun terdapat dua perubahan patofisiologis yang menyolok,


yaitu: meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya
plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik
yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan rongga
peritoneal.

Kebocoran

plasma

terjadi

singkat

(24-48

jam)

(www.medicastore.com). Kebocoran plasma ini disebabkan oleh perubahan


permeabilitas yang meningkat akibat disfungsi struktur sel endotel. Hal ini
terjadi karena respon imunopatologik tubuh terhadap virus dengue.Efusi
pleura merupakan salah satu manifestasi klinis kebocoran plasma yang
merupakan gambaran khas pada DBD dan juga indikator untuk menentukan
derajat penyakit DBD (www.findtoyou.com).
Pleura adalah lapisan tipis yang membungkus paru-paru yang berisi
sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas dalam pergerakan paru saat
bernafas. Efusi pleura adalah cairan abnormal dalam rongga pleura, cairan
tersebut dapat berupa air, darah, nanah dan cairan limfe akibat cairan yang
berlebihan akan menyebabkan pasien sesak nafas. Bila jumlah cairan pleura
berkisar 250-300 ml dapat diperlihatkan dengan

foto thorax PA (Postero

Anterior) atau AP (Antero Posterior) tegak. Bila cairan kurang dari 250 ml
(100-200 ml), dapat ditemukan cairan di sinus costophrenicus posterior pada
thorax lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat
diperlihatkan dengan posisi lateral decubitus dan arah sinar horizontal
sehingga cairan akan terkumpul di sisi samping bawah. Gambaran radiologik
kurang

dapat

membedakan

jenis

cairan,

namun

dengan

tambahan

keterangan-keterangan klinis atau kelainan lain yang ikut serta terlihat dapat
diperkirakan jenis cairan tersebut (Rasad, 2000).
MenurutBontrager(2001),proyeksi

yang

digunakanpadateknikradiografi

thorax untukmenegakkandiagnosaefusi pleura adalah: PA, AP, Lateral, dan


Lateral decubitus. Sedangkanmenurut Frank, Long & Smith(2007), proyeksi
yang digunakanpadateknikradiografi thorax untukmenegakkandiagnosaefusi
pleura adalahRight Lateral Decubitus (RLD) atau Left Lateral Decubitus(LLD)
dan Ventral Decubitus atau Dorsal Decubitus.
Pemeriksaan radiografi thoraxpada pasien dengan kasus DHF di Rumah
Sakit Umum Negarahanya dilakukan dengan menggunakan proyeksi Right
Lateral Decubitus (RLD) saja. Berdasarkan teori pemeriksaan radiografi thorax
untuk menegakkan diagnosa efusi pleura dapat dilakukan dengan proyeksi
PA, AP, Lateral, Right Lateral Decubitus atau Left Lateral Decubitus, maupun
Ventral Decubitus atau Dorsal Decubitus.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas
dalam suatu Karya Tulis Ilmiah dengan judul: TEKNIK PEMERIKSAAN
RADIOGRAFI THORAX PADA KASUS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI
INSTALASI RADIOLOGI RSU NEGARA.

Anda mungkin juga menyukai