Anda di halaman 1dari 77

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO THORAX PADA

PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH


SAKIT PARU JEMBER

SKRIPSI

Oleh
Evi Widayati
NIM 081810201004

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO THORAX PADA


PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH
SAKIT PARU JEMBER

SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Studi Fisika (S1)


dan mencapai gelar Sarjana Sains

Oleh
Evi Widayati
NIM 081810201004

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


1. Ibunda (almarhumah) Subaidah dan Ayahanda (almarhum) Muhammad tercinta,
yang telah melahirkan dan membesarkan serta atas untaian dzikir dan doa yang
mengiringi langkahku selama menuntut ilmu, dukungan, nasehat, bimbingan,
perhatian, dan curahan kasih sayang tanpa batas yang telah diberikan sejak aku
kecil, serta pengorbanan selama ini;
2. Paman Slamin dan bibi Naki, Suryati tercinta, atas doa, dukungan, nasehat,
bimbingan, perhatian dan kasih sayang selama ini seperti layaknya anak sendiri.
3. Yunda Yuliana tercinta, atas doa dan kasih sayang serta motivasi yang telah
diberikan kepada adikmu selama ini;
4. Kakanda Randhi Nanang Darmawan tersayang, yang selalu mendampingi,
memberikan dukungan, motivasi, dan semangat setiap waktu;
5. guru-guru sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi yang telah
mendidik dengan penuh kesabaran;
6. Almamater Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember.

iii

MOTO

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(terjemahan Surat Al-Baqarah ayat 153)*

Jadilah seperti semut dalam ketekunannya. Dia berusaha merambat naik ke


batang pohon hingga ratusan kali, dan jatuh sebanyak jumlah yang sama. Tapi dia
terus berusaha naik kembali hingga akhirnya sampai pada tujuan yang diinginkan.
Karena itu jangan cepat menyerah dan bosan.

**)

*) Departemen Agama Republik Indonesia. 1998. Al Quran dan Terjemahannya. Semarang: PT


Kumudasmoro Grafindo.
**) Al-Qarni, Aidh. 2004. La Tahzan, jangan bersedih !. Jakarta: Qisthi Press.

iv

PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Evi Widayati
NIM : 081810201004
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Analisis Dosis
Serap Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Paru Jember adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang telah saya
sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama dosen dan
mahasiswa, dan hanya dapat dipublikasikan dengan mencantumkan nama dosen
pembimbing.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, Maret 2013


Yang menyatakan,

Evi Widayati
NIM 081810201004

SKRIPSI

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI FOTO THORAX PADA


PASIEN ANAK DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH
SAKIT PARU JEMBER

Oleh
Evi Widayati
NIM 081810201004

Dosen Pembimbing Utama

Pembimbing
: Drs. Yuda Cahyoargo Hariadi, M.Sc, Ph.D

Dosen Pembimbing Anggota

: Dra. Arry Yuariatun Nurhayati

Pembimbing Lapangan

: Dwi Kirana L. S, Amd.Rad

vi

PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Analisis Dosis Serap Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember telah diuji dan disahkan pada:
hari, tanggal
tempat

:
: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tim Penguji:

Ketua,

Sekretaris,

Drs.Yuda Cahyoargo Hariadi, M.Sc., Ph.D


NIP 19620311 198702 1 001

Dra. Arry Yuariatun Nurhayati


NIP 19610909 198601 2 001

Pembimbing Lapangan

Anggota I,

Dwi Kirana L.S, Amd.Rad


NIP 19740709 199703 1 007
Anggota II,

Endhah Purwandari, S.Si., M.Si


NIP 19811111 200501 2 001

Nurul Priyantari, S.Si., M.Si.


NIP 19700327 199702 2 001

Mengesahkan
Dekan,

Prof. Drs. Kusno, DEA., Ph.D.


NIP 19610108 198602 1 001

vii

RINGKASAN

Analisis Dosis Serap Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Paru Jember Evi Widayati, 081810201004; 2013: 41
halaman; Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember.

Radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik dengan


menggunakan sumber radiasi pengion seperti Sinar-X. Salah satu jenis pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah foto Thorax, dimana pemanfaatannya juga semakin
meluas dalam beberapa kategori usia seperti pada pasien anak. Selain memberikan
manfaat, sinar-X juga dapat memberikan ancaman yang merugikan manusia misalnya
efek radiasi pada kulit. Namun akhir-akhir ini perhatian yang cukup serius adalah
dampak dari radiasi sinar-X sebagai pencetus carsiogenik pada manusia, apalagi jika
diterapkan pada anak-anak. Fungsi organ-organ tubuh anak belum matang, serta
selnya masih dalam proses pertumbuhan sehingga sangat sensitif terhadap radiasi.
Oleh karena itu, proteksi radiasi pada pasien anak perlu ditingkatkan dan
mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam pemberian dosis. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengukuran dosis serap yang diterima oleh pasien anak.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisa dosis serap
radiasi foto thorax yang diterima oleh pasien anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Paru Jember. Dalam penelitian ini terdiri dari pasien laki dan wanita usia 1-15 tahun
yang kemudian digolongkan menjadi 3 kelompok usia yaitu usia 1-5 tahun, 5-10
tahun, dan 10-15 tahun. Masing-masing kategori diambil sebanyak 50 data yang
kemudian diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode oneway
ANOVA. Dari hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai dosis yang

viii

direkomendasikan oleh UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the


Effects of Atomic Radiation).
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka nilai dosis serap radiasi
sinar-X yang dihasilkan baik untuk pasien anak jenis kelamin laki ataupun wanita,
untuk setiap kategori usia yang berbeda diperoleh nilai rata-rata dosis serap yang
beragam. Dalam hasil dosis serap baik untuk pasien laki ataupun pasien wanita
terlihat bahwa pasien anak usia 1-5 tahun mendapatkan nilai rata-rata dosis yang
terendah, sedangkan pasien anak usia 10-15 mendapatkan nilai dosis terbesar. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemberian faktor
exposure. Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA untuk pasien laki atau
wanita, diperoleh hasil Fhitung < Ftabel (3,8931) atau P(sig) >0,0500, hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap untuk usia 15 tahun dengan usia 5-10 tahun. Namun keduanya, usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun
ini memilki nilai rata-rata dosis serap yang berbeda dengan usia 10-15 tahun yang
ditunjukkan oleh hasil uji statistik oneway ANOVA, dimana dihasilkan Fhitung>Ftabel
(3,8931) atau P(sig)<0,0500. Untuk perbandingan nilai rata-rata dosis serap pada
pasien anak laki dengan wanita pada masing-masing kategori usia, hasil output anova
menunjukkan nilai signifikansi 0,0500. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk pasien
anak, jenis kelamin tidak menjadi pengaruh terhadap pemberian nilai dosis serap.
Mengacu pada hasil dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap nilai dosis serap antara pasien usia 1-5 tahun dengan usia 5-10
tahun. Akan tetapi usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun berbeda dengan pasien usia 1015 tahun, baik untuk pasien laki ataupun wanita. Secara umum nilai dosis keseluruhan
yang diterima oleh pasien anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember
masih dibawah batas maksimal yang diijinkan oleh UNSCEAR (United Nations
Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation).

ix

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Dosis Serap
Radiasi Foto Thorax pada Pasien Anak di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru
Jember. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs.Yuda Cahyoargo Hariadi, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Utama,
Dra Arry Yuariatun Nurhayati, selaku Dosen Pembimbing Anggota, dan Dwi
Kirana L.S, Amd.Rad, selaku pembimbing lapangan, yang telah meluangkan
waktu, pikiran, dan perhatian dalam penulisan skripsi ini;
2. Endhah Purwandari, S.Si., M.Si., selaku Dosen Penguji I dan Nurul Priyantari,
S.Si., M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi
kebaikan skripsi ini;
3. radiografer dan staff Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember, yang telah
membantu selama proses penelitian;
4. teman-teman seperjuangan angkatan 2008 dan teman-teman tim Biofisika Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Jember;
5. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Jember, Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................................iii
HALAMAN MOTO............................................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................................v
HALAMAN PEMBIMBINGAN....................................................................................vi
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................vii
RINGKASAN.........................................................................................................................viii
PRAKATA...............................................................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xvi
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Radiasi Sinar-X..............................................................................................5
2.2 Interaksi Radiasi dengan Materi Fisik.................................................7
2.3 Pemeriksaan Thorax....................................................................................9
2.3.1 Anatomi dan Fungsi Thorax.............................................................9
2.3.2 Teknik Radiografi Thorax.................................................................11
2.4 Aspek Biologi Proteksi Radiasi................................................................13
2.4.1 Efek Paparan Radiasi terhadap Kesehatan...................................13
xi

2.4.2 Proteksi Radiasi 16


2.5 Pengukuran Dosis Serap Radiasi

17

2.6 Penggolongan Usia dan Rekomendasi Dosis Radiasi pada


pasien anak 18
BAB 3. METODE PENELITIAN..................................................................................20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 20
3.2 Alat dan Bahan 20
3.3 Tahapan Penelitian

21

3.3.1 Survey Literatur 23


3.3.2 Identifikasi Masalah

23

3.3.3 Studi Pustaka

23

3.3.4 Observasi Lapangan dan Perijinan

23

3.3.5 Pengambilan Data

24

3.3.6 Normalisasi Data

25

3.3.7 Pengolahan dan Analisa Data

26

3.3.8 Pembahasan dan Kesimpulan 26


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................27
4.1 Hasil dan Analisa Data Penelitian
4.1.1 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada
Pasien Jenis Kelamin Laki

27
27

4.1.2 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada


Pasien Jenis Kelamin Wanita 30
4.1.3 Analisis Dosis Serap Radiasi Sinar-X antara Pasien
Anak Jenis Kelamin Laki dengan Wanita
4.2 Pembahasan

31
33

BAB 5. PENUTUP...............................................................................................................38
5.1 Kesimpulan
4.2 Saran

xii

38
38

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................39
DAFTAR ISTILAH.............................................................................................................42
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Perhitungan Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada Pasien Anak Laki
dan Wanita........................................................................................................................44
B. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dan
Wanita untuk Setiap Penggolongan Usia.............................................................54
C. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki
dengan Wanita untuk masing-masing Penggolongan Usia Pasien............57
D. Tabel Statistik F..............................................................................................................59
E. Data Kalibrasi Alat........................................................................................................60

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Dosis serap radiasi oleh UNSCEAR (2000)........................................................19
4.1 Nilai rata-rata dosis serap radiasi sinar-X dan standar eror untuk
setiap penggolongan usia pasien anak jenis kelamin laki................................28
4.2 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan
usia pada pasien laki..................................................................................................29
4.3 Nilai rata-rata dosis serap radiasi sinar-X dan standar eror untuk
setiap penggolongan usia pasien anak jenis kelamin wanita..........................30
4.4 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan
usia pada pasien wanita.............................................................................................31
4.4 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada pasien laki dengan
wanita untuk setiap penggolongan usia................................................................32

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Tabung sinar-X..............................................................................................................5
2.2 Produksi sinar-X Bremsstrahlung...........................................................................6
2.3

Ilustrasi terjadinya sinar-X karakteristik...............................................................7

2.4 Proses efek fotolistrik.................................................................................................8


2.5 Proses hamburan Compton........................................................................................8
2.6 Proses produksi pasangan..........................................................................................9
2.7 Anatomi thorak pada manusia..................................................................................10
2.8 Posisi pasien PA............................................................................................................11
2.9 Posisi pasien AP............................................................................................................12
2.10 Hasil foto rontgen pada anak.....................................................................................12
2.11 Penderita leukemia limfoid akut akibat paparan radiasi berlebih...................15
3.1 Satu set pesawat roentgen..........................................................................................20
3.2 Meteran............................................................................................................................21
3.3 Skema kegiatan penelitian.........................................................................................23
4.1 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki untuk
masing-masing kategori usia...................................................................................29
4.2 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak wanita untuk
masing-masing kategori usia...................................................................................30
4.3 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki dan wanita
untuk masing-masing penggolongan usia pasien..............................................31
4.4 Grafik perbandingan-X nilai dosis serap radiasi sinar-X pada pasien
laki dan wanita dengan dosis maksimal yang direkomendasikan oleh
UNSCEAR....................................................................................................................32

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Perhitungan Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada Pasien Anak
Laki dan Wanita.............................................................................................................44
A.1 Pasien Laki................................................................................................................44
A.1.1 Usia 1-5 tahun...............................................................................................44
A.1.2 Usia 5-10 tahun.............................................................................................45
A.1.3 Usia 10-15 tahun...........................................................................................47
A.2 Pasien Wanita..........................................................................................................49
A.2.1 Usia 1-5 tahun...............................................................................................49
A.2.2 Usia 5-10 tahun.............................................................................................50
A.2.3 Usia 10-15 tahun...........................................................................................52
B. Hasil Uji One Way Anova pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki
dan Wanita untuk Setiap Penggolongan Usia....................................................54
B.1 Pasien Laki................................................................................................................54
B.1.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun..................................................54
B.1.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun...............................................54
B.1.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun.............................................55
B.2 Pasien Wanita...........................................................................................................55
B.2.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun..................................................55
B.2.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun...............................................55
B.2.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun.............................................56
C. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin Laki
dengan Wanita untuk masing-masing Penggolongan Usia Pasien............57
C.1 Usia 1-5 tahun..........................................................................................................57
C.2 Usia 1-5 tahun..........................................................................................................57
C.3 Usia 1-5 tahun..........................................................................................................58
D. Tabel Statistik F..............................................................................................................59
E. Data Kalibrasi Alat........................................................................................................60
xvi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi nuklir pada saat ini berkembang begitu cepat. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan pemanfaatan hasil teknologi nuklir dalam berbagai
sektor, seperti pertanian, perindustrian dan kesehatan. Dalam sektor kesehatan,
pemanfaatan teknik nuklir ini meliputi radioterapi dan tindakan radiodiagnostik di
bagian radiologi (Yondri, 2008).
Unit pelayanan radiologi merupakan salah satu instalasi penunjang medik
yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan dengan
menggunakan sumber radiasi pengion (Maryanto et al., 2008). Sumber radiasi
pengion tersebut harus mempunyai daya tembus yang sangat besar sehingga mampu
menembus bahan yang dilaluinya, salah satunya yaitu berasal dari pesawat sinar-X
(Trikasjono et al., 2007). Dengan adanya pemanfaatan sinar-X ini informasi
mengenai tubuh manusia lebih mudah diketahui tanpa harus melakukan operasi bedah
terlebih dahulu (Milvita et al., 2009). Berbagai jenis pemeriksaan yang dapat
dilakukan meliputi: foto abdomen, extremity, skull, thorak, dan organ tubuh yang
lainnya. Selain itu, pemanfaatannya juga semakin meluas dalam segala kategori usia,
baik usia dewasa maupun anak-anak.
Selain memberikan manfaat, beberapa aplikasi teknik nuklir ini dapat pula
memberikan ancaman bahaya radiasi yang merugikan pada manusia (Rahayuningsih
et al., 2010). Salah satu contoh bahaya radiasi yang ditimbulkan yaitu munculnya
efek radiasi pada kulit, antara lain : deskuamasi, epilasi, dan eritema (Alatas, 1998).
Namun akhir akhir ini yang menjadi perhatian yang cukup serius dampak terhadap
efek jangka panjang (efek tertunda) yang ditimbulkan akibat paparan radiasi sinar-X,
yaitu sebagai pencetus carsiogenik atau induksi kanker pada manusia (Hall dan
Benner, 2008).

Hasil tim peneliti efek medik kecelakaan PLTN Chernobyl melaporkan


adanya peningkatan kasus kanker tiroid pada anak-anak, dimana angka kanker tiroid
tersebut ternyata lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya (Akhadi, 2000:142).
Menurut Mooney dan Thomas (1998), sinar-X memiliki bahaya yang melekat yang
menjadi perhatian khusus ketika diterapkan pada anak-anak. Studi menunjukkan
bahwa anak kurang dari sepuluh tahun lebih sensitif terhadap radiasi pengion dari
pada orang dewasa. Hal ini karena radiasi pengion dapat menyebabkan mutasi genetik
dan cacat bawaan pada janin. Secara umum anak-anak memiliki harapan hidup yang
lebih lama, oleh karena itu resiko efek jangka panjang dari radiasi juga lebih besar
dari pada orang dewasa. Berdasarkan United Nations Scientific Committee on the
Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) 2008, kemungkinan terjadinya efek jangka
panjang (efek tertunda) dari paparan radiasi untuk anak-anak adalah 2-3 kali lebih
besar dari orang dewasa.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Terdapat perbedaan fisik
fisiologi maupun psikologi antara anak dengan orang dewasa (Raudhah, 2008). Salah
satu fisik fisiologi anak yang sangat mempengaruhi peran dalam perkembangan dan
pertumbuhan adalah tiroid dan timus. Tiroid memiliki fungsi untuk membantu dan
mengatur metabolisme tubuh serta proses pertumbuhan, sedangkan timus berfungsi
untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi (Edwards et al.,1990:114). Fungsi organorgan tubuh anak tersebut belum matang, demikian juga dengan fungsi pertahanan
tubuhnya yang belum sempurna serta sel-sel tersebut masih dalam proses
pertumbuhan sehingga sangat sensitif terhadap radiasi. Apabila sel-sel tersebut
terpapar radiasi maka akan mudah rusak sehingga mempengaruhi pertumbuhan
selanjutnya. Oleh karena itu, proteksi radiasi pada pasien anak harus ditingkatkan dan
perlu mendapatkan perhatian yang serius terutama dalam pemberian dosis.
Yuliati dan Kusumawati (2006), melakukan penelitian untuk mengetahui dosis
yang diterima oleh pasien anak dengan tujuan untuk melindungi anak dari radiasi
yang berlebihan saat menjalani pemeriksaan radiodiagnostik. Nilai dosis yang
diterima berbeda jauh dengan batasan nilai dosis yang direkomendasikan. Sofyan et

al (2009), menambahkan bahwa terimaan dosis untuk pasien anak di kota Padang
terlihat perbedaan nilai dosis yang diterima yaitu mencapai lebih dari 4-6 kali lebih
besar dari nilai dosis maksimum yang direkomendasikan oleh badan yang berwenang
mengatur nilai dosis. Dalam rangka meningkatkan penerapan aspek keselamatan dan
kesehatan yang sesuai dengan PP No. 63 tahun 2000 serta untuk menyimpan data
dosis yang diterima oleh pasien maka perlu dilakukan pengukuran besarnya dosis
radiasi pada pasien foto thorax, khususnya pasien anak, dimana penelitian ini
dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
berapakah dosis serap radiasi foto thorax yang diterima oleh pasien anak laki ataupun
wanita di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisa dosis serap radiasi foto thorax yang diterima
oleh pasien anak pada saat menjalani pemeriksaan radiodiagnostik.
2. Menjelaskan kesesuaian nilai dosis serap yang diperoleh dengan standart dosis
yang dikeluarkan oleh United Nations Scientific Committee on the Effects of
Atomic Radiation (UNSCEAR), sehingga tidak membahayakan pasien
ataupun

masyarakat

umum

yang

sedang

menjalani

radiodiagnostik di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember.

pemeriksaan

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kajian pustaka yang
berguna bagi akademis khususnya di bidang Fisika Radiasi dalam lingkup
penerimaan dosis serap radiasi pada pemeriksaan foto thorax untuk pasien anak.
2. Manfaat Aplikasi Teknik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nilai dosis kepada pasien
maupun masyarakat umum, memberikan masukan yang berguna bagi pelayanan
diagnostik di rumah sakit dalam melakukan eksposi pada pemeriksaan thorax
khususnya pasien anak, sehingga dapat diterima dosis radiasi yang serendah
mungkin terhadap pasien, pekerja radiasi dan masyarakat umum. Selain itu dengan
data yang diperoleh dimaksudkan dapat dijadikan acuan atau referensi ketika
melakukan pemeriksaan pada pasien.
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengukuran dosis radiasi
pemeriksaan thorax pada pasien anak yang berusia 1-15 tahun dengan menggunakan
teknik penyinaran PA (Posterior-Anterior) atau AP (Anterior-Posterior).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Radiasi Sinar-X
Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi dalam bentuk partikel
atau gelombang. Ketika radiasi melewati suatu materi, kemudian membentuk partikel
bermuatan positif dan negatif, maka proses ini disebut radiasi ionisasi. Salah satu
contoh radiasi ionisasi yaitu radiasi sinar-X (Edward et al.,1990: 4). Radiasi sinar-X
merupakan radiasi elektromagnetik dengan rentang panjang gelombang kurang lebih
dari 0,01 hingga 10 nm dan energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV
(Krane,1992:318). Radiasi sinar-X ini dipakai secara meluas dalam bidang
kedokteran terutama untuk tujuan diagnostik (Beiser, 1992: 60).
Terdapat sebuah sumber radiasi sinar-X, yaitu sinar-X dapat dibangkitkan dari
tabung sinar-X (gambar 2.1). Sinar-X ini dihasilkan jika katoda di dalam tabung
rontgen dipanaskan. Bila antara anoda dan katoda diberi beda potensial yang tinggi,
maka awan elektron dari katoda akan bergerak ke anoda dengan kecepatan tinggi.
Elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi itu menumbuk sasaran (target) pada
anoda sehingga terciptalah sinar-X (Beiser, 1992:60).

Gambar 2.1 Tabung sinar-X (Beiser, 1992 :62)

Berdasarkan proses terjadinya, maka sinar-X dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :


1. Sinar-X Bremsstrahlung
Sebuah elektron dipercepat atau diperlambat, maka ia akan memancarkan
energi elektromagnetik. Ketika menumbuk suatu sasaran, elektronnya diperlambat
sehingga pada akhirnya berhenti, karena bertumbukan dengan atom-atom materi
sasaran. Karena pada tumbukan seperti itu terjadi transfer momentum dari elektron ke
atom, maka kecepatan elektron menjadi berkurang sehingga elektron memancarkan
foton. Pada peristiwa perlambatan elektron tersebut akan disertai dengan
pembentukan spektrum radiasi sinar-X yang bersifat kontinu (Krane, 1992:111).
Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini disebut proses sinar-X Bremsstrahlung
(Akhadi, 2000:33). Bremsstrahlung merupakan sinar-X yang terpancar bilamana
partikel-partikel dengan laju tinggi mengalami suatu percepatan yang cepat (Cember,
1983:133). Berikut ilustrasi terjadinya proses sinar-X Bremsstrahlung :

Gambar 2.2 Produksi sinar-X Bremsstrahlung (Krane, 1992:111)

2. Sinar-X Karakteristik
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari
tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah (Krane,
1992:318; Akhadi, 2000:35). Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai
energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron tersebut.
Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang berbeda-beda,

maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X karakteristik (Suyati dan
Akhadi, 1998). Sinar-X karakteristik ini timbul karena elektron atom yang berada
pada kulit K terionisasi. Kekosongan kulit K ini diisi oleh elektron dari kulit di
atasnya. Semua sinar-X yang dipancarkan dalam proses mengisi kekosongan dikenal
sebagai sinar-X kulit K atau secara singkat sinar-X K. Sinar-X K yang berasal dari
kulit n=2 (kulit L) dikenal sebagai sinar-X K, dan sinar-X K yang berasal dari
tingkat-tingkat yang lebih tinggi dikenal sebagai K , dan seterusnya (Krane,
1992:319). Ilustrasi terjadinya sinar-X karakteristik seperti ditunjukkan pada gambar
2.3 berikut :

Gambar 2.3 Ilustrasi terjadinya sinar-X karakteristik (Kaplan, 1979)

2.2 Interaksi Radiasi dengan Materi Fisik


Berkurangnya energi dari sinar-X pada saat melewati suatu materi fisik terjadi
karena tiga proses utama, yaitu efek fotolistrik, hamburan Compton, dan produksi
pasangan (Akhadi, 2000:59).
a. Efek fotolistrik
Pada efek fotolistrik, energi foton diserap oleh elektron orbit, sehingga elektron
tersebut terlepas dari atom. Elektron yang dilepaskan akibat efek fotolistrik disebut
fotoelektron. Efek fotolistrik merupakan suatu interaksi sebuah foton dan elektron
yang terikat kuat dimana energinya sama atau lebih kecil dari energi foton. Efek
fotolistrik terutama terjadi pada foton berenergi rendah yaitu antara energi 0,01 MeV
hingga 0,5 MeV. Disamping itu efek fotolistrik banyak terjadi pada material dengan
nomor atom (Z) yang besar. Sebagai contoh efek fotolistrik lebih banyak terjadi pada

timah hitam (Z=82) dari pada tembaga (Z=29). Z inilah yang membuat timbal
menjadi bahan pelindung yang baik terhadap sinar-X (Cember, 1983:151). Proses
terjadinya efek fotolistrik ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Proses efek fotolistrik (Gabriel, 1996: 284)

b. Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi karena interaksi antara foton dengan elektron yang
tidak terikat secara kuat oleh inti, sehingga menghasilkan foton lain yang berenergi
lebih rendah dari foton datang. Foton lain itu disebut foton hamburan dengan energi
sebesar hv(Akhadi, 2000:61). Berikut ilustrasi terjadinya hamburan Compton.

Gambar 2.5 Proses hamburan Compton (Krane, 1992:104)

c. Produksi pasangan
Sebuah foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV, pada saat bergerak dekat
dengan sebuah inti, secara spontan akan menghilang dan energinya akan muncul
kembali sebagai sebuah positron dan sebuah elektron (Cember, 1983:145) seperti
yang digambarkan dalam gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Proses produksi pasangan (Akhadi, 2000:63)

Elektron dan positron memiliki energi yang sama, bedanya adalah salah satu
partikel bermuatan positif dan yang lain bermuatan negatif. Untuk menghasilkan
massa dari dua buah partikel (positron dan elektron), maka foton harus mempunyai
energi yang cukup (Edwards, 1990:24). Ini sesuai dengan teori Einstein yang
menyatakan bahwa energi ekivalen dengan massa yang dapat dirumuskan sebagai
berikut (Gabriel, 1996:285):
E = mc

(2.1)

dimana , E = energi (Joule)


m = massa elektron (me = 9,11 x 10

-31

kg)

c = kecepatan cahaya (c = 3x 10 m/s)

2.3 Pemeriksaan Thorax


2.3.1 Anatomi dan Fungsi Thorax
Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih
besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian

10

depan serta tersusun dari tulang dada, ruas tulang belakang, dan tulang rusuk. Rongga
dada berisi paru-paru dan mediastinum. Mediastinum adalah rongga yang terletak di
antara dua kantung pleura (Faiz dan Moffat, 2002: 7). Di dalam rongga dada terdapat
beberapa sistem diantaranya yaitu sistem pernafasan dan peredaran darah. Organ
pernafasan yang terletak dalam rongga dada yaitu esofagus dan paru, sedangkan pada
sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh darah dan saluran linfa. Pembuluh
darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri yang membawa darah dari
jantung, vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler yang merupakan jalan lalu
lintas makanan dan bahan buangan (Pearce, 2003 : 53).

Gambar 2.7 Anatomi thorak pada manusia

11

2.3.2 Teknik Radiografi Thorax


Foto thorax merupakan foto radiologi yang sering dilakukan pada setiap
pemeriksaan radiodiagnostik. Foto thorax atau sering disebut chest X-ray merupakan
suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang
mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax
menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk sinar-X. Foto thorax digunakan untuk
mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan
struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan
saluran-saluran yang besar (Pearce, 2009). Fungsi lain dari pemeriksaan foto thorax
yaitu sebagai standar general chek up yang tujuannya untuk mengetahui kondisi tubuh
secara menyeluruh, membantu penegakan diagnosis, serta membantu proses evaluasi.
Contohnya yaitu pada anak yang menderita flek paru atau TBC primer sudah
mendapat penyinaran, maka setelah beberapa bulan lagi anak tersebut perlu
melakukan foto lagi untuk mengetahui ada perbaikan atau tidak.
Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi
relatif tubuh dan arah pancaran sinar-X. Gambaran yang paling umum digunakan
adalah posterior-anterior (PA) atau anterior-posterior (AP).
a. Posterior-anterior (PA)
Pada posisi ini sumber sinar-X diposisikan sehingga sinar-X masuk melalui
posterior dari thorax dan keluar dari anterior dimana sinar-X tersebut terdeteksi.
Untuk mendapatkan gambaran ini, pasien diposisikan menghadap bucky stand (kaset
vertikal), kedua punggung tangannya diletakkan di atas panggul dan siku di tekan ke
depan atau merangkul bucky (seperti gambar 2.8). Sumber radiasi diposisikan di
belakang pasien dengan jarak fokus film sejauh 150 cm, dan pancaran sinar-X
ditransmisikan ke pasien (WHO, 1990).

12

Gambar 2.8 Posisi pasien PA

b. Anterior-posterior (AP)
Pada posisi AP sumber sinar-X berkebalikan dengan PA. Posisi AP lebih sulit
diinterpretasi dibandingkan dengan posisi PA. Posisi ini digunakan pada pasien yang
tidak bisa bangun dari tempat tidur atau pada bayi. Pada situasi seperti ini, pasien
diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcare, kedua
lengan lurus disamping tubuh, kaset di belakang tubuh dengan jarak fokus film ke
objek sebesar 100 cm.

Gambar 2.9 Posisi pasien AP (European Commission, 1996)

13

Foto thorax pada bayi dan anak-anak berbeda dengan foto thorax orang dewasa
karena banyak sebab. Beberapa diantaranya karena sulitnya memperoleh foto dengan
inspirasi yang baik dan juga adanya perbedaan anatomi antara bayi anak dan dewasa
(WHO, 1990: 81). Di bawah ini merupakan contoh hasil foto rontgen pada anak
dengan posisi PA.

Gambar 2.10 Hasil foto rontgen pada anak (Arthur, 2003)

2.4 Aspek Biologi Proteksi Radiasi


2.4.1 Efek Paparan Radiasi terhadap Kesehatan
Radiasi sinar-X dapat memberikan dampak negatif terhadap tubuh manusia
salah satunya yaitu dapat merusak jaringan sel (Edwards et al., 1990:71). Menurut
Beiser (1992:473), semua radiasi ionisasi berbahaya bagi jaringan hidup, walaupun
jika kerusakannya sedikit, jaringan tersebut masih dapat memperbaiki dirinya
sehingga tidak ada pengaruh yang permanen. Berbagai radiasi dari radioaktif dapat
mengionisasi materi yang dilaluinya. Bahaya radiasi ini tidak tampak tetapi
berbahaya (Beiser, 1992:473). Untuk kepentingan proteksi radiasi, International
Commission on Radiological Protection (ICRP) membagi efek radiasi pengion
terhadap tubuh manusia menjadi dua, yaitu efek stokastik dan efek deterministik.
a. Efek stokastik
Akhadi (2000:138) menyatakan, efek stokastik berkaitan dengan paparan radiasi dosis
rendah yang dapat muncul pada tubuh manusia, dimana kemunculannya tidak

14

dapat dipastikan. Selain itu juga dapat menimbulkan perubahan genetik yang dapat
mengakibatkan berbagai cacat pada anak-anak. Hal yang menyedihkan mengenai hal
ini ialah sifat carsinogenic sinar-X (sifat yang dapat menimbulkan kanker) yang
sudah diketahui sejak tahun 1902, tujuh tahun setelah penemuannya (Beiser, 1992).
Menurut Edwards (1990:113), kanker pada manusia dapat timbul setelah 5
tahun atau lebih. Efek dosis yang menyebabkan kanker dari radiasi sebanyak 1 Gray
(100 rad). Kanker yang disebabkan akibat radiasi dapat teramati dalam sistem
hemopoetik, tiroid (gondok), tulang, dan pada kulit (Cember, 1983:233). Pada anakanak, terungkap bahwa dampak negatif radiasi dari sinar-X atau CT Scan dapat
meningkatkan resiko penyakit leukemia dan beberapa jenis kanker. Kejadian spontan
kanker dan leukemia yaitu pada usia 0-18 tahun (Alatas, tanpa tahun). Leukemia
adalah salah satu bentuk dari kanker yang menyerang sumsum tulang dan darah,
dimana kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi
sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia digambarkan berdasarkan jenis sel
yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoid akut yang merupakan leukemia
yang paling sering dijumpai pada anak ditunjukkan pada gambar 2.11 (Corwin, E. J.,
2009: 430).

Gambar 2.11 Penderita leukemia limfoid akut


akibat paparan radiasi berlebih

15

b. Efek deterministik
Efek deterministik (reaksi jaringan yang berbahaya) yaitu sebagian besar sel
jaringan mengalami kematian atau fungsi sel rusak karena dosis radiasi tinggi
(BATAN, 2011:14). Efek deterministik berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi
yang kemunculannya dapat langsung dilihat atau dirasakan oleh individu yang
terkena radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah
penyinaran (Akhadi, 2000:143). Jika manusia terpapar radiasi secara terus menerus,
maka paparan radiasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan baik pada
tingkat molekul, sel, jaringan ataupun organ tubuh. Efek deterministik ini mempunyai
dosis ambang, umumnya timbul beberapa saat setelah penerimaan dosis radiasi,
keparahannya tergantung dari dosis radiasi yang diterima, serta kesembuhannya dapat
dilakukan secara spontan.
Efek deterministik ini ditandai dengan munculnya keluhan berupa: demam, rasa
lemah dan lesu, mual dan ingin muntah, nafsu makan berkurang, nyeri kepala,
keringat berlebihan hingga menyebabkan shock (Gabriel, 1996: 297). Beberapa
kemudian muncul keluhan khusus berupa efek radiasi pada kulit seperti epilasi
(rambut rontok) yang bersifat sementara dimana terjadi pada dosis 3-5 Gy yang mulai
berlangsung sekitar minggu ke 3 sampai 1 tahun. sedangkan epilasi yang bersifat
tetap terjadi bila dosis serap yang diterima lebih besar dari 6 Gy (Alatas, 1998).
Keluhan yang lain dapat berupa eritema (kulit memerah) dimana akan terjadi setelah
beberapa menit pada eritema awal dan 2-3 minggu pada eritema ke dua, dimana batas
ambang dosis antara 6-8 Gy (Alatas, 1998).
Efek deterministik pada organ reproduksi yang dapat timbul adalah sterilitas
atau kemandulan. Pengaruh radiasi pada sel telur bervariasi berdasarkan usia.
Semakin tua usia pasien, semakin sensitif terhadap radiasi. Hal ini dikarenakan
jumlah sel telur yang semakin sedikit yang tersisa dalam ovarium. Selain timbulnya
sterilitas efek radiasi pada organ reproduksi adalah menopause dini yang diakibatkan
adanya gangguan hormonal sistem reproduksi. Dosis ambang menurut ICRP 60
adalah 2,5-6 Gy, sedangkan apabila radiasi terkena pada wanita yang lebih muda,

16

sterilitas permanen akan terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12-15 Gy
(Gabriel, 1996: 297).
2.4.2 Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (Bapeten, 2011). Tujuan
proteksi radiasi adalah mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan
dan mengurangi frekuensi terjadinya efek stokastik ke tingkat yang cukup yang masih
dapat diterima oleh setiap anggota masyarakat
Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi, yaitu terciptanya keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, maka dalam proteksi radiasi
dikenalkan tiga asas proteksi radiasi, yaitu :
1. Asas justifikasi
Justifikasi adalah semua kegiatan yang melibatkan paparan radiasi

hanya

dilakukan jika menghasilkan nilai lebih atau memberikan manfaat yang nyata
(azas manfaat). Justifikasi dari
melibatkan paparan

radiasi

suatu rencana
dapat

keuntungan dan kerugian dengan

ditentukan

kegiatan atau operasi yang


dengan mempertimbangkan

menggunakan analisa untung-rugi

untuk

meyakinkan bahwa akan terdapat keuntungan lebih dari dilakukannya kegiatan


tersebut (BATAN, 2011:29).
2. Asas optimasi
Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus
ditekan dosis serendah mungkin. Asas ini juga dikenal dengan sebutan ALARA
(As Low As Reasonably Achieveble) (Akhadi, 2000:154).
3. Asas limitasi
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi atau
masyarakat tidak boleh melampaui nilai batas dosis yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang (Maryanto, dkk, 2008). Pembatasan dosis ini dimaksud untuk
menjamin bahwa tidak ada seorang pun terkena resiko radiasi baik efek

17

stokastik maupun efek deterministik akibat dari penggunaan radiasi maupun zat
radioaktif dalam keadaan normal (BATAN, 2011:29).
2.5 Pengukuran Dosis Serap Radiasi
Radiasi mempunyai ukuran atau satuan untuk menunjukkan besarnya pancaran
radiasi dari suatu sumber, atau menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang diberikan
atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Dosis radiasi merupakan
jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya
(Bapeten, 2011). Untuk mengukur besarnya enegi radiasi yang diserap oleh medium
perlu diperkenalkan suatu besaran yang tidak bergantung pada jenis radiasi, energi
radiasi maupun sifat bahan penyerap, tetapi hanya bergantung pada jumlah energi
radiasi yang diserap persatuan massa yang menerima penyinaran radiasi tersebut
(Akhadi, 2000). Bila sinar-X masuk ke suatu bahan, sinar akan bergabung dengan
atom-atom bahan tersebut, sehingga energinya akan diteruskan dari sinar-X ke atom
bahan. Penerusan energi ini disebut penyerapan dan jumlah energi yang terserap
disebut dosis serap. Makin besar energi yang diserap oleh tubuh pasien, makin besar
kemungkinan terjadinya kerusakan biologi pada pasien tersebut, jadi untuk keamanan
pasien, jumlah energi yang diteruskan harus dibuat sekecil mungkin (Edwards dkk,
1990:15).
Pada pemeriksaan radiodiagnostik pengukuran dosis pada pasien dapat
dilakukan dalam tiga cara yaitu, permukaan dosis masuk yang dikenal sebagai
Entrance Surface/Skin Dose (ESD), dosis gonad serta dosis pada sumsum tulang
(Dhahryan, 2009). Permukaan dosis masuk merupakan parameter penting untuk
menilai dosis yang diterima oleh pasien dalam paparan radiografi (Compagnone et al,
2004). Menurut Sharifat (2009), permukaan dosis masuk didefinisikan sebagai dosis
serap di udara ketika sinar-X mengenai permukaan kulit pasien.
Dalam praktek sehari-hari, faktor eksposi mempengaruhi jumlah radiasi yang
dihasilkan, baik itu radiasi primer maupun radiasi sekunder. Dalam hal ini hubungan
faktor eksposi dengan dosis radiasi, apabila nilai tegangan mengalami peningkatan

18

dan arus mengalami penurunan maka dosis radiasi yang akan diterima oleh pasien
akan berkurang tetapi radiasi hambur akan mengalami peningkatam. Tetapi apabila
nilai tegangan berkurang, nilai arus bertambah maka dosis radiasi yang diterima
pasien menjadi bertambah tetapi radiasi hambur menjadi berkurang (Waseso, 1998).
Besarnya terimaan dosis paparan radiasi secara matematis dapat dihitung seperti pada
persamaan berikut ini (Fahmi, 2008):
2

X=

(2.2)
2

dimana,

= Dosis paparan radiasi (mR)


= Tegangan tabung (kV)
= Arus tabung (mA)
= Waktu penyinaran (s)
= Jarak Fokus ke Film (cm)

Dari rumus di atas maka dapat diketahui masing-masing besar atau jumlah
dosis paparan radiasi yang akan diterima pasien. Karena 1 Roentgen sama dengan
0,877 rad dosis di udara, sehingga untuk mengetahui dosis serap yang diterima oleh
pasien yaitu dengan cara mengalikan dosis paparan radiasi dengan 0,877 rad
(Camber, 1983). Dari satuan dosis rad kemudian dikonversi kedalam satuan dosis
Gray. Dari kedua satuan dosis serap tersebut diperleh hubungan sebagai berikut:
1R
1 Rad

-3
= 10 R
= 0,877 Rad
-2
= 10 Gray

1 Gy

= 100 Rad

1 mR

(Akhadi, 2000:84)
2.6 Penggolongan Usia dan Rekomendasi Dosis Radiasi pada Pasien Anak
Data dosis pada anak sangat sulit untuk didapatkan, karena tinggi dan berat
badan anak sangat tergantung pada usia. Oleh karena itu, untuk membandingkannya

19

maka dibuat sebuah kesepakatan yang dicapai dalam Serikat Eropa untuk
mengumpulkan data dari lima standart usia, yaitu usia <1 tahun (bagi bayi), 1-5
tahun, 5-10 tahun, dan anak usia 10-15 tahun (UNSCEAR, 2008:56). United Nations
Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) yang merupakan
suatu lembaga dengan mandat untuk menilai dosis dan melaporkan tingkat serta efek
paparan dari radiasi pengion. Nilai dosis yang direkomendasikan disajikan dalam
tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Dosis serap radiasi oleh UNSCEAR (2000)
Umur Pasien (tahun)

Dosis Serap (mGy)

<1

0,0200

1-5 th

0,0300

5-10 th

0,0400

10 - 15 th

0,0500

Rekomendasi dosis inilah yang akan menjadi acuan batas dosis yang akan diberikan
kepada pasien dalam penelitian ini.

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember pada
bulan Oktober 2012 sampai bulan Januari 2013. Observasi lapang telah dilakukan
pada bulan Februari 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Satu set pesawat roentgen yang terdiri dari tabung sinar-X, control table, dan
bucky (gambar 3.1)

b
2
6

5
9

c
d

Gambar 3.1 Satu set pesawat roentgen (a) tabung sinar-X, (b) stand bucky, (c) brandcar (d)
control table (1) lampu ready, (2) tombol on/off, (3) tombol bucky, (4) tombol
second, (5) tombol miliampere, (6) tombol LV, (7) tombol mayor, (8) tombol
minor, (9) tombol expose

21

1) Tabung sinar-X (gambar 3.1 a)


Merk
No. Seri

: Toshiba
: OD-270

Tahun Pembuatan : 2000


Kondisi Maksimum
a) tegangan

: 150 kV

b) arus

: 300 mA

c) waktu

:6s

2) Bucky
Bucky yang digunakan ada 2 yaitu stand bucky (gambar 3.1 b) dan brandcar
(gambar 3.1 c). Bucky berfungsi sebagai tempat kaset yang berisi
film. 3) Control table (gambar 3.1 d)
Control table yang digunakan adalah merk Daeyoung dengan tipe DC-325 R.
b. Meteran
Meteran disini digunakan untuk mengukur jarak antara sumber sinar-X dan film
radiograf.

Gambar 3.2 Meteran

c. Objek
Objek dalam penelitian ini yaitu pasien anak usia 1-15 tahun.
3.3 Tahapan Penelitian
Skema diagram alir dalam tahapan penelitian analisis terimaan dosis serap
radiasi pada pasien anak usia 1-15 tahun dapat dilihat pada gambar 3.3 (halaman 22).

22

Mulai
Survey literatur
Identifikasi masalah

Studi pustaka

Observasi lapangan
dan perijinan

Pengambilan data
Data kalibrasi alat
dari BPFK
Normalisasi data

Pengolahan dan
Analisa data
Hasil penelitian

Teori

Pembahasan
dan kesimpulan

Selesai
Gambar 3.3 Skema tahapan penelitian

23

Tahapan penelitian (gambar 3.3) dijelaskan secara umum sebagai berikut:


3.3.1 Survey Literatur
Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan informasi
berkaitan dengan judul penelitian.
3.3.2 Identifikasi Masalah
Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas berdasarkan
literatur dan informasi yang telah diperoleh.
3.3.3 Studi Pustaka
Mempelajari literatur yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam
penelitian ini.
3.3.4 Observasi Lapangan dan Perijinan
Melakukan pencarian sumber data dan perijinan kepada pihak-pihak yang
berkompeten dan observasi ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru
Jember, yaitu mengenai pengenalan pesawat sinar -X, spesifikasi pesawat sinar-X,
cara kerja pesawat sinar-X serta pengaturan faktor exposure. Selain itu, observasi
juga dilakukan untuk lebih mengenal jenis-jenis pasien yang menjalani pemeriksaan
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember. Di Instalasi Radiologi terdiri dari
berbagai jenis usia mulai dari pasien anak, dewasa hingga lanjut usia. Pemeriksaan
yang dilakukan berupa pemeriksaan foto thorax untuk berbagai jenis posisi, misalnya
posisi PA (Posterior-Anterior) atau AP (Anterior-Posterior), Lateral yaitu miring
0

menyamping ke kiri / kanan (membentuk sudut 90 ).


Pesawat yang digunakan adalah pesawat roentgen type Daeyoung 325 merk
toshiba No. Seri OD-270 dan panel control pesawat roentgen type DC-325 R. Cara
kerja pesawat sinar-X ini yaitu sebelum pesawat sinar-X dioperasikan maka perlu
diatur parameter-parameternya antara lain tegangan tinggi, arus tabung dan waktu

24

expose. Pesawat sinar-X dihidupkan dengan menekan tombol power utama (ON),
selanjutnya tegangan diatur melalui kV selektor, arus tabung diatur melalui mA
control dan waktu expose lewat timer. Besaran hasil pengaturan akan ditampilkan di
display pada panel kontrol. Setelah pengaturan parameter selesai, selanjutnya
menekan tombol ekspos satu kali maka lampu ready akan menyala kemudian dengan
menekan tombol expose dua kali, maka tabung akan memancarkan sinar-X.
Dari observasi ini maka didapatkan objek penelitian yaitu penelitian ini
dilakukan pada pasien anak dengan posisi PA (Posterior-Anterior) atau AP (AnteriorPosterior).
3.3.5 Pengambilan Data
Objek dalam penelitian ini yaitu pasien anak dengan umur 1-15. Berikut
prosedur dalam pengambilan data untuk penelitian ini :
a. Pembagian pasien
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan dikategorikan berdasarkan usia dan jenis
kelamin, yaitu pasien laki dan wanita dengan usia 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 1015 tahun.
b. Pengaturan posisi pasien
Dalam melakukan penyinaran, maka posisi pasien perlu diatur sedemikian rupa,
sehingga memudahkan pelaksanaan penyinaran pada bagian yang diperlukan.
Posisi pasien merupakan letak atau kedudukan pasien Secara keseluruhan dalam
suatu penyinaran. Posisi pasien ini bervariasi bergantung dari jenis pemeriksaan
yang diminta, salah satu contoh yaitu posisi PA (Posterior-Anterior). Pada posisi
PA ini pasien diposisikan berdiri tegak dengan menghadap bucky stand , kedua
tangannya diletakkan diatas bucky atau merangkul bucky sesuai dengan
kenyamanan pasien (gambar 2.8).

25

c. Pengaturan jarak fokus ke film


Jarak antara sumber sinar (fokus) ke film, perlu diatur pada setiap pelaksanaan
penyinaran. Pada pemeriksaan foto thorax ini jarak fokus film yang digunakan
yaitu sebesar 150 cm untuk posisi PA dan 100 cm untuk posisi AP.
d. Pengaturan sinar
Sinar-X yang akan digunakan dalam pemotretan perlu diarahkan secara tepat pada
obyek yang akan difoto. Disamping itu jumlah sinar perlu diatur agar sesuai
dengan besarnya obyek yang akan difoto.
e. Pengaturan faktor exposure
Faktor exposure atau penyinaran terdiri dari tegangan tabung (kV), arus (mA) dan
waktu penyinaran (s). Pengaturan faktor exposure ini terdapat di control table
pesawat rontgen (gambar 3.1d) .
g. Penyinaran pasien
Proses penyinaran ini dilakukan oleh petugas (radiografer), dimana selama proses
penyinaran pasien diinstruksikan menarik nafas kemudian menahan nafas
kemudian dilakukan penyinaran dan pasien dapat bernafas biasa. Penyinaran
pasien ini dilakukan dari arah belakang atau di ruang operator.
h. Mencatat faktor eksposi dan posisi yang diberikan pada pasien.
3.3.6 Normalisasi Data
Setiap selang waktu tertentu pesawat sinar-X perlu dilakukan pengujian
Quality Control. Pengujian ini dilakukan oleh petugas dari Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan Surabaya antara lain berupa pengujian kV dan timer. Data yang
diperoleh yaitu berupa data hasil kesesuaian alat. Berdasarkan data tersebut maka
antara data masukan dan keluaran dari faktor exposure yang digunakan dalam
penyinaran pasien perlu dinormalisasi. Normalisasi diperoleh dengan cara
memasukkan data faktor exposure yang diberikan kepada pasien ke dalam rumus
persamaan normalisasi yang telah dihitung dengan program excel (Lampiran E).

26

3.3.7 Pengolahan dan Analisa Data


Data-data hasil penelitian yang berupa nilai tegangan (kv), waktu penyinaran
(s) yang telah dinormalisasi, arus (mA), serta jarak fokus ke film (cm), kemudian
diolah berdasarkan persamaan 2.2 untuk mengetahui besarnya dosis paparan yang
diterima oleh pasien anak. Data hasil dosis paparan tersebut kemudian dikonversi ke
dalam dosis serap radiasi (persamaan 2.3), kemudian data dikelompokkan sesuai
dengan kategori pasien dalam bentuk tabel untuk setiap penggolongan usia dan jenis
kelamin pasien kemudian dirata-rata. Dari data-data tersebut kemudian dibuat grafik
hubungan antara besarnya dosis serap yang diterima pasien dengan usia pasien
dengan program excel.
Hasil terimaan dosis tersebut dianalisis secara statistik menggunakan metode
oneway ANOVA (analysis of variance) pada program SPSS. Metode ini digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata nilai dosis serap untuk setiap
penggolongan usia baik pasien laki ataupun wanita, serta untuk mengetahui ada atau
tidaknya nilai rata-rata dosis serap antara pasien laki atau wanita untuk setiap
penggolongan usia pasien. Adapun langkah-langkah dalam analisa uji ANOVA adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
Hipotesa yang digunakan dalam uji statistik menggunakan metode oneway
ANOVA adalah sebagai berikut:
a. Uji ANOVA untuk perbandingan setiap penggolongan usia baik pasien laki
ataupun wanita
Ho (Hipotesa awal)

: Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap


dari penggolongan usia pasien.

H1 (Hipotesa alternatif)

: Terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap dari


penggolongan usia pasien.

27

H
(Hipotesa

b. Uji ANOVA antara pasien laki dan wanita pada setiap penggolongan usia
Ho (Hipotesa awal)

: Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap


antara pasien laki dan wanita.
: Terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara
pasien laki dan wanita.

2. Menentukan tingkat signifikansi () yaitu sebesar 5% atau 0,0500.


3. Menentukan F tabel yang diperoleh dari tabel statistik F dengan cara melihat nilai
(= 0,0500) dan nilai derajat kebebasan (1; 98). Dimana nilai F
penelitian ini diperoleh sebesar 3,9381 (Lampiran D).

tabel

dalam

4. Kriteria pengujian, Jika Fhitung >Ftabel atau P (sig) < 0,0500 berarti Ho ditolak, Jika
Fhitung < Ftabel atau P (sig) >0,0500 berarti Ho diterima.
3.3.8 Pembahasan dan Kesimpulan
Setelah dihasilkan grafik hubungan antara dosis serap yang diterima pasien
dengan umur pasien maka dapat dijadikan sebuah pembahasan yaitu menganalisa
hasil terimaan dosis serap yang diterima pasien anak dengan membandingkan
terimaan dosis serap antara pasien laki dan perempuan antara umur 1-5 tahun, 5-10
tahun, dan 10-15 tahun. Selain itu hasil terimaan dosis serap pasien anak akan
dibandingkan dengan dosis yang direkomendasikan oleh UNSCEAR pada tabel 2.1.

Kesimpulan diambil berdasarkan analisa data dan diperiksa apakah sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian ini.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisis Data Penelitian


Penelitian ini terdiri dari 2 kategori,yaitu pasien anak jenis kelamin laki dan
wanita. Setiap kategori, pasien dibagi menjadi 3 berdasarkan penggolongan usia
pasien, yaitu usia 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun. Dalam pengambilan data,
setiap penggolongan usia pasien tersebut diambil sebanyak 50 data baik kategori laki
maupun kategori wanita.
4.1.1 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi pada Pasien Jenis Kelamin Laki
Hasil pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien anak laki untuk setiap
penggolongan usia disajikan dalam tabel 4.1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai
rata-rata dosis serap dari tiga penggolongan usia pasien tersebut, menunjukkan hasil
rata-rata dosis serap yang beragam.
Tabel 4.1 Nilai rata-rata dosis serap radiasi dan standar eror untuk setiap penggolongan usia
pasien anak jenis kelamin laki (n=50)
Usia (tahun)
1-5
5-10
10-15

Rata-Rata Dosis Serap (mGray)


0,0158 0,0009
0,0164 0,0004
0,0201 0,0005

dari tabel nilai rata-rata dosis serap radiasi sinar-X di atas, untuk setiap penggolongan
usia dapat digambarkan dalam bentuk grafik yang disajikan pada gambar 4.1
(halaman 29). Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin meningkat usia pasien,
maka rata-rata dosis serap semakin meningkat pula.

Rata -rata dosis serap (mGray)

29

0.025
0.020

0. 015
0.010

lak
i

0.005

0.000
1-5 tahun

5-10 tahun

10-15 tahun

Usia (Tahun)

Gambar 4.1 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki untuk masingmasing kategori usia (n=50)

Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.2 untuk pasien
laki menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara
usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun. Hasil ini dapat ditunjukkan melalui pengujian
hipotesis dimana antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun didapatkan hasil F hitung
< Ftabel (3,8931) atau P (sig) >0,0500 yang berarti bahwa Ho diterima yaitu tidak
terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap dari penggolongan usia pasien. Namun
nilai rata-rata dosis serap untuk usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun ini berbeda dengan
usia 10-15 tahun yang berarti bahwa Ho ditolak dimana didapatkan hasil Fhitung
>Ftabel (3,8931) atau P (sig) < 0,0500.
Tabel 4.2 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan usia pada
pasien laki
Laki
usia 1-5 tahun dengan 5-10 tahun
usia 1-5 tahun dengan 10-15 tahun
usia 5-10 tahun dengan 10-15 tahun

F hitung
0,3290
18,4390
39,0020

P (sig)
0,5670
0,0000
0,0000

30

4.1.2 Hasil Pengukuran Dosis Serap Radiasi pada Pasien Jenis Kelamin Wanita Hasil
pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien anak wanita usia 1-15 tahun
pada masing-masing penggolongan usia disajikan dalam tabel 4.3 (Halaman 30).
Tabel 4.3 Nilai rata-rata dosis serap radiasi dan standar eror untuk setiap penggolongan usia
pasien anak jenis kelamin wanita (n=50)
Usia (tahun)
1-5
5-10
10-15

Rata-Rata Dosis Serap (mGray)


0,0156 0,0006
0,0162 0,0004
0,0199 0,0006

Dalam bentuk grafik untuk setiap penggolongan usia pasien pada tabel 4.3 disajikan
dalam gambar 4.2 berikut. Terlihat bahwa untuk usia yang berbeda maka dihasilkan
nilai rata-rata dosis serap yang berbeda pula.

Rata-rata dosis serap(mGray)

0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
wanita
0.0050
0.0000
1-5 tahun

5-10 tahun

10-15 tahun

Usia (Tahun)

Gambar 4.2 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak wanita untuk
masing-masing kategori usia (n=50)

Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.4 (halaman 31)
untuk pasien wanita menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai
dosis serap antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun. Hasil ini dapat ditunjukkan
melalui pengujian hipotesis dimana antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun

31

didapatkan hasil Fhitung < Ftabel (3,8931) atau P(sig) >0,0500 yang berarti bahwa Ho
diterima yaitu tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap antara usia 1-5
tahun dengan usia 5-10 tahun. Namun usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun ini memiliki
nilai rata-rata dosis serap dengan usia 10-15 tahun, hal ini ditunjukkan dari hasil
Fhitung >Ftabel (3,8931) atau P (sig) < 0,0500.
Tabel 4.4 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan usia pada
pasien wanita
Wanita
F hitung
P (sig)
usia 1-5 tahun dengan 5-10 tahun
0,8740
0,3520
usia 1-5 tahun dengan 10-15 tahun
28,4160
0,0000
usia 5-10 tahun dengan 10-15 tahun
30,5060
0,0000

4.1.3 Analisis Dosis Serap Radiasi antara Pasien Anak Jenis Kelamin Laki dengan
Wanita untuk setiap penggolongan usia
Hasil pengukuran rata-rata dosis serap pada pasien anak laki dan pasien anak
wanita untuk setiap penggolongan usia pasien (tabel 4.1 dan 4.3) disajikan dalam
gambar 4.3 di bawah ini.

Rata-rata dosis serap (mGray)

0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
0.0050
0.0000
1-5 tahun
laki

wanita

5-10 tahun
Usia (Tahun)

10-15 tahun

Gambar 4.3 Grafik dosis serap radiasi sinar-X pada pasien anak laki dan wanita
untuk masing-masing penggolongan usia pasien

32

Tabel 4.5 Hasil Fhitung uji statistik oneway ANOVA pada pasien dengan wanita untuk setiap
penggolongan usia
Laki-Wanita
usia 1-5 tahun dengan 1-5 tahun
usia 5-10 tahun dengan 5-10 tahun
usia 10-15 tahun dengan 10-15 tahun

F hitung
0,0710
0,1270
0,0590

P (sig)
0,7900
0,7220
0,8090

Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.5 di atas, pada
pasien anak laki dengan wanita, untuk setiap penggolongan usia pasien memiliki nilai
signifikansi P (sig) 0,0500 dan nilai Fhitung Ftabel (3,9381), yang berarti bahwa
diterimanya Ho. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai
dosis serap antara pasien anak laki dengan pasien anak wanita untuk setiap
penggolongan usia.

Rata-rata dosis serap (mGray)

0.0600
0.0500
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000

laki

1-5 tahun
wanita
UNSCEAR

5-10 tahun
Usia (Tahun)

10-15 tahun

Gambar 4.4 Grafik perbandingan nilai dosis serap radiasi sinar-X pada pasien
laki dan wanita dengan dosis maksimal yang direkomendasikan oleh
UNSCEAR

33

Gambar 4.4 (halaman 32) merupakan hasil pengukuran rata-rata dosis serap
pada pasien laki dan wanita untuk setiap penggolongan usia (tabel 4.1 dan 4.3)
terhadap nilai rekomendasi dosis maksimum yang diijinkan oleh UNSCEAR (tabel
2.1). Dari grafik tersebut terlihat bahwa untuk setiap penggolongan usia baik pasien
laki maupun wanita masih berada di bawah nilai maksimum yang diijinkan oleh
UNSCEAR.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa data penelitian yang telah
dilakukan, terlihat bahwa nilai dosis serap radiasi yang dihasilkan baik untuk pasien
anak jenis kelamin laki (tabel 4.1) maupun wanita (tabel 4.3), untuk setiap
penggolongan usia yang berbeda diperoleh nilai rata-rata dosis serap yang beragam.
Dalam hasil dosis serap baik untuk pasien laki maupun pasien wanita terlihat bahwa
pasien anak usia 1-5 tahun mendapatkan nilai rata-rata dosis yang terendah,
sedangkan pasien anak usia 10-15 mendapatkan nilai dosis terbesar. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh terhadap pemberian faktor exposure. Jadi
faktor usia mempengaruhi terhadap pemberian faktor eksposure dalam pemeriksaan
radiodiagnostik. Jadi ketidakseragaman hasil nilai dosis serap ini disebabkan karena
faktor usia dan kondisi fisik fisiologi dari masing-masing pasien (Suyatno, 2008).
Pada gambar 4.1 terlihat bahwa untuk setiap penggolongan usia pada pasien
laki memiliki nilai rata-rata dosis serap yang berbeda. Pada pasien usia 1-5 tahun
dengan pasien usia 5-10 tahun, mempunyai selisih nilai rata-rata dosis serap yang
sangat kecil atau hampir sama dibandingkan dengan pasien anak usia 10-15 tahun.
Berdasarkan hasil uji statistik oneway ANOVA pada tabel 4.2 untuk pasien laki antara
pasien usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai rata-rata dosis serap yang signifikan, namun untuk usia 1-5 tahun dan
5-10 tahun ini memiliki perbedaan nilai rata-rata dosis serap dengan usia 10-15 tahun.
Hal yang serupa yaitu pada pasien anak wanita, untuk setiap penggolongan usia
memiliki nilai rata-rata dosis serap yang berbeda pula (tabel 4.3).

34

Pada gambar 4.2 terlihat bahwa pasien usia 1-5 tahun memiliki nilai rata-rata dosis
terendah dan pasien usia 10-15 tahun memiliki nilai dosis terbesar. Untuk pasien usia
1-5 tahun dengan pasien usia 5-10 tahun memiliki rata-rata dosis serap yang tidak
jauh beda, mengacu pada hasil uji statistik oneway ANOVA pada setiap penggolongan
usia pada pasien wanita (tabel 4.4), antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata dosis serap yang
signifikan, namun usia 1-5 tahun dan usia 5-10 tahun ini terdapat perbedaan nilai
dosis serap yang signifikan dengan usia 10-15 tahun.
Berdasarkan hasil uji oneway ANOVA, untuk pasien laki (tabel 4.2) dan
pasien wanita (tabel 4.4) , antara usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun yang berarti
tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai dosis serap yang ditunjukkan dengan hasil
Fhitung < Ftabel (3,8931) atau P (sig) >0,0500). Hal ini mungkin disebabkan karena
pengaturan faktor exposure yang berupa kV dan mAs yang diberikan oleh operator
(radiografer) pesawat sinar-X hanya berdasarkan pengalaman yang meliputi postur
tubuh pasien. Pengalaman operator ini lebih mementingkan asas justifikasi dari pada
asas optimasi, dimana operator lebih mengutamakan gambar yang dihasilkan tanpa
memperhitungkan besarnya dosis yang diberikan kepada pasien. Dalam hasil
penelitian ini, dosis serap yang diterima pasien anak laki maupun wanita untuk usia 15 tahun dan usia 5-10 tahun memiliki nilai dosis yang hampir sama. Mengacu pada
batasan dosis yang dikeluarkan oleh UNSCEAR yaitu terdapat perbedaan nilai dosis
serap untuk setiap kenaikan usia pasien. Jadi semakin meningkat usia pasien maka
nilai dosis yang diterima semakin besar pula. Oleh karena itu diharapkan asas
optimasi juga harus diperhatikan terutama pada pasien anak usia 1-5 tahun. Jadi
seharusnya nilai dosis serap yang diterima oleh pasien anak usia 1-5 tahun lebih kecil
dari nilai dosis yang diterima oleh pasien anak usia 5-10 tahun.
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa rata-rata dosis serap pada pasien anak untuk
setiap penggolongan usia baik untuk pasien anak laki ataupun pasien anak wanita
mempunyai nilai dosis serap yang relatif sama. Untuk pasien anak laki usia 1-5 tahun
didapatkan rata-rata sebesar 0,0158 mGray, sedangkan pada pasien anak wanita usia

35

1-5 tahun didapatkan rata-rata sebesar 0,0156 mGray, terdapat selisih yang sangat
kecil yaitu sekitar 0,0002 mGray. Demikian pula untuk pasien anak usia 5-10 tahun,
dan usia 10-15 tahun terdapat selisih sebesar 0,0002 mGray. Berdasarkan hasil uji
statistik oneway ANOVA antara pasien anak laki dengan wanita usia 1-5 tahun (tabel
4.5) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0790 (0,0500) dan nilai F hitung (0,0710)
Ftabel (3,9381), yang berarti bahwa diterimanya H 0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata dosis serap antara pasien anak laki dengan pasien anak
wanita pada usia 1-5 tahun. Demikian pula untuk pasien anak laki dengan wanita usia
5-10 tahun, dan pasien anak laki dengan wanita usia 10-15 tahun. Pada pasien anak
laki dengan wanita usia 5-10 tahun mempunyai nilai signifikansi yaitu sebesar 0,7220
dan nilai Fhitung (0,1270) Ftabel (3,9381), sedangkan pasien anak laki dengan wanita
pada usia 10-15 tahun yaitu sebesar 0,8090 (0,0500) dan nilai F hitung (0,0590)
Ftabel (3,9381), artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata dosis serap antara pasien
anak laki dengan wanita pada usia 5-10 dan 10-15 tahun. Jadi dalam pemberian faktor
exposure sinar-X, antara pasien anak laki dan wanita untuk setiap penggolongan usia
tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk
pasien anak, jenis kelamin tidak menjadi pengaruh terhadap pemberian nilai dosis
serap.
Gambar 4.4 merupakan perbandingan nilai dosis serap radiasi sinar-X pada
pasien anak laki dan wanita dengan dosis maksimal yang direkomendasikan oleh
UNSCEAR. Terlihat bahwa secara keseluruhan nilai rata-rata dosis serap yang
diterima oleh pasien anak yang menjalani pemeriksaan di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Paru Jember masih dibawah standart dosis radiasi maksimum yang dikeluarkan
oleh UNSCEAR (Tabel 2.1). Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dosis
terhadap pasien anak yang menjalani pemeriksaan radiodiagnostik di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Paru Jember, dalam pemberian dosis pada pasien sudah
sesuai dengan standart yang diijinkan oleh United Nations Scientific Committee on
the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR) sehingga tidak menimbulkan serta tidak

36

membahayakan pasien maupun masyarakat umum yang menjalani pemeriksaan


radiodiagnostik.
Pengukuran dosis serap ini telah dilakukan oleh Yuliati dan Kusumawati
(2006), dari hasil pengukuran dosis radiasi dengan TLD-100 yang diterima oleh
pasien anak yang menjalani pemeriksaan foto thorax yaitu berkisar antara 0,09300,4040 mGray. Dilanjutkan oleh penelitian Sofyan, et al (2009), dimana dosis radiasi
yang diterima pasien anak di kota padang sangat bervariasi berdasarkan kelompok
usia 0-1 tahun, 1-5 tahun, 5-10 tahun, dan 10-15 tahun diperoleh besarnya dosis
radiasi untuk pasien anak masing-masing adalah 0,1260 0,1500 mGray, 0,1170
0,0930 mGray, 0,1110 0,0360 mGray, dan 0,1600 0,1390 mGray. Kedua
penelitian ini relatif lebih besar dari nilai dosis maksimum yang direkomendasikan
oleh badan yang berwenang mengatur nilai dosis. Berdasarkan beberapa hasil
pengukuran tersebut maka nilai dosis serap yang diterima pasien anak di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Paru Jember masih lebih kecil dibandingkan dengan terimaan
dosis di kedua Rumah Sakit tersebut.
Meskipun dosis serap yang diterima masing-masing kategori pasien baik laki
ataupun wanita untuk setiap penggolongan usia masih dibawah batas maksimum yang
diijinkan, dimana untuk pasien usia 1-5 tahun tidak melebihi 0,0300 mGray, 0,0400
mGray untuk usia 5-10 tahun, dan 0,0500 mGray untuk usia 10-15 tahun
(UNSCEAR, 2000), namun perlindungan radiasi sinar-X bagi anak sangat penting
untuk dilakukan karena mengingat pasien anak memiliki resiko lebih banyak terkena
radiasi dibandingkan orang dewasa juga karena anak-anak memiliki sel-sel muda dan
jaringan lunak yang masih dalam proses pertumbuhan serta mempunyai ketahanan
tubuh yang rendah dari pada orang dewasa (Edwards et al., 1990). Oleh karena itu,
pemberian dosis radiasi yang sangat bergantung pada parameter kV dan mAs pesawat
sinar-X harus mendapat perhatian yang cukup serius terutama dalam hal proteksi
radiasi untuk pasien anak. Dengan demikian, diperlukan suatu perlindungan bagi
pasien anak dalam rangka meningkatkan penerapan aspek keselamatan dan kesehatan
sesuai dengan PP No. 63 tahun 2000 yaitu upaya yang dilakukan untuk menciptakan

37

kondisi untuk mendapatkan gambar dengan kualitas yang baik secara medis dan dosis
radiasi yang diterima pasien dapat ditekan serendah mungkin atau sesuai dengan
prinsip ALARA sedemikian rupa sehingga efek radiasi pengion terhadap manusia dan
lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan (Peraturan Pemerintah
R.I, 2000).
Salah satu untuk melindungi anak dari bahaya radiasi adalah dengan
menggunakan pelindung radiasi seperti celemek radiasi (appron) yang sesuai dengan
postur tubuh dan usia anak-anak, agar pasien merasa aman saat melakukan
pemeriksaan. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pembatasan daerah
pemeriksaan sinar-X harus disesuaikan dengan objek yang akan diperiksa. Untuk
proteksi radiasi pasien yaitu agar kualitas penyinaran foto thorax memperoleh hasil
yang optimum tetapi dosis yang diterima pasien anak rendah yaitu dapat dilakukan
beberapa cara yaitu pemeriksaan kondisi pesawat sinar-X atau mengkalibrasi alat
tersebut secara berkala yang meliputi: kualitas berkas sinar-X yang dikeluarkan,
penggunaan tegangan (kV) dan arus (mA), serta waktu exposure (s). Perencanaan
operasi agar dosis yang diterima pasien ditekan serendah mungkin. Pemakaian
peralatan radiodiagnostik yang memadai serta mengikuti prosedur atau tata cara
penggunaan peralatan radiodiagnostik yang telah disusun.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan nilai dosis serap yang signifikan antara pasien usia 1-5 tahun
dengan usia 5-10 tahun, tetapi usia 1-5 tahun dan 5-10 tahun ini memiliki perbedaan
nilai dosis serap dengan pasien usia 10-15 tahun, baik untuk pasien laki ataupun
wanita. Secara umum nilai dosis keseluruhan yang diterima oleh pasien anak di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru Jember masih dibawah batas maksimal yang
diijinkan oleh UNSCEAR (United Nations Scientific Committee on the Effects of
Atomic Radiation).
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian dan pembahasan
yang dapat diusulkan sebagai masukan kepada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru
Jember untuk meningkatkan proteksi radiasi khususnya asas optimasi yaitu perlunya
perhitungan besarnya dosis yang diberikan kepada pasien anak, baik dari
penggolongan usia maupun jenis kelamin terutama pasien anak usia 1-5 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, M. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Alatas, Z. 1998. Efek radiasi pada kulit. Bulletin ALARA,2(1): 27-31.
Alatas, Z. Tanpa tahun. Efek Teratogenik Radiasi Pengion. Puslitbang
Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir: BATAN
Arthur, R. 2003. Interpretation of the Paediatric Chest X-Ray. Current Paediatric,
13: 438-447.
Bapeten, 2011. Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. Jakarta: Bapeten.
BATAN, 2011. Pedoman Keselamatan dan Proteksi Radiasi Kawasan Nuklir
Serpong. PUSPIPTEK Serpong: BATAN.
Beiser, A. 1992. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Cember, H. 1983. Pengantar Fisika Kesehatan. Edisi. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Compagnone, G., Pagan, L., dan Bergamini, C. 2005. Comparison of Six
Phantoms for Entrance Skin Dose Evaluation in 11 Standard X-Ray
Examinations. Journal of Applied Clinical Medical Physics, 6(1):101-113.
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dhahryan, Azam, M. 2009. Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi terhadap Entrasce
Skin Exposure (ESE) dan Laju Paparan Radiasi Hambur pada Pemeriksaan
Abdomen. Berkala Fisika 12 (1): 21-26.
Edwards, C., Statkiewicz M. A., dan Ritenour, E. R. 1990. Perlindungan Radiasi
Bagi Pasien dan Dokter Gigi. Jakarta: Widya Medika.
European Commission. 1990. European Guidelines on Quality Criteria for
Diagnostic Radiographic Images in Paediatrics. Brussels: Luxembourg
Faiz, O. dan Moffat, D. 2002. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: Erlangga.
Fahmi, A., Firdausi, K. S., Budi, W. S. 2008. Pengaruh Faktor Eksposi pada
Pemeriksaan Abdomen terhadap Kualitas Radiograf dan Paparan Radiasi
menggunakan Computed Radiography. Berkala Fisika 11 (4): 109-118
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

40

Hall, E.J. and Brenner, D.J. 2008. Cancer Risk From Diagnostic Radiology. The
British Journal of Radiology, 81: 365-378.
nd

Kaplan, I. 1979. Nuclear Physics, 2


Publishing Company.

edition. London: Addison-Wesley

Krane, K. Fisika Modern. Terjemahan oleh Wospakrik, H.J. 1992. Jakarta:


Universitas Indonesia.
Maryanto, D., Solichin, Abidin, Z. 2008. Analisis Keselamatan Kerja Radiasi
Pesawat Sinar-X di Unit Radiologi RSU Kota Yogyakarta. Seminar
Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta: 679-690.
Milvita, D., Yana, D., Nuraeni, N. dan Yuliati, H. 2009. Analisis Dosis Radiasi
yang Diterima Mata, Tiroid dan Calvaria pada Pasien yang Menjalani
Pemeriksaan CT-Scan Bagian Kepala. Depok: Prosiding Seminar Nasional
Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan V.
Mooney, R. and Thomas, P.S.1998. Dose reduction in a paediatric X-ray
department following optimization of radiographic technique. The British
Journal of Radiology, 71: 852-860.
Pearce. E.C. 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63. 2000. Keselamatan dan
Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion. [serial on line].
http://jdih.ristek.go.id/?q=system/files/perundangan/118156978.pdf [25 Juni
2012].
Rahayuningsih, B., Murtini, M.S., Prasetya, N.K. 2010. Prediksi Dosis Paparan
Radiasi dengan Menggunakan Metode Klastering pada Dosimeter Film.
Prosiding Seminar Nasional Sains: 243-249.
Raudhah, U. 2008. Distribusi Terimaan Dosis Radiasi pada Kegiatan Radiografi
Dental Anak. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.
Sharifat, Oyeleke, O.I. 2009. Patient Entrance Skin Doses at Minna and Ibadan
for Common Diagnostic Radiological Examinations. Bayero Journal of
Pure and Applied Sciences, 2(1): 1-5.
Sofyan, H., Yuliati, H., Milvita, D., dan Nengsih, S. 2009. Dosis Radiasi Pasien
Radiologi Anak pada Pemeriksaan Torak di Kota Padang. Depok: Prosiding
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan V.
Suyati dan Akhadi, M. 1998. Mengukur Kualitas Radiasi Keluaran Pesawat SinarX. Buletin Alara, 2(2): 7-12.

41

Suyatno, F. 2008. Aplikasi Radiasi Sinar-X di Bidang Kedokteran Untuk


Menunjang Kesehatan Masyarakat. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
BATAN Yogyakarta: 503-510.
Trikasjono, T., Marjanto, D., Nugroho, A. 2007. Perancangan Ruang Pengujian
Kebocoran Pesawat Sinar-X Rigaku 250 kV di STTN Batan Yogyakarta.
Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta: 269-280.
UNSCEAR. 2000. Sources and Effects of Ionizing Radiation. Report to the
General Assembly. New York: United Nation.
UNSCEAR, 2008. Sources and Effects of Ionizing Radiation. New York: United
Nations.
Waseso. 1998. Pengaruh Variasi Tegangan dan Arus Terhadap Kualitas
Radiograf dan Dosis Yang Diterima Pasien pada Pemotretan Paru-Paru
Proyeksi Postero Anterior (Study Kasus Di RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta). Skripsi. Semarang :Universitas Dipenegoro.
WHO. 1990. Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC
Yondri. 2008. Analisis Perisai Radisai Sinar-X pada Ruang Penyinaran
Radiodiagnostik RSUD Dr.Adnan W.D.Payakumbuh. Tesis. Padang:
Program Pasca Sarjana Universitas Andalas.
Yuliati, H. dan Kusumawati, D.D. 2006. Terimaan Dosis Radiasi Foto Thorak oleh
Pasien Anak. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Fungsional
Teknis non Peneliti: 155-164.

DAFTAR ISTILAH

A
Abdomen adalah bagian dari tubuh yang berada di antara dada dan panggul.
Analysis of variance adalah suatu metode analisis statistika yang termasuk ke dalam
cabang statistika inferensi.
Anterior-posterior adalah posisi dilihat dari depan ke belakang atau sinar-X
menembus tubuh dari belakang ke depan tubuh.
C
Carsiogenik adalah sifat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
D
Deskuamasi adalah pengelupasan kulit sebagi hilangnya sel-sel epidermis yang
disertai proses penggantian dengan sel-sel yang baru.
Dosis serap adalah besarnya energi yang diserap oleh suatu bahan/ materi dengan
satuan Gy (Gray).
E
Epilasi adalah pencabutan rambut hingga ke akarnya.
Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh kapiler.
Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut ke lambung.
Extremity adalah tulang anggota gerak tubuh yang terdiri dari lengan, tangan, kaki,
panggul.
F
Focus Film Distance adalah jarak antara film dengan tabung sinar-X.
H
Hemopoetic adalah pembentukan sel-sel darah atau darah.

43

M
Mediastinum adalah rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung,
aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
N
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan tubuh.
P
Pigmentasi adalah perubahan warna kulit seseorang yang ditandai dengan bercakbercak hitam.
Pleura adalah lapisan pembungkus paru.
Positron adalah elektron dengan muatan positif.
Posterior-anterior adalah posisi dilihat dari belakang ke depan atau sinar-X
menembus tubuh dari depan ke belakang tubuh.
S
Skull adalah rangka kepala yang melindungi otak dan menunjang strukter wajah serta
melindungi kepala dari luka.
Supine adalah posisi tubuh berbaring terlentang/horisontal.
T
Telangiectasia adalah terlihatnya pembuluh darah sebagai akibat adanya pelebaran
atau pembesaran pembuluh darah.
Thorax adalah wilayah tubuh yang terletak antara leher dan perut yang berisi paruparu, jantung dan bagian dari aorta.

LAMPIRAN A. Perhitungan Dosis Serap Radiasi Sinar-X pada Pasien Anak


Laki dan Wanita
A.1 Pasien Laki
A.1.1 Usia 1-5 tahun
kV

mA

52
52
54

200
200
200

0,0500
0,0500
0,0500

52
52
52
54
52

200
250
250
250
250

0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500

54
52
54
54

250
300
250
250

0,0500
0,0500
0,0500
0,0600

54
54
54
54
52
52

250
250
300
250
250
250

0,0500
0,0500
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500

54
54
54
52
54
54
56
56
52
56

250
300
250
300
300
300
250
250
250
250

0,0500
0,0600
0,0500
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0500

Normalisasi
kV
s
48,0450
48,0450
49,6110
48,0450
48,0450
48,0450
49,6110
48,0450
49,6110
48,0450
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
48,0450
48,0450
49,6110
49,6110
49,6110
48,0450
49,6110
49,6110
51,1770
51,1770
48,0450
51,1770

0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431

Dosis Paparan
(mR)
1,9897
1,9897
2,1215
1,9897
2,4872
2,4872
2,6519
2,4872
2,6519
2,9846
2,6519
3,2845
2,6519
2,6519
3,9414
2,6519
2,4872
2,4872
2,6519
1,7517
1,1786
1,6429
1,4143
1,4143
1,2542
1,2542
1,3690
1,2542

Dosis Serap
(mGray)
0,0174
0,0174
0,0186
0,0174
0,0218
0,0218
0,0232
0,0218
0,0232
0,0261
0,0232
0,0288
0,0232
0,0232
0,0345
0,0232
0,0218
0,0218
0,0232
0,0153
0,0103
0,0144
0,0124
0,0124
0,0109
0,0109
0,0120
0,0109

45

54
52
54
52
52
56
52
52
54
54
54
54
54
54
56
56
56
54
54
54
52
54

250
250
250
300
250
300
250
250
250
300
300
250
300
250
300
250
300
300
300
300
250
300

0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0400
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0400
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600

49,6110
48,0450
49,6110
48,0450
48,0450
51,1770
48,0450
48,0450
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
51,1770
51,1770
51,1770
49,6110
49,6110
49,6110
48,0450
49,6110

0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0328
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0328
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533

1,1786
1,1054
1,1786
1,6429
1,3690
1,5051
1,1054
1,1054
1,1786
1,7517
1,0770
1,1786
1,4143
1,1786
1,5051
0,9550
1,8640
1,4143
1,4143
1,4143
1,1054
1,7517

Mean
Standart deviasi
Standart eror

0,0103
0,0096
0,0103
0,0144
0,0120
0,0131
0,0096
0,0096
0,0103
0,0153
0,0094
0,0103
0,0124
0,0103
0,0131
0,0083
0,0163
0,0124
0,0124
0,0124
0,0096
0,0153
0,0158
0,0062
0,0009

A.1.2 Usia 5-10 tahun


kV

mA

58
60
60
60
60
64
64

300
300
300
300
300
300
300

0,0600
0,0600
0,0500
0,0600
0,0600
0,0500
0,0400

Normalisasi
kV
s
52,7430
0,0533
54,3090
0,0533
54,3090
0,0431
54,3090
0,0533
54,3090
0,0533
57,4410
0,0431
57,4410
0,0328

Dosis Paparan
(mR)

Dosis Serap
(mGray)

1,9799
2,0992
1,6949
2,0992
2,0992
1,8960
1,4438

0,0173
0,0184
0,0148
0,0184
0,0184
0,0166
0,0126

46

60
60
60
60
60
60
60
56
60
56
60
58
56
58

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0600
0,0500

60
60
68
68
66
66
60
64
64
68
56
58
60
60

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

0,0600
0,0600
0,0400
0,0400
0,0400
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0700
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500

60
60
60
68
60
68
58
58
68

300
300
300
300
300
300
300
300
300

0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0400
0,0500
0,0600
0,0500

54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
51,1770
54,3090
51,1770
54,3090
52,7430
51,1770
52,7430
54,3090
54,3090
60,5730
60,5730
59,0070
59,0070
54,3090
57,4410
57,4410
60,5730
51,1770
52,7430
54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
60,5730
54,3090
60,5730
52,7430
52,7430
60,5730

0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0533
0,0431
0,0533
0,0533
0,0328
0,0328
0,0328
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0636
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0328
0,0431
0,0533
0,0431

1,6949
1,6949
1,6949
1,6949
1,6949
2,0992
2,0992
1,8640
2,0992
1,8640
2,0992
1,5986
1,8640
1,5986
2,0992
2,0992
1,6055
1,6055
1,5236
2,0008
1,6949
1,8960
2,3483
3,1143
1,5051
1,5986
1,6949
1,6949
1,6949
2,0992
2,0992
2,6114
2,0992
1,6055
1,5986
1,9799
2,1085

0,0148
0,0148
0,0148
0,0148
0,0148
0,0184
0,0184
0,0163
0,0184
0,0163
0,0184
0,0140
0,0163
0,0140
0,0184
0,0184
0,0140
0,0140
0,0133
0,0175
0,0148
0,0166
0,0205
0,0273
0,0131
0,0140
0,0148
0,0148
0,0148
0,0184
0,0184
0,0229
0,0184
0,0140
0,0140
0,0173
0,0184

47

64
58
60
60
66
68

300
300
300
300
300
300

0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500

57,4410
52,7430
54,3090
54,3090
59,0070
60,5730

0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431

1,8960
1,5986
1,6949
1,6949
2,0008
2,1085

Mean
Standart deviasi
Standart eror

0,0166
0,0140
0,0148
0,0148
0,0175
0,0184
0,0164
0,0025
0,0004

A.1.3 Usia 10-15 tahun


kV

mA

66
64
64
64
64
60
60
60
60
58

250
300
300
300
300
300
300
300
300
300

0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500

66
70
64
68
68
66
64
64
60
58
66

300
300
300
300
300
300
300
250
300
300
300

0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600

60

300 0,0600

Normalisasi
kV
s
59,0070
57,4410
57,4410
57,4410
57,4410
54,3090
54,3090
54,3090
54,3090
52,7430
59,0070
62,1390
57,4410
60,5730
60,5730
59,0070
57,4410
57,4410
54,3090
52,7430
59,0070
54,3090

0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533

Dosis Paparan
(mR)

Dosis Serap
(mGray)

2,0651
2,3483
2,3483
2,3483
2,3483
2,0992
2,0992
2,0992
2,0992
1,5986
2,0008
2,2189
1,8960
2,1085
2,1085
2,0008
1,8960
1,5800
2,0992
1,9799
2,4781
2,0992

0,0181
0,0205
0,0205
0,0205
0,0205
0,0184
0,0184
0,0184
0,0184
0,0140
0,0175
0,0194
0,0166
0,0184
0,0184
0,0175
0,0166
0,0138
0,0184
0,0173
0,0217
0,0184

48

58
62
66
60
66
66
60
58
60
68
68
64
64
64
64
66
66
68
66
66
66
66
66
68
64
64
68
68

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

Mean
Standart deviasi
Standart eror

0,0600
0,0600
0,0700
0,0600
0,0600
0,0700
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0700
0,0700
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0700
0,0700
0,0600
0,0600
0,0700
0,0700

52,7430
55,8750
59,0070
54,3090
59,0070
59,0070
54,3090
52,7430
54,3090
60,5730
60,5730
57,4410
57,4410
57,4410
57,4410
59,0070
59,0070
60,5730
59,0070
59,0070
59,0070
59,0070
59,0070
60,5730
57,4410
57,4410
60,5730
60,5730

0,0533
0,0533
0,0636
0,0533
0,0533
0,0636
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0636
0,0636
0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0636
0,0636
0,0533
0,0533
0,0636
0,0636

1,9799
2,2220
2,9553
2,0992
2,4781
2,9553
2,0992
1,9799
2,0992
2,1085
2,1085
1,8960
2,3483
2,3483
2,3483
2,9553
2,9553
2,1085
2,4781
2,4781
2,4781
2,4781
2,9553
3,1143
2,3483
2,3483
3,1143
3,1143

0,0173
0,0194
0,0259
0,0184
0,0217
0,0259
0,0184
0,0173
0,0184
0,0184
0,0184
0,0166
0,0205
0,0205
0,0205
0,0259
0,0259
0,0184
0,0217
0,0217
0,0217
0,0217
0,0259
0,0273
0,0205
0,0205
0,0273
0,0273
0,0201
0,0033
0,0005

49

A.2 Pasien Wanita


A.2.1 Usia 1-5 tahun
kV

mA

52
52
52
52
52
52
52
52
54
54
54
54
54
54
54

250
250
250
250
250
250
250
250
250
200
200
200
200
200
250

0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0400
0,0400
0,0400
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500

54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
56
56

250
250
300
300
300
300
300
300
300
300
250
250
250
300
300
300
300

0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600

Normalisasi
kV
s
48,0450
48,0450
48,0450
48,0450
48,0450
48,0450
48,0450
48,0450
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
49,6110
51,1770
51,1770

0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0328
0,0328
0,0328
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0530
0,0533
0,0533
0,0533

Dosis Paparan
(mR)

Dosis Serap
(mGray)

2,4872
2,4872
2,4872
2,4872
2,4872
1,8939
1,8939
1,8939
2,6519
2,1215
2,1215
2,1215
2,1215
2,1215
2,6519
2,6519
2,6519
1,4143
1,4143
1,4143
1,4143
1,4143
1,4143
1,4143
1,7517
1,1786
1,1786
1,1786
1,7517
1,7517
1,8640
1,8640

0,0218
0,0218
0,0218
0,0218
0,0218
0,0166
0,0166
0,0166
0,0232
0,0186
0,0186
0,0186
0,0186
0,0186
0,0232
0,0232
0,0232
0,0124
0,0124
0,0124
0,0124
0,0124
0,0124
0,0124
0,0153
0,0103
0,0103
0,0103
0,0153
0,0153
0,0163
0,0163

50

56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
56
300
54
250
56
300
56
250
56
300
56
300
54
300
Mean
Standart deviasi
Standart eror

0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0500
0,0400

51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
49,6110
51,1770
51,1770
51,1770
51,1770
49,6110

0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431
0,0328

1,8640
1,8640
1,8640
1,8640
1,5051
1,5051
1,5051
1,5051
1,5051
1,5051
1,5051
1,5051
1,1786
1,5051
1,2542
1,8640
1,5051
1,0770

0,0163
0,0163
0,0163
0,0163
0,0131
0,0131
0,0131
0,0131
0,0131
0,0131
0,0131
0,0131
0,0103
0,0131
0,0109
0,0163
0,0131
0,0094
0,0156
0,0041
0,0006

Dosis Paparan
(mR)

Dosis Serap
(mGray)

1,9799
1,9799
1,9799
1,9799
1,5051
1,5986
1,5986
1,9799
1,9799
2,6114
1,9799

0,0173
0,0173
0,0173
0,0173
0,0131
0,0140
0,0140
0,0173
0,0173
0,0229
0,0173

A.2.2 Usia 5-10 tahun


kV

mA

58
58
58
58
56
58
58
58
58
68
58

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600

Normalisasi
kV
s
52,7430
0,0533
52,7430
0,0533
52,7430
0,0533
52,7430
0,0533
51,1770
0,0431
52,7430
0,0431
52,7430
0,0431
52,7430
0,0533
52,7430
0,0533
60,5730
0,0533
52,7430
0,0533

51

58
56
60
56
60
60
62
64
64
60
60
58
60
60
58
58
58
58
58
60
60
56
56
58
58
58
58
58
60
62
60
60
60
54
60
60
60

300
300
300
300
300
300
250
300
300
250
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
250
300
300
250
300
300
300

0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0700
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600

52,7430
51,1770
54,3090
51,1770
54,3090
54,3090
55,8750
57,4410
57,4410
54,3090
54,3090
52,7430
54,3090
54,3090
52,7430
52,7430
52,7430
52,7430
52,7430
54,3090
54,3090
51,1770
51,1770
52,7430
52,7430
52,7430
52,7430
52,7430
54,3090
55,8750
54,3090
54,3090
54,3090
49,6110
54,3090
54,3090
54,3090

0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0636
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0431
0,0533
0,0533
0,0431
0,0431
0,0533
0,0533

1,5986
1,8640
2,0992
1,8640
2,0992
1,6949
1,4950
1,8960
1,8960
1,7493
2,5035
1,9799
2,0992
2,0992
1,9799
1,5986
1,5986
1,5986
1,9799
1,6949
1,6949
1,5051
1,5051
1,5986
1,5986
1,5986
1,9799
1,9799
2,0992
2,2220
1,4124
2,0992
2,0992
1,1786
1,6949
2,0992
2,0992

0,0140
0,0163
0,0184
0,0163
0,0184
0,0148
0,0131
0,0166
0,0166
0,0153
0,0219
0,0173
0,0184
0,0184
0,0173
0,0140
0,0140
0,0140
0,0173
0,0148
0,0148
0,0131
0,0131
0,0140
0,0140
0,0140
0,0173
0,0173
0,0184
0,0194
0,0123
0,0184
0,0184
0,0103
0,0148
0,0184
0,0184

52

60
60

300
300

0,0600
0,0700

54,3090
54,3090

0,0533
0,0636

2,0992
2,5035

Mean
Standart deviasi
Standart eror

0,0184
0,0219
0,0162
0,0025
0,0004

A.2.3 Usia 10-15 tahun


kV

mA

58
56
58
64
60
60
58
68
68
66
60
58
72
60
60
66
68
60
56
64
64
66
66
60
60
70

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

0,0600
0,0600
0,0700
0,0600
0,0600
0,0600
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0700
0,0600
0,0700
0,0500
0,0500
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0700
0,0500
0,0600
0,0600
0,0700

Normalisasi
kV
s
52,7430
0,0533
51,1770
0,0533
52,7430
0,0636
57,4410
0,0533
54,3090
0,0533
54,3090
0,0533
52,7430
0,0431
60,5730
0,0431
60,5730
0,0431
59,0070
0,0431
54,3090
0,0533
52,7430
0,0533
63,7050
0,0636
54,3090
0,0533
54,3090
0,0636
59,0070
0,0431
60,5730
0,0431
54,3090
0,0533
51,1770
0,0533
57,4410
0,0533
57,4410
0,0533
59,0070
0,0636
59,0070
0,0433
54,3090
0,0533
54,3090
0,0533
62,1390
0,0636

Dosis Paparan
(mR)

Dosis Serap
(mGray)

1,9799
1,8640
2,3612
2,3483
2,0992
2,0992
1,5986
2,1085
2,1085
2,0008
2,0992
1,9799
3,4447
2,0992
2,5035
2,0008
2,1085
2,0992
1,8640
2,3483
2,3483
2,9553
2,0008
2,0992
2,0992
3,2774

0,0173
0,0163
0,0207
0,0205
0,0184
0,0184
0,0140
0,0184
0,0184
0,0175
0,0184
0,0173
0,0302
0,0184
0,0219
0,0175
0,0184
0,0184
0,0163
0,0205
0,0205
0,0259
0,0175
0,0184
0,0184
0,0287

53

64
70
60
70
68
60
64
58
58
58
58
62
64
70
68
56
58
68
60
64
66
62
60
60

300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

Mean
Standart deviasi
Standart eror

0,0700
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0500
0,0700
0,0600
0,0600
0,0600
0,0600
0,0700
0,0700
0,0700
0,0700
0,0600
0,0600
0,0700
0,0600
0,0600
0,0700
0,0700
0,0600
0,0600

57,4410
62,1390
54,3090
62,1390
60,5730
54,3090
57,4410
52,7430
52,7430
52,7430
52,7430
55,8750
57,4410
62,1390
60,5730
51,1770
52,7430
60,5730
54,3090
57,4410
59,0070
55,8750
54,3090
54,3090

0,0636
0,0433
0,0433
0,0433
0,0433
0,0433
0,0636
0,0533
0,0533
0,0533
0,0533
0,0636
0,0636
0,0636
0,0636
0,0533
0,0533
0,0636
0,0533
0,0533
0,0636
0,0636
0,0533
0,0533

2,8005
2,2189
1,6949
2,2189
2,1085
1,6949
2,8005
1,9799
1,9799
1,9799
1,9799
2,6499
2,8005
3,2774
3,1143
1,8640
1,9799
3,1143
2,0992
2,3483
2,9553
2,6499
2,0992
2,0992

0,0245
0,0194
0,0148
0,0194
0,0184
0,0148
0,0245
0,0173
0,0173
0,0173
0,0173
0,0232
0,0245
0,0287
0,0273
0,0163
0,0173
0,0273
0,0184
0,0205
0,0259
0,0232
0,0184
0,0184
0,0199
0,0040
0,0006

54

LAMPIRAN B. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin
Laki dan Wanita untuk Setiap Penggolongan Usia
B.1 Pasien Laki
B.1.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun

Des criptives
laki

N
1-5 tahun
5-10 tahun
Total

50
50
100

Mean
.015860
.016400
.016130

Std. Deviation
.0061545
.0025314
.0046897

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.014111
.017609
.015681
.017119
.015199
.017061

Std. Error
.0008704
.0003580
.0004690

Minimum Maximum
.0080
.0350
.0130
.0270
.0080
.0350

ANOV A
laki
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

df

.000
.002
.002

Mean Square
1
98
99

.000
.000

Sig.

.329

.567

B.1.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun


Des criptives
dosis

N
1-5 tahun
10-15 tahun
Total

50
50
100

Mean
.015860
.020120
.017990

Std. Deviation
.0061545
.0033663
.0053795

Std. Error
.0008704
.0004761
.0005380

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.014111
.017609
.019163
.021077
.016923
.019057

Minimum
.0080
.0140
.0080

Max imum
.0350
.0270
.0350

55

ANOV A
dosis
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

df

.000
.002
.003

Mean Square
1
98
99

.000
.000

Sig.

18.439

.000

B.1.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun


Des criptives
dosis

N
5-10 tahun
10-15 tahun
Total

50
50
100

Mean
.016400
.020120
.018260

Std. Deviation
.0025314
.0033663
.0035036

Std. Error
.0003580
.0004761
.0003504

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.015681
.017119
.019163
.021077
.017565
.018955

Minimum
.0130
.0140
.0130

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.014405
.016755
.015505
.016935
.015221
.016579

Minimum Maximum
.0090
.0230
.0100
.0230
.0090
.0230

Max imum
.0270
.0270
.0270

B.2 Pasien Wanita


B.2.1 Usia 1-5 tahun dengan usia 5-10 tahun
Des criptives
dosis

N
1-5 tahun
5-10 tahun
Total

50
50
100

Mean
.015580
.016220
.015900

Std. Deviation
.0041359
.0025176
.0034216

Std. Error
.0005849
.0003560
.0003422

ANOV A
dosis
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

.000
.001
.001

df

Mean Square
1
98
99

.000
.000

F
.874

Sig.
.352

56

B.2.2 Usia 1-5 tahun dengan usia 10-15 tahun


Des criptives
dosis

N
1-5 tahun
10-15 tahun
Total

50
50
100

Mean
.015580
.019940
.017760

Std. Deviation
.0041359
.0040427
.0046213

Std. Error
.0005849
.0005717
.0004621

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.014405
.016755
.018791
.021089
.016843
.018677

Minimum
.0090
.0140
.0090

Max imum
.0230
.0300
.0300

ANOV A
dosis
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

.000
.002
.002

1
98
99

.000
.000

Sig.

28.416

.000

B.2.3 Usia 5-10 tahun dengan usia 10-15 tahun


Des criptives
dosis

N
5-10 tahun
10-15 tahun
Total

50
50
100

Mean
.016220
.019940
.018080

Std. Deviation
.0025176
.0040427
.0038368

Std. Error
.0003560
.0005717
.0003837

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.015505
.016935
.018791
.021089
.017319
.018841

Minimum
.0100
.0140
.0100

Max imum
.0230
.0300
.0300

ANOV A
dosis
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

.000
.001
.001

df

Mean Square
1
98
99

.000
.000

F
30.506

Sig.
.000

57

LAMPIRAN C. Hasil Uji Oneway ANOVA pada Pasien Anak Jenis Kelamin
Laki dengan Wanita untuk masing-masing Penggolongan Usia
Pasien
C.1 Usia 1-5 tahun
Des criptives
usia 1-5 tahun

N
laki
w anita
Total

50
50
100

Mean
.01586
.01558
.01572

Std. Deviation
.006155
.004136
.005219

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.01411
.01761
.01440
.01676
.01468
.01676

Std. Error
.000870
.000585
.000522

Minimum
.008
.009
.008

Maximum
.035
.023
.035

ANOV A
usia 1-5 tahun
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

.000
.003
.003

df

Mean Square
1
98
99

.000
.000

F
.071

Sig.
.790

C.2 Usia 5-10 tahun


Des criptives
usia 5-10 tahun

N
laki
w anita
Total

50
50
100

Mean
.01640
.01622
.01631

Std. Deviation
.002531
.002518
.002513

Std. Error
.000358
.000356
.000251

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.01568
.01712
.01550
.01694
.01581
.01681

Minimum
.013
.010
.010

Maximum
.027
.023
.027

58

ANOVA
usia 5-10 tahun
Sum of
Between Groups
Within Groups

Squares
,000
,001

Total

df
1
98

,001

Mean Square
,000
,000

F
,127

Sig,
,722

99

C.3 Usia 10-15 tahun


Des criptives
usia 10-15 tahun

N
1
2
Total

50
50
100

Mean
.02012
.01994
.02003

Std. Deviation
.003366
.004043
.003702

Std. Error
.000476
.000572
.000370

95% Confidence Interval for


Mean
Low er Bound Upper Bound
.01916
.02108
.01879
.02109
.01930
.02076

Minimum Maximum
.014
.027
.014
.030
.014
.030

ANOV A
usia 10-15 tahun
Sum of
Squares
Betw een Groups
Within Groups
Total

.000
.001
.001

df

Mean Square
1
98
99

.000
.000

F
.059

Sig.
.809

59

LAMPIRAN D. Tabel Statistik F


= 0,0500
ndf
ddf

3,9589
3,9574
3,956
3,9546
3,9532
3,9519
3,9506
3,9493
3,9481
3,9469
3,9457
3,9446
3,9435
3,9423
3,9412
3,9402
3,9392
3,9381
3,9371
3,9361

3,1093
3,1079
3,1065
3,1051
3,1039
3,1026
3,1013
3,1001
3,0988
3,0977
3,0965
3,0955
3,0944
3,0933
3,0922
3,0912
3,0902
3,0892
3,0882
3,0873

2,7173
2,7160
2,7146
2,7132
2,7119
2,7106
2,7094
2,7082
2,7070
2,7058
2,7047
2,7036
2,7025
2,7014
2,7004
2,6994
2,6984
2,6974
2,6965
2,6955

2,4845
2,4830
2,4817
2,4803
2,4790
2,4777
2,4765
2,4753
2,4741
2,4729
2,4718
2,4707
2,4696
2,4685
2,4675
2,4665
2,4655
2,4645
2,4636
2,4626

2,3273
2,3258
2,3245
2,3231
2,3218
2,3205
2,3193
2,3180
2,3169
2,3157
2,3146
2,3134
2,3123
2,3113
2,3102
2,3092
2,3082
2,3072
2,4636
2,3053

,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,
,

,,

81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

60

LAMPIRAN E. Data Kalibrasi Alat


Setting kVp
90

80

Input
50
60
70
80
90

Output
45,3300
54,5300
63,3400
71,9200
75,8200

y = 0.783x +
7.329

70

Output

No
1
2
3
4
5

60

50

50

40

30

100

20

Input

10

Setting akurasi waktu


No

Input

Output

0,0700

0,0643

0,1000

0,0938

0,4000

0,4047

0,5000

0,5037

0,8000

0,8147

0.90.80.7Output0.60.50.4y =
1.028x 0.0080.30.20.1000.51Input

Anda mungkin juga menyukai