Disusun Oleh:
Nama
NPM
: 4312215117
Jurusan
Dosen
: Dr .Damora Rhakasywi,ST.MT
Analisa kinerja HE :
1.
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan
heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi
dan proses biologi. Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir di dalam HE.
Akibat fouling :
a. mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan
biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan.
b. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat,
waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
tinggi
kecepatan
linier
fluida,
semakin
rendah
temperatur.
3. Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang
dimilikinya selama fluida mengalir.
Disebabkan oleh 2 hal :
Pembelokan aliran
Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana bahan sebelum diproses disebut dengan
reaktan dan hasilnya produk. Lambang dari reaksi kimia sebelum dan sesudah proses
menggunakan tanda panah.
A + B -> P + Q
Pada reaksi diatas, A dan B merupakan reaktan sedangkan P dan Q merupakan
produk. Dalam hal ini antara reaktan dan produk terjadi perubahan identitas kimia yang
dapat berupa perubahan struktur, unsur ataupun molekul kimia.
Reaksi kimia adalah suatu reaksi antar senyawa kimia atau unsur kimia yang
melibatkan perubahan struktur dari molekul, yang umumnya berkaitan dengan
pembentukan dan pemutusan ikatan kimia. Berlangsungnya proses tersebut mempunyai
dua kemungkinan yaitu memerlukan energi (disebut dengan reaksi endotermal) atau
melepaskan energi (reaksi eksotermal).
Selain itu beberapa ciri fisik antara lain:
a. Terbentuknya endapan
b. Terbentuknya gas
c. Terjadinya perubahan warna
d. Terjadinya perubahan suhu atau temperatur
Semua reaksi kimia menyangkut perubahan energi yang diwujudkan dalam bentuk
panas. Kebanyakan reaksi kimia disertai dengan pelepasan panas (reaksi eksotermis),
meskipun adapula beberapa reaksi kimia yang menyerap panas (reaksi endotermis).
Bahaya dari suatu reaksi kimia terutama adalah karena proses pelepasan energi (panas)
yang demikian banyak dan dalam kecepatan yang sangat tinggi, sehingga tidak
terkendalikan
dan bersifat
destruktif
tidak dilakukan dengan konsetrasi pekat, melainkan konsentrasi pereaksi kira-kira 10%
saja. Kalau reaksi telah dikenal bahayanya, maka konsetrasi pereaksi cukup 2 5 % saja
sudah memadahi. Suatu contoh, apabila amonia pekat direaksikan dengan dimetil sulfat,
maka reaksi akan bersifat eksplosif, akan tetapi tidak demikian apabila digunakan amonia
encer.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kimia dapat diperkirakan dengan
persamaan Arhenius, dimana kecepatan reaksi bertambah secara kesponensial dengan
bertambahnya suhu. Secara kasar apabila suhu naik sebesar 10 oC, maka kecepatan reaksi
akan naik menjadi dua kali. Atau apabila suhu reaksi mendadak naik 100 oC, ini berarti
bahwa kecepatan reaksi mendadak naik berlipat 210 = 1024 kali. Di sinilah pentingnya
untuk mengadakan kendali terhadap suhu reaksi, misalnya dengan pendinginan apabila
reaksi bersifat eksotermis.
1.3 Tipe pembersihan HE :
Melakukan pembersihan secara berkala seperi di bawah ini :
Alirkan minyak panas atau hasil penyulingan melalui tabung atau shell dengan
kecepatan yang baik,pada umumnya secara efektif dapat memindahkan kotoran atau
hal serupa yang masih tersimpan didalamnya.
Garam yang tersimpan mungkin dapat dicuci bersih dengan mengalirkan air panas
yang bersih.
dalam
menghilangkan
kotoran
yang
sulit
dihilangkan.
Jika tidak satupun dari metoda diatas efektif untuk menghilangkan sesuatu dalam
skala besar, coke mungkin dapat digunakan.
Amati kondisi bagian dalam dan luar dari seluruh tabung dan jaga kebersihannya.
Melalaikan dalam pemeliharaan kebersihan semua tabung dapt mengakibatkan
kemacetan aliran yang mengalir sepanjang tabung, dengan konsekuensi tabung
menjadi terlalu panas dibandingkan dengan sekitar tabung, yang akan menghasilkan
perluasan tegangan dan membocorkan tabung hingga tube-sheet-joint.Ketika shutting
down untuk perbaikan, hal yang penting bahwa semua cairan dikeringkan dari heat
exchanger dan dikendurkan sampai tekanan atmosfer dan temperature lingkungan.
Jangan mencoba untuk membersihkan tabung dengan mengeluarkan uap air melalui
tabung individu. Hal ini menjadikan tabung terlalu panas dan mengakibatkan
Jangan menangani tube bundle dengan pengait atau perkakas lain yang mungkin
dapat merusak tabung.
Untuk memperat suatu sambungan tabung, gunakan roller tipe tube expander yang
sesuai.
metode
pembersihan
dengan
mensirkulasikan
agent
melalui
Penyebab : Viskositas
Tindakan:
a.
b.
Penyebab: Akumulasi secondary media di dalam HE (seperti oli, dan noncondensable gas)
Tindakan: Buat alat yang sesuai untuk mengalirkannya. Alat ini bisa berupa
oil drainage yang dibuka dalam periode tertentu sesuai dengan keadaan.
c. Kebocoran
1
d. Tercampurnya media.
1
Penyebab: Korosi
Tindakan:
a.
b.
BAB IV
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Tipe pembersihan Heat Exchanger yang sering dilakukan adalah :
a. Chemical / Physical Cleaning
b. Mechanical Cleaning
- Drilling atau Turbining
- Hydrojeting
c. Gabungan dari keduanya
Masalah-masalah yang sering muncul pada jenis heat exchanger adalah :
Kebocoran
Tercampurnya media.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Alat Heat Exchanger (online). Tersedia di : http://beckfk.blogspot.
com/ 2012/05/alat-heat-exchanger.html. (Diunduh tanggal 25 Oktober 2012)
Anonim. (2010). Heat Exchanger (online). Tersedia di : http://www.alaquainc.com/
Heat_Exchangers.aspx. (Diunduh tanggal 25 Oktober 2012)