ITS Undergraduate 19241 3109106050 Paper
ITS Undergraduate 19241 3109106050 Paper
EVALUASI
PARAMETER
KOEFISIEN
DISTRIBUSI
KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA
BINA MARGA
(Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang
Km 2122 dan Jl. Jenderal Ahmad Yani Magelang)
FITRIA YULIATI
NRP 3109 106 050
Dosen Pembimbing :
Catur Arif Prastyanto, ST, M.Eng
PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2012
ABSTRAK
Konsep dasar perkerasan jalan adalah mempunyai tebal perkerasan yang cukup untuk dapat
melayani lalu lintas sesuai dengan umur rencana. Salah satu parameter penting dalam perencanaan tebal
perkerasan lentur cara MAK adalah koefisien distribusi kendaraan. Faktor distribusi erat hubungannya
dengan posisi kendaraan dijalan. Dimana perilaku pengguna jalan dalam berkendara akan mempengaruhi
terdistribusinya kendaraan dijalan.
Makalah ini membahas tentang evaluasi terhadap koefisien distribusi pada Petunjuk Perencanaan
Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987 guna mendapatkan
faktor distribusi yang lebih mewakili kondisi di lapangan. Penelitian dilakukan pada kelas jalan arteri tipe
4lajur-2arah. Dalam penelitian ini akan dilaksanakan tiga tahapan penyelesaian, yaitu survey lalu lintas,
survey kerusakan jalan, dan perencanaan tebal perkerasan lentur. Survey lalu lintas untuk mendapat faktor
distribusi kendaraan. Survey kerusakan dan perencanaan tebal perkerasan sebagai pembuktian terhadap
faktor distribusi hasil penelitian. Penelitian dilakukan dengan melihat volume kendaraan yang melintas
pada masing-masing lajur untuk mengetahui lajur rencana yang menerima beban dan volume lalu lintas
terbesar. Survey arus lalu lintas dilakukan dengan interval waktu 15 menit per lajur untuk 2 (dua) jenis
kendaraan yaitu kendaraan ringan dan kendaraan berat.
Hasil penelitian, analisa data dan proses perhitungan didapatkan faktor distribusi kendaraan (C)
sebesar 0,8 untuk kendaraan ringan dan 0,87 untuk kendaraan berat. Hasil analisa data menunjukkan
bahwa lajur rencana adalah lajur tengah (kanan) dan faktor distribusi hasil penelitian lebih besar jika
dibandingkan dengan faktor distribusi kendaraan pada yang terdapat pada Bina Marga (1987).
Kata kunci : Koefisien distribusi kendaraan, kerusakan perkerasan lentur, perencanaan perkerasan lentur
1.
PENDAHULUAN
2.
KAJIAN PUSTAKA
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur ditentukan berdasar
lebar perkerasan seperti ditunjukkan pada Tabel 2. sedangkan koefisien distribusi
kendaraan per lajur (C ) dibedakan untuk kendaraan ringan dan kendaraan berat.
Koefisien distribusi kendaraan ditunjukkan pada Tabel 3
Tabel 2 Jumlah Lalur Berdasarkan Lebar Perkerasan
Lebar Perkerasan (L)
L<5,50 m
5,50 m L < 8,25 m
8,25 m L < 11,25 m
11,25 m L < 15,00 m
15,00 m L < 18,75 m
18,75 m L < 22,00 m
1 lajur
2 lajur
3 lajur
4 lajur
5 lajur
6 lajur
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI
2.3.26.1987
Jumlah Jalur
1 jalur
2 jalur
3 jalur
4 jalur
5 jalur
6 jalur
Kendaraan Ringan *)
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1,00
0,60
0,40
-
1,00
0,50
0,40
0,30
0,25
0,20
1,00
0,70
0,50
-
1,00
0,50
0,475
0,45
0,425
0,4
*) berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) berat total 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailler, trailer
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI
2.3.26.1987
Untuk perencanaan perkerasan jalan harus berdasarkan lajur rencana, yaitu lajur
dengan jumlah lalu lintas terbanyak. Volume lalu lintas pada masing-masing lajur
tergantung pada pengguna jalan dalam menjalankan kendaraannya akan menggunakan
lajur mana.
3.
METODOLOGI
Surveyor
Surveyor
Lajur 1
Section 3
Section 2
Lajur 3
Section 1
Lajur 2
Lajur 4
Surveyor
500 m
Surveyor
500 m
Surveyor
1.000 m
4.
a.
Tabel 2: Rekapitulasi data survey dan perhitungan koefisien distribusi kendaraan ringan
(<5 Ton) 2lajur1arah
Tabel 3: Rekapitulasi data survey dan perhitungan koefisien distribusi kendaraan berat
(5 Ton) 2lajur1arah
(per arah)
[1]
[2]
Jumlah
Kend.
PENELITIAN
Volume Kend.
Koef.
Koef.
Volume Kend.
Koef.
Jalur 2
Kedua
Arah
Koef.
Jalur 1
Distribusi (C)
Lajur Rencana
Distribusi (C)
Distribusi (C)
Lajur Rencana
Distribusi (C)
(kend.)
(kend.)
(kend.)
(2lajur-1arah)
(4lajur-2arah)
(2lajur-1arah)
[3]
[4]
[5]
[6]
[9]
2662
2794
5456
0,8
2236
0,40
0,6
1677
0,30
2811
2849
5660
0,8
2280
0,40
0,6
1710
0,30
411
479
890
0,87
417
0,47
0,7
336
0,38
638
642
1280
0,87
559
0,44
0,7
450
0,35
(4lajur-2arah)
Kendaraan Ringan
1.
2.
1.
2.
Menurut AASHTO 1993, faktor distribusi arah adalah sebesar 0,5 (atau 50%) dari
volume total kedua arah atau diambil volume lalu lintas pada salah satu arah yang lebih
besar/berat daripada lalu lintas pada arah yang lain. Berdasar data survey volume lalu
lintas yang ditunjukkan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa volume lalu lintas pada salah
satu arah lebih besar/berat daripada lalu lintas pada arah yang lain. Maka diambil
volume lalu lintas yang lebih besar pada penentuan faktor distribusi. Sehingga pada
penelitian dianjurkan memakai faktor distribusi kendaraan 2lajur-1arah.
Nilai kerusakan jalan
Perhitungan nilai kerusakan per lajur yang ditunjukkan pada kedua lokasi
penelitian memperlihatkan tingkat kerusakan yang lebih tinggi pada lajur kanan
dibandingkan dengan lajur kiri. Hal ini berbanding lurus dengan faktor distribusi
kendaraan pada masing-masing lajur. Dapat disimpulkan bahwa jika suatu lajur jalan
sering dilewati kendaraan maka akan memiliki tingkat kerusakan yang lebih parah jika
b.
dibandingkan dengan lajur tepi yang jarang dilewati kendaraan. Berikut rekapitulasi
nilai kerusakan pada kedua lokasi penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel7.
Tabel 6: Rekapitulasi Nilai Kerusakan per Lajur Jl Yogyakarta Magelang Km 21-22
Lajur
Seksi Jalan
Seksi 1 (250 m)
Seksi 2 (500 m)
Seksi 3 (750 m)
Seksi 4 (1000 m)
NK / lajur
Arah Magelang
Lajur 1
Lajur 2
9,5
32
9,25
34
7,25
32
25
32
51
130
Arah Yogyakarta
Lajur 3
Lajur 4
16
16,5
16
10
32
17
10
9,25
74
52,75
Arah Semarang
Lajur 1
Lajur 2
2
12
7
10
16
32
6
22
31
76
Arah Magelang
Lajur 3 Lajur 4
12
5
22
4
20
5
10,25
3
64,25
17
c.
Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Bus
T 1.2 Light
T 1.2 Heavy
T. 1.22
T. 1.2 22
T. 1.2 222
T. 1.22 22
T. 1.22 222
T. 1.2 + 2.2
LHR
2811
95
447
35
48
6
2
3
1
1
b.
c.
d.
e.
f.
5. DAFTAR PUSTAKA
6.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapatlah ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Dianjurkan menggunakan koefisien distribusi kendaraan 2lajur-1arah dalam perhitungan
tebal perkerasan, dikarenakan volume kendaraan pada salah 1 arah lebih besar/banyak dari
arah yang lain.
2. Nilai koefisien distribusi kendaraan (C) untuk 2lajur-1arah, pada penelitian ini ditemukan
sebagai berikut :
a. Faktor C kendaraan ringan
= 0,87
b. Faktor C kendaraan berat
= 0,80
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa lajur rencana adalah lajur tengah (lajur kanan)
denga perolehan koefisien distribusi kendaraan
hasil penelitian lebih besar jika
dibandingkan dengan koefisien distribusi kendaraan pada Bina Marga 1987. Koefisien
distribusi kendaraan (C) yang dihasilkan pada penelitian ini hanya berlaku untuk tipe jalan 4
lajur-2 arah.
3. Nilai kerusakan tiap lajur yang ditunjukkan pada kedua lokasi penelitian memperlihatkan
tingkat kerusakan yang lebih tinggi pada lajur kanan jika dibandingkan dengan lajur kiri.
Dapat disimpulkan bahwa lajur yang sering dilalui kendaraan memiliki nilai kerusakan yang
lebih tinggi. Nilai kerusakan untuk masing-masing lajur adalah sebagai berikut:
a. Lokasi penelitian 1
- Lajur 1 (lajur kiri), nilai kerusakan = 51
- Lajur 2 (lajur kanan), nilai kerusakan = 130
- Lajur 3 (lajur kiri), nilai kerusakan = 74
- Lajur 4 (lajur kanan), nilai kerusakan = 52,75
b. Lokasi penelitian 2
- Lajur 1 (lajur kiri), nilai kerusakan = 31
- Lajur 2 (lajur kanan), nilai kerusakan = 76
- Lajur 3 (lajur kiri), nilai kerusakan = 64,25
- Lajur 4 (lajur kanan), nilai kerusakan = 17
4. Perencanaan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan koefisien distribusi kendaraan
penelitian menghasilkan tebal perkerasan yang lebih tebal jika dibanding dengan
menggunakan koefisien distribusi kendaraan pada Bina Marga 1987. Letak perbedaannya
pada lapis permukaan dengan selisih 1 cm. Tebal perkerasan lentur dengan menggunakan
faktor distribusi penelitian dan faktor distribusi Bina Marga adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan faktor distribusi hasil penelitian
- Lapis permukaan
= 12 cm
- Lapis pondasi atas = 20 cm
- Lapis pondasi bawah = 20 cm
b. Menggunakan faktor distribusi Bina Marga 1987
- Lapis permukaan
= 11 cm
- Lapis pondasi atas = 20 cm
- Lapis pondasi bawah = 20 cm
Saran
Dari kegiatan penelitian, menganalisis data dan membuat kesimpulan pada penelitian ini,
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, terdapat beberapa saran, adapun sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada survey lalu lintas, sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor (UM)
ikut disurvey untuk membuktikan bahwa truk lebih sering menggunakan lajur kanan karena
kendaraan tersebut.
2. Disarankan lokasi ruas jalan yang ditinjau lebih banyak.
3. Sebaiknya dilakukan juga penelitian pada ruas jalan dalam kota.
4. Penelitian dapat dilakukan pada tipe jalan 6lajur-2arah.
11