OLEH:
A A ARI NOVIA SULISTIAWATI
1102105008
TUBUH YANG
BERPERAN
DALAM
KEBUTUHAN
AKTIVITAS
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khusunya kalsium dan
fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organorgan dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan
pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan
tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya
berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian
ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis terdiri
dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada
kedua ujung tulang yang terpisah dan lebih elastis padas masa anak-anak
serta akan menyatu pada masa dewasa (A. Aziz Alimul H. 2009).
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu
jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada tempat insersinya
tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak
dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan,
sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi
kembali (A. Aziz Alimul H. 2009).
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena
itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan (A. Aziz Alimul H.
2009).
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otot dan medulla spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
memiliki bagian somatis dan otonom. Bagian somatis memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinsersi, dan kerusakan pada saraf radial akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan
(A. Aziz Alimul H. 2009).
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi
dari
kerangka
tubuh
dan
memungkinkan
gerakan
juga
dipengaruhi
mobilisasi
dengan
baik,
dibutuhkan
energi
yang
disebabkan
oleh
trauma
reversibel
pada
sistem
E. JENIS-JENIS IMOBILISASI
- Imobilitas fisik: kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik
yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
dicintai.
Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
memengaruhi perannya dalam kehidupan social (A. Aziz Alimul H.
2009).
gangguan
dalam
kebutuhan
nutrisi,
gangguan
fungsi
H. PATHWAY
Penyumbatan
pembuluh
darah
Pecahnya
pembuluh darah
otak
STROK
E
Meningkatnya
tekanan
intrakranial
Adanya proses desak
ruang
Penekanan
neuron
motorik
Kehilangan kontrol
volunteer terhadap
gerakan motorik
Hemiplagi
a
Ketidakmampuan
bergerak bebas
Hemiperase
Kelemahan/keterbat
asan gerak
Risiko
Syndrom
Disuse
II.
Hambatan
Hambatan
Hambatan
Mobilitas di
Mobilitas
Mobilitas
Tempat
Fisik
Berkursi
KONSEP
DASAR
ASUHAN
KEPERAWATAN
Tidur
Roda
Hambatan
Kemampuan
Berpindah
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan imobilitas
adalah sebagai berikut:
1. Identitas
Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Hambatan
Berjalan
Suku
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal pengkajian
Sumber Informasi
Diagnosa masuk
Penanggung
Nama
Keterangan genogram
terjadi
keluhan/gangguan
dalam
mobilisasi
dan
Tingkat 4
Kategori
Mampu merawat diri sendiri secara
penuh.
Memerlukan penggunaan alat.
Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain.
Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan.
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan.
Rentang
Normal
45
45
10
mungkin
Fleksi Lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin ke
40-45
180
sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke
180
180
180
320
90
90
70-90
70-90
menghadap ke bawah
Pergelangan Tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan
80-90
bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari,
80-90
Sampai 30
30-50
90
90
30-60
sejauh mungkin
Ibu Jari
Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan
90
telapak tangan
Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari
90
tangan
Pinggul
Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas
Ekstensi : menggerakkan kembali kesamping tungkai yang
lain
Lutut
Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai
Mata Kaki
Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki
menekuk ke atas
Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki
90-120
90-120
120-130
120-130
20-30
45-50
menekuk kebawah
7. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan perubahan
pada sistem pernapasan, antara lain : suara napas,analisa gas darah,
gerakan dinding thorak, adanya mucus, batuk yang produktif diikuti
panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas
terhadap perubahan sistem kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan
darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan
tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
8. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara
bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skala
Persentase
Karakteristik
Kekuatan Normal
0
10
25
50
75
100
Paralisis sempurna.
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
9. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.
10. Kaji Batasan Karakteristik
Kerusakan Mobilitas Fisik
- Postur tubuh tidak stabil selama melakukan aktivitas rutin
- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
- Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
- Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan tak ritmis
- Keterbatasan ROM
- Sulit terbalik
- Perubahan gaya berjalan
- Penurunan waktu reaksi
- Gerakan menjadi napas pendek
- Usaha yang kuat untuk perubahan gerak
- Gerak lambat
- Gerakan menyebabkan tremor
11. Kaji Faktor yang Berhubungan
Kerusakan mobilitas fisik
- Pengobatan
- Terapi pembatasan gerak
- Kurang pengetahuan mengenai manfaat pergerakan fisik
- IMT di atas 75% sesuai dengan usia
- Kerusakan sensori persepsi
- Nyeri, tidak nyaman
- Kerusakan musculoskeletal dan neuromuscular
- Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot, control dan atau massa
- Keengganan untuk memulai gerak
- Gaya hidup menetap, tidak fit
- Malnutrisi umum atau spesifik
- Kehilangan integritas struktur tulang
- Keterlambatan perkembangan
- Kekakuan sendi atau kontraktur
- Keterbatasan daya tahan kardiovaskular
- Berhubungan dengan metabolisme selular
- Keterbatasan lingkungan fisik atau social
- Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang
tepat disesuaikan dengan umur
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Sindrom Disuse
Faktor Risiko:
Gangguan Kognitif
Fisik tidak bugar
Kurang pengetahuan
Keterbatasan lingkungan (misalnya: ukuran tempat tidur, tipe tempat
Intoleran Aktivitas
Perubahan metabolism seluler
Ansietas
Indeks masa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Kontraktur
Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Penurunan kekuatan otot
Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
Keadaan mood depresif
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Disuse
Kaku Sendi
Kurang dukungan lingkungan (missal: fisik atau social)
Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
Kerusakan integritas struktur tulang
menurun
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan
menanjak
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di tepi jalan
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di permukaan
rata
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di permukaan
tidak rata
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan
menurun
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan
menanjak
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di tepi jalan
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis pada
permukaan rata
Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di
permukaan tidak rata
Gangguan kognitif
Fisik tidak bugar
Defisiensi pengetahuan
Alam perasaan depresi
Keterbatasan lingkungan (missal: tangga, tanjakan, permukaan tidak rata,
rintangan yang membahayakan, jarak, tidak ada alat bantu atau individu
Gangguan kognitif
Kondisi fisik tidak bugar
Kendala lingkungan (missal: tinggi tempat tidur, ruang tidak adekuat,
Nyeri
6. Hambatan Berjalan
Batasan Karakteristik:
- Hambatan kemampuan menaiki tangga
- Hambatan menyusuri tepi jalan
- Hambatan kemampuan berjalan di jalan menurun
- Hambatan kemapuan berjalan di jalan menanjak
- Hambatan kemampuan berjalan di permukaan tidak rata
- Hambatan kemampuan berjalan dengan jarak tertentu
Faktor yang berhubungan:
- Gangguan kognitif
- Kondisi fisik tidak bugar
- Kendala lingkungan (missal: tangga, tanjakan, permukaan tidak rata,
rintangan yang membahayakan, jarak, kurang alat bantu atau individu
-
fowler, sim,
b. Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri.Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria).
Cara:
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan
posisi badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan
-
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
Tangan kanan diatas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur
c. Posisi Trendelenburg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki.Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Cara:
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan bantal di antara
kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal di bawah
-
lipatan lutut
Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
e. Posisi Litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki
dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Cara:
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
-
lithotomi
Pasang selimut
memerlukan
latihan
sendi
untuk
mengurangi
bahaya
dengan lengan
Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
memegang pergelangan tangan pasien
Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin
Catat perubahan yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA