Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

Pada proses pembelajaran, guru memegang peran yang sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik. Ada banyak hal yang harus dilakukan
guru selain memberikan materi pelajaran kepada siswa, seperti membantu siswa
mengembangkan bakat yang ia miliki, mengenali kelemahan dan kelebihan siswa,
memberikan motivasi dan masih banyak lagi. Pihak-pihak tertentu juga menuntut
agar selalu ada informasi tentang perkembangan pembelajaran siswa di kelas seperti
orang tua, dinas pendidikan, pihak sekolah maupun siswa itu sendiri. Mereka
membutuhkan informasi tersebut untuk dapat mengetahui langkah selanjutnya yang
akan ditempuh dalam mengembangkan kemampuan dan memperbaiki kelemahan
yang mereka miliki.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memenuhi
kebutuhan informasi tersebut, diantaranya dengan melakukan pengamatan saat
belajar di kelas, melakukan tes maupun menanyakan langsung kepada siswa yang
bersangkutan. Pada makalah ini, kami akan membahas tentang tes. Banyak guru
yang masih mengalami kesulitan dalam menyusun dan menerapkan tes. Jadi,
sebenarnya apa pengertian tes dan apa fungsinya? Bagaimana cara menyusunnya
dan apa saja syarat-syarat untuk menyusun sebuah tes? Apakah tes hanya terdiri dari
satu jenis saja atau lebih?
Melalui makalah ini, kami mengharapkan para pembaca terutama guru-guru
semakin memahami cara penyusunan dan penerapan tes dalam pembelajaran
sehingga mereka dapat memberikan tuntutan informasi yang dibutuhkan oleh
berbagai pihak.

II.

ISI

A. Pengertian Tes dan Fungsi Tes


Tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan
untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Fungsi tes
Beberapa fungsi tes dalam dunia pendidikan:
a. Tes dapat berfungsi sebagai alat yang dapat mengukur prestasi belajar siswa
Maksudnya ialah menunjukkan seberapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan dapat dicapai, seberapa banyak yang belum tercapai serta
menentukan langkah yang perlu dilakukan untuk mencapainya.
b. Tes dapat berfungsi sebagai motivator dalam pembelajaran
Thomdike (1991) mengemukakan bahwa siswa akan belajar giat dan berusaha
keras apabila mereka mengetahui bahwa diakhir program yang sedang ditempuh
akan ada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka (umpan balik yang
berupa nilai yang meningkatkan intesitas untuk kegiatan belajar).
c. Tes dapat berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran
Tes yang dilaksanakan untuk penempatan perbaikan pembelajaran bertujuan
agar setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas pada jenjang
pendidikan tertentu dapat mengikuti kegiatan pembelajaran secara efektif karena
sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.
d. Tes berfungsi untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Tes ini dikenal
dengan tes ulangan umum yang berguna untuk: menentukan kedudukan atau
ranking masing-masing siswa, menentukan kelanjutan program pembelajaran
selanjutnya, menginformasikan kemajuan siswa untuk disampaikan kepihak lain
seperti orang tua maupun pihak sekolah.
B. Syarat-syarat Tes
1. Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sehingga suatu tes disebut valid jika hasil pengukuran dengan
tes tersebut dapat dilaporkan sebagai karakteristik yang akan diukur.
Ketepatan suatu tes dominan bergantung pada soal tes yang digunakan sesuai
dengan tes itu sendiri. Tujuan tes yang diajadikan acuan biasanya
dirumuskan dari tujuan-tujuan yang tercantum seperti: Tujuan Kurikuler,

Tujuan Instruksional, Umum, dan Tujuan Instruksional Khusus yang sudah


dirumuskan oleh dosen bersankutan.
2. Reliabilitas
Reliabel artinya ketetapan atau dapat dipercaya. Jika tes yang sama
diberikan berulang-ulang selalu memberikan hasil yang sama atau hampir
sama, maka dikatakan tes itu memiliki reliabilitas tinggi.
3. Objektivitas
Sebuah tes memiliki objektivitas tinggi jika dalam pelaksanaan tes
tersebut tidak ada faktor subjektif yang dapat mempengaruhi hasil suatu tes,
terutama dalam sistem penilaiannya. Tes seharusnya bersifat objektif karena
objektivitas diperlukan untuk mengetahui taraf perkembangan dan kemajuan
yang dicapai oleh peserta didik. Jika suatu tes tidak objektif, suatu
pengukuran tentang hasil belajar dari siswa dapat keliru yang selanjutnya
berakhir dengan suatu kesimpulan ataupun keputusan yang keliru pula.
4. Praktabilitas
Suatu tes seharusnya juga bersifat praktis sehingga mudah untuk
dimengerti dan dilakukan sehingga cukup jelas manfaatnya. Jika seluruh
syarat-syarat telah terpenuhi oleh suatu tes tetapi tes tersebut sulit untuk
dilaksanakan, maka tes itu memiliki nilai kepraktisan yang kecil. Ada
beberapa hal yang dapat berhubungan dengan kepraktisan, seperti: mudah
diadministrasikan, mudah dinilai (diskor), mudah ditafsirkan sehingga arah
yang digambarkan dari tes tersebut jelas.
5. Ekonomis
Tes yang bersifat ekonomis maksudnya ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak memerlukan biaya penyusunan yang terlalu tinggi,
pelaksanaannya tidak memakan waktu yang lama serta tidak memerlukan
tenaga yang terlalu banyak.
6. Komprehensif
Suatu tes disebut komprehensif jika tes tersebut mencakup segala
permasalahan yang harus diselidiki. Misalnya, dalam menyelidiki hasil
belajar siswa mengenai seluruh materi yang telah diajarkan guru dalam
pembelajaran, maka tes tersebut harus mencakup seluruh materi, tidak hanya
sebagian. Hal ini dapat mencegah terjadinya spekulasi dalam belajar, dimana
siswa hanya mempelajari sebagian kecil atau setengah dari materi
pembelajaran

7. Diskriminatif
Suatu tes disebut diskriminatif jika tes itu disusun sedemikian rupa
sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil sekalipun.
Semakin baik suatu tes, maka tes itu akan semakin dapat membuat
perbedaan yang teliti.
C. Ciri-ciri Tes yang Baik
Ciri - ciri tes yang baik adalah memenuhi syarat-syarat tes yang telah
ditentukan. Menurut Arikunto (2008:57) dalamEducation, n.d, Sebuah tes dapat
dikatakan baik apabila tes sebagai alat pengukur memenuhi persyaratan tes,
yaitu memiliki validitas, reliabilitas dan objektivitas.
D. Macam-macam Tes
1. Tes Standar
Tes standar adalah tes yang telah mengalami standardisasi, yakni proses
validasi dan keandalan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid
dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu. Tes standar
digunakan sebagai alat pengukur untuk membandingkan perorangan atau
kelompok siswa yang tidak dapat dilakukan oleh tes buatan guru. Tes ini
biasa digunakan untuk membandingkan nilai siswa dalam ukuran luas
(misalnya tingkat nasional, provinsi, kabupaten, dll).
Tes standar secara khusus dibuat secara hati-hati untuk memberikan
secara tepat informasi yang berarti pada tingkat prestasi siswa.
Kegunaan tes standar:
a. Penyeleksian dan penempatan
Tes standar sering digunakan untuk menyeleksi siswa yang akan
masuk ke atau ditempatkan dalam program khusus. Contoh, jika anda
ingin masuk ke perguruan tinggi tertentu, anda harus diseleksi
dengan SATs.
b. Diagnosis
Tes standar juga digunakan untuk mendiagnosis masalah-masalah
belajar. Contoh, siswa yang menunjukkkan kelemahan dalam
menerima pelajaran diberi battery of test untuk menentukan apakah
siswa menderita mental retarded.
c. Evaluasi
Penggunaan tes standar yang

paling

umum

adalah

untuk

mengevaluasi kemajuan siswa, keefektifan guru, dan sekolah.

Contoh, digunakan untuk melihat apakah telah mencapai standar


pendidikan pada tangkat umur mereka.
Bentuk tes standar yang umum digunakan di sekolah yaitu aptitude test
(digunakan untuk mengukur kecerdasan intelektual pada umumnya), a
norm-referenced achievement test (digunakan untuk mengukur pengetahuan
siswa dalam bidang-bidang khusus seperti matematika, bahasa Inggris), dan
a criterion-referenced achievement test (digunakan untuk mengukur
pengetahuan

siswa

dalam

mata

pelajaran,

tetapi

lebih

kepada

membandingkan prestasi siswa terhadap tolak ukur secara nasional).


2. Tes buatan guru
Tes buatan guru merupakan tes yang dikembangkan oleh guru-guru di
kelas dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang diberikan di kelas.
Tes ini digunakan untuk mengukur pengajaran individu di kelas. Kategori tes
buatan guru:
a. Tes objektif
Tes ini untuk mengurangi unsur-unsur subjektif dengan menuntut
jawaban-jawaban yang sifatnya pasti. Tes ini meliputi pilihan berganda,
melengkapi, menjodohkan dan tes benar salah.
b. Tes subjektif
Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang menuntut karangan singkat
sebagai jawabannya. Tes ini meliputi tes uraian.
Tidak ada aturan untuk menggunakan tes objektif atau tes subjektif, yang
penting apa yang diinginkan guru untuk mengukur dan tersedianya waktu.
Oleh karena itu, banyak guru yang menggunakan campuran kedua tes.
Kegunaan tes buatan guru antara lain:
a. Untuk menentukan apakah tujuan instruksional telah tercapai.
b. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan
pelajaran yang telah diberikan guru dalam waktu tertentu.
c. Untuk memperoleh nilai.
E. Bentuk bentuk tes
1. Tes Diagnostik
Tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi atau mendiagnosis
kesulitan-kesulitan belajar khusus. Tes diagnostik dilaksanakan secara
individual untuk mengidentifikasi kelemahan dalam proses belajar. Ada tes
diagnostik untuk mengukur kemampuan mendengar perbedaan di antara
suara-suara, mengingat kata-kata atau kalimat yang diucapkan, mengingat

urutan simbol-simbol, mengekspresikan hubungan, mengoordinasikan


gerakan mata dan tangan, dan banyak kemampuan-kemampuan lain yang
diperlukan untuk menerima, memproses dan mengekspresikan informasi.
Tiga tes diagnostik secara umum ialah illinois test of psycholinguistics
abilities (untuk umur 2-10 tahun), the woodcock-johnson psychoeducational battery (untuk umur 3 tahun sampai dewasa), dan the detroit
test of learning aptitude (untuk umur 3 tahun sampai dewasa). Guru-guru
sekolah dasar sering menggunakan test diagnostik.
2. Readiness Tes
Reading readiness test digunakan untuk menentukan apakah siswa
sudah tahu dan terampil untuk membaca. Tes ini mengukur keterampilan
seperti perbedaan visual (kata-kata dan gambar), perbedaan perndengaran
(persamaaan dan perbedaan kata-kata yang diucapkan serta suara) dan
pemahaman verbal.
3. Tes prestasi Individu
Tes prestasi individu digunakan untuk memgidentifikasi siswa yang
mungkin

mengalami

ketidakmampuan

belajar.

Tes

ini

lebih

mengidentifikasi penyebab dari kesulitan siswa seperti mengobservasi


perhatian, motivasi, dan petunjuk. Tes prestasi individu yang lain yang lebih
luas adalah:
- Peabody individual achievment test
- Key math diagnostic arithmetic test
- Woodcock reading mastery test
Namun, ada kalanya tes prestasi standar jarang cocok dengan isi dan tujuan
pengajaran yang diberikan di kelas. Jadi, para guru membuat tes terstandar
yang berguna untuk mengukur pengajaran individu di kelas serta
membandingkan prestasi siswa di kelas dengan norma prestasi nasional. Tes
prestasi buatan guru dibagi menjadi dua kategori:
1. Tes objektif
Tes ini berusaha menghilangkan unsur-unsur subjektif dengan
memberikan jawaban yang bersifat pasti. Artinya jawaban yang
diberikan akan menghasilkan nilai yang sama meskipun diperiksa oleh
guru yang berbeda maupun dalam waktu yang berbeda pula. Tes ini
meliputi pilihan berganda (multiple choice), melengkapi (completion),
menjodohkan (matching), tes benar-salah (true-false).

2. Tes subjektif
Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang menuntut karangan singkat
sebagai jawabannya. Tes ini menuntut guru harus membuat keputusan
yang kualitatif dalam menentukan jawaban yang paling dekat. Tes ini
meliputi essay test dan description test.
F. Langkah-langkah Penyusunan Tes
a. Mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes itu.
b. Menguraikan secara garis besar mata pelajaran yang akan diukur oleh tes.
c. Mempersiapkan perencanaan tes atau table spesifikasi dan menggunakan
table spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
d. Menulis soal-soal yang dilakukan oleh guru yang mengajar mata pelajaran
atau oleh teman-teman sejawat sebagai tim. Soal-soal yang terkumpul
kemudian ditelaah satu persatu oleh anggota tim dan kemudian diujicobakan
di antara anggota tim untuk mencari kesepakatan tentang kunci jawaban.
e. Tes yang sudah disusun kemudian diujicobakan kepada siswa-siswa atau
orang-orang yang mempunyaiciri-ciri serupa dengan siswa atau orang bagi
siapa ter tersebut dikembangkan.
f. Kemudian tes tersebut diujicobakan kepada siswa yang memang
dimaksudkan untuk dites dengan tes tersebut. Hasilnya diskor dan kemudian
diberikan kepada siswa yang bersangkutan.
g. Informasi yang diperoleh dari tes tersebut digunakan untuk mengadakan
analisis item untuk lebih menyempurnakan soal-soal yang akan ditempatkan
di bank soal.
G. Prinsip-prinsip Pengembangan Tes

III.

KESIMPULAN

Tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Banyak hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusun tes. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan fungsi, syarat
dan ciri, bentuk-bentuk, langkah serta prinsip-prinsip dalam menyusun tes
sehingga tujuan guru dalam membuat tes dapat tecapai.

Anda mungkin juga menyukai