Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sulaksono Cahyo P

NIM

: 20110130133

Tugas : Ringkasan jurnal

SINTESIS PARTIKEL NANOCRYSTALLINE TiO2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA


MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA
Gerald Ensang Timuda
Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kompleks PUSPIPTEK
Serpong.

LATAR BELAKANG
Titanium dioksida (TiO2) adalah semikonduktor tipe-n yang banyak digunakan pada berbagai
jenis aplikasi. Antara lain sel surya, fotokatalis, sensor biologis dan kimia, produk kesehatan
hingga pigmentasi cat. Bahan semikonduktor ini memiliki sifat tidak beracun, biocompatible,
tersedia secara luas, serta biaya pembuatannya relatif rendah. Penelitian yang diulas pada tulisan
ini merupakan salah satu upaya untuk melakukan sintesis partikel nanocrystalline TiO2 yang
secara khusus ditujukan untuk aplikasi sel surya (DSSC). Metode yang dipilih adalah metode
sonokimia, karena metode ini relatif mudah diterapkan dan telah banyak digunakan untuk
mensintesis suatu material berpori dari larutan prekursor
Untuk aplikasi sebagai sel surya, material ini digunakan pada sel surya jenis baru yang
dinamakan sel surya tersensitisasi dye ( dye sensitized solar cell, DSSC). Pada jenis sel surya ini,
penyerapan energi foton dari cahaya tampak dilakukan oleh bahan yang peka cahaya (dye) yang
berfungsi sebagai sensitizer (pen-sensitisasi). Dengan adanya sensitizer maka dimungkinkan
terjadinya injeksi/transfer elektron ke material semikonduktor TiO2 walaupun energi foton yang
diterima lebih kecil daripada bandgap semikonduktor TiO2 (peristiwa ini dinamakan sensitisasi).
METODE PENELITIAN
Partikel nanocrystalline TiO2 disintesis melalui perlakuan sonikasi ke prekursor. Prekursor
dibuat dengan meneteskan 2 ml TiCl4 ke dalam 2 ml asetil aseton lalu ditambahkan air destilasi
sebanyak 40 ml. Setelah itu, larutan diputar dengan kelajuan 300 rpm selama 5 menit. Larutan

dibagi dua yang kemudian dinamakan prekursor 1 dan prekursor 2. Percobaan diulang untuk
mendapatkan prekursor 3. Prekursor-prekursor tersebut dipapar dengan gelombang ultrasonik di
dalam ultrasonic bath berdaya 130 W dengan frekuensi 20 kHz dari alat Cole-Palmer Ultrasonic
Processor, masing-masing selama , 1, 2 dan 4 jam. Setelah itu semua prekursor dikeringkan di
atas pemanas pada suhu 80 0C selama +12 jam hingga terbentuk gumpalan berwarna putih
kekuningan. Gumpalan ini kemudian digerus dengan mortar dan dipanaskan di dalam tanur pada
suhu 500 0C selama 2 jam sehingga terbentuk bubuk berwarna putih. Bubuk putih ini kemudian
dikarakterisasi menggunakan XRD dan SEM.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dihasilkan empat bubuk hasil sintesis dengan metode sonokimia yang diberi nama PUP0,5;
PUP1, PUP2 dan PUP4 yang masing-masing untuk waktu sonikasi selama 0,5; 1, 2 dan 4 jam.
Karakterisasi struktur kristal dilakukan dengan menggunakan XRD yang dilakukan pada
keempat bubuk hasil sintesis dan juga pada bubuk komersil Degusa P25 sebagai pembanding.
Kurva karakteristik XRD diperlihatkan pada Gambar 1.
Dari Gambar 1 tersebut dapat diamati terdapatnya puncak-puncak yang bersesuaian untuk fase
Anatase pada keempat bubuk yang dihasilkan, yaitu pada sudut 2 di sekitar 25 0, 37 0, 480, 540,
550, 620, 680, 700 dan 750.

Gambar 1. Kurva XRD dari Bubuk TiO2 hasil sintesis dan Degusa P25
Komposisi kandungan fase rutile terhadap anatase bisa ditentukan secara kuantitatif dengan
menggunakan bobot rutile yang terkandung (WR) melalui persamaan:

dengan AR adalah jumlah luas daerah terintegrasi dari semua puncak rutile, sedangkan AA adalah
jumlah luas daerah terintegrasi dari semua puncak anatase. Dengan menggunakan persamaan
tersebut didapat hasil kandungan fase rutile pada bubuk komersil Degusa P25 adalah sebesar
7,75% dan untuk sampel PUP0,5 adalah sebesar 1,25%.
Ukuran kristal ( Apparent Crystal Size, ACS) dari sampel bisa dihitung secara kuantitatif
menggunakan Metode Scheerer melalui persamaan :

dengan k adalah konstanta sebesar 0,89; adalah panjang gelombang sumber sinar-X (dalam hal
ini Cu k sebesar 1,542 ), dan adalah setengah lebar puncak difraksi (dalam satuan radian).
Nilai yang digunakan dalam hal ini adalah nilai puncak maksimum yang dimiliki puncak
anatase pada orientasi bidang (101). Dan, didapatkan hasil nilai ukuran kristal yang ditampilkan
pada Gambar 2.

Gambar 2. Ukuran kristal (Apparent Crystal Size, ACS) pada sampel PUP0,5; PUP1, PUP2
dan PUP4. Garis putus-putus adalah nilai ukuran kristal Degusa P25 (sebesar 27,04 nm)
Struktur kristal dari partikel TiO2 baik dalam fase Anatase maupun Rutile adalah tetragonal
Nilai parameter kisi dari struktur tetragonal bisa dilakukan dengan metode analitik. Hasil
perhitungannya ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter kisi sampel hasil sintesis


Pengamatan morfologi partikel dilakukan dengan menggunakan SEM. Hasil citra SEM
ditampilkan pada Gambar 3. Dari gambar tersebut dapat diamati bahwa secara umum partikel
yang dihasilkan memiliki morfologi mesoporous (berpori) dan berada pada ukuran skala
nanometer. Sifat berpori ini penting dalam aplikasi partikel TiO 2 sebagai material sel surya
tersensitasi dye (DSSC).

Gambar 3. Foto SEM dari sampel dengan perlakuan ultrasonic selama (a) 0,5 jam (sampel
PUP0,5), (b) 1 jam (sampel PUP1), (c) 2 jam (sampel PUP2) dan (d) 4 jam (sampel PUP4).
KESIMPULAN
Metode sonokimia bisa diterapkan untuk menghasilkan partikel nanocrystalline TiO 2 untuk

aplikasi sel surya tersensitasi dye (DSSC) menggunakan TiCl4, asetil aseton dan air destilasi
sebagai bahan prekursornya. Ukuran dan parameter kisi kristal TiO 2 yang dihasilkan dipengaruhi
oleh waktu sonikasi yang diberikan ke prekursor. Terdapat waktu optimum untuk memperkecil
ukuran maupun parameter kisi kristal. Setelah waktu optimum ini terlewati maka ukuran dan
parameter kisi kristal kembali membesar. Fase kristal yang dihasilkan dipengaruhi oleh waktu
sonikasi pula. Fase campuran antara Anatase dan Rutile teramati pada sampel hasil perlakuan
waktu sonikasi paling pendek. Ketika waktu sonikasi diperbesar, fase Rutile tidak teramati lagi.
Morfologi partikel TiO2 yang dihasilkan dari metode sonokimia ini secara umum adalah
mesoporous nanoparticle. Distribusi ukuran partikel kurang baik bagi sebagian besar sampel
akibat terjadinya penggumpalan. Morfologi dan distribusi ukuran partikel terbaik dimiliki oleh
sampel hasil perlakuan sonikasi selama 1 jam.

Anda mungkin juga menyukai