Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

DILEMMAS ETHICS IN NURSING PRACTICE :


DONNOR ORGAN

Disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Holistik


Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr.Rr.Sri Endang Pujiastuti,SKM.,Mkes.

Disusun Oleh :
Nama

: Ni Wayan Rahayu Ningtyas

NIM

: P1337420815007

Jurusan

: MTK Prodi Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


MAGISTER TERAPAN KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2015

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya zaman, dunia juga mengalami perkembangan
diberbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan
yaitu teknik

transplantasi

organ. Transplantasi

organ

merupakan suatu

teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi
dengan organ dari individu yang lain. Transplantasi organ juga merupakan
suatu tindakan pencangkokkan atau pemindahan seluruh atau sebagian organ
dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu bagian tubuh ke bagian lain
pada tubuh yang sama. Donor organ dapat merupakan orang yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal. Penelitian tentang transplantasi organ masih
terus dilakukan hingga saat ini.
Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke
manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah
pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain
atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama.
Transplantasi dilakukan untuk mengganti organ yang rusak atau tidak
berfungsi pada penerima.
Di Negara kita, transplantasi organ ataupun jaringan sudah diatur
dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan pada UUK pasal 33 dan
34 tentang dilakukannya transplantasi organ dan atau transplantasi jaringan
sebagai penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Penulis mengambil tema makalah Transplantasi organ dikarenakan
maraknya kasus transplantasi di Indonesia yang masih menjadi dilemma etik
dan adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat maupun dunia kesehatan.
Dan bagaimana peran keluarga dalam mengambil keputusan ketika pasien
sudah mendaftar untuk mendonorkan organnya, apakah ada penolakan dari
keluarga atau tidak.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan dari segi etika terhadap transplantasi organ.


2. Bagaimana peran keluarga dalam mengambil keputusan ketika pasien
sudah mendaftar untuk mendonorkan organnya, apakah ada penolakan dari
keluarga atau tidak.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan dari segi etika terhadap transplantasi organ.
2. Untuk mengetahui peran keluarga dalam mengambil keputusan ketika
pasien sudah mendaftar untuk mendonorkan organnya.

PEMBAHASAN

Di dalam jurnal yang dilakukan oleh Aldo Ferreira Hermosillo dkk di


Meksiko tahun 2014 seseorang dapat melakukan transplantasi organ sesuai
dengan keinginannya kepada seseorang yang sedang membutuhkan donor organ.
Di

dalam

melakukan

transplantasi

organ

tenaga

keperawatan

harus

mempertimbangkan penggunaan prinsip prinsip etika yang ada, diantaranya :


nonmaleficence (tidak membahayakan), otonomi, freedom (kebebasan), veracity
(kebenaran), justice (keadilan), benefecience (kemurahan hati) dan videlity
(kesetiaan). Berdasarkan jurnal tersebut seseorang dengan kesehatan menurun
atau beresiko memiliki suatu penyakit tidak boleh melakukan transplantasi organ,
dalam kenyataan yang ada di Meksiko seseorang dengan status kesehatan
prediabetikum masih dapat melakukan pendonoran ginjal kepada pasien diabetes
mellitus dengan kegagalan ginjal yang mengharuskan ia untuk mendapatkan
transplantasi organ untuk dapat bertahan hidup lebih lama. Hal tersebut
disebabkan karena tidak adanya calon pendonor yang cukup untuk dilakukan
transplantasi ginjal.
Protokol transplantasi yang paling sering digunakan di Meksiko tidak
menganggap pradiabetes sebagai kriteria eksklusi. Pada orang prediabetik dapat
juga terjadi perubahan metabolik yang mungkin membahayakan jiwa dalam
jangka panjang setelah transplantasi jika donor tersebut diterima. Meski begitu,
banyak dari mereka yang akhirnya dimasukkan karena tidak ada calon donor
cukup. Dalam menghadapi kebutuhan untuk cepat menerima donor prediabetik
sebelum kondisi klinis dari penerima dan evolusi penyakit menjadi pengecuali ia
sebagai calon penerima transplantasi, namun bila menggunakan ginjal yang
berpotensi rusak pada prediabetikum, kesehatan jangka panjang penerima maupun
pendonor harus dipertimbangkan. Mengingat implikasi etis serta bukti klinis dan
epidemiologis, peneliti menyimpulkan bahwa orang prediabetik tidak cocok untuk
melakukan donor ginjal.
Dalam melakukan suatu donor organ terdapat beberapa hal lain yang juga
menjadi kendala yaitu pengambilan keputusan yang dibuat oleh keluarga
pendonor yang sulit untuk dilakukan. Seperti pada jurnal (2015) yang dilakukan
oleh Jack de Groot dkk di Netherland ternyata masih terdapat penolakan oleh

keluarga pasien. Mayoritas negara penduduk Belanda bersedia menjadi donor.


Namun, hanya 44% dari seluruh orang dewasa telah terdaftar di Daftar Donor
Nasional. Dari mereka yang sudah terdaftar, 61% menyatakan kesediaan untuk
menyetujui pendonoran, 27% menolak persetujuan untuk donor dan 12%
keputusan diberikan untuk kerabat mereka atau orang yang telah ditunjuk. Ketika
almarhum telah terdaftar sebagai donor di Daftar Donor Nasional, hampir semua
kerabat di Belanda (94%) mengikuti keinginan keluarganya untuk donor.
Beberapa kasus, dimana almarhum tidak mendaftar, atau telah mendaftarkan
tetapi keputusan itu akan diserahkan kepada keluarganya atau kerabat memiliki
kewenangan penuh untuk memutuskan. Dalam kasus tersebut, 67% dari kerabat
menolak donasi atas nama donor potensial almarhum. Hal ini memperlihatkan
kontras yang cukup besar dengan kemauan umum mayoritas penduduk Belanda
untuk melakukan donor.
Sebagian besar keluarga almarhum menyatakan bahwa mereka merasa
bahwa mereka tidak kompeten untuk membuat. Keluarga almarhum non donor
menolak memberitahu bahwa mereka tidak tahu itu keinginan almarhum atau
tidak. Pendaftaran almarhum sebagai pendonor penting dilakukan karena untuk
mencegah dilema dalam pengambilan keputusan, terutama untuk keluarga donor.
Informed consent penting untuk dilakukan kepada keluarga pasien
sebelum diputuskan pembedahan pada donor. Walaupun di Belanda mayoritas
warganya bersedia untuk melakukan donor tetapi tetap perlu melakukan Informed
consent kepada keluarga almarhum untuk membuat suatu keputusan, walaupun
pada akhirnya keputusan tersebut bertentangan dengan kemauan umum warga di
Belanda untuk melakukan donor.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muhammad M Hammami dkk
(2012) menyebutkan bahwa sebagian besar responden mendukung donasi organ
anumerta selama ada informed consent kepada keluarga atau kerabat pasien
sehingga keluarga akan lebih mudah dalam membuat suatu keputusan yang tepat.
PENUTUP

Di dalam melakukan transplantasi organ tenaga kesehatan harus


mempertimbangkan penggunaan prinsip prinsip etika yang ada, diantaranya :
nonmaleficence (tidak membahayakan), otonomi, freedom (kebebasan), veracity
(kebenaran), justice (keadilan), benefecience (kemurahan hati) dan videlity
(kesetiaan).
Informed consent penting untuk dilakukan kepada keluarga pasien
sehingga keluarga dapat membuat suatu keputusan yang tepat sebelum diputuskan
pembedahan pada donor. Walaupun pada dasarnya di Negara Belanda mayoritas
warganya bersedia untuk melakukan donor tetapi tetap perlu melakukan Informed
consent kepada keluarga almarhum untuk membuat suatu keputusan, walaupun
pada akhirnya keputusan tersebut bertentangan dengan kemauan umum warga di
Belanda untuk melakukan donor.

Anda mungkin juga menyukai