Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang
wanita berusia 25 tahun dengan diagnosa Neoplasma Ovarium
Kistik Suspek Maligna Himen Imperforata dan adhesi adneksa.
Diagnosa

ditegakkan

berdasarkan

hasil

anamnesa

dan

pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang


berupa USG dan pemeriksaanlaboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan perut
membesar sejak 1 tahun yang lalu dan semakin membesar saat
ini, nyeri perut bagian bawah, demam, mual asites dan 1 tahun
terakhir tidak mentruasi. Ada beberapa kemungkinan diagnosis
untuk pasien dengan perdarahan abnormal disertai nyeri dan
benjolan pada perut bagian bawah antara lain yaitu neoplasma
ovarium kistik dan mioma uteri.
Penyebab Neoplasma ovarium kistik adalah stimulasi yang
berlebihan

terhadap

gonadotropin.

Selain

itu,

Gestational

tropoblastic neoplasma ( molahidatidosa dan khoriokarsinoma),


Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan
epitel permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik, dan
zat

karsinogen,

zat

radioaktif,

asbes,

virus

eksogen

dan

hidrokarbon polikistik. Pada pasien ini penyebabnya masih perlu


dicari.
Pada anamnesis rasa sakit atau tidak nyaman pada perut
bagian bawah. Rasa sakit tersebutakan bertambah jika kista
tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di
perut.

Tekanan

terhadap

alat-alat

di

sekitarnya

dapat

menyebabkan rasa tidaknyaman, gangguan miksi dan defekasi.


Dapat terjadi penekanan terhadap kandung kemih sehingga
menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering. Pada pasien

anamnesis yang didapatkan adalah keluhan perut sebelah kanan


disertai nyeri kadang-kadang sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri juga
dirasakan

saat

perut

ditekan

dan

disertai.

Pasien

tidak

mengalami penurunan berat badan. Riwayat haid teratur tiap


bulan, lama 7-8 hari, ganti pembalut 2-3 kali sehari. Akan tetapi
pasien tidak lagi menstruasi sejak 1 tahun yang lalu.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien
dengan kista ovarium adalah Kista yang besar dan dapat teraba
dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita premonopause yang
kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
mobile, permukaan massa umumnya rata. Serviks dan uterus
dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain,
termasuk fibroid dan nodul padaligamentum uterosakral, ini
merupakan
mungkin

keganasan

didapatkan

atau

asites

endometriosis.
yang

pasif.

Pada

Pada

perkusi

pasien

ini,

didapatkan pemeriksaan fisik didapatkan Teraba massa di


suprapubik,

mobile,

permukaan

rata,

dan

berbatas.

Pada

Merupakan

alat

pemeriksaan undulasi didapatkan hasil positif.


Pada
terpenting

Pemeriksaan
dalam

Penunjang,

menggambarkan

USG
kista

ovarium.

Dengan

pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah


tumor berasal dari uterus atau ovarium, apakah tumor kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang

bebas

dan

tidak

dapat

membantu

mengidentifikasi

karakteristik kista ovarium. Pengukuran serum CA-125, tes darah


dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui
apakah massa ini jinak atau ganas, dan laparoskopi perut diisi
dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan

laparoskop

melalui

laparoskopi

dapat

mengambil sedikit contoh kista untuk

diidentifikasi

dan

pemeriksaan PA. Pada

pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang antar lain. Pada


pasien ini dilakukan pemeriksaan USG Ginekologi didapatkan
kesan

neoplasma

ovarium

kistik

suspek

maligna

dengan

tampaknya massa kistik memenuhi rongga abdomen, massa


multipel dan kistik dengan bagian padat, asites positif, hepar
licin, ginjal kanan tidak dapat divisualisasi dan ginjal kiri dalam
batas normal. Dari pemeriksaan PA didapatkan uterus antefleksi
dengan ukuran 6,3 x 2,6 x 4,08 cm, EL (+), miometrium
homogen dan tampak massa kistik multiokuler ukuran 20 cm.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kista ovarium dapat dipakai prinsip
bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non neoplastik
tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang
tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.
Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi
untuk diperikasa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak
membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post
menopause, kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas
normal, aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista berukuran
kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi. Terapi bedah
diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan
kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista
benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi
harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan
kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan
konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak

diangkat untuk fertilitas di masa mendatang. Pengangkatan ovarium sebelahnya


harus dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi
serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi
dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk endometrioma dan sindrom
ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista
ovarium kompleks dengan serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien
dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu
pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen
section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor
ganas atau tidak. Penatalaksan yang dilakukan pada pasien meliputi laparotomi
dan salfingo oforektomi dengan premedikasi:
- Puasa
- IVFD RL 500cc
- Cefixime 2 x 500 mg tab
- Metronidazol 3 x 500 mg tab
- Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
- Sohobion 1 x 1 tab
Operasi dilakukan karena ukuran massa kistik yang melebihi 20 cm dan sudah
menggangu organ sekitar.
Prognosis pada pasien ini adalah Dubia ed Bonam jika penatalaksanaan telah
benar dan sesuai prosedur.

BAB V
KESIMPULAN

Kista ovarium merupakan pertumbuhan jaringan otot polos yang dapat


menimbulkan pembengkakan yang dapat berisi cairan maupun berbentuk padat.
Penemuan terbaru untuk penanganan kista ovarium dapat dilakukan laparoskopi.
Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi,
tergantung pada jenis usia wanita dan perlu atau tidaknya wanita hamil lagi,
sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali. Pada wanita
yang lebih tua (lebih dari 40 tahun) jalan yang baik adalah hysterectomytotalis
dan salping oophorectomy bilateral walaupun tidak terdapat tanda-tanda
keganasan.
Diperlukan deteksi dini terhadap semua keganasan penyakit kandungan
terutama kista ovarium yang kebanyakan dapat menjadi ganas.Penyakit ini disebut
juga silent killer karena gejala penyakitnya yang lambat terdeteksi oleh penderita
dan kebanyakan diketahui saat kista sudah besar.Menghindari faktor pemicu
timbulnya kista ovarium dan peningkatan status gizi sangatlah penting karena dari
tubuh yang sehat akan memperkecil kemungkinan untuk terjangkit penyakit.

Referensi:
1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor
Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I.
Jakarta :Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2000. p. 388-9.
2. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan
GinekologiIndonesia; 2006. p.130.
3. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
4. Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu
Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2005: 345-346.
5. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346
362.

Anda mungkin juga menyukai