Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Clubfoot atau Talipes Equinovarus adalah anomali kongenital di mana kaki
adalah plantar fleksi pada pergelangan kaki dan sendi subtalar , kaki belakang
terbalik , dan midfoot dan kaki depan yang adduksi dan terbalik . Kontraktur
jaringan lunak mempertahankan malalignments . Penyebab pasti dari kaki pengkor
tidak diketahui, tetapi faktor genetik mungkin termasuk infeksi intrauterin , infeksi
tulang , pembuluh darah dan saraf lesi telah dicurigai . Komplikasi termasuk " rocker
bottom " deformitas , gangguan pertumbuhan , dan berulang atau sisa cacat .

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana konsep medis dari Clubfoot atau Talipes Equinovarus ?
2. Bagaiman askep dari Clubfoot atau Talipes Equinovarus ?
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.

Untuk
Untuk
Untuk
Untuk

memenuhi tugas dari mata kuliah Muskuloskeletal


mengetahui konsep medis dari Muskuloskeletal
mengetahui askep dari Muskuloskeletal
menambah wawasan tentang asuhan keperawatan Muskuloskeletal

BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi
Clubfoot atau Talipes Equinovarus adalah anomali kongenital di mana kaki
adalah plantar fleksi pada pergelangan kaki dan sendi subtalar , kaki belakang
terbalik , dan midfoot dan kaki depan yang adduksi dan terbalik. Congenital Talipes
Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari
posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV adalah deformitas yang
meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan,
dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata
talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang
menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal
dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial).
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya
terpuntir ke dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi. Keadaan ini
disertai dengan meningginya tepi dalam kaki (supinasi) dan pergeseran bagian
anterior kaki sehingga terletak di medial aksis vertikal tungkai (adduksi). Dengan
jenis kaki seperti ini arkus lebih tinggi (cavus) dan kaki dalam keadaan equinus
(plantar flexi). Congenital Talipes Equino Varus adalah suatu kondisi di mana kaki
pada posisi Plantar flexi talocranialis karena m. Tibialis anterior lemah, Inversi ankle
karena m. Peroneus longus, brevis dan tertius lemah, Adduksi subtalar dan
midtarsal.

B. Klasifikasi CTEV
Literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu :
1. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau
memerlukan latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas
tulang, tetapi mungkin ditemukan penencangan den pemendekan jaringan
lunak secara medial dan posterior.
2. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia
atau artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukam koreksi bedah dan
memiliki insidensi kekambuhan yang yang tinggi.
3. Clubfoot idiopatik congenital, atau clubfoot sejati hampir
memerlukan intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang.

selalu

C. Etiologi CTEV
Etiologi Congenital Talipes Equino Varus sampai saat ini belum diketahui pasti
tetapi diduga ada hubunganya dengan : Persistence of fetal positioning, Genetic,
Cairan
amnion
dalam
ketuban
yang
terlalu
sedikit
pada
waktu
2

hamil(oligohidramnion), Neuromuscular disorder (Kadang kala ditemukan


bersamaan dengan kelainan lain seperti Spina Bifida atau displasia dari rongga
panggul). Ada beberapa teori yang kemungkinan berhubungan dengan CTEV:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi
dan muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum
yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek
terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain
hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekbvitar
minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu
deformitasclubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah
minggu ke-9, terjadilah deformitasclubfoot yang ringan hingga sedang. Teori
hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor
genetic yang dikenal sebagai Cronon.Cronon ini memandu waktu yang
tepat
dari
modifikasi
progresif
setiap
struktur
tubuh
semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal
maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibatintrauterine
crowding.
5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
7. Sindrom Edward, yang merupakan kelainan genetic pada kromosom nomer
18
8. Pengaruh luar seperti penekanan pada saat bayi masih didalam kandungan
dikarenakan sedikitnya cairan ketuban (oligohidramnion)
9. Dapat dijumpai bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain seperti spina
bifida
10.Penggunaan ekstasi oleh ibu saat sedang mengandung
D. Patofisiologi CTEV
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli
mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan
yang terbatas dalam rahim. Ahli lain mengatakan bahwa kelainan terjadi karena
perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat perkembangan kaki ke arah
fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada
fase tersebut akan menimbulkan deformitas dimana dipengaruhi pula oleh tekanan
intrauterine.
3

Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki, dan bilateral pada 50 % kasus.
Kemungkinan terjadinya deformitas secara acak adalah 1 : 1000 kelahiran.
Pemeriksaan pada bayi kaki pekuk menunjukkan equinus kaki belakang, varus kaki
belakang dan kaki tengah, adduksi kaki depan dan berbagai kekakuan. Semua
temuan ini adalah akibat dislokasi medial sendi talonavikuler. Pada anak yang lebih
tua, atrofi betisdan kaki lebih nyata daripada bayi, tanpa memandang seberapa
baik kaki terkoreksi atau fungsionalnya.
E. Manifestasi Klinis CTEV
1. Tidak adanya kelainan congenital lain
2. Berbagai kekakuan kaki
3. Hipoplasia tibia, fibula, dan tulang-tulang kaki ringan
4. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif
memendek.
5. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau
cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus.
Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang
dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis,
betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi.
6. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan
dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki
yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan
postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah
dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas.
Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan
menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit
equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan
terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan
kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat
penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.
7. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior
tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar
dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus
medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari
normal yaitu 85 menjadi 55 karena adanya perputaran subtalar ke medial.
8. Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis
anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otototot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal
kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae
mempunyai kekuatan yang normal.

9. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina


bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa
untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi.
Diagnosis Banding
1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat
dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan
cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali.
2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja.
Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi
dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.
F. Pemeriksaan Diagnostic CTEV
Deformitas ini dapat dideteksi secara dini pada saat prenatal dengan
ultrasonography atau terdeteksi saat kelahiran.
G. Penatalaksanaan CTEV
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan nonoperatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
1. Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk
penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan
terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan
koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up
untuk mencegah kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial cast
yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi
ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian cast ini diulangi secara teratur (dari beberapa
hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir
pertumbuhan yang cepat pada periode ini. Jika manipulasi ini tidak efektif,
dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan,
memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di
cast sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan
koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan
pada anak dengan anak dengan penggunaan cast. Anak memerlukan waktu yang
lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang
5

dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting
pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup
tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian cast
secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
Perawatan cast (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan
menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak
walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama. Perawatan cast
meliputi :
Biarkan cast terbuka sampai kering
Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada
hari pertama atau sesuai intruksi
Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit
dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal
Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya
rasa nyeri
Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otototot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda
kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast
dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

2. Operatif
1. Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :

Jika terapi dengan gibs gagal


Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

1. Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami


kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada
kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
2. Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini
dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus,
6

dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul


pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus
kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan
pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).
3. Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10
tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis
triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu :
art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.

H. Komplikasi CTEV
1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi
konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena
gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat
selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan
dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari
deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah
menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati.
Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang
memerlukan cangkok kulit.
2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi
setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan
tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan
saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk
oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas
dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya
usia
4. Komplikasi bila tidak diberi pengobatan : deformitas menetap pada kaki

I. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian

a. Biodata klien :
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat.
bayi laki-laki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok daripada
perempuan.
Kelainan ini sering terjadi pada anak laki-laki. Survei membuktikan dari
4 orang kasus Club foot, maka hanya satu saja seorang perempuan. Itu
berarti perbandingan penderita perempuan dengan penderita laki-laki adalah
1:3 dan 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar
dizigot.
b. Keluhan Utama :
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena adanya
keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan
kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia, fibula dan tulang-tulang kaki ringan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti Klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya
keadaan yang abnormal pada kakinya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
e. Riwayat Antenatal, Natal Dan Postnatal
1. Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
2. Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong,
cara persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria
dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.
Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan. Saat lahir anak menangis spontan
atau tidak.

3. Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan
dengan gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kulit,pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya
ashyksia, trauma dan infeksi.
a. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada
terakhir. Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar,
halus, social, dan bahasa.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman,
rumah tangga yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan
adat istiaadat, berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan
pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan
dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan.
c. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi anak sangat penting, dengan kelengkapan
imunisasi pada anak mencegah terjadinya penyakit yang mungkin timbul.
Meliputi imunisai BCG, DPT, Polio, campak dan hepatitis.
d. Pola Fungsi Kesehatan
Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur
anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan
frekuensi) pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan.
Adakah makanan yan disukai, alergi atau masalah makanan yang
lainnya).
Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu
dikaji BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta
bau). Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada
usia sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur,
hal-hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah
mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau
orang tua.
e. Pemeriksaan Fisik
Pantau status kardiovaskuler
Pantau nadi perifer

Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal untuk memastikan


sirkulasi yang adekuat pada ekstremitas tersebut
Perhatikan keketatan gips, gips harus memungkinkan insersi jari
diantara kulit ekstremitasdengan gips setelah gips kering

Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:

Nyeri Bengkak
Rasa dingin
Sianosis atau pucat

1. Kaji sensasi jari kaki

Minta anak untuk menggerakkan jari kaki


Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu berespon
terhadap perintah
Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda ancaman kerusakan sirkulasi
Intruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau kesemutan

2. Periksa suhu (gips plester)

Reaksi kimia pada proses pengeringan gips, yang meningkatkan panas


Evaporasi air, yang menyebabkan kehilangan panas

3. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau adanya nyeri tekan


4. Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang terkadang
dimasukkan oleh anak yang masih kecil
5. Observasi adanya tanda-tanda infeksi:

Periksa adanya drainase


Cium gips untuk adanya bau menyengat
Periksa gips untuk adanya bercak panas yang menunjukkan infeksi dibawah
gips
Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi dan ketidaknyamanan

6. Observasi kerusakan pernapasan (gips spika)

Kaji ekspansi dada anak


Observasi frekuensi pernafasan
Observasi warna dan perilaku

7. Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka):


Batasi area perdarahan
8. Kaji kebutuhan terhadap nyeri
II.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan
jaringan, kemungkinan kerusakan saraf
10

2. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan cidera fisik


3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gips
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
5. Ansietas berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips.

III. Rencana Asuhan Keperawatan

NO

DIAGNOSA
TUJUAN DAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Resiko tinggi
cidera
berhubungan
dengan adanya
gips,
pembengkakan
jaringan,
kemungkinan
kerusakan saraf

INTERVENSI

RASIONAL

Tujuan :
1. Tinggikan
ekstremitas
yang di gips

Pasien tidak
mengalami
kerusakan
kerusakan
neurologis atau
sirkulasi dan
Pasien
mempertahankan
integritas gips

2. Kaji bagian
gips yang
terpajan
untuk
mengetahui
adanya
nyeri, , nyeri
bengkak,
perubahan
warna
(sianosis
atau pucat),
pulsasi,
hangat, dan
kemampuan
untuk
bergerak

Kriteria Hasil:

Jari kaki
hangat, merah
muda, sensitif, dan
menunjukkan
pengisian kapiler
dengan segera

Gips
mengering dengan
cepat, tetap bersih
dan utuh

3. Rawat gips
basah
dengan
telapak
tangan,
hindari
penekanan
gips dengan
ujung jari

11

1. Untuk
menurunkan
pembengkakan,
karena
peninggian
ekstremitas
meningkatkan
aliran balik
vena
2. Adanya tandatanda tersebut
menandakan
terjadinya
gangguan
sirkulasi
3. Karena
penekanan
dapat
menyebabkan
area tekan
4. Untuk
melindungi tepi
gips dan
mencegah
iritasi kulit
5. Untuk
mengeringkann

(gips
plester)

ya dari dalam
keluar

4. Tutupi tepi
gips yang
kasar
dengan
petal
adesif

6. Karena dapat
terjadi luka
bakar dan gips
hanya akan
kering di bagian
luar tetapi tidak
di bagian dalam

5. Jangan
menutupi
gips yang
masih basah
6. Jangan
mengeringk
an gips
dengan
kipas
pemanas
atau
pengering
7. Gunakan
kipas biasa
di
lingkungan
dengan
kelembaban
tinggi
8. Bersihkan
area yang
kotor dari
gips dengan
kain basah
dan sedikit
pembersih
putih yang
rendah
abrasif.

12

7. Untuk sirkulasi
udara
8. Agar area tetap
bersih dan tidak
terjadi abrasi

2. Gangguan rasa
nyaman (Nyeri)
berhubungan
dengan cidera
fisik

Tujuan :
1. Berikan
posisi yang
nyaman,
gunakan
bantal untuk
menyokong
area
dependen

ketidaknyamanan
yang dialami
pasien tidak ada
atau minimal
Kriteria Hasil:
Anak tidak
menunjukkan
bukti-bukti
ketidaknyamanan

2. Bila perlu
batasi
aktivitas
yang
melelahkan

ketidaknyamanan
minor dapat
ditoleransi

3. Hilangkan
rasa gatal
dibawah
gips dengan
udara dingin
yang
ditiupkan
dari spuit
asepto, fan,
atau
pengering
rambut.

1. Mengurangi
ketegangan
ekstremitas
yang di gips
2. Untuk
mencegah nyeri
3. Udara dingin
dapat
mengurangi
rasa gatal
4. Karena
substansi ini
mempunyai
kecenderungan
untuk
menggumpal
dan
menimbulkan
iritasi

4. Hindari
menggunak
an bedak
atau lotion
dibawah
gips

3. Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan gips

Tujuan :
Pasien tidak
mengalami iritasi
kulit
Kriteria Hasil :
Tidak
ditemukannya
tanda-tanda
13

1. Pastikan
bahwa
semua tepi
gips halus
dan bebas
dari
proyeksi
pengiritasi

1. Tepi gips yang


tidak halus
dapat
mengiritasi kulit

2. Jangan

3. Untuk

2. Untuk
mencegah
trauma kulit

kerusakan
integritas kulit

membiarkan
anak
memasukka
n sesuatu ke
dalam gips
3. Waspadai
anak yang
lebih besar
untuk tudak
memasukka
n bendabenda
kedalam
gips,
jelaskan
mengapa ini
penting
4. Jaga agar
kulit yang
terpajan
tetap bersih
dan bebas
dari iritan

mendorong
kepatuhan
4. Karena kulit
yang tidak
bersih dapat
memicu
timbulnya iritasi
5. Karena kulit
dapat teriritasi
akibat adanya
air di dalam
gips
6. Karena gips
akan mengeras
dengan kulit
terdeskuamasi
dan sekresi
sebasea

5. Lindungi
gips selama
mandi,
kecuali jika
gips sintetik
tahan
terhadap air
6. Selama gips
dilepas,
rendam dan
basuh kulit
dengan
perlahan

4. Kerusakan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kerusakan

Tujuan :
1. Dorong
untuk
ambulasi
sesegera

Pasien
mempertahankan
penggunaan otot
14

1. Untuk
meningkatkan
mobilitas

muskuloskeletal
pada area yang
tidak sakit

mungkin
2. Ajarkan
penggunaan
alat
mobilisasi
seperti kurk
untuk kaki
yang di gips

Kriteria hasil :

Ekstremitas
yang tidak sakit
tetap
mempertahankan
tonus otot yang
baik.

3. Dorong
anak
dengan alat
ambulasi
untuk
berambulasi
segera
setelah
kondisi
umumnya
memungkin
kan

Anak
melakukan
aktivitas yang
sesuai dengan usia
dan kondisi anak

4. Dorong
aktivitas
bermain dan
pengalihan
5. Dorong
anak untuk
menggunak
an sendisendi di atas
dan di
bawah gips

15

2. Untuk
membantu
melatih
ekstremitas
dengan bantuan
3. penopang berat
badan
4. Untuk melatih
dan
meningkatkan
mobil
5. Untuk melatih
otot yang tidak
sakit
6. Untuk
mempertahank
an fleksibilitas
dan fungsi
sendi

5. Ansietas
Tujuan :
berhubungan
dengan
Pasien
penggunaan dan mendapatkan
pengangkatan
dukungan yang
gips.
adekuat selama
pemasangan dan
pengangkatan gips

1. Jelaskan apa
yang akan
dilakukan
dan apa
yang dapat
dilakukan
anak untuk
membantu

Kriteria Hasil :
2. Jelaskan apa
yang akan
dialami
anak selama
pengangkat
an gips;
kebisingan
gergaji,
sensasi geli
karena
getaran,
ketidakmun
gkinan
cidera
karena
prosedur,
menunjukka
n keamanan
gergaji pada
diri sendiri
dan orang
lain

Anak menjalani
prosedur
pemasangan dan
pengangkatan gips
dengan distres
minimal dan kerja
sama

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

16

1. Menghilangkan
rasa takut dan
mendorong
kerja sama
2. Menghilangkan
rasa takut kulit
terpotong

Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot


merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum
dimana kaki berubah dari posisi normal yang umum terjadi pada anak-anak. CTEV
adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai,
adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz).
Penyebab pasti dari clubfoot sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli
mengatakan bahwa kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergerakan
yang terbatas dalam rahim dan perkembangan embryonic yang abnormal yaitu saat
perkembangan kaki ke arah fleksi dan eversi pada bulan ke-7 kehamilan.
Treatment dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan
yaitu : koreksi dari deformitas,mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot
normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
Pemasangan gips serial segera dimulai setelah kelahiran.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca khususnya
pada orang tua, jika mempunyai bayi baru lahir, sebaiknya memperhatikan kondisi
bayinya, bila orang tua malihat ketidaksesuain bentuk dari kedua kaki bayi
segeralah meminta konfirmasi pada petugas medis tentang keadaan kaki bayi. Bila
ternyata ada kelainan sebaiknya segera berobat ke dokter spesialis orthopedic
untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin karena pengobatan CTEV ini
secara bertahap dan berkelanjutan sehingga harus sabar dan rutin kontrol serta
mematuhi anjuran dokter agar tercapai hasil yang optimal.
Selain itu, diharapkan juga kepada tenaga medis khususnya perawat agar
lebih tepat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan CTEV.

17

Anda mungkin juga menyukai