Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Di susun oleh :
Imam Satriadi
1511040058

PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016

A. PENGERTIAN
1. Partus Spontan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mansjoer,
2001). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin ke dalam jalan lahir (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,
presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan
panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir dengan kekuatan ibu sendiri (Manuaba, 1998).
Persalinan normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2007).
Dari beberapa pengertian di atas persalinan normal atau partus
spontan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
yang cukup bulan melalui jalan lahir tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya
tanda persalinan (Manuaba, 1998).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
satu jam atau lebih sebelum terjadi persalinan (Mochtar, 1998).
Menurut

Mochtar

(1998),

berpendapat

ketuban

pecah

dini

disebabkan oleh kekuatan membran/tekanan intra uteri yang disebabkan

oleh infeksi, penyebab belum jelas, selaput ketuban terlalu tipis, infeksi
kontinuitas, faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi dalam
multipara, malposisi, servik inkompeten,ketuban pecah diniontofesial
(amnionitis) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Menurut Mansjoer (1998), manifestasi klinis dari KPD adalah
keluaran air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau
kecoklatan sedikit atau banyak. Dapat disertai demam bila sudah ada
infeksi, janin mudah diraba, inspekulo (tampak air ketuban mengalir atau
selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering).
Menurut Mochtar (1998), komplikasi dari ketuban pecah dini adalah
pada anak akan terjadi asfiksia dan prematuritas pada ibu: partus akan
menjadi lama dan infeksi atonia uteri, perdarahan postpartum atau infeksi
nifas. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, suhu badan
naik, nadi cepat dan tampaklah gejala-gejala infeksi.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1.

Anatomi

Gbr. 1. Genetalia eksterna (Wiknjosastro, 2007)

Gbr. 2. Genetalia interna (Wiknjosastro, 2007)


a. Alat reproduksi bagian luar
Menurut Manuaba (1998), alat-alat reproduksi bagian luar
(eksterna) terdiri dari organ-organ sebagai berikut antara lain : a) Mons
veneris merupakan bagian yang menonjol dibagian simpisis terdiri dari
jaringan lemak dan sedikit jaringan, b) labia mayora merupakan
kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong kedua bibir ini di
bagian bawah bertemu membentuk perineum, c) labia minora
merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut di bagian
atas klitoris, d) klitoris merupakan bagian alat reproduksi luar yang
bersifat erektil mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sensoris sehingga sangat sensitif, e) vestibulum merupakan alat
reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil, bagian atas
klitoris, bagian bawah (belakang) pertemuan kedua bibir, f) kelenjar
bartholini merupakan kelenjar yang penting di daerah vulva karena
dapat mengeluarkan lendir, g) hymen merupakan jaringan yang
menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan mudah robek.
b. Alat reproduksi bagian dalam
Menurut Manuaba (1998), alat reproduksi bagian dalam (interna)
terdiri dari organ-organ sebagai berikut: a) vagina merupakan saluran
muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva, b)
uterus merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rektum. Bentuk uterus seperti bola lampu

dan gepeng. Ukuran uterus tergantung usia wanita dan paritas terdiri
dari anak-anak

2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm, c) tuba

fallopi terdapat di tepi atas ligamentum latum. Tuba fallopi merupakan


tubulo-muskuler dengan panjang 12 cm dan diameter 3-8 cm, d)
ovarium terdiri dari 2 buah yaitu korteks ovari mengandung
folikel(primordial), medulla ovari terdapat pembuluh darah dan limfe
serta saraf-saraf, e) parametrium merupakan jaringan ikat yang
terdapat diantara kedua lembar ligamentum latum.
2. Fisiologi
Menurut Mochtar (1998), Manuaba (1998), fungsi uterus yaitu
mempersiapkan tempat untuk ovum yang telah mengalami fertilisasi,
memberi makan ovum yang telah dibuahi selama masa kehamilan, untuk
mengeluarkan hasil konsepsi setelah cukup umur, untuk mengadakan
involusio setelah kelahiran bayi. Fungsi ovum yaitu produksi ovum,
produksi estrogen, produksi progesterone. Fungsi tuba fallopi yaitu
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, tempat
pertumbuhan dan perkembanganhasil konsepsi. Fungsi vagina yaitu:
saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat
hubungan seks, jalan lahir pada waktu persalinan.
C. ETIOLOGI
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung, merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis,yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.Ketuban pecah dini
disebabkan

oleh

karena

berkurangnya

kekuatan

membran

atau

meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut,

berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang


dapat berasal dari vagina dan serviks(Prawirohardjo, 20 06).
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
"mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
E. KOMPLIKASI
(1) Tali pusat menumbung. (2) Prematuritas, persalinan preterm, jika
terjadi pada usia kehamilan preterm. (3) Oligohidramnion, bahkan sering
partus kering (dry labor) karena air ketuban habis. (4) infeksi maternal :
infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterine, korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri
uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat),
endometritis. (5) Penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian
janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak
lintang), trauma pada waktu lahir dan Premature. (6) komplikasi infeksi
intrapartum. (7) komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas
miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan
intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok
septik sampai kematian ibu. (8) komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis
perinatal sampai kematian janin.
F. KONSEP NIFAS
1. Pengertian Nifas

Nifas adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan


pada keadaan yang normal berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari
(Manuaba,1998) . Nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil lamanya
yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998). Nifas adalah periode waktu atau masa
dimana organ-organ reproduksi kembali pada keadaan tidak hamil (Farrer,
2001). Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa macam pendapat nifas adalah
masa yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali alat-alat reproduksi
seperti sebelum hamil berlangsung selama seminggu.
Menurut Mochtar (1998), nifas dibagi dalam 3 periode antara lain :
peurperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan, peurperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu, remote peurperium adalah
waktu yang diperlukan sempurna terutama bila sebelum hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan dan tahunan.
2.Adaptasi Fisiologi Post Partum
Menurut Mochtar (1998), Farrer (2001), Bobak (2005), adaptasi
fisiologi post partum antara lain :
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uteri berada setinggi
umbilikus dan berat uterus 1000 gram. Uterus kemudian mengalami
involusio dengan cepat selama 7 10 hari pertama dan selanjutnya
proses involusio ini berlangsung lebih berangsur-angsur. Setelah
postnatal 12 hari, uterus biasanya sudah tidak dapat diraba melalui

abdomen, dan setelah 6 minggu, ukurannya sudah kembali pada


ukuran tidak hamil, yaitu tingginya 8 cm dengan berat 50 gram.
2)

Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Macam-macam lochea : a) lochea rubra : berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput kepala ketuban, sel-sel desidua,
verniks kasiosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan, b) lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir dari hari ke 3-7 pasca persalinan, c) lochea serosa
berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan, d) lochea alba cairan putih setelah 2 minggu, e) lochea
parulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk,
f) lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.

3) Serviks
Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari
tangan setelah 6 minggu postnatal servik menutup.
4) Vulva vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada


keadaan sebelum melahirkan.
b. Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ
pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih
kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
c. Sistem Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.
Kemungkinan terdapat spasme spingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan.
d. Sistem gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong
jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah
perineum dapat menghalangi keinginan untuk ke belakang.
e.

Sistem kardiovaskuler
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan
berlangsung dramatis dan cepat. Tiga perubahan fisiologis paskapartum
yang melindungi wanita : (1) hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang
mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15%, (2)
hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi, (3) terjadi mobilisasi air ekstra vaskuler yang disimpan
selama hamil.

f.

Sistem muskuloskeletal
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai minggu
kedelapan setelah wanita melahirkan.

g. Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan kecil sementara, baik peningkatan darah
sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama empat hari
setelah melahirkan. Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat wanita
tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan. Setelah
rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, dan
implus titik maksimum dan EKG kembali normal.
3. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada post partum menurut Hamilton (1995),
proses parenting ada 3 tahap yaitu : a) periode taking in (ketergantungan),
terjadi pada hari 1-2 post partum. Ibu membutuhkan perlindungan dan
pelayanan, dan ibu memfokuskan energi pada bayi barunya. Ia mungkin
selalu

membicarakan

pengalaman

melahirkan

berulang-ulang,

b)

periodetaking hold (ketergantungan-ketidaktergantungan), mulai pada hari


ke-3 setelah melahirkan dan berakhir pada minggu ke-4 sampai ke-5.
Sampai hari ke-3 ibu siap untuk menerima peran baru dan belajar tentang
semua hal-hal yang baru. Akibat pengaruh hormonal yang sangat kuat,
keluarkan ASI, uterus, perinium terus dalam proses penyembuhan pasien
menjadi keletihan. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan dan penyembuhan fisik dapat
istirahat dengan baik. c) periode Letting go (mandiri kesan baru / saling
ketergantungan), dimulai sekitar minggu ke-5 sampai ke-6 setelah
melahirkan. Sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota
baru, tubuh pasien telah sembuh, perasaan rutinnya telah kembali secara
fisik ibu mampu untuk menerima tanggung jawab normal.

G. PATOFISIOLOGI
Menurut Mochtar (1998), Mansjoer (1999), Syaifudin (2002),
ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu
jam atau lebih sebelum terjadi persalinan pada primipara pembukaan
kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm dengan penyebab yang
tidak diketahui. Beberapa bukti bahwa bakteri atau sekresi maternal yang
dapat menyebabkan iritasi dapat menghancurkan ketuban. Berkurangnya
kekuatan membran atau meningkatnya intrauteri juga dapat menyebabkan
ketuban pecah dini. Berkurangnya membran disebabkan oleh adanya
infeksi yang berasal dari vagina dan serviks. Penanganan ketuban pecah
dini memerlukan pertimbangan diantaranya usai gestasi, adanya infeksi
pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Dalam
penanganan ketuban pecah dini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
konservatif, dilakukan di RS dengan pemberian antibotik dan cara yang
kedua adalah secara aktif, cara ini dilakukan apabila kehamilan lebih dari
37 minggu, dilakukan 6-12 jam. Setelah periode parten dan diberikan
antibiotik
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mochtar (1998), untuk menilai apakah ketuban sudah
pecah atau belum, kadang meragukan apabila pembukaan kanalis
servikalis belum terjadi.
Menurut Prawirohardjo

(2006),

cara

untuk

menilai

atau

menentukan ketuban sudah pecah dengan menggunakan cara : (1) dengan


cairan ketuban yang ada di vagina jika tidak dapat dicoba dengan sedikit
bagian terbawah janin, (2) dengan tes khusus dimana lakmus merah
menjadi biru yang menandakan cairan sudah pecah dan lakmus dapat
diketahui usia janin atau kelainan janin, (3) pemeriksaan USG juga dapat
membantu mengetahui usia kahamilan janin, dan (4) cairan ketuban
berbau, suhu badan ibu meningkat

30 C dan tes LEA (Leukosit

Enterance Authority) yang menunjukan hasil leukosit darah tinggi dari


15.000 /mm, menandai terjadinya infeksi janin, mengalami takikardi, dan
mungkin mengalami infeksi intra uteri.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
Menurut Wiknjosastro (2007), penatalaksanaan umum pada ibu
post partum antara lain : a) mobilisasi umumnya wanita sangat lelah
setelah melahirkan. Karenanya, ia harus cukup istirahat. Delapan jam
pertama wanita tersebut harus tidur terlentang untuk mencegah
terjadinya perdarahan post partum, b) diet yang diberikan harus
bermutu tinggi dengan cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan
karena wanita tersebut mengalami hemokonsentrasi, c) berkemih harus
secepatnya dapat dilakukan sendiri. Tidak jarang wanita tidak dapat
kencing sendiri akibat pada partus muskulus sfingter vesika et uretrea
mengalami tekanan oleh kapala janin, sehingga fungsinya terganggu.
Bila kandung kemih penuh dan wanita tersebut tidak dapat berkemih
sendiri,sebaiknya dilakukan katerisasi dengan memperhatikan jangan
sampai terjadi infeksi, d) buang air besar harus ada dalam 3 hari pos
partum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal
demikian dapat dilakukan klisma, e) delapan jam post partum wanita
tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang
timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, seperti wanita yang menderita tifus abdominalis, tuberculosis
aktif, vitium kordis berat, tireotoksikosis, diabetes mellitus berat,
psikosis, puting susunya tertarik ke dalam, f) perawatan kedua payudara
harus sudah dirawat selama kehamilan, areola mammae dan puting susu
dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap
lemas, jangan sampai kelak mudah lecet atau pecah-pecah. Sebelum
menyusui payudara harus dibikin lemas dengan melakukan massage
secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan puting dibersihkan,
barulah bayi disusui.

2. Pelaksanaan Keperawatan
a. Pathway Keperawatan
Kekuatan membran
menurun
Bakteri/sekresi
Tekanan
intra uteri
meningkat maternal
Tidak diketahui

KPD
Konservatif

Aktif

Perawatan di RS

Kehamilan kurang
dari 37 minggu

Pemberian antibiotik

Induksi
Partus Spontan
Post Partum Spontan

Perinium terjadi pemekaran dan peregangan


Payudara
Penurunan kontraksi otot pada intestinal

Trauma
Jaringan

Mencapai kapasitas
yang penuh

Terputusnya kontinuitas jaringan


Tidak lancar

BAB
terhambat
Konstipasi

Nyeri akutResiko Infeksi Menyusui


tidak efektif
Sumber : Doengoes (2000), NANDA (2002), Wiknjosastro (2007), Mochtar
(1998).
b. Fokus Intervensi Keperawatan Doengoes (2001), NANDA (2002).
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri akut


hilang atau teratasi.
Kriteria hasil:
-

Nyeri hilang atau berkurang.

Klien mengungkapkan nyeri berkurang.

Klien rileks dan dapat istirahat dengan baik.


Intervensi:

Kaji skala nyeri.

Tentukan lokasi dan karakteristik nyeri.

Observasi keadaan luka.

Ukur tanda-tanda vital.

Ajarkan tekhnik relaksasi tarik nafas dalam.

Berikan lingkungan yang nyaman.

Kolaborasi medis pemberian analgetik.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko infeksi
teratasi.
Kriteria hasil :
-

Mendemonstrasikan tekhnik untuk menurunkan resiko infeksi.

Kaji adanya tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, calor, fungsio


laesa).
Intervensi :

Ukur tanda-tanda vital.

Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan yang tepat.

Kaji tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, calor, fungsio laesa).

Motivasi pasien untuk diit tinggi protein.

Kolaborasi medis, pemberian antibiotik sesuai indikasi.

3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah konstipasi


teratasi.
Kriteria Hasil:
-

Mempertahankan konsistensi / pola defekasi umum.

Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi / solusi


tepat yang berkenaan dengan situasi individu.
Intervensi:

Auskultasi, bising usus.

Kaji terhadap adanya hemoroid.

Berikan informasi diit yang tepat tentang peningkatan makanan kasar,


peningkatan cairan.

Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas.

Kolaborasi medis: berikan laktasi, supositoria.

4) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan pembengkakan payudara,


pengetahuan kurang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah menyusui
tidak efektif teratasi.
Kriteria hasil:
-

ASI keluar lancar.

Mengungkapkan pemahaman tentang menyusui.

Ibu mampu menyusui dengan tepat.


Intervensi:

Kaji pengetahuan dan pengalaman pasien tentang menyusui.

Kaji keadaan payudara pasien.

Berikan informasi mengenai cara menyusui efektif.

Ajarkan cara perawatan payudara (breast care).

Anjurkan makan makanan yang bergizi.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
(1) Biodataklien :Biodataklienberisitentang : Nama, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, NamaSuami,
Umur, Pendidikan, Pekerjaan ,Suku, Agama, Alamat, TanggalPengkajian.
(2) Keluhan utama :Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning,
hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban
tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban
mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering
(3) Riwayat haid : Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah
yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir,
perkiraan tanggal partus
(4) Riwayat Perkawinan : Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke
berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan
orang tua?
(5) Riwayat Obstetri : Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk
situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan
pengobatan yang diperoleh
(6) Riwayat penyakit dahulu : Penyakit yang pernah di diderita pada masa
lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat
pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau
kambuh berulang ulang
(7) Riwayat kesehatan keluarga : Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit,
apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital
atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
Kebiasaan sehari hari : (1)Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan
KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan. (2)Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD
mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi

terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur


(penekanan pada perineum). (3)Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis,
setelah

melahirkan,

adakah

inkontinensia

(hilangnya

infolunter

pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau


tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB
karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.(5)Personal Hygiene :
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
(6)Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan
KPD di anjurkan untuk bedresh total. (7)Rekreasi dan hiburan : Situasi
atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
Pemeriksaan fisik : (1)Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu. (2)Head To Toe. (3)Rambut

: warna

rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet. (4) Mata

sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah


palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak,
apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya
ibu hamil konjungtiva anemis. (5) Telinga

: apakah simetris kiri dan

kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt
bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik /
tidak. (6) Hidung

: apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak,

apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik /


tidak. (7) Mulut dan gigi

: bagaimana keadaan mukosa bibir klien,

apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan
dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih /
tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada
umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami
penurunan kalsium. (8) Leher

: apakah klien mengalami pembengkakan

tyroid. (9) Paru paru. Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada
nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet,

frekuensi pernafasan nya. (10) Palpasi : apakah ada teraba massa / tidak ,
apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah
simetris / tidak antara kiri dan kanan Perkusi : bunyi Paru. Auskultasi :
suara nafas . (11) Jantung : Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi /
lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak. Palpasi : frekuensi jantung
berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula. Perkusi :
bunyi jantung. Auskultasi : apakah ada suara tambahan / tidak pada
jantung klien. (12) Abdomen : I : keadaan perut, warna nya, apakah ada /
tidak luka lesi dan lecet : P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase
kepala apakah sudah masuk PAP / belum. P : bunyi abdomen. A : bising
usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak (12) Payudara : puting
susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi
ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
Ekstremitas Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada
oedema / tidak. Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema /
tidak. (13) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema /
tidak pada daerah genitalia klien. (14) Intergumen : warna kulit, keadaan
kulit, dan turgor kulit baik / tidak.

DAFTAR PUSTAKA

DepartemenKesehatan RI, 2001, KonsepAsuhanKebidanan, Jakarta.


Manuaba,

Ida

bagusGede,

1998,

IlmuKebidananPenyakiKandungandan

KB,

PenerbitBukuKedokteran, EGC : Jakarta.


Muhtar, Rustam, etc, 1998, SinopsisObstetri, Jilid I,PenerbitBukuKedokteran, EGC :
Jakarta.

Prawirohardjo,

Sarwono,

1997,

IlmuKebidanan,

Edisi

III,

PenerbityayasanBinaPustaka : Jakarta.
___________________, 2001, BukuAcuanNasionalPelayananKesehatan Maternal dan
Neonatal, CetakanKedua, Penerbit JNPKKR POGI danYayasanBinaPustaka :
Jakarta.
Saefuddin, Abdul Bari, 2002, BukuPanduanPraktisPelayananKesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta : YBP-SP, 2002.
Sastrawinata, Suliman, 2005, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2,
FKUP : Jakarta.
Varney, Hellen, 1997, Midwifery, Edisiketiga.

Anda mungkin juga menyukai