Anda di halaman 1dari 9

17 ALASAN MEMBENARKAN WANITA MENJADI PEMIMPIN DAN ANALISISNYA

Oleh: Muhammad Tholib / Publikasi: Sabtu, 30 Agustus 2014 14:13


1. Alasan ke 1 Tidak ada ayat yang secara tegas melarang wanita menjadi
pemimpin
Analisis : Pola kalimat dalam al-Quran dalam menetapkan suatu larangan ada
kalanya dalam bentuk fiil nahi (larangan) atau fiil nafi (pembatalan umum) atau
berupa kalimat berita tetapi maksudnya mengandung larangan. Mengenai larangan
dan pembatalan hal ini telah kita fahami bersama, adapun contoh mengenai
pengabaran yang bersifat larangan adalah firman Allah surat al baqoroh ayat 228
dan abasa ayat 1-2.
Adapun dalil menenai mengenai larangan wanita menjadi pemimpin pemerintah
atau negara disebutkan dalam kalimat berita sebagaimana termaktub dalam al
baqoroh ayat 228 :
Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya.
dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Syeikh Muhammad Abduh rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya bahwa yang
dimaksud dengan derajat dalam ayat ini adalah kepemimpinan dan melaksanakan
kebaikan .
Orang yang menentang hal ini perlu mendalami bahasa arab supaya mengerti alQuran dan pola-pola kalimat bahasa arab yangberlaku di lingkungan ahli bahasa
arab.
2. Alasan ke 2 Surat an Nisa ayat 34 hanya berkaitan dengan
kepemimpinan keluarga
Analisis : untuk menguji logika tersebut perlu kita ketahui bersama dengan pikiran
yang logis :

Bila dalam ruang lingkup yang kecil saja Allah Subhanahu wa Taalatelah
memberikan hak kekuasaan pada laki-laki lantas bagaimana dengan perkara
yang besar seperti mengatur negara?

Pendapat yang mengatakan ayat itu hanya membatasi kekuasaan dalam


keluarga maka kita perlu tengok kembali para ulama salaf bahkan ulama
sekarang dalam menafsirkan ayat tersebut. Mereka para ulama memberikan
penjelasan bahwa kepemimpinan itu adalah kepemimpinan dalam segala
aspek kehidupan tidak hanya terbatas pada keluarga. Diantara para ulama
tafsir yang berpendapat demikian adalah Syihabuddin al Baghdadi
rahimahullah dalam ruhul maani, imam as Syaukani rahimahullah dalam
fathul qodir serta imam ThobathabaI rahimahullah dalam tafsir mizan.

3. Alasan ke 3 Perempuan dan laki-laki sama sebagai kholifah


Analisis : Kata kholifah memiliki tiga makna yaitu :

Pengganti, seperti termaktub dalam surat al baqoroh ayat 30, dan yunus ayat
14.

Nabi, seperti termaktub dalam shaad ayat 26.

Penghuni, seperti termaktub dalam surat al araf ayat 129

Dengan demikian jelaslah bahwa apa yang dikoarkan oleh orang-orang bahwa yang
dimaksud kholifah adalah pemimpin tidaklah terbukti, karena kholifah sama sekali
tidak ada yang bermakna pemimpin. Adapun jika yang dimaksud kholifah adalah
Nabi maka sungguh Allah Subhanahu wa Taala tidak mengakat dari para Rosul dan
Nabi-Nya dari golongan wanita sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Anbiya ayat
7:
Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan
beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah
olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui.
Adapun kata kholifah dalam surat al Baqoroh adalah pengganti, dan tidak ada yang
mengetahui siapa yang telah digantikan oleh manusia. Akan tetapi sebagian ahli
tafsir mengatkan bahwa yang diganti adalah mahluk yang sebelumnya yaitu jin.
4. Alasan ke 4 Laki-laki dan perempuan sama martabat dan harkatnya
Allah Taala berfirman dalam surat al Mukmin ayat 40 :
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka dia tidak akan dibalasi
melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan barangsiapa mengerjakan amal
yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,
Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.
Dan dalam surat an Nisa ayat 32 :
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang lakilaki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Analisis : Martabat dan harkat laki-laki dan perempuan dalam mendapatkan pahala
dan siksa memang dinyatakan sama oleh Islam. Akan tetapi posisi laki-laki dan
perempuan berbeda. Dan ayat 40 surat al Mukmin sama sekali tidak memberikan

dasar pengakuan terhadap hak kepemimpinan perempuan dalam masalah


pemerintahan dan kenegaraan.
Gerakan perempuan yang menuntut persamaan mutlak dengan laki-laki yang
dikenal dengan gerakan gender bukanlah gerakan modern akan tetapi hal ini telah
ada sejak zaman jahiliyah yang muncul ditengah-tengah kaum muslimin pada awal
berdirinya masyarakat Islam di Madinah seperti tersebut dalam haidits riwayat
Tirmidzi dan Hakim.
5. Alasan ke 5 Perempuan juga bertanggung jawab membangun
pemerintah
Allah Taala berfirman dalam surat at Taubah ayat 71:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Analisis : Ayat 71 surat at Taubah menegaskan bahwa perempuan sebagai
pembantu dan penolong kaum laki-laki dalam membangun masyarakat yang islami
tidak lah dituntut untuk beramai-ramai terjun ke masyarakat dengan meninggalkan
urusan keluarganya. Dalam praktek riil pada masa Rosulullah Shalallahu alaihi wa
Salam yang melaksanakan tugas jihad melawan orang-orang kafir dan munafiq
beliau selalu bebankan kepada kaum laki-laki adapun perempuan mereka hanya
membantu merawat dan menyiapkan logistic pasukan.
Jika ada yang berkata, kalau begitu dalam urusan menegakan sholat, zakat,
menaati Allah Taala dan Rosul-Nya peran wanita juga hanya sebagai pembantu
terhadap kaum laki-laki?
Maka hal ini kita jawab bahwa perkara ini adalah berbeda karena sholat, zakat, dan
taat kepada Allah Taala dan Rosul-Nya adalah perkara yang fardu ain (wajib bagi
setiap orang) dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Oleh karena itu
memahamai ayat 71 di atas tidak lepas sendiri dari kaitan permasalahannya
dengan ayat 73.
6. Alasan ke 6 Islam memberi hak politik kepada wanita
Allah Taala berfirman dalam surat As Syuraa ayat 38 :
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka.

Analisis : Hak musyawarah bagi perempuan sebagaimana disebut pada ayat


tersebut tidak sendirinya dapat dijadikan dasar hukum bahwa perempuan juga
mempunyai hak memimpin pemerintah dan negara. Hak seperti ini telah Allah
Taala khususkan bagi laki-laki seperti tersebut dalam uraian point 1 dan 2.
7. Alasan ke 7 Al Quran mengisahkan adanya kerajaan yang dipimpin oleh
seorang wanita Allah berfirman dalam surat Al Naml ayat 22-23 :
Artinya : Maka tidak lama kemudian (hudhud) datang, lalu berakata:Aku telah
mengeathui seseuatu yang tidak engaku ketahui dan aku membawa keapadamu
dari negeri saba sebuah berita yang benar. Sesungguhnya aku menjumpai seorang
perempuan yang memerintah negeri mereka dan dia diberi segalanya serta
mempunyai singgahsana yang besar.
Analisis : Bilqis menjadi ratu di negeri Saba yang masyarakatnya musyrik. Setelah
Bilqis masuk Islam di hadapan Nabi Sulaiman alaihisalam ia tidak lagi kembali
menjadi ratu di Saba. Hal ini menunjukan bahwa syariat pada masa Nabi Sulaiman
alaihisalam juga tidak membenarkan wanita untuk menjadi pemimpin negara.
8. Alasan ke 8 Perempuan boleh menjadi imam sholat








Dari Ummu Waroqoh puteri Abdullah bin Naufal al Anshori, sesungguhnya ketika
Nabi perang badar, saya berkata kepada beliau :Wahai Rosulullah izinkanlah saya
ikut berperang bersama tuan supaya saya dapat merawat orang-orang yang sakit,
sehingga mudah-mudahan Allah memberikan kepadaku kematian syahid. Beliau
bersabda :tinggalah di rumahmu! Sesungguhnya Allah akan memberikan
kepadamu kematian syahid. Rawi berkata : Maka kemudian ia disebut perempuan
syahid. Rawi berkata :Dia adalah perempuan yang biasa membaca al-Quran lalu
ia minta izin kepada Rosulullah agar dirumahnya diangkat seorang laki-laki sebagai
muadzin. Beliaupun memberi izin. Pada waktu itu ia telah menetapkan seorang
budak laki-laki dan budak perempuan menjadi merdeka setelah ia meninggal.
Ternyata kedua budak ini pada malam hari pergi ketempatnya, lalu menyekapnya
dengan selimutnya sampai mati, lalu kedua orang itu pergi dan pada pagi harinya
Umar (mengetahui, lalu dia) memberi tahu kepada orang banyak. Ia
berkata :Barang siapa yang mengetahui atau melihat dua orang budak tersebut,
hendaklah dia membawanya kepadaku. Kedua orang itupun ia perintahkan untuk
disalib. Inilah kedua orang yang pertama dihukum salib di kota madinah...

Analisis : Keluarga Ummu Waroqoh ketika itu terdiri dari seorang budak laki-laki
remaja, seorang budak perempuan remaja dan seorang budak laki-laki yang sudah
berusia lanjut. Budak laki-laki yang tua inilah yang ditunjuk oleh Rosulullah
Shalallahu alaihi wa Salam menjadi muadzin. Perlu kita ketahui bahwa sekalipun
dalam keluarganya terdapat laki-laki tetapi mereka adalah para budak dan karena
status budaknya mereka lebih rendah dari pada wanita yang merdeka seperti
Ummu Waroqohx.
Pengarang kitab aunul mabud mengatakan : Hadits ini menerangkan bahwa
seorang wanita sah mengimani anggota keluarganya sekalipun diantara mereka itu
ada lelakinya. Karena Ummu Waroqoh menjadi imam bagi lelaki tua, seorang remaja
lelaki budaknya, dan seorang wanita remaja budaknya. Yang berpendapat demikian
adalah Abu Tsaur t, Muzani t, dan imam at Thobari t.
Hadits Abu Daud t diatas sama sekali tidak dapat dijadikan dalil oleh para ulama
untuk membenarkan perempuan menjadi imam sholat secara umum bagi laki-laki
seperti yang telah lumrah berjalan. Akan tetapi hadits tersebut adalah khusus bagi
Ummu Waroqoh. Banyak contoh mengenai hal ini diantaranya adalah Nabi
Shalallahu alaihi wa Salam membolehkan Sahlan puteri Suhail c, istri Abu hudzaifah
c menyusui seorang pembantunya yang remaja yang bernama Salim sebagaimana
dalam Shohih Muslim dan Muatho Imam Malik.
9. Alasan ke 9 Hadits yang melarang wanita menjadi pemimpin adalah
palsu atau ahad





























Dari Abu Bakroh ia berkata :Sungguh Allah telah memberiku manfaat dengan
kata-kata yang telah aku dengar dari Rosulullah ketika perang jamal, setelah aku
hampir saja bergabung dengan kelompok jamal umtuk berperang bersama mereka.
Ia berkata :Ketika sampai berita kepada Rosulullah bahwa penduduk bangsa Parsi
telah mengangkat putri kisro menjadi raja mereka, beliau bersabda :Tidak akan
pernah beruntung sautu kaum yang menjadikan seorang perempuan memimpin
urusan mereka.
Analisis : Utsman bin Haitsamz,Aufz, Al Hasanz, dan Abu Bakrohz adalah orangorang yang dinilai jujur, adil dan terjamin otentitasnya dalam menyampaikan sabda
Rosulullah diatas.
Hadits ini memang benar hanya diriwayatkan oleh Abu Bakrohz, dan ini berarti
hadits ahad. Akan tetapi kita tidak boleh langsung menghukumi tertolaknya hadits
ahad karena riwayat tentang sholat Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya adalah juga
hadits ahad, apakah lantas kita menolak untuk melakukan sholat Zuhur dengan

empat rokaat? Begitu pula dengan tata cara ibadah haji semuanya bersumber dari
hadits ahad.
10. Alasan ke 10 Hadits yang melarang hanya berkaitan dengan kasus
tertentu

































Dari Abu Bakroh ia berkata :Sungguh Allah telah memberiku manfaat dengan
kata-kata yang telah aku dengar dari Rosulullah ketika perang jamal, setelah aku
hampir saja bergabung denga keompok jamal umtuk berperang bersama mereka.
Ia berkata :Ketika sampai berita kepada Rosulullah bahwa penduduk bangsa Parsi
telah mengangkat putri kisro menjadi raja mereka, beliau bersabda :Tidak akan
pernah beruntung sautu kaum yang menjadikan seorang perempuan memimpin
urusan mereka.
Analisis : Memang benar hadits Rosulullah Shalallahu alaihi wa Salam tersebut
berkaitan dengan kasus bangsa Parsi yang kerajaannya menjadi hancur karena
telah merobek-robek surat Rosulullah kepadanya. Akan tetapi, sabda beliau tidak
hanya tertuju untuk kasus kisra, tetapi berlaku umum. Pernyataan beliau
menggunakan lafadz umum yaitu Tidak akan pernah beruntung sautu kaum yang
menjadikan seorang perempuan memimpin urusan mereka. Dalam sabda beliau ini
tidak disebut bangsa Parsi, tetapi kaum secara umum.
11. Alasan ke 11 Redaksi hadits tidak melarang hanya meniadakan
keberuntungan

































Dari Abu Bakroh ia berkata :Sungguh Allah telah memberiku manfaat dengan
kata-kata yang telah aku dengar dari Rosulullah ketika perang jamal, setelah aku
hampir saja bergabung denga keompok jamal umtuk berperang bersama mereka.
Ia berkata :Ketika sampai berita kepada Rosulullah bahwa penduduk bangsa Parsi
telah mengangkat putri kisro menjadi raja mereka, beliau bersabda :Tidak akan
pernah beruntung sautu kaum yang menjadikan seorang perempuan memimpin
urusan mereka.
Analisis : Redaksi hadits Rosulullah Shalallahu alaihi wa Salam yang bersifat
pengingkaran dan pernyataan negative bahwa tidak akan beruntung atau selamat
kaum yang mengangkat perempuan sebagai pemimpinnya merupakan kalimat yang
bobot hukumnya lebih berat daripada bentuk larangan biasa.
12. Alasan ke 12 Aisyah memimpin perang jamal




Dari Abu Bakrah, ia berkata :Allah telah melindungiku dengan suatu kata yang
aku dengar dari Rosulullah ketika kisra binasa, beliau bersabda :Siapakah yang
mereka jadikan pengganti? Mereka menjawab :Anak perempuannya. Nabi
kemudian bersabda : Tidak pernah akan beruntung suatu kaum yang mengangkat
seorang perempuan yang menjadi pemimpin mereka. Abu Bakrah berkata : Oleh
karena itu ketika Aisyah sampai di Basroh saya ingat sabda Rosulullah, maka Allah
telah menyelematkan aku dengan mengingat hadits ini.

Analisis : Keterlibatan Aisyah radhiallahu anha dalam perang jamal tidak dapat
dijadikan sebagai bukti yang sah bahwa perbuatannya dibenarkan oleh hukum
Islam, sebab ternyata kemudian Aisyah sendiri menyesal dan bertaubat. Selain itu,
perbuatannya itu mendapat kecaman dari istri-istri Rosulullah yang lain. Bukti dari
penyesalan Aisyah adalah :


















Dari Qois bin Abi Hazim, sesungguhnya Aisyah berkata ketika ia tiba di kampung
Hauab, saat mendengar gonggongan anjing : Saya kira saya harus kembali (ke
madinah) karena Rosulullah pernah bersabda kepada kami (para istri) : Siapa
diantara kalian kelak yang akan digonggong anjing kampung Hauab? Zubair lalu
berkata kepadanya :engkau agar kembali, semoga Allah melalui dirimu
menjadikan orang-orang banyak berdamai.
Oleh karena itu tidak tidak layak perbuatan Aisyah itu dijadikan sebagai pembenar
bagi pendapat yang secara apriori menolak hadits Abu Bakrah diatas.
13. Alasan ke 13 Beberapa sahabiyah ikut dalam perang uhud bersama
Rosulullah
Ummu Amarah seorang ibu Anshor dan Ummu Aiman seorang ibu Muhajir mereka
berdua ikut dalam perang uhud untuk membantu para mujahidin, hal ini
menunjukkan bahwa Islam membolehkan kaum perempuan dalam ketentaraan,
apalagi dalam bidang politik dan kenegaraan demi membela kepentingan kaum
muslimin.
Analisis : Para sahabiyah Rosulullah Shalallahu alaihi wa Salam yang diizinkan oleh
Rosulullah Shalallahu alaihi wa Salam ikut dalam perang uhud pada dasarnya
adalah menjadi perawat dan pelayan kesehatan prajurit. Mereka pada prinsipnya
tidak dilibatkan sebagai prajurit tempur di medan perang menghadapi musuh. Apa
yang terjadi pada diri Ummu Umarah dan Ummu Aiman adalah keadaan yang

darurat karena mereka berdua melihat keadaan kaum muslimin yang terjepit pada
peperangan itu.
14. Alasan ke 14 Pada masa Umar perempuan ada yang menjadi pengawas
pasar (pegawai hisbah)
Analisis : Pengangkatan seorang perempuan menjadi pegawai hisbah pada masa
Umar merupakan berita sejarah yang kebenarannya secara sanad sulit dibuktikan
karena tidak adanya sanad dari riwayat tersebut. Juga jabatan kepala pasar dapat
disamakan dengan jabatan kepala puskemas, kapala sekolah atau kepala rumah
sakit. Jabatan seperti ini sama sekali bukan jabatan pemerintahan dalam arti politik
atau jabatan kenegaraan yang sarat dengan politik.
15. Alasan ke 15 Imam at Thobari dan Malik membolehkan wanita menjadi
hakim/qodli
Ibnu Tin mengatakan bahwa hadits Abi Bakrah yang dijadikan hujah adalah hanya
sebatas larangan menjadi qodli (hakim). Ini adalah pendapat mayoritas ulama,
tetapi Ibnu Jarir dan mengatakan : Perempuan dibenarkan mengadili perkaraperkara yang perempuan diterima menjadi saksinya, sebagian pengikut Maliki
membenarkan seorang wanita menjadi qodli secara mutlak.
Analisis : Pernyataan Ibnu Tin tersebut tidak menyebutkan di kitab mana dari kitabkitab imam Thobari yang memuat hal itu. Karena ternyata pernyataan tersebut
tidak ditemukan dari sekian kitab-kitab yang telah beliau tulis? Adapaun pendapat
pengikut Imam Malik yang membenarkan secara mutlak seorang wanita menjadi
qodli bukanlah pendapat Imam malik sendiri. Oleh karena itu perlu dibedakan
antara pendapat Imam Malik dan pendapat pengikutnya.
Dan sekiranya benar pernyataan tersebut kedua beliau telah menegaskan ruang
lingkup pengadilan yang diurusnya, yaitu pada perkara-perkara yang mana
perempuan sebagai saksi utamanya. Beliau tidak mengatakan bahwa perempuan
dapat menjadi hakim dalam semua perkara.
16. Alasan ke 16 Larangan wanita menjadi pemimpin itu karena pemikiran
barat
Analisis : tuduhan yang dilontarkan oleh Hibah Rauf kepada kaum muslimin sama
sekali tidak benar, karena :

Barat menguasai dunia Islam melalui penjajahan barulah sekitar abad 17 s/d
pertengahan 1960-an. Adapun sebelum itu ditengah umat Islam telah
tertahan suatu praktek politik dan kenegaraan.

Masyarakat timur seperti Arab jahiliyah, Persi, India dan Cina sebelum
mereka mengenal peradaban barat dan pemikirannya sudah hidup dalam

satu tradisi yang tidak menyertakan perempuan dalam aktivitas social dan
politik, bahkan mereka tidak memberikan hak kebendaan seperti waris dll.
17. Alasan ke 17 Karena keadaan darurat
Ini adalah alasan terakhir yang mereka lontarkan untuk mendukung pendapat
mereka yaitu karena darurat dan kondisi yang mendesak, sebagaimana kaidah usul
fiqh :

Darurat membenarkan semua hal yang tadinya terlarang.
Analisis : Untuk menetapkan suatu keadaan itu darurat atau tidak, haruslah
berlandaskan ketentuan syariat itu sendiri. Suatu keadaan dianggap darurat kalau
telah mengancam nyawa manusia atau menurut dugaan kuat keadaan tersebut
benar-benar mengancam nyawa dan jiwa manusia. Hal ini berdasrkan firman Allah
dalam surat al baqoroh : 173 dan surat al anam : 145.

Artinya : Barang siapa dalam keadaan darurat tanpa ia kehendaki dan tidak pula
melampaui batas , tidaklah ia berdosa (memakan babi dab bangkai).
Artinya : Barang siapa dalam keadaan darurat yang tidak ia kehendaki dan tidak
melampaui batas, maka sesungguhnya Robmu maha Pengampun dan Maha Belas
kasih. Wallahu alam bis showab.
Terakhir diperbaru: Sabtu, 30 Agustus 2014 14:13, Bahtsul Masail

Anda mungkin juga menyukai