Anda di halaman 1dari 3

ESENSI DAN EKSISTENSI

ESENSI DAN EKSISTENSI


Segala sesuatu memiliki dua prinsip yang menjelaskan keadaannya, yakni esensi
dan eksistensi. Pada semua makhluk kecuali Tuhan, kedua hal tersebut (esensi dan
eksistensi) diperlukan agar individu benar-benar merasa ada. Masing-masing
makhluk berbeda satu sama lain, perbedaan itu nyata dan bukan hanya sekedar
logika. Manusia terbentuk atas esensi dan eksistensi. Esensi adalah arti hidup
manusia, maka termasuk didalamnya tujuan dan proses hidupnya. Eksistensi adalah
keberadaan manusia, termasuk dirinya sendiri dan lingkungan serta norma
sekitar.Eksistensi juga dapat diartikan cara berada di dunia. Cara berada manusia
berbeda dengan cara berada makhluk lain di dunia. Ada sebuah aliran dalam ilmu
filsafat yang memandang semua gejala yang terjadi berasal dari sebuah eksistensi
yang disebut eksistensialisme. Eksistensialisme berpandangan bahwa pada
manusia eksistensi mendahului esensi. Manusia dapat menentukan dirinya sendiri
dengan pandangan mereka sendiri, sedangkan benda-benda lain bertindak menurut
esensi atau kodrat yang tidak dapat dielakkan. Esensi adalah masalah, sedangkan
eksistensi adalah kesepakatan.
Tokoh-tokoh penting dalam eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883-1976),
Jean-Paul Sartre (1905-1980), Karl Jaspers (1883-1969), dan Gariel Marcel (18891973). Namun diantara tokoh-tokoh tersebut memiliki perbedaan namun mereka
memiliki persaamaan pandangan bahwa filsafat harus bertitik berat pada manusia
yang konkret, manusia yang bereksistensi.
Salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang esensi dan
eksistensi adalah tentang kecantikan dan ketampanan. Kecantikan dan ketampanan
adalah esensi. Cantik bukanlah molek, ayu, gemulai, manis dan sebagainya. Karena
semua itu adalah eksistensi dari kecantikan. Cantik juga bukanlah cantik akibat
fisik, tingkah laku dan budaya. Karena semua itu adalah kesepakatan. Memiliki
kecantikan adalah esensi. Semua cantik, namun tidak semua mempunyai
eksistensi. Cantik yang dilihat mata manusia, yang dirasa perasaan manusia adalah
kecantikan yang dianggap dan disepakati oleh manusia lainnya.
Ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa apa-apa yang bisa
dibanggakan dan manusia juga terlahir tidak berdaya. Namun manusia dibekali
dengan akal pikiran yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya dan bahkan mereka gunakan untuk menguasai dunia. Terkadang manusia
hanya memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhannya, hanya memikirkan
eksistensinya dan berusaha mempertahankan eksistensinya tersebut yang
kemudian mengakibatkan mereka lupa dengan esensi diri mereka sendiri.
Seharusnya mereka menyadari bahwa hidup yang dijalani tidak hanya berusaha
mempertahankan eksistensi mereka, namun lebih dari itu manusia juga harus dapat
mengetahui esensi diri mereka. Cara seseorang untuk mencari esensi diri mereka

berbeda-beda, hal ini disebabkan latar belakang pengetahuan dan kehidupan yang
berbeda.
Mengapa pada akhirnya mereka hanya akan berusaha mempertahankan
eksistensinya saja tanpa menemukan esensinya? Karena dalam proses
mememukan esensi dirinya, mereka hanya menggunakan panca indra dan akal
pikiran saja. Sebenarnya dalam menemukan esensi manusia jika kita berpikir
dengan akal sehat, dapat diwakili dengan pertanyaan-pertanyaan yang
menghantarkan kita untuk menemukan essensi manusia yang seutuhnya, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Siapa aku ini ?


Darimana aku ini ?
Sedang dimana dan mau apa aku ini ?
Tujuan dan akhir hidup aku ini apa ?

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita telah dikonstruksi mengedepankan


penilaian fisik sebelum kita lebih mendalami karakter atau sifat seseorang. Mungkin
bagi sebagian orang merasa tidak seperti hal tersebut namun menurut penelitian
psikologi salah satu daya tarik interpersonal seseorang adalah daya tarik fisik yang
memberikan keuntungan bagi orang tersebut untuk memiliki lebih banyak teman.
Dari contoh tersebut menunjukkan bahwa keunggulan fisik menjadi salah satu
penilaian utama pada seseorang.
Kehidupan memang memiliki banyak sisi yang kadang membutakan pikiran
manusia. Kesenangan yang tak ada habisnya kadang membuat manusia lupa akan
jati dirinya, lupa akan esensi diri mereka sendiri dan hanya berusaha menjaga
eksistensi mereka. Justru sebenarnya manusia harus bisa menjaga keseimbangan
antara dua aspek kehidupan tersebut. Tidak hanya mempertahankan eksistensi
tetapi juga menjaga esensi diri mereka. Satu contoh sesuatu yang sangat esensial,
ada tiga orang siswa yang berkata pada dirinya sendiri setelah menerima nilai
setelah tes dan mereka gagal menjadi juara. Si A berkata kalau saja menit-menit
terakhir tadi aku berusaha lebih pasti aku jadi juara. Si B berkata kalau saja lawanlawanku lebih lambat cara berpikirnya daripada aku,pasti aku juara. Dan si C
berkata kalau saja aku belajar labih keras lagi pasti aku jadi juara. Dapat kita lihat
A dan B menonjolkan eksistensi mereka. Ketika mereka kalah, mereka malihat
keberadaan mereka saat tes. Sedangkan si C memandang esensinya dan
menyimpulkan bahwa belajarlah yang membuat dia gagal, bukan bagaimana
keadaan mereka saat menjalani tes. Ia berpikir jika saja ia belajar lebih keras pasti
ia bisa menjadi juara. Belajar menunjukkan proses bukan keberadaannya saat tes
berlangsung. Hal itu merupakan salah satu pemikiran yang esensial. Kesadaran
akan esensi dapat membuat seseorang sadar jika suatu kekurangan dapat diatasi
dengan proses yang berkelanjutan. Esensi adalah arti hidup manusia yakni
termasuk tujuan dan proses hidupnya. Oleh karena itu orang yang sadar akan
esensi hidupnya akan selalu memikirkan bagaimana cara ia mencapai tujuan

hidupnya dengan proses yang baik dan terencana. Bukan hanya memikirkan
keberadaannya dalam masyarakat atau dalam kehidupannya.
Banyak peneliti memperdebatkan mana yang lebih dulu, esensi atau eksistensi.
Namun menurut pemikiran saya, esensi harus didahulukan karena esensi
merupakan dasar dari hidup manusia. Jika esensi dapat diwujudkan dengan baik,
maka eksistensi seseorang akan terlihat menonjol dengan sendirinya. Proses yang
baik akan memberikan hasil yang baik pula. Bukan berkata mana yang lebih
penting tapi mana yang harus didahulukan dan kemudian yang lain. Dua aspek
tersebut sama-sama penting dan seseorang akan mendapatkan pengakuan yang
baik jika ia dapat memenuhi dua aspek tersebut. Kehidupan yang berkembang
terkadang menuntut manusia untuk berkompetisi guna memenuhi kebutuhan hidup
mereka yang terkadang melupakan proses serta tujuan hidupnya. Hanya
memikirkan bagaimana tubuhnya tetap sehat dan mempertahankan eksistensinya.
Keseimbangan dibutuhkan agar kehidupan dapat berjalan selaras.

Anda mungkin juga menyukai