DAFTAR ISI......................................................................................1
BAB I.............................................................................................. 2
PENDAHULUAN................................................................................2
BAB II............................................................................................. 3
PEMBAHASAN.................................................................................3
1.
BAB I
PENDAHULUAN
Arthritis adalah suatu keadaan dimana adanya proses peradangan pada
sendi. Keadaan ini dapat terjadi pada satu atau beberapa sendi pada tubuh.
Terdapat lebih dari seratus tipe berbeda untuk arthritis. Tidak ada batasan untuk
umur, jenis kelamin dan suku terjadinya proses peradangan sendi, dan arthritis
salah satu penyebab kecacatan di Amerika Serikat. Menurut data statistik yang
dikeluarka oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), diperkirakan
0,4-1,3% orang di dunia terkena arthritis. Pada tahun 2015 1,5 juta orang (0,6%)
di Amerika yang berusia diatas 18 tahun mengalami arthritis.1 Secara garis besar
arthritis dapat dibagi menjadi osteoarthritis (OA) , rheumatoid arthritis (RA), dan
gouty arthritis (GOUT).
Gejala yang dikeluhkan pada pasien dengan arthritis adalah bengkak,
nyeri, kaku sendi, dan berkurangnya range of motion (ROM). Gejala dapat hilang
dan timbul. Gejala yang timbul terdiri dari ringan, sedang, dan berat. Gejala tidak
berubah selama setahun pertama sejak keluhan muncul, dan akan memburuk
secara progresif tiap tahun. Arthritis derajat berat menyebabkan nyeri yang
berkepanjangan, ketidakmampuan melakukan aktifitas harian, dan menyulitkan
untuk berjalan dan naik tangga.
Progresifitas dari arthritis menyebabkan perubahan permanen pada sendi.
Perubahan sendi dapat terlihat secara nyata, namun kerusakannya hanya bisa
terlihat melalui metode radiologi X-ray .
Terapi yang biasa diberikan berupa obat-obatan, penurunan berat badan
bila pasien gemuk, latihan fisik dan kajian nutrisi untuk arthritis. Berbicara
tentang nutrisi, vitamin ternyata memiliki peran dalam menangani masalah
arthritis. Dalam tinjauan ini akan dibahas lebih lanjut dampak vitamin pada
penyakit sendi arthritis.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
1.1
Osteoartritis
Kerusakan progresif dari tulang rawan dan tulang yang disebabkan oleh kegagalan
perbaikan kerusakan sendi karena tekanan pada sendi.1 Prevalensi osteoarthritis
meningkat seiring pertambahan usia (35% pada usia 30 tahun, 85% pada usia 80
tahun).1
1.2
Artritis Gout
Gout adalah penyakit metabolik yang diakibatkan karena produksi urat yang
meningkat atau yang paling sering karena pembuangan asam urat yang terganggu,
menyerang usia dewasa, lansia, dan wanita post-menopause.2
1.3
Rematoid Artritis
2.
ETIOLOGI
2.1
Osteoartritis
Etiologi dari osteoarthritis terbagi dalam primer, sekunder, dan lainnya. Primer
termasuk didalamnya adalah idiopatik. Ini adalah yang paling banyak angka
kejadiannya. Yang termasuk di dalam osteoarthritis sekunder adalah post
traumatik atau mekanik, post inflamasi (RA) atau post infeksi, gangguan endokrin
(akromegaly, hiperparatiroidisme, hipotiroidisme), gangguan metabolik (gout,
wilsons disease), neuropatik (charcot joints), trauma sendi atipikal karena
neuropati perifer (diabetes, sifilis), dan nekrosis avaskuler. Sedangkan yang
lainnya adalah malformasi karena kongenital.1
2.2
Artritis Gout
Reumatoid Artritis
3.
KLASIFIKASI
3.1
Osteoarthritis
Artritis Gout
Artritis gout terbagi dua menurut manifestasi klinisnya yaitu akut dan kronik.
Artritis gout akut adalah manifestasi awal dari arthritis gout yang terjadi dalam
rentang waktu 3-10 hari. Sedangkan arthritis gout kronik adalah arthritis gout akut
yang berulang dan progresif. Setiap individu mempunyai perbedaan dalam
rentang waktunya. Artritis gout kronik dapat terjadi sampai erosi dan destruksi
kartilago.2
3.3
Reumatoid Artritis
Reumatoid arthritis klasik. Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.2,10,11
Reumatoid arthritis defisit. Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang berlangsung terus menerus paling sedikit dalam waktu 6 minggu.2,10,11
Probable rheumatoid arthritis. Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang berlangsung terus menerus paling sedikit dalam waktu 6
minggu.2,10,11
4.
PATOFISIOLOGI
4.1
Osteoartritis
Kerusakan tulang rawan artikular karena faktor biomekanik lokal dan pelepasan
enzim proteolitik dan kolagenolitik dimana OA terjadi ketika katabolisme tulang
rawan > sintesis dan hilangnya proteoglikan dan air.1
Proses metabolism yang abnormal dari tulang menyebabkan kerusakan yang lebih
jauh pada sendi dan kerusakan dan perubahan fungsi sendi.1
4.2
Artritis Gout
Gout dianggap sebagai jenis yang paling umum dari arthritis tipe inflamasi dan
biasanya terkait dengan penurunan kualitas hidup bagi mereka yang menderita
gout. Tingginya kadar asam urat serum, disebut hiperurisemia, merupakan
Reumatoid Artritis
dan
terjadi
proliferasi
sel-sel
endotel
kemudian
terjadi
neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh
bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya
pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi.
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon
imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor
pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi
sistemik.2,3
Sel T dan sel B merupakan respon imunologi spesifik. Sel T merupakan bagian
dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1, Th2, Th17, Treg, Tdth,
CTL/Tc, NKT. Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik humoral,
sel B berupa IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012). Peran sel T pada RA
diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan share epitop dari major
histocompability complex class II (MHCII-SE) dan peptida pada antigenpresenting cell (APC) pada sinovium atau sistemik. Dan peran sel B dalam
imunopatologis RA belum diketahi secara pasti.3
5.
5.1
Osteoartritis
Tanda dan gejala osteoarthritis terlokalisir pada sendi yang terkena (bukan
merupakan penyakit sistemik) dan nyerinya sering membahayakan, bertahap
progresif, dan fluktuatif.1 Osteoartritis ditandai dengan1,2 garis sendi kabur dengan
nyeri pada penekanan, pembesaran penonjolan tulang pada sendi yang terkena,
deformitas (angulasi), terbatasnya pergerakan sendi, tanda tanda peradangan
terkadang positif, atrofi otot periartikular. Dengan gejala sebagai berikut 1,2 nyeri
sendi dirasakan saat bergerak dan hilang saat istirahat, kekakuan yang singkat (<
30 menit) setelah mobilisasi, sendi yang menekuk, hilangnya fungsi sendi.Sendi
yang terkena biasanya asimetris. Pada tangan adalah sendi Carpometacarpal yang
paling banyak terkena. Pada pinggul, nyeri dapat tumpul atau tajam pada area
trokhanter, terkadang nyeri menjalar sampai paha namun tidak melewati lutut.
Pada sendi lutut biasanya terbatas pada satu kompartemen dan medial lebih sering
daripada lateral, sendi antara patella dan femur yang sering terkena. Pada kaki
paling sering pada sendi metatarsophalangeal pertama. Pada Vertebra Lumbal,
paling sering, biasa pada L4-L5, L5-S1, proses degenerasi pada diskus
intervertebralis dan sendi facet, spondilolistesis. Pada tulang cervical, umumnya
nyeri leher menjalar ke bahu, terutama daerah C5 dan C6.1,2
5.2
Artritis Gout
Artritis gout akut adalah manifestasi klinis awal yang paling umum dari gout.
Biasanya hanya satu sendi yang terkena, namun poliartikular gout dapat terjadi
pada episode berikutnya. Episode pertama dari gout akut dimulai pada malam hari
dengan nyeri sendi disertai dengan pembengkakan pada sendi. Sendi dengan cepat
menjadi hangat dan kemerahan mirip selulitis. Serangan awal cenderung mereda
spontan dalam waktu 3-10 hari, dan kebanyakan pasien memiliki interval waktu
yang berbeda-beda sampai episode berikutnya.2
Artritis gout akut umumnya paling sering terkena pada satu sendi, atau banyak
sendi pada ekstremitas bawah. Paling umum sendi yang terkena adalah
metatarsophalangeal I, midtarsal, pergelangan kaki, dan sendi lutut. Nyeri hebat,
eritema, dan bengkak, terjadi pada pagi hari lalu gejala semakin meningkat dan
membaik dalam 24-48 jam.2,8
Artritis gout kronik adalah serangan arthritis gout akut yang berulang. Deposit
Kristal monosodium urat dapat berada di interphalangeal. Keadaan ini dapat
memacu pada erosi dan destruksi sendi jika tidak ditangani. Pada keadaan ini
gejala mirip dengan rheumatoid arthritis, namun dengan aspirasi cairan sendi dan
didapatkan Kristal monosodium urat dapat mengkonfirmasi arthritis gout.2,8
5.3
Reumatoid Arritis
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering di
tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut.
Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh
erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi.4,5
dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodul ini juga bisa terdapat di paru-paru,
pleura, pericardium, dan peritonuem. Nodul bisanya benign (jinak), dan
diasosiasikan dengan infeksi, ulserasi dan gangren.4,5
o Sjogrens syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary sjogrens
syndrome. Sjogrens syndrome ditandai dengan keratoconjutivitis sicca (dry
eyes) atau xerostomia.4,5
o Paru (pulmonary) contohnya adalah penyakit pleura kemudian diikuti dengan
penyakit paru interstitial.4,5
o Jantung (cardiac) pada jantung yang disebabkan oleh RA adalah perikarditis,
kardiomiopati, miokarditis, penyakti arteri koreoner atau disfungsi diastole.4,5
o Vaskulitis, terjadi pada RA yang kronis.4,5
6.
DIAGNOSIS
6.1
Osteoartritis
(USG)
dapat
memvisualisasikan
struktur
dan
mengevaluasi
digunakan
untuk
ligamentum
dan
cairan
synovial.
MRI
dapat
Artritis Gout
Reumatoid Artritis
11
Keterlibatan sendi ditandai dengan adanya sendi nyeri atau bengkak pada saat
pemeriksaan, yang dapat dikonfirmasi dengan bukti gambaran sinovitis. Yang
termasuk sendi besar adalah sendi bahu, siku, pingul, lutut, dan tumit, sedangkan
yang termasuk kecil adalah sendi metacarpophalangeal, interphalangeal distal,
sendi metatarsophalangeal kedua sampai kelima, sendi interphalangeal ibu jari,
dan pergelangan tangan. Antibodi anti-CCP lebih spesifik dibandingkan
rheumatoid factor (RF) untuk penegakkan diagnosis rheumatoid arthritis secara
dini dan lebih baik dalam memprediksi progresifitas penyakit.2,12
Pemeriksaan penunjang lainnya berupa : laboratorium serum untuk IgA, IgM, IgG
, antibodi anti-CCP dan RF, 19 analisis cairan sinovial, foto polos sendi, MRI, dan
ultrasound.2,3
7.
PENATALAKSANAAN
7.1
Osteoartritis
Non-Farmakoterapi2
a.Mengurangi aktifitas yang membebankan sendi yang menyebabkan
rasa nyeri tersebut.
b.
Meningkatkan
kekuatan
dan
kondisi
dari
otot
yang
Farmakoterapi2
a.Oral : Acethaminofen, NSAID, glusamin+kondroitin
b.
Topikal : NSAID
Pembedahan2
a.Joint debridement
b.
Osteotomy
12
Artritis Gout
7.2.1
Non Farmakoterapi
Prinsip dari pengobatan pasien gout adalah menghindari faktor resiko seperti
mengurangi makanan tinggi purin seperti daging merah dan makanan laut. Ice
pack yang diletakan pada sendi dan istirahat dapat membantu meringankan nyeri.
Selain itu kontrol berat badan, tingkatkan asupan air, kurangi makanan yang
mengandung purin dan fruktosa, dan hindari diuretic untuk mengkoreksi
hiperurisemia.2,7
7.2.2
Farmakoterapi
Beberapa golongan obat yang dapat mengobati serangan akut gout 2,7 :
-
Kortikosteroid
Allopurinol : lini I. Dapat diberikan single dose pada pagi hari 100 mg dan
dapat ditingkatkan sampai 800 mg jika perlu.
7.3
Probenecid
Reumatoid Artritis
13
bulan sejak muncul gejala untuk mengonfirmasi diganosis dan inisiasi terapi
DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs).4,5
Obat-obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok, yaitu4,5 :
1. NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) untuk mengurangi rasa
nyeri dan kekakuan sendi.
2. Second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), Methotrexat dan
Sulphasalazine.
Obat-obatan
ini
merupakan
golongan
DMARD.
Kelompok obat ini akan berfungsi untuk menurukan proses penyakit dan
mengurangi respon fase akut. Obat-obat ini memiliki efek samping dan
harus di monitor dengan hati-hati.
3. Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala simptomatis
dan tidak memerlukan montoring, tetapi memiliki konsekuensi jangka
panjang yang serius.
4. Obat-obatan immunosupressan. Obat ini dibutuhkan dalam proporsi kecil
untuk pasien dengan penyakit sistemik.
5. Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin
inflamasi. Belum ada aturan baku mengenai kelompok obat ini dalam
terapi RA.
14
BAB III
EFEK VITAMIN PADA PENYAKIT SENDI
3.1 Osteoartritis
3.1.1 Vitamin C15
Stres oksidatif yang menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) berperan
penting pada proses OA. Metabolisme dalam kondrosit dan sinoviosit
menghasilkan radikal bebas, ROS, dan turunannya. Bahan kimia berbahaya
tersebut dapat terakumulasi dalam sendi sinovial, menyebabkan kerusakan yang
luas, peradangan, serta kematian sel. Antioksidan alami dapat mengurangi agenagen yang mampu menghambat ROS, radikal bebas, serta derivatnya. Vitamin C
merupakan salah satu antioksidan yang telah teridentifikasi memiliki efek
antioksidan berkaitan dengan Osteoartritis.
ROS terlibat dalam respon peradangan dalam tubuh. Sebagai contoh, salah satu
cara kerja ROS dapat menstimulasi transkripsi faktor NF-kB yang sangat
berpengaruh dalam proses inflamasi, imunitas, proliferasi sel, dan apoptosis.15
Antioksidan diduga mengganggu proses inflamasi dengan menghambat ROS,
radikal bebas, serta derivatnya. Antioksidan bekerja dengan cara mengoksidasi
diri mereka sendiri. Sel juga menggunakan berbagai enzim antioksidan seperti
katalase, superoksida dismutae, dan berbagai peroksidase untuk mengontrol kadar
seluler ROS. Kekurangan antioksidan atau penghambatan sistem enzim
antioksidan dapat menyebabkan stres oksidatif dan dapat merusak ataupun
membunuh sel. Stres oksidatif merupakan komponen penting dalam proses
terjadinya berbagai penyakit. Stres oksidatif terjadi karena ketidakseimbangan
antara proses oksidatif dan kadar antioksidan, yang diduga berkaitan dengan
proses degeneratif.15
Penyakit muskuloskeletal identik ditandai dengan adanya stres oksidatif.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres oksidatif memainkan peran penting
dalam berkembangnya penyakit osteoartritis dan reumatoid artritis. Adanya
15
hubungan yang jelas antara stres oksidatif, ROS, serta, patogenesis OA dan RA,
pasien dengan penyakit tersebut disarankan untuk mempertahankan diet yang
sehat yang terdiri dari antioksidan alami seperti vitamin C. 15
Vitamin C merupakan antioksidan yang kuat. Vitamin C bereaksi dengan radikal
bebas dan bertindak sebagai kofaktor untuk enzim hyroxylase dalam sintesis
kolagen dalam tulang rawan. Vitamin C diperlukan untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan. Vitamin C juga berperan sebagai donor elektron. Sebagai
donor elektron, vitamin C merupakan antioksidan larut air yang sangat potensial
dalam tubuh manusia. Dalam kondrosit, vitamin C memiliki efek anabolik yang
merangsang dan meningkatkan pembentukkan dan penyusunan matriks tulang.
Vitamin C juga bekerja bersamaan dengan vitamin D dalam proses mineralisasi
sel pada tulang. Dengan demikian, vitamin C merupakan antioksidan yang penting
untuk kondrosit, yang memiliki beberapa jalur untuk penyerapan. Sehingga
asupan atau suplementasi vitamin C dapat membantu pasien OA dengan
komorbiditasnya. Sumber makanan yang tinggi akan vitamin C adalah jambu biji,
paprika, kiwi, brokoli, stroberi, jeruk, tomat, pepaya, kacang polong, kubis. setiap
orang membutuhkan 75-90 mg vitamin C per hari dan untuk dapat memberikan
efek antioksidan di perlukan 200-1000 mg vitamin C per hari.
3.1.2 Vitamin D
Vitamin D merupakan vitamin yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi
pentingnya
terutama
dalam
perkembangan
sel
tubuh.
Tubuh
manusia
16
vitamin D. Tetapi terlalu banyak terpapar sinar matahari secara langsung juga
akan meningkatkan risiko terkena kanker akibat radiasi sinar UV. Sehingga pada
umumnya vitamin dapat diperoleh melalui makanan dan suplemen vitamin.
Kandungan vitamin D dalam darah dapat diukur melalui pengukuran kadar 25hydroxyvitamin D (25OHD). Batas normal : > 15 ng/mL. Sumber vitamin D
terkandung dalam ikan salmon, mackerel, jamur, susu, yogurt, daging, kuning
telur, keju .
Kebutuhan vitamin D
0 6 bulan
6 12 bulan
1 3 tahun
4 8 tahun
9 70 tahun
>70 tahun
Percobaan pada hewan menunjukan bahwa PTH
intake kalsium, jenis kelamin dan IMT. Usia rata-rata responden : 61 tahun 9
tahun. IMT rata-rata responden : 29.6 4.6 kg/m2. Intake vit D rata-rata responden
: 406 IU/d (106 makanan dan 286 suplemen). Intake kalsium rata-rata: 934 mg/d
(605 makanan dan 130 suplemen). Konsentrasi rata-rata: 25(OH)D = 26.210.3
dan PTH 54.526.6.
Hasil yang di dapat
Low 25(OH)D resiko OA meningkat 2x
Tinggi PTH tidak menunjukan pengaruh penting terhadap progresifitas
OA
Rendah 25(OH)D dan tinggi PTH resiko OA meningkat 3x [serum
25(OH)D rendah tetapi PTH tidak tinggi berhubungan dengan penurunan
signifikan pada densitas colum femur tetapi tidak berhubungan dengan
progresifitas OA]
Pada Australian cohort pada orang tua dengan OA serum 25(OH)D <
Kekurangan penelitian:
Konsentrasi serum vitamin D dipengaruhi oleh produksi vitamin D kulit
Kesimpulan
3.1.3 Vitamin E
18
Vitamin E merupakan mineral yang termasuk dalam kelompok larut dalam lemak.
Vitamin E terdiri dari tocopherols dan tocotrienols. Tocopherols adalah jenis
vitamin E yang paling banyak dikonsumsi. Sebagai antioksidan yang larut dalam
lemak, vitamin E bekerja paling aktif pada membran sel sebagai pengangkut
radikal bebas dan menurunkan aktivitas radikal bebas. Radikal bebas adalah
komponen yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Contoh sumber vitamin E
dalam makanan adalah minyak zaitun, minyak jagung, ikan mackarel, salmon,
mangga, avocad. Orang dewasa membutuhkan 15 mg(22.4 IU) vitamin E per hari.
Namun banyak orang yang tidak memenuhi kebutuhan minimal per hari dari
vitamin E.17,18
Pada 2009, penilitian yang dilakukan di thailand mengukur konsentrasi
antioksidan pada cairan sinovial pasien dengan osteoartritis. Cairan sinovial
pasien osteoartritis dibandingkan dengan cairan sinovial pasien dengan cidera
lutut.
Konsentrasi
vitamin
diukur
dengan
High-performance
liquid
19
Vitamin E adalah antioksidan yang dapat menurunkan aktivitas radikal bebas. Hal
ini dapat membantu mengurangi kerusakan tulang rawan sendi akibat stres
oksidatif. Karena vitamin E juga memiliki komponen anti-inflmasi hal ini dapat
bermanfaat untuk terapi dari osteoartritis.18
3.1.4 Vitamin K
Vitamin K berperan penting dalam mengatur mineralisasi kartilago dan tulang
rawan di dalam tubuh. Secara khusus, vitamin K adalah kofaktor yang penting
untuk karboksilasi protein Gla yang tidak hanya mencakup faktor dalam koagulasi
cascade, tetapi juga berada di dalam tulang dan tulang rawan, seperti matriks Gla
protein (MGP), dan osteocalcin. Tulang - tulang rawan dan protein Gla
memainkan peran penting dalam mineralisasi tulang. Perubahan kelainan paralel
terlihat pada osteoarthritis, seperti kekurangan mineralisasi dari tulang rawan,
hipertrofi dari kondrosit, apoptosis kondrosit, dan osifikasi endokhondral.
Kondrosit serta MGP yang terkarboksilasi dari pasien yang terkena OA lebih
sedikit dibandingkan dengan kondrosit dari orang yang tidak terkena OA. Dan ini
menunjukkan osteoarthritis mungkin terkait dengan tidak berfungsinya MGP.
Defisiensi vitamin k bisa dinilai dari kadar plasma phylloquinone, normalnya
kadar phylloquinone adalah 0,5-2,5 Nm. Apabila kadar vitamin K < 0,5 Nm bisa
dikatakan defisiensi vitamin K. Evaluasi nya dinilai dari MRI dan foto rontgent
genue. Konsentrasi plasma phylloquinone yang rendah berhubungan dengan
peningkatan prevalensi dari gambaran radiaografi osteoartritis. 19
Defisiensi vitamin K dikaitkan dengan peningkatan risiko osteoarthritis pada lutut
yang terlihat pada radiografi dan lesi tulang rawan yang terlihat pada MRI. Studi
lebih lanjut vitamin K dapat digunakan untuk terapeutik / profilaksis yang poten
untuk osteoarthritis.19
20
21
Pasien RA sering mendapat asupan nutrisi yang kurang dari standar makanan
(DRIs) untuk asam folat, kalsium, vitamin D, vitamin E, seng, vitamin B dan
selenium. Sebagai tambahan, semakin seringnya penggunaan obat methotrexate
menurunkan kadar folat pada pasien dengan hasil peningkatan kadar homosistein.
Pada kondisi tersebut, diperlukan pemasukan yang adekuat pada asam folat,
vitamin B6 dan B12. Malarbsorpsi kalsium dan vitamin D serta demineralisasi
tulang merupakan karakteristik derajat penyakit, mengarah ke osteoporosis dan
fraktur. Penggunaan jangka panjang glukokortikoid juga dapat menimbulkan
osteoporosis. Maka suplemen kalsium dan vitamin D perlu dipertimbangkan.
Vitamin D merupakan imunosupresan pilihan dan semakin besar asupan vitamin
D mungkin dapat menguntungkan. Karena pengurangan kadar vitamin dan
mineral oleh karena penggunaan obat, beberapa penelitian mendukung
suplementasi diatas kadar minimum vitamin D dan E, asam folat, dan Vitamin B6
dan B12.14 Hal ini didukung oleh penelitian Ifigenia Kostoglou-Athanassiou et all
vitamin D dan RA defisiensi vitamin D banyak ditemukan pada pasien RA dan
berhubungan dengan derajat keparahan pada RA maka vitamin D dapat
dipertimbangkan karena
22
DAFTAR PUSTAKA
23
25