Anda di halaman 1dari 12

1

PERAN PRIA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

1. Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi


Indonesia di dalam masyarakatnya, sangat sulit melihat peran pria dalam
kesehatan reproduksi. Kurangnya kesadaran pria dalam hal kesehatan reproduksi
memang tidak terjadi begitu saja. Permasalahannya adalah faktor budaya yang justru
memanjakan suami, dalam artian perempuan adalah pendamping setia yang sudah
selayaknya bertanggung jawab seorang diri soal kesehatan reproduksi. Kenyataannya,
tidak dilibatkannya suami sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dengan
kesehatan reproduksi, justru membuat mereka miskin informasi, yang pada gilirannya
merintangi pemenuhan hak reproduksinya.
Pentingnya pria terlibat dalam KB dan kesehatan reproduksi didasarkan bahwa
pria adalah mitra reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila pria dan
wanita berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang untuk mencapai kepuasan
kehidupan seksual dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kes.
reproduksi.
Pria bertanggungjawab secara sosial dan ekonomi termasuk untuk anak-anaknya
sehingga keterlibatan pria dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan yang
lebih kuat di antara mereka dan keturunannya. Pria secara nyata terlibat dalam fertilitas
dan mereka mempunyai peranan yang penting dalam memutuskan kontrasepsi yang
akan digunakan istrinya serta dukungan kepada pasangannya terhadap kehidupan
reproduksinya seperti saat melahirkan dan setelah melahirkan serta selama menyusui.
Walaupun keterlibatan pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi sangat penting, tetapi
masih banyak pria yang enggan melakukannya terutama dalam praktek KB.
Kesertaan pria dalam ber-KB tak bisa ditunda-tunda lagi, karena akan
memberikan kontribusi sangat besar terhadap pengendalian laju pertumbuhan
penduduk dan penanganan kesehatan reproduksi, termasuk penurunan angka kematian
ibu melahirkan dan angka kematian bayi. Tentu semua itu berpengaruh cukup besar
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Ada ketergantungan pada keputusan suami, selain karena informasi yang kurang
lengkap dari petugas kesehatan dan keminiman alat atau obat kontrasepsi di tempat
pelayanan. Partisipasi lelaki sangat kecil, tetapi kontrol mereka terhadap perempuan
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

dalam memutuskan untuk ber-KB sangat dominan.


Padahal, sasaran program KB dan kesehatan reproduksi bukan hanya perempuan.
Sebab, yang jadi objek adalah keluarga. Jadi, baik suami maupun istri, seyogianya
membuat kesepakatan untuk menjadi akseptor demi kepentingan keluarga.
Sedangkan suami yang ikut andil dalam proses reproduksi tidak mau berperan
dengan menggunakan alat kontrasepsi. Masalah kesehatan reproduksi bukan hanya
milik perempuan, setelah menikah, laki-laki juga memiliki peran sama dalam menjaga
kesehatan reproduksi pasangannya. Kepedulian pria dalam kesehatan reproduksi
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan ibu. Perhatian dan dukungan suami akan
meningkatkan keberhasilan dalam menyelamatkan kehamilan dan persalinan.
Konferensi Internasional mengenai kependudukan dan perkembangan (ICPD) di Kairo
Mesir tahun 1994 menyerukan untuk meningkatkan partisipasi dan berbagi tanggung
jawab dari pria dalam melaksanakan Keluarga Berencana. Pada umumnya para pria
ingin berpartisipasi dalam melaksanakan Keluarga Berencana, tetapi mereka ingin agar
kontrasepsi untuk pria tersebut memenuhi persyaratan :
1. Sama efektifnya dengan kb pada wanita
2. Dapat diterima oleh pasangan suami isteri
3. Efektifitas dapat tercapai
4. Bebas efek samping, tidak mempengaruhi libido dan potensi seksual
5. Mudah didapat dan terjangkau secara ekonomi

2. Kontribusi dan alasan keterlibatan pria dalam kesehatan reproduksi


Dalam sebuah penelitian, ditemukan suami-suami yang melarang pemakaian
IUD sebagai alat kontrasepsi pilihan istri, beranggapan yakin bahwa IUD atau spiral
mengurangi kenikmatan hubungan seksual. Hal lainnya, dari 14 persen isteri yang
meminta suami untuk memakai metode kontrasepsi pria, hanya separuh yang bersedia.
Pasalnya, vasektomi sering dianggap dapat mengurangi kemampuan seksual,
sedangkan kondom membuat hubungan seksual menjadi hambar.
Kaum pria adalah partner kaum wanita di dalam kegiatan seksual. Tanpa pria,
tidak mungkin seorang wanita bisa hamil. Namun dalam kegiatan pembatasan kelahiran
dan penjarangan anak, pada umumnya kaum pria diabaikan. Sedikit sekali perhatian
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

yang diberikan kepada kaum pria mengenai peranannya dalam hal pembatasan
kelahiran dan penjarangan anak. Bukti-bukti keadaan ini tampak pada klinik yang
melayani program keluarga berencana yang umumnya hanya dikunjungi oleh kaum
wanita.
Kita mungkin akan terkesima manakala menyimak kesertaan pria dalam program
KB. Rendahnya partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain berkaitan
dengan organ reproduksi dan biologis pria, karena pengendalian kemampuan
reproduksi pria lebih sulit dikendalikan sebab pria selalu dalam keadaan subur dan
banyaknya sperma yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal adalah terbatasnya alat
KB bagi pria dan adanya mitos atau anggapan keliru dimasyarakat bahwa vasektomi
atau sterilisasi pria bisa mempengaruhi libido pria dan adanya kekhawatiran para istri
karena dengan demikian akan memberikan peluang lebih besar bagi suami untuk
menyeleweng, disamping itu sebagian besar masyarakat masih menempatkan
perempuan hanya sebagai obyek dalam masalah seksual maupun reproduksi, karena
yang hamil dan melahirkan wanita maka perempuanlah yang harus ikut KB agar tidak
hamil.
Dalam hal Komunikasi, Peran Suami antara lain :
Suami memakai kontrasepsi
Isteri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan dengan suami
Suami isteri tidak memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan antara suami isteri
Suami isteri tidak memakai dan tidak dibicarakan antara suami isteri
Dari Aspek KIE, rendahnya partisipasi pria antara lain disebabkan oleh :

Informasi methode KB Pria untuk klien tidak lengkap

Bias sasaran KIE dan konseling KB & KR lebih banyak diarahkan ke


perempuan

Remaja pria kurang tersentuh KIE dan konseling

Keraguan provider dengan methode KB Pria

Data dan analisa kontrasepsi pria masih sangat minim

Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

Ada 3 (tiga) faktor penghambat rendahnya pria menjadi akseptor KB, antara lain :
Perbedaan peran gender antara suami isteri
Terbatasnya methode atau cara kontrasepsi yang tersedia
Kurangnya pengetahuan pria tentang kontrasepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengatahuan dan kesadaran pria terhadap KB &
KR rendah, antara lain :

Pendidikan

Pekerjaan

Keterpaparan media massa

Faktor kondisi lingkungan

Pengalaman menggunakan

Faktor lainnya
Vasektomi, adalah pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak

keluar dari buah zakar. Cara ini dipakai untuk kontrasepsi mantap pria. , sehingga tidak
dapat menyalurkan spermatozoa. Vasektomi atau mengikat saluran sperma pria bukan
barang baru. Kita mengenal kebiri sengaja dilakukan pada tukang pukul kerajaan
zaman dulu supaya tidak ada main dengan dayang-dayang.
Keuntungan menggunakan vasektomi : Permanen dan efektif ; tidak ada efek
samping jangka panjang dan tidak mengganggu hubungan seksual dan dapat mencegah
kehamilan lebih dari 99 %. Kerugian vasektomi : harus ada pembedahan minor ; tidak
dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak.
Yang harus diingat :
- Untuk laki-laki usia subur sudah punya anak cukup ( 2 anak ) dan istri beresiko tinggi.
- Boleh bersenggama setelah 2-3 hari setelah operasi dengan menggunakan kondom,
penggunaan kondom dilanjutkan sampai 20 kali ejakulasi atau 3 bulan setelah operasi.

Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

Syarat-syarat menggunakan vasektomi :


- Sukarela, bahagia, sehat jasmani dan rohani.
- Mengikuti konseling atau bimbingan tatap muka.
- Menandatangani formulir persetujuan tindakan medik ( operasi ).
Sterilisasi buat Pria
Vasektomi sebetulnya bukanlah metode kontrasepsi pilihan, melainkan cara lain
bikin lelaki menjadi tidak bisa menghamili secara permanen. Eloknya keputusan untuk
vasektomi tidak boleh begitu saja diambil sesederhana suami memilih kondom.
Bukan pertimbangan apa efeknya terhadap penampilan dan kinerja seks yang
mungkin ditimbulkannya yang perlu lebih banyak dipikirkan, melainkan apa keputusan
itu sudah final bagi pasangan suami-istri. Keputusan vasektomi sepihak oleh suami
saja, sering bermasalah dalam keluarga di belakang hari.
Bagaimana Cara Vasektomi
Prinsipnya bagaimana menjadikan pipa saluran spermatozoa atau sel benih vasa
deferens pria agar betul-betul dibuat buntu. Sumbatan pada vas deferen tidak
mempengaruhi jaringan interstitiel pada testis, sehingga sel-sel Leydig tetap menghasilkan
hormon testosteron seperti biasa dan libido juga tidak berubah Kita tahu saluran sel benih

yang sebesar kabel telepon berada di dalam kantong buah zakar (scrotum), Pipa ini
menjadi penghubung yang mengalirkan sel benih yang diproduksi oleh buah zakar
menuju kelenjar prostat yang berada d atasnya, di luar kantong zakar.
Di dalam prostat, sel benih lalu direndam oleh media berupa getah yang
diproduksi oleh prostat. Selain itu disiram pula oleh cairan seminal, sehingga
volumenya menjadi lebih banyak. Campuran ketiganya itu menjadi apa yang kita kenal
sebagai air mani atau sperma.
Jadi, sebagian besar air mani yang keluar itu sesungguhnya lebih banyak berisi
getah prostat dan cairan seminal (sekitar 95 persen), dan hanya sebagian kecil saja
berisi sel benih (sekitar 5 persen). Taruhlah sekali ejakulasi rata-rata mengeluarkan 5 cc
air mani, volume sel benihnya mungkin hanya sekitar 0,15cc saja.
Jadi, setelah seorang pria divasektomi, volume air mani yang sekitar 0,15 cc itu
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

saja yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena pipa yang mengalirkannva
sudah dibikin buntu. Kendati yang sedikit ini besar maknanya dalam hal kesuburan,
hampir tak ada artinya dalam urusan ejakulasi dan pernik seks lainnya.
Teknik konvensional vasektomi yang lazim dilakukan dengan cara memotong
pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung potongannya. Karena pipa alit
ini ada pada kedua belah sisi buah zakar, pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi.
Umumnya rata-rata pemeriksaan air mani setelah 8 minggu vasektomi hasilnya
baru benar-benar sudah bersih. Artinya, air mani sudah tidak berisi sel benih hidup lagi.
Pada status steril begini seorang lelaki sudah tidak mungkin menghamili lagi.
Lalu, bukankah sel benih lelaki yang sudah divasektomi masih terus diproduksi?
Ke mana larinya sel benih yang belum stop diproduks! itu? Apa itu bisa membahayakan
tubuh atau seks lelaki?.
Ya betul, sel benih atau spermatozoa lelaki yang sudah divasektomi masih terus
diproduksi oleh buah zakar. Namun, karena tertahan tidak bisa dialirkan memasuki
prostat dan bisa ikut keluar bersama ejakulat, tumpukan sel benih akan diserap kembali
oleh tubuh.

Senggama terputus/ Coitus interuptus


Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.
Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa
penggunanaan cara KB dan mencegah kehamilan dengan senggama terputus cukup
banyak mencapai 1,5 persen. Hal ini menarik karena cara KB ini meningkat 0.4 persen
dibandingkan
Meningkatkan

pada

tahun

1997

yang

keterlibatan

pria

dalam

mencapai
keluarga

1,1

persen.
berencana

Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat
dalam.
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang
mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat
menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. Efektifitas akan jauh menurun apabila
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Memutus kenikmatan
dalam berhubungan seksual.
Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
3. Tidak mengganggu produksi ASI.
4. Tidak ada efek samping.
5. Tidak membutuhkan biaya.
6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8. Dapat digunakan setiap waktu.
Manfaat non kontrasepsi
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
2. Menanamkan sifat saling pengertian.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.

Coitus Interuptus
Sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah
dengan interupsi pra orgasmik.
Pasangan yang tidak mau metode
kontrasepsi lain.
Suami yang ingin berpartisipasi aktif
dalam keluarga berencana.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi
segera.
Pasangan yang memerlukan metode

Tidak sesuai untuk


Suami dengan ejakulasi dini.
Suami yang tidak dapat mengontrol
interupsi pra orgasmik.
Suami dengan kelainan fisik/psikologis.
Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.
Pasangan yang tidak komunikatif.

Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

sementara, sambil menunggu metode lain.


Pasangan yang membutuhkan metode
Pasangan yang tidak bersedia melakukan
pendukung.
senggama terputus.
Pasangan yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur.
Menyukai senggama yang dapat dilakukan
kapan saja/tanpa rencana.

Dalam tahap penelitian pengembangan penggunaan hormonal sebagai kontrasepsi


pria yang difokuskan pada pemberian preparat hormon dengan tujuan menekan hormon
yang dihasilkan di bagian otak yaitu hipofisis sehingga dapat menyebabkan
pengurangan dan penghambatan produksi sperma dalam buah zakar (testis). Hormon
yang dipakai adalah hormon androgen atau kombinasi hormon androgen dan hormon
progesteron yang mempunyai masa kerja yang lama (long acting) yang dapat diberikan
secara oral, suntikan, ditempel ke kulit dan ditanam dibawah kulit (implant).

3. Upaya peningkatan peran pria dalam kesehatan reproduksi


Sosialisasi KB pria masih menjadi barang langka, jarang dan sulit ditemui di
masyarakat, sehingga metode KB pria seperti vasektomi dan kondom masih belum
sepopuler metode kontrasepsi wanita seperti pil, suntik, atau IUD. Hal lain yang sangat
mendukung sosialisasi program KB pria adalah promosi dan motivasi dari kaum pria
yang telah menjadi akseptor KB pria. Apalagi bila para akseptor tersebut telah
bergabung dalam suatu kelompok KB. Dengan terbentuknya kelompok KB pria
tersebut maka proses sosialisasi KB pria ke masyarakat akan lebih mudah dan terarah.
Kegagalan dan keberhasilan merekrut kaum pria dalam ber KB sangat
dipengaruhi oleh sikap provider dan petugas KB di lapangan karena dengan sikap
proaktif dalam mempromosikan dan responsif bila menemui kaum pria yang
membutuhkan pelayanan KB, maka program KB pria akan berjalan optimal.
Petugas kesehatan juga jarang melibatkan pria/suami dalam konsultasi
kesehatan, terutama dalam perawatan kehamilan dan kelahiran anak. Bahkan, dari 50
dokter yang mengirimkan laporan bulanan, kondom hanya ditawarkan kepada 16
persen klien ibu rumah tangga penderita Penyakit Seks Menular (PSM).
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

Tak pelak lagi, kendala yang paling sering menghampiri pasangan dalam rumah
tangga adalah soal minimnya komunikasi. Dua pribadi yang berbeda, jika disatukan
tanpa perekat yang kuat berupa komunikasi yang kuat pula, akan menimbulkan
berbagai masalah, termasuk diantaranya ketidaktahuan akan pemenuhan hak dan
kewajiban reproduksi yang harus dilakukan suami.

4. Beberapa kegiatan yg melibatkan peran pria dalam kespro


Partisipasi kaum pria dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB)
masih sangat rendah, jumlah pria yang menggunakan alat kontrasepsi hanya sekitar
2,7%, demikian kata Kepala badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Sumarjati Arjoso di Jakarta. "Padahal kami memberikan kondom secara
cuma-cuma dan memberikan pelayanan vasektomi gratis kepada keluarga miskin yang
hendak menjadi akseptor KB," .
Mengingat strateginya peran pria dalam program KB maka penanganannya tidak
bisa dilakukan hanya secara parsial saja, hanya sekedar mengajak atau
mensosialisasikan cara dan alat KB saja, tapi harus secara menyeluruh dengan
menggali segala akar permasalahannya untuk merubah pola pikir bahwa reproduksi
juga merupakan tanggung jawab laki-laki. Kesertaan KB bagi pria tidak bisa ditundatunda lagi, karena kesertaan pria dalam program KB akan memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan penanganan
masalah kesehatan reproduksi termasuk penurunan angka kematian ibu melahirkan
maupun angka kematian bayi, yang kesemuanya itu mempunyai pengaruh cukup besar
dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Gambaran yang menggembirakan kita melihat informasi berikut ini. Seorang
petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan
sejumlah alat kontrasepsi di Jakarta. (ANTARA/Widodo S. Jusuf). Lombok Tengah,
NTB (ANTARA News) - Minat pria di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat, untuk menggunakan alat kontrasepsi mantap cukup tinggi. "Target pria
menggunakan alat kontrasepsi mantap (kontap) tahun ini sebanyak 60 orang namun
hingga Juli 2010 sudah mencapai 226 pria," kata Kepala Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Lombok Tengah . Menurut dia,
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

10

tingginya minat pria menggunakan alat kontrasepsi mantap tidak terlepas dari peran
penyuluh lapangan dalam memberikan sosialisasi mengenai alat kontraksepi itu. "Kami
bersyukur kalangan pria di kabupaten ini sudah mulai berminat menggunakan kontap,"
katanya.
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah terus menggalakkan penggunaan alat
kontrasepsi kepada masyarakat baik perempuan maupun pria yang sudah menikah
melalui sosialisasi. "Sosialisasi kami lakukan secara langsung melalui perorangan
maupun kolektif bahkan juga dengan cara pemutaran film layar tancap," katanya. Ia
mengakui tingginya pencapaian target pengguna alat kontrasepsi mantap bagi pria
merupakan tertinggi dalam sejarah karena selama ini pria tiodak mau menggunakan alat
kontrasepsi. "Pria biasanya paling malas disuruh menggunakan alat kontraspesi namun
sekarang kesadaran mereka mulai tumbuh. Ini pencapaian luar biasa yang tidak pernah
terjadi selama ini," katanya.
Di Indonesia vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana
nasional. Vasektomi merupakan tindakan pemotongan vas deferens melalui operasi
dengan anestesi lokal. Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa
pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia
dilakukan tindakan kontrasepsi pada dirinya.
Keterbatasan pilihan methode kontrasepsi pria dan ketersediaan dukungan
jaringan pelayanan KB & KR. Meskipun dari dua methode KB pria telah tersedia
berbagai merek kondom dan telah dikembangan beberapa tehnik vasektomi yang
relative lebih baik, namun seringkali menjadi alasan utama yang dikemukakan dari
berbagai pihak, mengapa kesertaan pria dalam KB rendah.
Aksesabilitas Pelayanan dan dukungan jaringan pelayanan Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi Remaja bagi Pria masih sangat terbatas. Aksesabilitas
informasi KB & KR baik media KIE, Konseling yang tersedia, informasi yang
diberikan oleh petugas, tempat pelayanan yang ada masih bias gender.
Kualitas Pelayanan KB Pria masih belum memadai. Untuk mencapai kepuasan
klien, dari beberapa penelitian mengungkap kebutuhan atau keinginan pria terhadap
pria terhadap KB & KR, sebagai berikut :

Tempat pelayanan yang disukai

Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

11

Tenaga pelayanan yang diinginkan untuk KB Pria

Methode Kontrasepsi yang disukai

Bentuk KIE KB & KR yang diinginkan

5. Kondisi Politik, Sosial, Budaya Masyarakat Dan Agama Masih Belum Optimal
Pada prinsipnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dalam pasal 12 ayat 3 yang
berbunyi : Perbaikan kondisi penduduk dilakukan dengan memperhatikan nilai
agama, etika dan sosial budaya. Nilai etika dan agama harus menjadi penepis sebelum
menerapkan atau menerima tehnologi pengembangan kualitas pelayanan keluarga
berencana .
Agama juga sering kali digunakan sebagai alasan untuk menolak penggunaan alat
kontrasepsi. Persoalan yang paling penting dan kadang diperdebatkan dalam Islam
mengenai KB adalah soal penentuan jumlah anak. Ada sebagian kalangan yang menilai
membatasi kelahiran dengan alasan takut tidak bisa menghidupi anak, tidak dibenarkan
dalam Islam.
Dalam pandangan Islam sebagaimana difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada Musyawarah Nasional MUI tahun 1983, KB dinilai sebagai suatu ikhtiar
atau usaha manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan
hukum agama, Undang-Undang (UU) Negara dan moral Pancasila. Untuk itu,
dikatakan Ketua Umum MUI, KH. MA Sahal Mahfudz, Agama Islam membenarkan
pelaksanaan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak. Mengenai penjarangan
kehamilan demi alasan kesehatan ini, dikatakan telah dilakukan di zaman Rasulullah
SAW. Dalam masa itu, sebagaimana dikatakan dalam dua buah hadis yang
diriwayatkan masing-masing oleh Bukhori dan Muslim, seorang sahabat Rasul
mengaku telah melakukan azal, yakni mengeluarkan air mani di luar vagina istri atau
yang lazim disebut saat ini sebagai senggama terputus, namun tidak dilarang oleh
Rasul.
Geraja Katolik menyatakan bahwa KB pertama-tama harus dipahami sebagai
sikap tanggung jawab. Soal metode, termasuk cara pelaksanaan tanggung jawab itu,
umat Katolik harus senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab.
Pelaksanaan pengaturan kelahiran harus selalu memperhatikan harkat dan martabat
manusia serta mengindahkan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang berlaku dalam
Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

12

masyarakat. Sejauh ini Gereja Katolik menganjurkan umat melaksanakan program KB


dengan cara pantang berkala (tidak melakukan persetubuhan saat masa subur). Para
uskup Indonesia mendukung ajaran Paus dengan memberi anjuran hendaknya metode
alamiah (KB Alamiah-pantang berkala) beserta segala perbaikannya lebih
diperkenalkan dan dianjurkan, mengutip pedoman Pastoral keluarga tahun 1975 No.26.
Namun saat umat Katolik tidak dapat melaksanakan cara tersebut (KB alamiah),
mereka bisa bertindak secara tanggung jawab dan tidak perlu merasa berdosa apabila
menggunakan cara lain. Asal, cara tersebut tidak merendahkan martabat suami atau
istri, tidak berlawanan dengan hidup manusia (pengguguran dan pemandulan), dan
dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

Bahan kuliah Dasar-dasar Kespro Kesmas, Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai