Anda di halaman 1dari 23

AYAT-AYAT AL QURAN

TENTANG TOLERANSI
( Materi RPP No. 26 )
Standar Kompetensi

: 26. Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang anjuran bertoleransi

Kompetensi Dasar

: 26.1. Membaca QS. Al-Kafirun, QS. Yunus yat 40-41, QS. Al-Kahfi ayat 29
26.2. Menjelaskan arti QS. Al-Kafirun, QS. Yunus yat 40-41, QS. Al-Kahfi ayat 29 & Menjelaskan
Tazwidz.
26.3. Membiasakan perilaku bertoleransi seperti yang terkandung dalam QS. Al-Kafirun, QS. Yunus
yat 40-41, QS. Al-Kahfi ayat 29
AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG TOLERANSI
QS. Al Kaafirun 1-6

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".


QS. Yunus 40-41

Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur'an, dan di antaranya ada orang-orang yang tidak beriman
kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.

Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
QS. Al Kahfi : 9

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang
zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

AYAT-AYAT AL QURAN TETANG


ETOS KERJA
( Materi RPP No. 27 )
Standar Kompetensi

: 27. Memahami ayat-ayat al-Quran tentang etos kerja

Kompetensi Dasar

: 27.1. Membaca QS. Al-Mujadalah ayat 11 dan QS. Al-Jumuah ayat 9-10
27.2. Menjelaskan arti QS. Al-Mujadalah ayat 11 dan QS. Al-Jumuah ayat 9-10 & menjelaskan
Tazwidz.
27.3. Membiasakan ber etos kerja seperti terkandung dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 dan QS. AlJumuah ayat 9-10
AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG ETOS KERJA

QS. Al Mujaadilah - 11

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

QS. Al Jumuah 9-10

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli . Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung.

BERIMAN KEPADA HARI AKHIR


( Materi RPP No. 28 )

Standar Kompetensi

: 28. Meningkatkan keimanan kepada hari akhir

Kompetensi Dasar

: 28.1. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan


Kepada hari akhir.
28.2. Menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir.

A. Pengertian
Hari akhir yaitu hari berakhirnya kehidupan di dunia serta seluruh makhluk.
Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa setelah kehidupan di dunia ini terdapat kehidupan selanjutnya
yang kekal abadi sebagai tempat pembalasan terhadap setiap amal perbuatan selama hidup di dunia.
Iman kepada hari akhir termasuk rukun iman yang ke lima. Merupakan berita as samiyat, yaitu hal yang hanya
dapat didengar saja melalui berita Rasulullah Saw.
Nama lain dari hari akhir adalah : Yaomul qiyamah, yaomul hisab, yaomuddin (pembalasan), yaomul mizan,
yaomut Thamah (bencana besar).
B. Tanda-tanda beriman kepada Hari Akhir
Orang yang beriman kepada hari akhir dapat dilihat dari tanda-tanda sbb :
- Mereka akan lebih berhati-hati dalam berlaku, karena semuanya akan dipintai pertanggung jawaban di hari akhir.
- Akan lebih banyak melakukan amal yang baik, sebagai bekal di akhirat
- Akan selalu optimis dan luas harapannya, karena setelah hidup di dunia ada kehidupan lain di akhirat.
C. Hikmah beriman kepada Hari Akhir
- Sebagai pengendali nafsu angkara
- Sebagai petunjuk agar sntiasa berhati-hati
- Petunjuk jalan menuju kebenaran
- Menumbuhkan tanggung jawab
- Menumbuhkan optimis
- Mendapatkan keuntungan ganda
- Menyadarkan manusia agar jangan lupa diri di dunia

SIKAP TERPUJI
(ADIL, RIDHA, DAN AMAL SHOLEH)
( Materi RPP No. 29 )
Standar Kompetensi

: 29. Membiasakan perilaku terpuji

Kompetensi Dasar

: 29.1. Menjelaskan pengertian adil, ridha dan amal shaleh.

29.2. Menampilkan contoh perilaku adil, ridha dan amal shaleh.


29.3. Membiasakan perilaku adil, ridha dan amal shaleh.
A. ADIL
Pengertian
Contoh Perilaku adil
B. RIDHA
Pengertian
Conoh Perilaku ridha
C. AMAL SHOLEH
Pengertian
Contoh Perilaku amal sholeh

HUKUM PERNIKAHAN
( Materi RPP No. 30 )
Standar Kompetensi

: 30. Memahami ketentuan hukum Islam tentang hukum keluarga

Kompetensi Dasar

: 30.1. Menjelaskan ketentuan hukum tentang perkawinan


30.2. Menjelaskan hikmah perkawinan
30.3. Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan tentang perkawinan di
Indonesia.

Indikator

:o
o
o
o
o
o
o
o

Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang nikah


Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang talak
Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang rujuk
Menjelaskan hikmah nikah
Menjelaskan hikmah talak
Menjelaskan hikmah rujuk
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundangan tentang perkawinan di Indonesia
Menguraikan kompilasi hukum tentang perkawinan di Indonesia.

HUKUM PERNIKAHAN
Nikah berasal dari bahasa arab yang artinya akad atau ikatan perjanjian yang menghalalkan hubungan antara seorang
lalaki dengan seorang perempuan yang bukan muhrim untuk membentuk rumah tangga yang diridhoi oleh Allah swt.
Allah Swt berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 21 :

Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
THALAQ
Thalaq secara bahasa berarti mengurai ikatan. Secara syariat adalah memutus ikatan pernikahan (atas kehendak suami).
Thalaq telah dikenal dan dipraktikkan oleh umat-umat terdahulu. Menurut Imam Al-Haramain (semoga Allah merahmatinya)
thalaq adalah terminologi Jahiliyah yang dikukuhkan oleh Islam.
Thalaq tidak terjadi jika hanya keinginan, dan belum dilafalkan (menurut Jumhurul Ulama)
2Tetapi menyebut kata thalaq berati thalaq (cerai) walaupun tanpa niat.
Kata cerai terbagi dua; sharih dan kinayah.
Sharih adalah kata yang bermakna cerai dan tidak membutuhkan niat. Alquran menggunakan tiga kata sharih yang
bermakna cerai.
Ath-Thalaq - seperti firman Allah; Thalaq itu dua kali. (Al-Baqarah: 229)
At-Tasrih - seperti firman Allah; atau menceraikan dengan cara yang maruf (Al-Baqarah: 229)
Al-Mufaraqah - seperti firman Allah; Atau lepaskanlah mereka dengan baik (Ath-Thalaq: 2).
Kinayah adalah kata/kalimat yang mengandung makna cerai dan bukan cerai, dan dibutuhkan niat. Kata/kalimat kinayah
bermakna cerai jika disertai niat, menurut Ijma. (Taqiyyuddin Abu Bakr bin Muhammad Al-Husaini Asy-Syafii, Kifayatul
Akhyar 2/86 dan 84). Sewaktu Rasulullah menyuruh Kab bin Malik radhiyallah anhu , menjauhi istrinya ia mengatakan
kepada istrinya ilhaqi bi ahliki (kembalilah ke rumah orangtuamu). Tatkala taubatnya diterima oleh Allah (AtTaubah/19:118) Rasulullah tidak memisahkan antara keduanya. Hal ini disebabkan kalimat ilhaqi bi ahliki adalah
kalimat/kata kinayah. (Taqiyyuddin Abu Bakr bin Muhammad Al-Husaini Asy-Syafii, Kifayatul Akhyar 2/84-86).

Kata cerai tidak bisa digunakan untuk bercanda, bergurau, berkelakar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Ada
tiga hal sungguh-sungguhnya adalah kesungguhan dan berguraunya adalah kesungguhan; menikah, cerai dan rujuk.(HR
Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dishahihkan oleh Al Hakim)
Para Fuqaha membagi thalaq menjadi thalaq sunni dan thalaq bidi. Thalaq sunni adalah menthalaq istri di waktu suci yang
tidak dicampurinya atau mencerainya di waktu hamil. Allah berfirman, Ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya (At-Thalaq: 1).3 Thalaq bidi ialah mencerai istri di waktu haidh atau ketika suci yang dicampuri.
Ketika Ibnu Umar radhiyallah anhu menceraikan istrinya di waktu haidh, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
menyuruhnya untuk : merujukinya, menunggunya hingga suci, dan haidh lagi. Setelah suci merujukinya jika ia
menginginkan, atau menceraikannya sebelum ia mencampurinya (Muttafaqun alaih).
Sedangkan menthalaq istri yang telah meraih usia ayisah (monopause), yang belum haidh (shaghirah) atau yang belum
dicampuri semenjak menikah tidak termasuk dalam kategori thalaq sunni atau thalaq bidi.
Pada masa awal-awal Islam seorang suami berhak merujuki istrinya sekalipun menthalaqnya seratus kali selagi pada masa
iddah. Islam membolehkan merujuki istri hanya terbatas dua kali thalaq. Pada thalaq kali ketiganya suami tidak boleh
merujukinya kembali kecuali jika si bekas istrinya telah menikah dengan pria lain. Jika sisuami mencerainya (sesudah
thalaq kedua), maka perempuan itu tidak halal baginya hingga ia kawin dengan suami (pria) lain. (Al-Baqarah: 230).
Pernikahan antara bekas istri yang telah dithalaq tiga kali bukan hanya sekedar aqad tetapi keduanya harus saling telah
merasai.
Bekas istri Rifaah yang telah dithalaq tiga kali, dinikahi oleh Abdurrahman bin Az Zubair radhiyallah anhu seorang pria
yang tidak berfungsi kelelakiannya. Kamu ingin kembali kepada Rifaah? tanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam .Tidak boleh, kamu harus merasai madunya, dan ia harus pula merasai madumu. (HR. Asy Syafii, Abdurrazzaq,
Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi dari Aisyah - semoga
Allah meridhai dan merahmati mereka semua). Bahkan agama melarang orang yang melakukan pernikahan dengan niat
hanya untuk menghalalkan bagi sisuami pertama.
Iddah
Iddah adalah masa tunggu, masa belum boleh menikah dengan pria lain bagi wanita yang berpisah dengan suami. Pada
masa iddah wanita dilarang meninggalkan rumah, dan bagi suami dilarang pula mengeluarkannya dari rumah. Allah
berfirman; Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali kalau
mereka mengerjakan perbuatan yang keji (Ath-Thalaq: 1). Pada potongan ayat selanjutnya Allah menjelaskan hikmah
yang dapat diraih dari larangan tersebut. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang
baru (keinginan untuk rujuk kembali). (Ath-Thalaq: 1). Masa iddah adalah masa dibolehkan bagi suami untuk merujuk
istrinya. Suami mempunyai hak merujuki istrinya, jika ia menghendaki ishlah. Dan suami-siaminya berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah (Al Baqarah: 228). Rujuk mewajibkan untuk
dipersaksikan oleh dua orang yang adil. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu. (AthThalaq: 2). Merujuki istri yang telah berlalu masa iddahnya harus dengan aqad nikah yang baru dan sesuai persyaratanpersyaratan nikah yang ada.
Bilangan Iddah
Iddah bagi wanita yang dicerai hidup atau mati adalah;
Thalaq yang telah dicampuri

Thalaq bagi wanita yang telah dicampuri dan masih mendapatkan haidh (menstruasi) maka iddahnya adalah menuggu
selama tiga quru. Allah berfirman; Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menungggu) tiga kali quru. (Al
Baqarah: 228). Quru asal maknanya waktu. Quru dapat berarti masa haidh -menurut Umar, Ali, Ibnu Masud, Abu Musa,
Mujahid, Qatadah, Adh Dhahhaq, Ikrimah, As-Sudi ,Ahmad bin Muham-mad bin Hanbal dan ahlulkufah,- atau masa suci
-menurut Aisyah, Ibnu Umar, Zaid bin Tsabit, Az-Zuhri, Aban bin Utsman, Asy-Syafii dan ahlulhijaz- (semoga Allah
meridhai mereka semua).
Perempuan-perempuan yang telah dicampuri tetapi tidak haidh lagi atau perempuan-perempuan yang tidak haidh sama
sekali masa iddahnya adalah tiga bulan. Allah berfirman; Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempunmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya maka iddah mereka adalah tiga bulan ; dan
begitu pula perempuan-perempuan yang tidak haid. (Ath Thalaq/65:4)
Thalaq yang belum dicampuri
Wanita yang belum dicampuri tidak memiliki masa iddah. Allah berfirman, artinya; Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mecampurinya
maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. (Al-Ahzab: 49).
Thalaq wanita hamil
Wanita hamil masa iddahnya sampai ia melahirkan. Allah berfirman; Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah
mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.(Ath Thalaq: 4)
Nafkah dan Mutah
Suami yang menthalaq istrinya berkewajiban untuk memberikan mutah (pemberian) kepadanya. Kepada wanita-wanita
yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mutah menurut yang maruf, sebagai suatu kewajiban bagi orangorang yang bertaqwa (Al-Baqarah: 241).
Ukuran pemberian mutah adalah menurut kepatutan yang berlaku di masyarakat dan sesuai dengan kondisi ekonomi
sisuami. Orang yang mampu menurut kemampuannya (memberi mutah siistri), dan orang yang miskin menurut
kemapuannya (pula) (Al Baqarah/2:236). Nafkah istri yang diceraikan selama masa iddah menjadi tanggung jawab suami.
Istri yang dithalaq dalam keadaan hamil diberikan nafkah hingga melahirkan. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah
dithalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalain (Ath-Thalaq: 6).
Pemberian nafkah sesuai pula dengan kemampuan suami. Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuan-nya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. (Ath-Thalaq: 7). Wallahu alam.(Asri Ibnu Tsani)

RUJUK
Rujuk berarti kembali berkumpul

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


( Materi RPP No. 31 )
Standar Kompetensi

: 31. Memahami perkembangan Islam di Indonesia

Kompetensi Dasar

: 31.1. Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia


31.2. Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
31.3. Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia

Indikator

:o
o
o
o
o
o

menjelaskan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia


menguraikan manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia.
menentukan ciri-ciri perkembangan Islam di Indonesia
menunjukkan contoh-contoh perkembangan Islam di Indonesia
mengidentifikasi hikmah perkembangan Islam di Indonesia
menjelaskan hikmah perkembangan Islam di Indonesia
PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

Ketika Islam masuk ke Indonesia, penduduk wilayah nusantara pada umumnya telah menganut berbagai kepercayaan
yang berkembang pada saat itu, misalnya animism, dinamisme, hindu, budha dsb. Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-7 M, langsung dari tanah arab dan dibawa oleh para sudagar muslim melalui berbagai jalur perjalanan. Pada
mulanya para saudagar yang dating ke tanah air bukan orang-orang yang ahli agama. Namun setelah banyak penganutnya
para saudagar itu sengaja mendatangkan para daI dan ulama ke bumi Indonesia untuk melakukan dakwah Islamiyah.
Wilayah Nusantara yang pertama kali di singgahi ajaran Islam adalah Barus dan Pasai, yang kemudian menjadi
sebuah kerajaan Islam pada tahun 1205.
Jalur perkembangan islam di Indonesia, seiring dengan perjalanan dakwah para mubaligh muslim yang menyebarkan
agama tersebut. Wilayah-wilayah yang mereka singgahi pertama kali antara lain :
1. Pariaman di Sumatera Barat
2. Gresik dan Tuban di Jawa Timur
3. Demak di Jawa Tengah
4. Banten di Jawa Barat

5. Palembang di Sumatera Selatan


6. Banjar di Kalimantan
7. Makasar di Sulawesi Selatan
8. Ternate, Tidore, Bacau, jaulodo Di Kepulauan Maluku Utara
9. Sorong di Papua.
Di wilayah-wilayah itulah Islam mulai berkembang ke seluruh nusantara dari Sabang sampai Merauke.
Agama islam dapat berkembang subur di Indonesia, berkat peranan para ulama dan mubaligh muslim sejak tempo
dulu sampai saat ini.
Begitu pula setelah Indonesia merdeka, sejak diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, para ulama tetap setia
mengawal akidah dan ajaran agama Islam bangsa ini, untuk mendukung dan mensukseskan program pembangunan. Ebab
mereka tidak hanya dibidang agama, tetapi juga berperan sebagai pemimpin non formal bagi masyarakat sekitarnya.
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Sebelum datangnya para penjajah, baik Portugis, Belanda maupun Jepang, bangsa Indonesia sebenarnya telah
mengalami kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan agama Islam. Banyak ulama dan ilmuwan
muslim yang telah menulis buku-buku dan kitab-kitab ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu fiqh, tafsir, akhlak, dan tauhid.
PERKEMBANGANKEBUDAYAAN
Pada masa kerajaan-kerajaan islam Nusantara nasih jaya, perkembangan seni budaya islam juga mengalami kemajuan yang
cukup berarti, terutama seni bangunan, arsitektur, kisalnya yang terdapat pada bangunan masjid dan bangunan keratin bekas
istana kerajaan.
Selain itu, sejarah telah mencatat bahwa pengaruh Islam dalam bidang kebudayaan sangat besar. Hampir diseluruh peloksok,
dimana Islam berkembang tentu punya pengaruh yang tidak kecil bagi kebudayaan setempat. Banyak unsure kebudayaan
yang diberi corak Islam, seperti yang dijelaskan berikut :
1. Seni kaligrafi
2. Seni Tari
3. Seni Wayang
4. Seni Suara
5. Seni baca al quran
PERANAN UMAT ISLAM DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA
Peranan umat dalam kehidupan berbangsa telah dibuktikan dalam sejarah. Pada jaman penjajahan dahulu, para
ulama telah berhasil menjaga bangsa Indonesia dari pengfaruh-pengaruh buruk yang sengaja ditularkan oleh bangsa
penjajah.
Pada saat Indonesia merdeka peranan umat Islam semakin terasa. Bahkan pemerintah kita sangat mengharapkan
peranan aktif para ulama dalam mensukseskan pembangunan di negeri ini.

AYAT-AYAT AL QURAN TENTANG


IPTEK
( Materi RPP No. 32 )
Standar Kompetensi

: 32. Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang pengembangan IPTEK

Kompetensi Dasar

: 32.1. Membaca QS. Yunus ayat 101, dan QS. Al-Baqoroh ayat 164.
32.2. Menjelaskan arti QS. Yunus ayat 101, dan QS. Al-Baqoroh ayat 164.
32.3. Melakukan pengembangan IPTEK seperti terkandung dalam QS. Yunus ayat 101, dan QS. AlBaqoroh ayat 164.

QS. Yunus 101

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
QS. Al Baqoroh 164

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.

BERIMAN KEPADA QODHO DAN QODAR


( Materi RPP No. 33 )
Standar Kompetensi

: 33. meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadar

Kompetensi Dasar

: 33.1. Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar


33.2. Menerapkan hikmah beriman kepada qadha dan qadar

Pengertian :
Qodho artinya ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai kehendak-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan
makhluk. Sedangkan qadar ialah perwujudan ketetapan (qodho) Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan bentuk
tertentu sesuai dengan kehendaknya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Furqon : 2

Artinya :
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam
kekuasaan, dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya .
Fungsi Iman kepada Qodho dan qodar
Qodho dan qodar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan setiap muslim yang beriman. Oleh karena itu,
beriman kepada qodho dan qodar Allah hukumnya wajib. Diantara fungsi iman kepada qodho dan qodar adalah sbb :
1.Melatih diri untuk senantiasa bersyukur dan bersabar
2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
3.Memupuk sikap optimis dan giat bekerja
4.Menenangkan njiwa
5.Sumber motivasi untuk meraih kemajuan
Hubungan antara qodho dan qodar dengan Ikhtiar dan Tawakal
Iman kepada qodho dan qodar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt telah menentukan
tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Nasib seseorang telah ditentukan oleh Allah Sw sejak masih dalam kandungan.
Janganlah engkau menjadikan takdir sebagai alas an untuk malas, apalagi dipersalahkan. Misalnya kita mendapat nilai
buruk, kamu mengatakan ah, itukan sudah takdirku. Pada zaman khalifah Umar bin Khatab pernah terjadi suatu kasus
pencurian tertangkap dan dihadapkan kepada khalifah umar. Kemudian pencuri itu ditanya; Mengapa kamu mencuri ? Ia
menjawab, memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi seorang pencuri.
Mendengar jawaban demikian khalifah umar marah, lalu berkata. Pukul saja orang ini 30x dengan cemeti, setelah itu
potonglah tangannya. Orang yang hadir di tempat itu bertanya, mengapa hukumannya diberatkan seperti itu? Khalifah umar
menjawab. Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangan karena mencuri, dan wajib dipukul dengan cemeti karena berani
berdusta atas nama Allah Swt.

Bertawakal kepada Allah Swt memang dianjurkan, namun tawakal itu hendaknya dilakukan setelah berikhtiar, harus
berdoa untuk keberhasilan suatu keinginan. Setelah ikhtiar dan doa baru bertawakal kepada Allah swt. Sebab hanya Allah-lah
tempat seorang mukmin berserah diri (bertawakkal) Sebagaimana Firman Allah dalam QS. At-Taubah : 51

Artinya :
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah
Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."
Tawakkal yang benar-benar dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari akan menimbulkan sikap sabar dalam
diri seseorang yang beriman. Dia menyadari sepenuhnya apapun yang diterimanya merupakan ketentuan yang diberikan
Allah kepadanya. Jika berupa nikmat, maka segera bersyukur, tetapi jika berupa ujian, segera diterimanya dengan sabar.

SIKAP TERPUJI
( PERSATUAN DAN KERUKUNAN )

( Materi RPP No. 34 )


Standar Kompetensi

: 34. Membiasakan perilaku terpuji

Kompetensi Dasar

: 34.1. Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan


34.2. Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan
34.3. Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Peduli dan Rukun Terhadap Sesama


Agama Islam mengajarkan agar umatnyansenantiasa mau peduli terhadap orang lain, tidak mementingkan diri
sendiri dan atau keluarga dan kelompoknya sendiri. Sikap kasih sayang harus dimiliki oleh setiap orang, sebab itulah sikap
dasar kepedulian terhadap sesame manusia.
Apalagi kita sebagai muslim harus senantiasa peduli terhadap sesame saudara seiman. Sebab kita pada hakikatnya
bersaudara, kita dipersaudarakan oleh agama kita, Islam. Tidak ada perbedaan antara sesame muslim, dari manapun
asalnya. Perbedaan itu terjadi hanya pada tingkat ketakwaan.
Sikap peduli terhadap sesame harus dipupuk dan dikembangkan sejak usia dini.n Sebagai seorang siswa muslim,
tentunya kamu memiliki banyak teman di sekolahmu. Diantara teman-temanmu, tidak semuanya anak orang berada,
melainkan banyak pula yang berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Dalam hal ini kepedulian kita
yang memiliki kelebihan rezeki, dan kebetulan mempunyai orang tua berkecukupan terhadap mereka harus ditunjukkan.
Terutama jika mereka sangat membutuhkan bantuan dan pertolonganmu.
B. Peduli Terhadap Persatuan dan Kebersamaan
Manusia diciptakan sebagai makhluk social, yang satu membutuhkan yang lainnya. Maka kerukunan, persatuan dan
kebersamaan merupakan syarat mutlak dalam menjalankan kehidupan dimuka bumi ini. Agama Islam menganjurkan agar
umatnya menjunjujng tinggi persatuan dan kebersamaan. Sebab pada kebersamaan itu terdapat kasih sayang antar
sesame.
Menjaga persatuan dan kebersamaan merupakan kewajiban setiap orang, apalagi kita sebagai muslim. Menjaga
persatuan dan kebersamaan adalah keharusan dalam meraih kekuatan. Perhatikan firman Allah Swt.
QS. Ali Imron 103

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Sebagai salah satu sikap peduli terhadap persatuan dan kebersamaan adalah mendahulukan kepentingan orang
lain daripada kepentingan diri sendiri, keluarga dan kelompok. Sikap mendahulukan kepentingan orang lain merupakan
sikap terpuji, selain itu juga dapat menjalin dan mempererat persatuan umat. Betapa indahnya dunia ini jika penghuninya
saling menghormati, dan saling mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.
Di dunia ini kebenaran dan kebatilan berjalan seiring, kadangbergantian waktu dan tempatnya, kadang pula
bersamaan. Untuk menumpas kebatilan dan kemaksiatan, kita perlu kekuatan, dan kekuatan itu dapat terwujud jika kita
ada persatuan dan kebersamaan. Kejahatan dan kejaliman yang bersatu, dapat mengalahkan kebenaran yang bercerai
berai.

SIKAP TERCELA
( ISYROF, TABZIR, GHIBAH, FITNAH )
( Materi RPP No. 35 )
Standar Kompetensi

: 35. Menghindari perilaku tercela

Kompetensi Dasar

: 35.1. Menjelaskan pengertian isyraf, tabzir, ghibah dan fitnah


35.2. Menjelaskan contoh isyraf, tabzir, ghibah dan fitnah
35.3. Menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah

Indikator

: o Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah

o Menjelaskan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah


o Menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah.
o Menunjukkan akibat dari isyraf, tabzir, ghibah dan fitnah

A. ISYROF
1. Pengertian
Isyrof adalah berlebih-lebihan dalam menggunakan sesuatu di luar batas yang diperlukan. Perilaku isyrof dilarang
oleh ajaran islam, sebab selain sikap tersebut sangat tidak terpuji, juga dapat mendatangkan madarat, baik bagi
pelaku maupun bagi orang lain.
Termasuk isyrof yaitu membeli sesuatu yang kurang bermanfaat atau tidak bias digunakan dalam kebajikan,
melainkan hanya pamer belaka.
2. Isyrof dalam keseharian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan perbuatan-perbuatan yang termasuk isyrof, diantaranya :
- Berbelanja diluar batas
- Berbelanja yang kurang bermanfaat
- Memakan sesuatu sampai terlalu kenyang
3. Cara Menghindari
Berlaku hemat dalam menggunakan harta
Menabung untuk masa depan
Bersedekah atau menunaikan zakat
Memberikan bantuan dan pertolongan
Mempererat tali persaudaraan dan meringankan beban saudara
Mengadakan kegiatan amal sholeh
B. TABZIR
1. Pengertian
Tabzir merupakan sikap tercela, yaitu perbuatan memubadzirkan harta atau makanan. Sikap ini bertolak belakang
dengan sikap pemurah dan dermawan, karena tabzir mengeluarkan harta tanpa kebajikan, sedangkan derma
mengeluarkan harta secara bermanfaat.
2. Macam-macam tabzir
Banyak corak dan ragam tabzir yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah :
Membuang makanan yang masih baik
Membiarkan harta benda tidak dimanfaatkan sampai tidak berfungsi secara sendiri
Membeli harta yang tidak bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain
C. GHIBAH
1. Pengertian
Ghibah yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang membicarakan aib dan kekurangan orang lain, tanpa diketahui
oleh orang yang digunjing tersebut walaupun memang keadaannya seperti yang dibicarakannya.
Menggunjing atau ghibah selain merupakan perbuatan keji yang dapat merugikan orang lain, juga merupakan
perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam.
2. Ghibah dalam kehidupan
Bentuk-bentuk ghibah dapat terlihat dalam beberapa contoh di bawah ini
- Membicarakan aib orang lain
- Menjelekan orang lain
- Menyebutkan kesalahan orang lain
- Mencela orang lain
- Menyulut permusuhan dengan orang lain
- dll
3. Cara Menghindari
- Menyelenggarakan kegiatan social agar terhindar dari permusuhan
- Memupuk kerjasama atas dasar kebajikan dan takwa
- Memelihara hubungan persaudaraan, persatuan dan kesatuan
- Mengembangkan sikap musyawarah dalam memecahkan masalah
- Memaafkan kesalahan orang lain
D. FITNAH
1. Pengertian
Dalam pengertian keseharian fitnah adalah menyebarkan berita bohong tentang seseorang, karena ada maksud
tidak baik.
Dalam pengertian lain fitnah adalah ujian.

Fitnah merupakan sikap tercela yang sangat merugikan orang lain, fitnah merupakan perbuatan yang sangat kejam
dan dapat mencemarkan nama baik seseorang. Oleh karena itu dampak dari fitnah sangatlah besar sekali.
Sebagai muslim kita wajib menjauhkan diri dari perbuatan fitnah tersebut.
2. Cara Menghindari
- Berusaha untuk berbaik sangka kepada orang lain
- Selalu ingat bahwa fitnah itu termasuk dosa
- Memaafkan orang lain

BERIMAN KEPADA HARI AKHIR


( Materi RPP No. 36 )
Standar Kompetensi

: 36. Memahami ketentuan hukum Islam tentang waris

Kompetensi Dasar

: 36.1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris


36.2. Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris

Indikator

:o
o
o
o

AYAT-AYAT WARIS
ALLAH SWT berfirman

menjelaskan ketentuan hukum waris


menjelaskan tentang ahli waris
menjelaskan pembagian masing-masing ahli waris
Menyebutkan contoh pelaksanaan hukum waris yang terdapat dalam undang-undang
waris.
o Memperagakan cara-cara menghitung pembagian waris secara Islam.

"Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu, bagian seorang anak laki-laki sama
dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua
orang ibu-bapak bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;
jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut
di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anakanakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
dari Allah. SesungguhnyaAllah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (an-Nisa': 11)
"Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat
yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika
kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik
laki-laki maupun perempuan, yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar utangnya dengan tidak memberi mudarat
(kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Penyantun." (an-Nisa': 12)
"Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika
seorang meningal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara laki-laki dan perempuan,
maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini)
kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (an-Nisa': 176)
Syarat Waris
Syarat-syarat waris juga ada tiga:
Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum (misalnya dianggap telah meninggal).
Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia.
Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing.
Syarat Pertama: Meninggalnya pewaris
Yang dimaksud dengan meninggalnya pewaris --baik secara hakiki ataupun secara hukum-- -ialah bahwa seseorang telah
meninggal dan diketahui oleh seluruh ahli warisnya atau sebagian dari mereka, atau vonis yang ditetapkan hakim terhadap
seseorang yang tidak diketahui lagi keberadaannya. Sebagai contoh, orang yang hilang yang keadaannya tidak diketahui lagi
secara pasti, sehingga hakim memvonisnya sebagai orang yang telah meninggal.
Hal ini harus diketahui secara pasti, karena bagaimanapun keadaannya, manusia yang masih hidup tetap dianggap mampu
untuk mengendalikan seluruh harta miliknya. Hak kepemilikannya tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun, kecuali setelah
ia meninggal.
Syarat Kedua: Masih hidupnya para ahli waris
Maksudnya, pemindahan hak kepemilikan dari pewaris harus kepada ahli waris yang secara syariat benar-benar masih hidup,
sebab orang yang sudah mati tidak memiliki hak untuk mewarisi.
Sebagai contoh, jika dua orang atau lebih dari golongan yang berhak saling mewarisi meninggal dalam satu peristiwa --atau
dalam keadaan yang berlainan tetapi tidak diketahui mana yang lebih dahulu meninggal-- maka di antara mereka tidak dapat
saling mewarisi harta yang mereka miliki ketika masih hidup. Hal seperti ini oleh kalangan fuqaha digambarkan seperti orang

yang sama-sama meninggal dalam suatu kecelakaan kendaraan, tertimpa puing, atau tenggelam. Para fuqaha menyatakan,
mereka adalah golongan orang yang tidak dapat saling mewarisi.
Syarat Ketiga: Diketahuinya posisi para ahli waris
Dalam hal ini posisi para ahli waris hendaklah diketahui secara pasti, misalnya suami, istri, kerabat, dan sebagainya, sehingga
pembagi mengetahui dengan pasti jumlah bagian yang harus diberikan kepada masing-masing ahli waris. Sebab, dalam
hukum waris perbedaan jauh-dekatnya kekerabatan akan membedakan jumlah yang diterima. Misalnya, kita tidak cukup
hanya mengatakan bahwa seseorang adalah saudara sang pewaris. Akan tetapi harus dinyatakan apakah ia sebagai saudara
kandung, saudara seayah, atau saudara seibu. Mereka masing-masing mempunyai hukum bagian, ada yang berhak
menerima warisan karena sebagai ahlul furudh, ada yang karena 'ashabah, ada yang terhalang hingga tidak mendapatkan
warisan (mahjub), serta ada yang tidak terhalang.
G. Penggugur Hak Waris
Penggugur hak waris seseorang maksudnya kondisi yang menyebabkan hak waris seseorang menjadi gugur, dalam hal ini
ada tiga:
1. Budak
Seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak untuk mewarisi sekalipun dari saudaranya. Sebab segala
sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya. Baik budak itu sebagai qinnun (budak murni), mudabbar
(budak yang telah dinyatakan merdeka jika tuannya meninggal), atau mukatab (budak yang telah menjalankan perjanjian
pembebasan dengan tuannya, dengan persyaratan yang disepakati kedua belah pihak). Alhasil, semua jenis budak
merupakan penggugur hak untuk mewarisi dan hak untuk diwarisi disebabkan mereka tidak mempunyai hak milik.
2. Pembunuhan
Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris (misalnya seorang anak membunuh ayahnya), maka ia tidak berhak
mendapatkan warisan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:
"Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya. "
Dari pemahaman hadits Nabi tersebut lahirlah ungkapan yang sangat masyhur di kalangan fuqaha yang sekaligus dijadikan
sebagai kaidah: "Siapa yang menyegerakan agar mendapatkan sesuatu sebelum waktunya, maka dia tidak mendapatkan
bagiannya."
Ada perbedaan di kalangan fuqaha tentang penentuan jenis pembunuhan. Misalnya, mazhab Hanafi menentukan bahwa
pembunuhan yang dapat menggugurkan hak waris adalah semua jenis pembunuhan yang wajib membayar kafarat.
Sedangkan mazhab Maliki berpendapat, hanya pembunuhan yang disengaja atau yang direncanakan yang dapat
menggugurkan hak waris. Mazhab Hambali berpendapat bahwa pembunuhan yang dinyatakan sebagai penggugur hak waris
adalah setiap jenis pembunuhan yang mengharuskan pelakunya diqishash, membayar diyat, atau membayar kafarat. Selain
itu tidak tergolong sebagai penggugur hak waris.
Sedangkan menurut mazhab Syafi'i, pembunuhan dengan segala cara dan macamnya tetap menjadi penggugur hak waris,
sekalipun hanya memberikan kesaksian palsu dalam pelaksanaan hukuman rajam, atau bahkan hanya membenarkan
kesaksian para saksi lain dalam pelaksanaan qishash atau hukuman mati pada umumnya. Menurut saya, pendapat mazhab
Hambali yang paling adil. Wallahu a'lam.
3. Perbedaan Agama
Seorang muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi oleh orang non muslim, apa pun agamanya. Hal ini telah ditegaskan
Rasulullah saw. dalam sabdanya:
"Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak pula orang kafir mewarisi muslim." (Bukhari dan Muslim)
H. Ahli Waris dari Golongan Laki-laki
Ahli waris (yaitu orang yang berhak mendapatkan warisan) dari kaum laki-laki ada lima belas: (1) anak laki-laki, (2) cucu lakilaki (dari anak laki-laki), (3) bapak, (4) kakek (dari pihak bapak), (5) saudara kandung laki-laki, (6) saudara laki-laki seayah, (7)
saudara laki-laki seibu, (8) anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki, (9) anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, (10)

paman (saudara kandung bapak), (11) paman (saudara bapak seayah), (12) anak laki-laki dari paman (saudara kandung
ayah), (13) anak laki-laki paman seayah, (14) suami, (15) laki-laki yang memerdekakan budak.
Catatan
Bagi cucu laki-laki yang disebut sebagai ahli waris di dalamnya tercakup cicit (anak dari cucu) dan seterusnya, yang penting
laki-laki dan dari keturunan anak laki-laki. Begitu pula yang dimaksud dengan kakek, dan seterusnya.
I. Ahli Waris dari Golongan Wanita
Adapun ahli waris dari kaum wanita ada sepuluh: (1) anak perempuan, (2) ibu, (3) anak perempuan (dari keturunan anak lakilaki), (4) nenek (ibu dari ibu), (5) nenek (ibu dari bapak), (6) saudara kandung perempuan, (7) saudara perempuan seayah, (8)
saudara perempuan seibu, (9) istri, (10) perempuan yang memerdekakan budak.
Catatan
Cucu perempuan yang dimaksud di atas mencakup pula cicit dan seterusnya, yang penting perempuan dari keturunan anak
laki-laki. Demikian pula yang dimaksud dengan nenek --baik ibu dari ibu maupun ibu dari bapak-- dan seterusnya.
WARIS DALAM PANDANGAN ISLAM
SYARIAT Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak
kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islam juga
menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat
dan nasabnya, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil.
Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan
hak seorang pun. Bagian yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris, apakah dia
sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu.
Oleh karena itu, Al-Qur'an merupakan acuan utama hukum dan penentuan pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang
kewarisan yang diambil dari hadits Rasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapat dikatakan bahwa dalam hukum
dan syariat Islam sedikit sekali ayat Al-Qur'an yang merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal
demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk kepemilikan yang legal dan dibenarkan AlIah SWT. Di samping
bahwa harta merupakan tonggak penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok masyarakat.
PEMBAGIAN WARIS MENURUT AL-QUR'AN
JUMLAH bagian yang telah ditentukan Al-Qur'an ada enam macam, yaitu setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan
(1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6). Kini mari kita kenali pembagiannya secara rinci, siapa saja ahli
waris yang termasuk ashhabul furudh dengan bagian yang berhak ia terima.
A. Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Setengah
Ashhabul furudh yang berhak mendapatkan separo dari harta waris peninggalan pewaris ada lima, satu dari golongan laki-laki
dan empat lainnya perempuan. Kelima ashhabul furudh tersebut ialah suami, anak perempuan, cucu perempuan keturunan
anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara perempuan seayah. Rinciannya seperti berikut:
1. Seorang suami berhak untuk mendapatkan separo harta warisan, dengan syarat apabila pewaris tidak mempunyai
keturunan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, baik anak keturunan itu dari suami tersebut ataupun bukan. Dalilnya
adalah firman Allah:
"... dan bagi kalian (para suami) mendapat separo dari harta yang ditinggalkan istri-istri kalian, bila mereka (para istri) tidak
mempunyai anak ..." (an-Nisa': 12)
2. Anak perempuan (kandung) mendapat bagian separo harta peninggalan pewaris, dengan dua syarat:
Pewaris tidak mempunyai anak laki-laki (berarti anak perempuan tersebut tidak mempunyai saudara laki-laki, penj.).
Apabila anak perempuan itu adalah anak tunggal. Dalilnya adalah firman Allah: "dan apabila ia (anak perempuan) hanya
seorang, maka ia mendapat separo harta warisan yang ada". Bila kedua persyaratan tersebut tidak ada, maka anak
perempuan pewaris tidak mendapat bagian setengah.
3. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki akan mendapat bagian separo, dengan tiga syarat:
Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki (yakni cucu laki-laki dari keturunan anak laki-laki).

Apabila hanya seorang (yakni cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki tersebut sebagai cucu tunggal).
Apabila pewaris tidak mempunyai anak perempuan ataupun anak laki-laki.
Dalilnya sama saja dengan dalil bagian anak perempuan (sama dengan nomor 2). Sebab cucu perempuan dari keturunan
anak laki-laki sama kedudukannya dengan anak kandung perempuan bila anak kandung perempuan tidak ada. Maka firmanNya "yushikumullahu fi auladikum", mencakup anak dan anak laki-laki dari keturunan anak, dan hal ini telah menjadi
kesepakatan para ulama.
4. Saudara kandung perempuan akan mendapat bagian separo harta warisan, dengan tiga syarat:
Ia tidak mempunyai saudara kandung laki-laki.
Ia hanya seorang diri (tidak mempunyai saudara perempuan).
Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakek, dan tidak pula mempunyai keturunan, baik keturunan laki-laki ataupun keturunan
perempuan.
Dalilnya adalah firman Allah berikut:
"Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaituj: jika
seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya ...'" (an-Nisa': 176)
5. Saudara perempuan seayah akan mendapat bagian separo dari harta warisan peninggalan pewaris, dengan empat syarat:
Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki.
Apabila ia hanya seorang diri.
Pewaris tidak mempunyai saudara kandung perempuan.
Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakak, dan tidak pula anak, baik anak laki-laki maupun perempuan.
Dalilnya sama dengan Butir 4 (an-Nisa': 176), dan hal ini telah menjadi kesepakatan ulama.
B. Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperempat
Adapun kerabat pewaris yang berhak mendapat seperempat (1/4) dari harta peninggalannya hanya ada dua, yaitu suami dan
istri. Rinciannya sebagai berikut:
1. Seorang suami berhak mendapat bagian seperempat (1/4) dari harta peninggalan istrinya dengan satu syarat, yaitu bila
sang istri mempunyai anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-lakinya, baik anak atau cucu tersebut dari darah
dagingnya ataupun dari suami lain (sebelumnya). Hal ini berdasarkan firman Allah berikut:
"... Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya " (an-Nisa': 12)
2. Seorang istri akan mendapat bagian seperempat (1/4) dari harta peninggalan suaminya dengan satu syarat, yaitu apabila
suami tidak mempunyai anak/cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya ataupun dari rahim istri lainnya. Ketentuan ini
berdasarkan firman Allah berikut:
"... Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak ..." (an-Nisa': 12)
Ada satu hal yang patut diketahui oleh kita --khususnya para penuntut ilmu-- tentang bagian istri. Yang dimaksud dengan "istri
mendapat seperempat" adalah bagi seluruh istri yang dinikahi seorang suami yang meninggal tersebut. Dengan kata lain,
sekalipun seorang suami meninggalkan istri lebih dari satu, maka mereka tetap mendapat seperempat harta peninggalan
suami mereka. Hal ini berdasarkan firman Allah di atas, yaitu dengan digunakannya kata lahunna (dalam bentuk jamak) yang
bermakna 'mereka perempuan'. Jadi, baik suami meninggalkan seorang istri ataupun empat orang istri, bagian mereka tetap
seperempat dari harta peninggalan.

C. Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperdelapan


Dari sederetan ashhabul furudh yang berhak memperoleh bagian seperdelapan (1/8) yaitu istri. Istri, baik seorang maupun
lebih akan mendapatkan seperdelapan dari harta peninggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau cucu, baik anak
tersebut lahir dari rahimnya atau dari rahim istri yang lain. Dalilnya adalah firman Allah SWT:

"... Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuh,
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu ..." (an-Nisa': 12)
D. Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Dua per Tiga
Ahli waris yang berhak mendapat bagian dua per tiga (2/3) dari harta peninggalan pewaris ada empat, dan semuanya terdiri
dari wanita:
Dua anak perempuan (kandung) atau lebih.
Dua orang cucu perempuan keturunan anak laki-laki atau lebih.
Dua orang saudara kandung perempuan atau lebih.
Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih.
Ketentuan ini terikat oleh syarat-syarat seperti berikut:
1. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih itu tidak mempunyai saudara laki-laki, yakni anak laki-laki dari pewaris. Dalilnya
firman Allah berikut:
"... dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua per tiga dari harta yang ditinggalkan ..." (anNisa': 11)
Ada satu hal penting yang mesti kita ketahui agar tidak tersesat dalam memahami hukum yang ada dalam Kitabullah. Makna
"fauqa itsnataini" bukanlah 'anak perempuan lebih dari dua', melainkan 'dua anak perempuan atau lebih', hal ini merupakan
kesepakatan para ulama. Mereka bersandar pada hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim yang mengisahkan vonis Rasulullah terhadap pengaduan istri Sa'ad bin ar-Rabi' r.a. --sebagaimana diungkapkan
dalam bab sebelum ini.
Hadits tersebut sangat jelas dan tegas menunjukkan bahwa makna ayat itsnataini adalah 'dua anak perempuan atau lebih'.
Jadi, orang yang berpendapat bahwa maksud ayat tersebut adalah "anak perempuan lebih dari dua" jelas tidak benar dan
menyalahi ijma' para ulama. Wallahu a'lam.
2. Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki akan mendapatkan bagian dua per tiga (2/3), dengan persyaratan
sebagai berikut:
Pewaris tidak mempunyai anak kandung, baik laki-laki atau perempuan.
Pewaris tidak mempunyai dua orang anak kandung perempuan.
Dua cucu putri tersebut tidak mempunyai saudara laki-laki.
3. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) akan mendapat bagian dua per tiga dengan persyaratan sebagai berikut:
Bila pewaris tidak mempunyai anak (baik laki-laki maupun perempuan), juga tidak mempunyai ayah atau kakek.
Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) itu tidak mempunyai saudara laki-laki sebagai 'ashabah.
Pewaris tidak mempunyai anak perempuan, atau cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki. Dalilnya adalah firman Allah:
"... tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua per tiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang
meninggal ..." (an-Nisa': 176)
4. Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) akan mendapat bagian dua per tiga dengan syarat sebagai berikut:
Bila pewaris tidak mempunyai anak, ayah, atau kakek.
Kedua saudara perempuan seayah itu tidak mempunyai saudara laki-laki seayah.
Pewaris tidak mempunyai anak perempuan atau cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki, atau saudara kandung (baik
laki-laki maupun perempuan).
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi dua saudara perempuan seayah untuk mendapatkan bagian dua per tiga hampir sama
dengan persyaratan dua saudara kandung perempuan, hanya di sini (saudara seayah) ditambah dengan keharusan adanya
saudara kandung (baik laki-laki maupun perempuan). Dan dalilnya sama, yaitu ijma' para ulama bahwa ayat "... tetapi jika
saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua per tiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal ..." (anNisa': 176) mencakup saudara kandung perempuan dan saudara perempuan seayah. Sedangkan saudara perempuan seibu
tidaklah termasuk dalam pengertian ayat tersebut. Wallahu a'lam.

E. Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Sepertiga


Adapun ashhabul furudh yang berhak mendapatkan warisan sepertiga bagian hanya dua, yaitu ibu dan dua saudara (baik lakilaki ataupun perempuan) yang seibu.
Seorang ibu berhak mendapatkan bagian sepertiga dengan syarat:

PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA


( Materi RPP No. 37 )
Standar Kompetensi

: 37. Memahami perkembangan Islam di dunia

Kompetensi Dasar

: 37.1. Menjelaskan perkembangan Islam di dunia


37.2. Menampilkan contoh perkembangan Islam di dunia
37.3. Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia
PERKEMBANGAN ISLAM DI DUNIA

Setelah umat Islam menyadari kelemahannya dan ketertinggalannya dari bangsa-bangsa Barat di Eropa, umat Islam
mulai bangkit dan berupaya mengejar ketertinggalannya. Oleh karena itu, pada abad ke-19 Masehi, merupakan abad
kebangkitan umat Islam dalam berbagai bidang kehiduoan, terutama dalam bidang pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Gerakan pembaharuan dalam dunia Islam diilhami oleh cita-cita luhur para tokoh pembaharu Islam untjuk berusaha
kembali pada kemajuan umat islam.

Pemikiran dunia Islam yang berkembang pada masa itu, antara lain membangkitkan kebebasan Islam dimasa lampau
dan memurnikan ajaran Islam pada sumbernya yang asli, membersihkan tauhid dari syirik, takhyul, khurapat, bidah dll.
Gagasan itu dimunculkan oleh seorang ulama Islam dari Arab Saudi, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab (1784-1821),
seorang ulama yang mula-mula menghembuskan pemikiran Islam tentang perlunya pembaharuan dalam ajaran dan
pemahaman Islam.
Ide pembaharuan Islam tidak hanya dibidang politik Islam. Sehingga melahirkan ide-ide pembaharuan dibidang politik
yang dimulai dengan mengkritisi system politik Islam pada waktu itu telah menyimpang dari ajaran Islam. Seperti dalam
masalah khalifah, yang sesungguhnya menjadi milik umat Islam, telah berubah menjadi milik suatu golongan atau suku
tertentu saja.
MANFAAT YANG DAPAT DIAMBIL DARI PERKEMBANGAN ISLAM DUNIA
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dan diteladani dari sejarah perkembangan pemikiran di dunia islam
tersebut, antara lain sebagai berikut :
1.

Memiliki semangat juang yang tinggi


Hidup ini hakikatnya perjuangan dan perjuangan memerlukan pengorbanan. Orang yang rela berkorban untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan adalah Pahlawan, apalagi jika perjuangannya itu dilandasi dengan keikhlasan,
keimanan dan kerelaan hainya demi tegaknya kebenaran dan keadilan.

2.

Tekun dan giat bekerja


Para ulama pembaharu adalah pigur-pigur yang tekun dan giat bekerja. Mereka bekerja memperjuangkan umat Islam
tanpa mengenal lelah, dan pantang menyerah. Membangun dan memajukan dunia Islam yang sedang terpuruk, bukan
merupakan pekerjaan yang mudah dan ringan. Tetapi mereka tetap menghadapinya dengan selalu tekun dan giat
bekerja.

3.

Berani membela kebenaran dan keadilan


Penjajahan dan penindasan adalah perampasan hak asasi suatu bangsa maka hal itu termasuk kepada perbuatan zalim
yang harus dibasmi dimuka bumi ini. Begitulah tekad mereka sehingga mereka berani menghadapi resiko apapun untuk
menghapuskan penjajahan.


70. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan".

Anda mungkin juga menyukai