Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KIMIA BAHAN ALAM DAN

BIOAKTIVITAS BAHAN FUNGSIONAL

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL ALKALOID DAN AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN TANAMAN SURUHAN (Peperomia pellucida (L).H.B.K)

Oleh :

Bawana Putra
Antonius Rizky

(652013029)
(652013017)

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2016

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL ALKALOID DAN AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN TANAMAN SURUHAN (Peperomia pellucida (L).H.B.K)
Bawana Putra1), Antonius Rizky1)
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
652013029@student.uksw.edu; 652013017@student.uksw.edu
1)

ABSTRAK

Tanaman Suruhan (Peperomia pellucida (L).H.B.K) merupakan salah satu tanaman obat potensial
yang digunakan masyarakat untuk pengobatan asam urat, rematik, sakit kepala, maupun sakit
perut. Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman ini adalah alkaloid, tanin, flavonoid, dan
triterpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa herba Suruhan (Peperomia
pellucida (L.) H.B.K.) mempunyai aktivitas antibakteri dalam menghambat bakteri Escherichia
coli dan Bacillus cereus. Ekstrak etanol herba suruhan diperoleh dengan maserasi menggunakan
penyari etanol 75%. Metode yang digunakan dalam pengukuran aktivitas antibakteri adalah
dengan metode pour plate dengan menggunakan 3 tingkat konsentrasi larutan uji untuk ekstrak
etanolik herba suruhan (5 l, 10 l, 20 l). serta dilakukan uji aktivitas antioksidan terhadap
kandungan senyawa fenolik tanaman suruhan, dengan nilai IC50 sebesar 4,7074 mg/mL dan 26,05
mg/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DDH ekstrak etanolik herba suruhan belum
memiliki aktivitas antibakteri. Dari hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanolik
herba suruhan mengandung senyawa tannin, fenolik, flavonoid, alkaloid, terpenoid, kardenolida,
minyak atsiri dan minyak nabati.
Kata kunci:, Alkaloid, Peperomia pellucida (L.) H.B.K., Escherichia coli , Bacillus cereus ,
antibakter
ABSTRACT
Peperomia pellucida (L) .H.B.K is one of the potential medicinal plants used by society for the
treatment of gout, rheumatism, headache, and abdominal pain. Chemical constituents contained in
the plant are alkaloids, tannins, flavonoids and triterpenoids. This study aims to prove that the herb
messengers (Peperomia pellucida (L.) H.B.K.) has antibacterial activity in inhibiting the bacteria
Escherichia coli and Bacillus cereus. The ethanol extract is obtained by macerating herbs
messengers using 75% ethanol penyari. The method used in the measurement of antibacterial
activity is by the pour plate method using three levels of concentration of the test solution for
ethanolic herb extracts messengers (5 mL, 10 mL, 20 mL). as well as to test the antioxidant activity
of plant phenolic compound content messengers, with IC50 values of 4.7074 mg / mL and 26.05
mg / mL. The results showed that the messenger DDH ethanolic herb extracts have antibacterial
activity yet. From the results of phytochemical screening showed that ethanolic herb extracts
containing compounds messengers tannins, phenolics, flavonoids, alkaloids, terpenoids,
kardenolida, essential oils and vegetable oils.
Keywords: Alkaloid, Peperomia pellucida (L.) H.B.K., Escherichia coli , Bacillus cereus ,
antibacterI

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi banyak ditemukan di
Indonesia dan banyak menyerang masyarakat
yang kurang menjaga kebersihan. Selama ini
penanganan
masalah
penyakit
yang
disebabkan oleh bakteri lebih banyak
menggunakan obat-obat sintetik yang
tentunya membutuhkan biaya yang tak
sedikit, untuk itu perlu adanya alternatif
untuk mengatasi masalah tersebut, salah
satunya memanfaatkan bahan-bahan alamiah
yang ada di sekitar kita. Beberapa herbal
tersebut adalah herba pegagan (Centella
asiatica L. Urban) dan suruhan (Peperomia
pellucida (L) H.B.K). Suruhan termasuk
tumbuhan gulma yang dapat digunakan
sebagai obat tradisional. Suruhan merupakan
tumbuhan liar yang sering di jumpai dan
banyak terdapat di tempat yang lembab, agak
terlindung, sela batu, bawah pohon, tebing,
pekarangan dan ladang. Saat ini gulma
banyak dilirik dan digunakan oleh para ahli
pengobatan untuk mengobati berbagai
penyakit misalnya untuk mengatasi nyeri
pada rematik, penyakit asam urat, sakit
kepala, sakit perut, abses, bisul, jerawat,
radang kulit, luka terpukul dan luka bakar
ringan (Lestari, 2010).
Tanaman
suruhan
(Peperomia
pellucida (L).H.B.K) merupakan tanaman
yang secara tradisional telah dimanfaatkan
dalam pengobatan beberapa penyakit, seperti
abses (penimbunan nanah), bisul, jerawat,
radang kulit, penyakit ginjal, dan sakit perut
(Hariana, 2006). Hal tersebut senada dengan
pernyataan Heyne (1987), bahwa tumbuhan
ini memiliki khasiat obat. Daun yang diremas
- remas dapat digunakan sebagai obat luar
untuk mengobati sakit kepala dan cairan hasil
perasan dapat diminum untuk pengobatan
penyakit perut. Menurut Dalimartha (2006),
tumbuhan ini mengandung saponin, tanin,

alkaloid, kalsium oksalat, lemak dan minyak


atsiri. Sedangkan berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Majumder dkk (2011),
hasil uji fitokimia daun tumbuhan ini juga
mengandung alkaloid, flavonoid, steroid,
saponin, tanin, triterpenoid, dan karbohidrat.
Tanin dan flavonoid mempunyai aktivitas
sebagai antiseptik dan antibakteri. Flavonoid
terutama berupa senyawa yang larut dalam
air (Harbone, 1987).
Antibakteri
adalah
zat
yang
membunuh atau menekan pertumbuhan atau
reproduksi bakteri. Suatu obat antibakteri
memperlihatkan toksisitas selektif jika obat
ini lebih toksik terhadap organisme yang
menyerang daripada sel hospes. Toksisitas
selektif mungkin merupakan fungsi reseptor
spesifik yang dibutuhkan untuk melekatnya
obat-obatan, atau bisa karena hambatan
biokimia yang bisa terjadi bagi organisme
namun tidak bagi inang (Ngaisah, 2010).
Alkaloid merupakan salah satu
metabolisme sekunder yang terdapat pada
tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian
daun, ranting, biji, dan kulit batang. Alkaloid
mempunyai efek dalam bidang kesehatan
berupa pemicu sistem saraf, menaikkan
tekanan darah, mengurangi rasa sakit,
antimikroba, obat penenang, obat penyakit
jantung dan lain-lain lain (Simbala 2009).
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang
mengandung unsur Nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman, yang
mempunyai efek fisiologis kuat terhadap
manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam
bidang farmakologi adalah untuk memacu
sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, dan
melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).
Ekstraksi senyawa alkaloid dilakukan dengan
menggunakan metode maserasi, metode ini
dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diperoleh

maseratnya, serta proses perendaman yang


cukup lama diharapkan dapat menarik lebih
banyak zat aktif yang terkandung di dalam
simplisia.
Tahap
selanjutnya
yaitu
diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi
umum alkaloid dan Kromatografi Lapis
Tipis.
Antioksidan dapat
menetralkan
radikal bebas dengan cara mendonorkan satu
atom protonnya sehingga membuat radikal
bebas stabil dan tidak reaktif (Singh, 2004).
Terdapat sistem enzim dalam tubuh manusia
misalnya enzim superoksida dismutase yang
dapat berfungsi sebagai antioksidan, namun
jika jumlah radikal bebas lebih banyak
daripada enzim yang terdapat dalam tubuh
maka tubuh perlu tambahan antioksidan dari
luar. Berdasarkan sumbernya antioksidan
terbagi menjadi dua jenis, yaitu antioksidan
buatan dan antioksidan alami (Meenakshi et
al., 2009). Antioksidan buatan seperti asam
benzoat, Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil
Hidroksi Toluen (BHT) dan Tert-Butil
Hidroksi
Quinon
(TBHQ)
dapat
menimbulkan efek samping pada kesehatan
tubuh. BHA dan BHT telah diteliti dapat
menimbulkan tumor pada hewan uji jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama
dan juga dapat menimbulkan kerusakan hati
jika
dikonsumsi
secara
berlebihan
(Andarwulan et al., 1996). Efek samping
yang
ditimbulkan
oleh
penggunaan
antioksidan
buatan
mendorong
perkembangan
penelitian
terhadap
antioksidan alami yang lebih aman dan lebih
mampu dalam mengurangi radikal bebas
dalam tubuh. Antioksidan alami dapat
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan atau
buahbuahan (Ukieyanna, 2012). Tumbuhan
mengandung metabolit sekunder yang dapat
berpotensi sebagai antioksidan, diantaranya
adalah alkaloid, flavonoid, senyawa fenol,
steroid, dan terpenoid (Marliana, 2007).

Senyawa antioksidan dari tumbuhan dapat


diperoleh dengan cara ekstrasi menggunakan
pelarut. Perbedaan polaritas dari pelarut
menghasilkan perbedaan jumlah dan jenis
senyawa metabolit sekunder yang didapat
(Fajarullah, 2014). Kandungan metabolit
sekunder pada tanaman suruhan seperti
flavonoid dan alkaloid yang dapat berpotensi
sebagai antioksidan mendorong untuk
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
menentukan aktivitas antibakteri dari ekstrak
alkaloid dan aktivitas antioksidan flavonoid
dan fenolik herba Suruhan (Peperomia
pellucida (L.) H.B.K.).
METODE
Pengolahan Sampel
Tanaman suruhan yang sudah dikering
anginkan
dipotong
kecil-kecil,
lalui
ditimbang sebagai sampel ekstraksi dan
ditimbang 5 gram untuk uji kadar air di
Moisture Balance.
Ekstraksi
Sebanyak 300 gram sampel diekstrak
maserasi dengan asam asetat 10% dalam
etanol, maserasi selama 4 jam. Pekatkan
ekstrak sampai volume asal menggunakan
rotary evaporator. Endapkan ekstrak dengan
meneteskan NH3, lalu dikumpulkan endapan
yang terbentuk menggunakan sentrifuge.
Pisahkan supernatan dengan endapan, cuci
endapan dengan NH4OH 1 %. Endapan yang
tidak larut dilarutkan dalam etanol dan
larutan dievap kembali untuk didapat %
rendemen kasar ekstrak alkaloid. (Ciulei,
1984)
% =


100 %

Pemeriksaan Alkaloid
Ekstrak dilarutkan pada pelarut hexsan,
etanol asetat, methanol : khloroform,
kloroform, dan air. Lalu tiap masing masing
ekstrak diuji dengan ditambahkan pereaksi
dragendorf dan pereaksi mayer. Hasil positif
alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan jingga yang berasal dari dragendorf
dan endapan kuning dari pereaksi mayer.(
Harborne, 1987)
Isolasi Alkaloid
Disiapkan plat KLT dan eluen dibuat dari
methanol NH4OH perbandingan (200:3).
Ektrak alkaloid ditotolkan ke plat KLT dan
dieludas hingga terbentuk spot yang terpisah.
Spot diamati dibawah sinar UV 254 dan 365
nm. Plat KLT disemprot dengan pereaksi
dragendorf untuk memperjelas spot dibawah
sinar visible. Hitung Rf dari spot yang
muncul pada penampakan sinar UV.
Penetapan Kadar Air
Sebanyak 0,51 gram sampel tanaman
suruhan dipotong-potong. Lalu dimasukkan
ke dalam alat Moisture Analyzer, dan
ditunggu sampai pengukuran kadar air
selesai.
Pengukuran Aktivitas Penangkap Radikal
Bebas
Pengukuran aktivitas penangkap radikal
bebas menggunakan metode DPPH. Dibuat
seri konsentrasi sampel, dengan mengambil
variasi volume 1, 2, 3, 4, dan 5 mL dari
larutan sampel (ekstrak flavonoid dan
fenolik), larutan ini disebut larutan 1.Lalu
diambil 1 mL larutan 1 dan ditambah 3 mL
reagen DPPH 0,1 mM dan dimasukkan ke
dalam wadah gelap. Diinkubasi dalam suhu
ruang
selama
30
menit.
Diukur

absorbansinya pada (517 nm) dengan


blanko digunakan 1 mL pelarut ditambah
dengan 3 mL DPPH 0,1 mM. Sebagai faktor
koreksi digunakan 1 mL larutan seri
konsentrasi ditambah 3 mL metanol, dengan
blanko yaitu metanol. Dihitung persen
inhibisi dan dibuat kurva IC50 (% inhibisi
terhadap konsentrasi), persen inhibisi
dihitung dengan rumus :
% =

Persiapan Inokulum
Tuang sedikit starter ( Bacillus / E. Coli) ke
dalam NaCl 0,9% steril secara aseptis, kocok
homogeny. Diukur OD 600 nm = 0,08
0,13~ 1,5.108 CFU (Mc. Farlan), gunakan
NaCl 0,9 % sebagai Blanko.
Persiapan Media
1 ml inoculum dimasukkan kedalam petri
steril secara aseptis ditambahkan 9 ml Muler
Hinton Agar yang sudah di sterilkan (suam
suam kuku), dibiarkan memadat.
Uji Antibakteri
Disiapkan paper disc, dan paperdisc pertama
sebagai Kontrol positif (Tetracyclin) dan
Kontrol negatif (etanol), paperdisc kedua
untuk sampel konsentrasi 5 l, paperdisc
ketiga untuk sampel konsentrasi 10 l, dan
paperdisc ketiga untuk sampel konsentrasi 20
l. tempelkan paperdisc kedalam cawan
berisi medium yang sudah disiapkan,
dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali
pada masing masing bakteri. Lalu diinkubasi
suhu 370C 18 -24 jam dalam kondisi petri
dibalik. Lalu lakukan pengamatan dan hitung
daerah daya hambat menggunakan jangka
sorong.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. % Rendemen Ekstrak Alkaloid

Ekstraksi Alkaloid
Sebanyak 300 gram sampel diekstraksi
dengan cara maserasi diperoleh maserat yang
berwarna merah kecoklatan. Maserat yang
diperoleh diuapkan dengan menggunakan
penguap putar vakum (rotary vacuum
evaporator) pada suhu 600C diperoleh
ekstrak kental metanol berwarna merah
kecoklatan sebanyak 29,10 gr. Kemudian di
lakukan skrining fitokimia untuk mengetahui
kandungan kimia utamanya. hasil uji
fitokimia positif terhadap tannin, fenolik,
flavonoid, alkaloid, terpenoid, kardenolida,
minyak atsiri dan minyak nabati serta negatif
terhadap saponin dan antrakinon. Hasil uji
fitokimia terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji skrining Fitokimia

Parameter
Tannin
Fenolik
Flavonoid
Saponin
Alkaloid
Terpenoid
Antrakinon
Kardenolid
a
Minyak
Atsiri
Minyak
Nabati

n
hexa
n
-

EtOA
c
+
+
+
+
+++
-

Me-OH :
klorofor
m
++
-

Klorofor
m
+++
-

Air
++
++
++
++
++
-

Berdasarkan hasil skrining tersebut maka


dapat dipastikan bahwa tanaman suruhan
mengandung senyawa alkaloid. Maka
dilakukan ektraksi untuk senyawa alkaloid
dengan 5 kali pengulangan dan didapat %
Rendemen yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Kadar Massa Massa Massa


%
Pengulangan
Air
Sampel Kering Ekstrak Rendemen
Ekstrak 1
86.00% 300 g
42 g
0.38 g
0.90%
Ekstrak 2
87.30% 300 g 38.1 g 0.30 g
0.78%
30.99
Ekstrak 3
89.67% 300 g
g
0.22 g
0.71%
29.87
Ekstrak 4
88.9 % 300 g
g
0.20 g
0.67 %
29.04
Ekstrak 5
90.32% 300 g
g
0.14 g
0.47%
Rata-rata
0.71 %

Berdasarkan hasil % Rendemen ekstrak


alkaloid tersebut didapat hasil yang berbeda
tiap pengulangan, dan hasil rendemen dapat
menjadi suatu parameter dalam ekstraksi
termasuk dalam menentukan kadar senyawa
aktif yang terkandung di dalam ekstrak.
Didapat hasil % Rendemen yang berbeda ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor sperti
penambahan NH3 , karena fungsi
penambahan NH3 untuk membasakan dan
mengendapan alkaloid agar dapat diperoleh
alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid
dalam bentuk basa bebas. Dan pada saat
penambahan ammonia tidak dikontrol dalam
penambahan jumlahnya hanya dilakukan
penambahan hingga terlihat endapan putih
yang terbentuk dan kemungkinan juga
endapan yang terbentuk akan larut kembali
karena penambahan NH3 yang berlebihan.
Selain faktor tersebut juga dapat dipengaruhi
oleh Kebasaan alkaloid yang menyebabkan
senyawa ini mudah terdekomposisi terutama
oleh panas, sinar dan oksigen membentuk Noksida.( Sastrohamidjojo, H., 1996.)
Uji Aktivitas Antioksidan
Radikal bebas umumnya digunakan
sebagai model dalam penelitian antioksidan
atau peredam radikal bebas adalah 1,1difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) (Windono et

gambar dibawah dapat dilihat bahwa semakin


tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan
maka semakin besar aktivitas antioksidan
yang diperoleh
Parameter yang digunakan untuk
menunjukkan aktivitas antioksidan adalah
IC50 yang merupakan konsentrasi suatu zat
antioksidan yang dapat menyebabkan 50%
DPPH kehilangan karakter radikal atau
konsentrasi suatu zat antioksidan yang
memberikan persentase penghambatan 50%
(Molyneux, 2004).
Tabel 3. Pengujian Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Flavonoid Tanaman
Suruhan
C
(mg/ml) %inhibisi
2.0556
24.71
4.1112
43.63
6.1668
72.2
8.2224
80.82
10.278
83.78

Abs
0.606
0.464
0.255
0.192
0.178

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK FLAVONOID
100

% INHIBISI

al. 2001) menggunakan spektofotometer


visibel. Metode DPPH merupakan metode
yang sederhana, cepat, dan mudah untuk
penapisan aktivitas penangkap radikal
beberapa senyawa, selain itu metode ini
terbukti akurat, efektif dan praktis (Prakash et
al, 2001).
Metode
ini
didasarkan
pada
perubahan warna yang terjadi pada radikal
bebas DPPH. Warna tersebut dapat berubah
karena reaksi antara radikal bebas dengan
satu atom hidrogen yang dilepaskan oleh
senyawa yang terkandung dalam sampel
untuk membentuk senyawa 1,1-difenil-2dipikrilhidrazin yang berwarna kuning.
Absorbansi yang diukur adalah absorbansi
larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi
dengan senyawa antioksidan sampel.
Absorbansi diukur setelah waktu inkubasi 30
menit (Zou et al., 2004) untuk memberikan
kesempatan DPPH bereaksi dengan senyawa
antioksidan sampel. Absorbansi diukur pada
panjang gelombang maksimum yaitu 516
nm.
Aktivitas antioksidan diukur dengan
menghitung jumlah pengurangan intensitas
cahaya ungu DPPH yang sebanding dengan
pengurangan
konsentrasi
DPPH.
Perendaman tersebut dihasilkan oleh
bereaksinya molekul difenil pikri hirazil
dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh
molekul komponen sampel sehingga
terbentuk senyawa difenil pikril hidrazin dan
menyebabkan terjadinya peluruhan warna
DPPH dari ungu menjadi kuning (Zuhra et
al., 2008). Aktivitas antioksidan merupakan
kemampuan suatu senyawa atau ekstrak
untuk menghambat reaksi oksidasi yang
dapat dinyatakan dengan persentase
penghambatan atau persentase inhibisi. Pada

80
60
y = 1.498x + 10.977
R = 0.9486

40
20
0
0

10

20

30

40

50

KONSENTRASI (MG/ML)

Gambar 1. Kurva Uji Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Flavonoid Tanaman
Suruhan
Berdasarkan

kurva

dan

hasil

perhitungan, didapatkan nilai IC50 sebesar

60

4,7074 mg/mL. Dan dari grafik diperoleh

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK FENOLIK

nilai koefisien determinasi (r2 = 0,9085),


yang menunjukkan bahwa sebesar 90,85%

100

antioksidan. Menurut Molyneux (2004)


secara spesifik suatu senyawa dikatakan
sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai

% INHIBISI

senyawa flavonoid berperan sebagai aktivitas

80
60

y = 1.498x + 10.977
R = 0.9486

40
20
0
0

IC50 < 50 mg/L. Sehingga berdasarkan hal

10

20

30

40

KONSENTRASI (MG/ML)

tersebut, ekstrak flavonoid dari tanaman


suruhan dapat dikatakan sebagai antioksidan
yang sangat kuat karena memiliki IC50 < 50
mg/L

Gambar 1. Pengujian Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Fenolik Tanaman
Suruhan
Berdasarkan

Dilakukan

pula

dan

hasil

aktivitas

perhitungan, didapatkan nilai IC50 sebesar

antioksidan terhadap ekstrak fenolik tanaman

26,05 mg/mL. Dan dari grafik diperoleh nilai

suruhan.

koefisien determinasi (r2 = 0,9486), yang

Berdasarkan

uji

kurva

hasil

penelitian

diperoleh hasil seperti pada Tabel 4 dan

menunjukkan

kurva pengujian aktivitas antioksidan dapat

senyawa fenol berperan sebagai aktivitas

dilihat pada Gambar 2.

antioksidan. Menurut Huang et aI., (2005)

Tabel 1. Pengujian Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Fenolik Tanaman Suruhan
Abs
0.593
0.497
0.311
0.122
0.112

C
(mg/ml) %inhibisi
10.9431
24.48
21.8862
42.06
32.83
64.71
43.7723
84.11
54.7154
85.42

Aktivitas

bahwa

antioksidan

sebesar

94,86%

berbanding

lurus

dengan total fenol, semakin tinggi kandungan


fenol dalam suatu bahan semakin tinggi pula
aktivitasnya sebagai antioksidan. Menurut
Molyneux (2004) secara spesifik suatu
senyawa

dikatakan

sebagai

antioksidan

sangat kuat jika nilai IC50 < 50 mg/L.


Sehingga berdasarkan hal tersebut, ekstrak
fenol dari tanaman suruhan dapat dikatakan
sebagai antioksidan yang sangat kuat karena
memiliki IC50 < 50 mg/L.

50

60

Kromatografi Lapis Tipis


Identifikasi
pertama
menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil
pemisahan dengan kromatografi lapis tipis
(KLT) dapat dilihat pada Gambar 2.

keterangan :
1.

Fase gerak methanol-NH4OH (200 : 3)

Gambar 2. Plat KLT pada Penampakan UV


254 dan UV 365
Pada hasil KLT diperoleh berbagai senyawa
campuran alkaloid, dibawah sinar UV 254
terdapat 1 spot yang berpendar fluoresensi
warna kuning dan 3 spot yang berpendar pada
sinar UV 365. Identifikasi dilihat dari harga
Rf yang terbentuk.
Tabel 5. Nilai Rf masing masing spot
No
1
2
3
4

Warna
Kuning
biru
terang
biru
tak
tampak

Nilai Rf
0,7
0.82
0.6
0.5

Berdasarkan hasil yang diperoleh selanjutnya


diidentifikasi menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). KLT digunakan untuk
menentukan jumlah komponen suatu
senyawa berdasarkan daya adsorbsi pada fasa
diam dan untuk menjajaki sistem pelarut
dalam kromatografi kolom. Perbedaan

interaksi dari berbagai molekul komponen


dengan fasa diam menyebabkan komponen
bergerak dengan kecepatan yang berbeda.
KLT yang dicoba sebanyak 1 kali (gambar 1)
dan yang menunjukkan perpendaran warna
spot paling baik Pada lampu UV dengan
panjang gelombang 365 nm terlihat 3 noda
dengan warna biru berpendar serta pada UV
254 muncul fluoresensi kuning dan nilai Rf
pada tabel 3.
Berdasarkan nilai Rf diatas diperkirakan
sampel daun suruhan mengandung beberapa
jenis senyawa alakaloid beberin yang
berpendar fluoresensi kuning dibawah sinar
UV dan biasanya memiliki nilai Rf berkisar
0,7 0,9 dan dimungkinkan juga terdapat
senyawa alkaloid lain seperti sitisina, kuinina
dan solanina (Harborne, 1987).
Uji Aktivitas Antibakteri

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui


aktivitas antibakteri ekstrak tanaman
Peperomia pellucida (L).H.B.K. terhadap
bakteri Escherichia coli dan Bacillus. Hasil
menunjukkan bahwa ekstrak tanaman
Peperomia pellucida (L).H.B.K belum
memiliki daya hambat yang baik atau yang
cukup efektif yang ditandai dengan tidak
adanya daerah hambat pada masing-masing
perlakuan dan konsentrasi yang terlihat
seperti lingkaran pembatas antara bakteri dan
ekstrak. Bakteri dapat berkembang pada
daerah
penghambat
tersebut.
Hasil
pengukuran
daerah
hambat
ekstrak
antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 6. Hasil Pengukuran Daerah Daya


Hambat

N
o

Jenis
Bakte
ri

E. Coli

Bacill
us

Konsentr
asi
Tetrasilin
e (kontrol
+)
Etanol
(kontrol ())
Sampel 5
l
Sampel
10 l
Sampel
20l
Tetrasilin
e (kontrol
+)
Etanol
(kontrol ())
Sampel 5
l
Sampel
10 l
Sampel
20l

Daerah Daya
Hambat

Kriteri
a
Hamb
at

28,3 mm

sangat
kuat

0 mm

lemah

0 mm

lemah

0 mm

lemah

0 mm

lemah

26,85 mm

sangat
kuat

0 mm

lemah

0 mm

lemah

0 mm

lemah

0 mm

lemah

Pada tabel 4, dapat dilihat bahwa pengujian


aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
Escherichia coli dan Bacillus menunjukkan
hasil diameter daerah hambat paling besar
pada tetrasiline yang merupakan kontrol
positif yang memiliki rerata diameter daerah
hambat sebesar 28,3 dan 26,85 mm
sedangkan yang diberi perlakuan ekstrak
alkaloid dengan konsentrasi 5, 10, 20 l
memiliki rerata diameter daerah hambat
sebesar 0 mm, atau bisa dikatakan tidak
adanya aktivitas antibakteri terhadap E.coli
dan Bacillus. Hasil ini disebabkan oleh
beberapa factor seperti kurang murninya

senyawa alkaloid, karena sampel uji yang


digunakan masih berupa campuran dari
beberapa senyawa dan seharusnya dilakukan
pemisahan menggunakan kromatografi
kolom agar didapat senyawa yang murni
berdasarkan spot yang terbentuk pada plat
KLT dan baru digunakan untuk uji aktivitas
antibakteri. Selain itu dapat disebabkan juga
karena sampel uji terlalu encer sehingga
kemampuan ekstrak untuk merusak dinding
sel bakteri sangat kecil, Natarini (2007)
mengungkapkan
bahwa
peningkatan
konsentrasi berpengaruh terhadap daya kerja
antibakteri. Semakin tinggi konsentrasi maka
akan semakin tinggi pula kemampuan
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan
bakteri. Hal ini disebabkan karena
peningkatan konsentrasi
menyebabkan
semakin besar kadar metabolit sekunder yang
terkandung dalam ekstrak. Dahlman (2007)
menyebutkan bahwa efektivitas suatu bahan
bergantung pada banyak faktor seperti
konsentrasi, suhu dan waktu.sehingga tidak
adanya daerah hambat yang ditunjukkan
terhadap bakteri E.coli dan Bacillus, dan
kemungkinan juga senyawa alkaloid yang
terdapat pada tanaman suruhan ini tidak
memiliki aktivitas antibakteri karena pada
penelitian yang dilakukan oleh Karenina
menunjukkan aktivitas antibakteri yang
ditnujukkan oleh senyawa tannin dan
flavonoid dengan konsentrasi 35, 40 dan 45
% (Karenina, 2014).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekstrak tanaman suruhan (Peperomia
pellucida
(L).H.B.K.)
belum
memiliki
aktivitas
antibakteri
terhadap pertumbuhan Escherichia
coli dan Bacillus cereus.

2. Rata-rata % Rendemen Ekstrak


alkaloid tanaman suruhan (Peperomia
pellucida (L).H.B.K.) didapat 0,71 %.
3. Didapat nilai IC50 sebesar 4,7074
mg/mL dengan 90,85% senyawa
flavonoid
berperan
sebagai
antioksidan, dan nilai IC50 sebesar
26,05 mg/mL dengan 94,86%
senyawa fenol berperan sebagai
antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., Wijaya, H., Cahyono, T.
1996. Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih
(Piper betle L). Teknologi dan Industri
Pangan. 7: 6-9.
Ciulei, I. 1984. Methodology for Analysis of
Vegetable Drugs,Chemical Industries Branch
Division-Industrial Operation UNIDO,
Bucharest-Rumania:11-23
Dahlman, P. 2007. Antimicrobial Agents and
Treatments with Special Reference to Dental
Caries.
http://www.db.od.mah.se/car/carbone.html,
diakses pada 11 April 2016.
Dalimartha, S.2006. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 4.Puspaswara, Jakarta.
Dalimartha, S.dan M. Soedibyo.1999. Awet
Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet
Suplemen. Trubus Agriwidya, Jakarta.
Fajarullah, A. 2014. Ekstraksi Senyawa
Metabolit Sekunder Lamun Thalassodendron
ciliatum Pada Pelarut Berbeda. FIKP
UMRAH, Tanjung Pinang.
Gritter, R.J., 1991, Pengantar Kromatografi,
Alih bahasa oleh Kokasih Padmawinata,
Bandung: ITB.

Harbone, J B. 1987. Metode Fitokimia.


Terjemahan Padmawinata K, Soediro I. ITB,
Bandung.hal 69-76.
Hariana, H.A. 2006. Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya, seri 3 Agrisehat. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Huang, D., Ou B., Prior R. L. 2005. The
Chemistry Behind Antioxidant Capacity
Assays. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. 54: 1841-1856
Karenina M.I Ully Kristanti. 2014. UJI
AKTIVITAS
ANTIBAKTERI
DARI
EKSTRAK
TANAMAN
SURUHAN
(Peperomia pellucida L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN
Bacillus cereus SECARA IN-VITRO
SERTA
KAITANNYA
DENGAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA KELAS
X. skripsi :Universitas Sanata Dharma
Jogjakarta
Lestari, P., 2010, Karakterisasi Simplisia dan
Isolasi Senyawa Triterpenoid/Steroida dari
Herba Suruhan (Peperomia pellucidae
herba), Universitas Sumatera Utara.
Majumder, P., Abraham dan Satya. 2011.
Ethno-medical,
Phytochemical
and
Pharmalogical review of an Amazing
Medicinal Herb Peperomia pellucida
L.Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences. Vol 2.
361
Majumder, Pulak. 2011. Phytochemical,
Pharmacognostical and Phycochemical
Standardization of Peperomia pellucida
(L.)HBK. Stem. International Journal of
Comprehensive, Vol. 8(06):1-4
Marliana, E. 2007. Analisis Senyawa
Metabolit Sekunder dari Batang Spatholobus
ferrugineus (Zoll & Moritzi) benth yang

berfungsi sebagai antioksidan.


Penelitian Mipa. 1: 23-25.

Jurnal

Meenakshi, M., Veeru, P., Kishor, M. P.


2009. Screening of Medicinal Plant Extracts
for Antioxidant Activity.
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable
Free
Radical
Diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.
Journal of Science and Technology. 26: 211219.
Natarini,
2007.
Perbandingan
Efek
Antibakteri Jus Anggur Merah (Vitis
vinifera) pada Berbagai Konsentrasi terhada
Streptococcus
mutans.
Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sastrohamidjojo, H., 1996. Sintesis Bahan
Alam. Gadjah Mada university Press.
Yogyakarta.
Singh, R.P., Sharad. S., Kapur. S. 2004. Free
Radicals
and Oxidative Stress
in
Neurodegenerative Diseases. Relevance of
Dietary Antioxidants. 5: 218-25
Ukieyanna, E. 2012. Aktivitas antioksidan,
kadar fenolik, dan Flavonoid total tumbuhan
suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth).
ITB, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai