Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN TUNA GRAHITA DI SLB NEGERI

JEMBRANA

OLEH:
Kelas G/ Semester VI
Nama :

I Gede Dharma Putra

NIM :

1211031305

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015

PRAKATA
Om Swastyastu,
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya dapat diselesaikan makalah dengan judul PENDIDIKAN TUNA
GRAHITA DI SLB NEGERI JEMBRANA dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, didapat banyak masukan dan bantuan dari
beberapa pihak, untuk itu melalui kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada :
1. Rekan-rekan yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah
ini
2. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak
langsung baik berupa material maupun nonmaterial demi
penyusunan makalah ini
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata diucapkan terimakasih.
Om Shantih, Shantih, Shantih, Om

DAFTAR ISI
PRAKATA .....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1.1 Latar Belakang ........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

2.1 Kurikulum yang Berlaku di SLBN Jembana ...........................................

2.2 Media untuk Anak Tunagrahita di SLBN Jembrana ...............................

2.3 Kesulitan dalam Mengajar Anak Tunagrahita di SLBN Jembrana..........

2.4 Pandangan Guru SLBN Jembrana tentang Pendidikan Inklusif di SD ...

2.5 Deskripsi Siswa Tunagrahita di SLBN Jembrana ...................................

BAB III ..........................................................................................................

3.1 Simpulan ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan memang salah satu hak yang harus didapatkan oleh semua
orang di Indonesia tanpa terkecuali, baik itu ia adalah orang, kaya, miskin, orang
dari desa terpencil, dari kota besar, dan bahkan anak yang cacat, memiliki
kelainan mental dan fisikpun seharusnya berhak mendapatkan pendidikan yang
layak. Anak yang memiliki cacat, baik cacat secara fisik maupun mental, lumrah
kita sebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau dapat disingkat menjadi ABK.
Anak yang berkebutuhan khusus ini pastinya membutuhkan hal-hal yang khusus
dalam proses melakukan kegiatan sehari-hari seperti, makan, berjalan,
bersosialisasi, bahkan untuk belajar dan bersekolah. Maka dari itu dibuatlah
berbagai Undang-undang untuk menjamin hak anak yang berkebutuhan khusus
salah satunya adalah UU No. 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat yang
berbunyi, setiap penyandang cacat mempunyai dan berkesempatan yang sama
dalam segala kehidupan dan penghidupan, masih banyak lagi landasan hukum
yang dapat menjamin Dhaka anak berkebutuhan khusus ini di Indonesia.
Berdasarkan UU tersebut dibuatlah sekolah khusus yang menampung
anak-anak yang memerlukan kebutuhan yang khusus yaitu SLB (Sekolah Luar
Biasa), jika di Bali terdapat berbagai macam sekolah Luar biasa, ada SLBN yaitu
sekolah luar biasa negeri yang sifatnya umum atau dapat menampung semua jenis
kelainan pada anak. Ada juga SLB yang khusus seperti SLBA, SLBB, SLBC,
SLBC1, dan SLBD, SLB ini biasanya mengkhusus dalam menerima siswanya,
jadi tidak semua jenis kelainan yang dapat diterima di SLB ini, dan biasanya ada
juga SLB yang menyediakan asrama untuk menanganan anak-anak yang memang
memerlukan perhatian khusus seperti autis dan rumah si anak ini jauh dari
sekolahnya. Namun di jaman ini sudah mulai berkembang satu jenis sekolah lagi,
yaitu sekolah inklusif, dimana sekolah ini akan melaksanakan pendidikan inklusif
di sekolah umum. Pengertian pendidikan inklusif menurut Sapon-Shevin dalam
Suparno (2007) adalah suatu sistem layanan pendidikan khusus yang

mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah-sekolah


terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya.
Dengan sistem pendidikan inklusif inilah diharapkan semua anak yang
memiliki kebutuhan khusus mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan
yang layak. Jika berbicara masalah pendidikan pastinya tidak lepas dari kurikulum
yang berlaku di suatu sekolah dan media-media yang membantu dalam
melaksankan pendidikan tersebut. Jika dilihat dari kurikulum yang berlaku saat ini
yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 (KTSP). Dalam kegiatan observasi
yang diadakan di SLBN Jembrana sudah didapat berbagai data yang diperlukan
dan akan dijabarkan pada pembahasan tentang kurikulum yang berlaku, media,
kesulitan pembelajaran, pandangan guru tentang sekolah inklusif, dan gambaran
umum siswa Tunagrahita di SLBN Jembrana, sehingga rampunglah laporan yang
berbentuk makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang masalah di
atas ialah:
1. Kurikulum apa yang digunakan untuk mengajar anak penyandang
Tunagrahita di SLBN Jembrana?
2. Media apa saja yang digunakan untuk mengajarkan anak penyandang
Tunagrahita di SLBN Jembrana?
3. Bagaimana Kesulitan dalam mengajar anak penyandang Tunagrahita di
SLBN Jembrana?
4. Bagaimana pandangan guru di SLBN Jembrana tentang Sekolah
Inklusi khususnya di tingkat Sekolah Dasar?
5. Bagaimana deskripsi siswa penyandang Tunagrahita di SLBN
Jembrana?
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan yang dapat ditarik dari rumusan masalah di atas ialah:
1. Untuk mengetahui Kurikulum yang digunakan untuk mengajar anak
penyandang Tunagrahita di SLBN Jembrana.
2. Untuk mengetahui Media yang digunakan untuk mengajarkan anak
penyandang Tunagrahita di SLBN Jembrana.
3. Untuk mengetahui kesulitan dalam mengajar anak penyandang
Tunagrahita di SLBN Jembrana.
4. Untuk mengetahui pandangan guru di SLBN Jembrana tentang
Sekolah inklusif, khususnya di tingkat Sekolah Dasar.
2

5. Untuk mengetahui deskripsi siswa penyandang Tunagrahita di SLBN


Jembrana.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum yang berlaku di SLBN Jembrana
Kurikulum yang digunakan di SLBN Jembrana khusus untuk di tingkat
SDLBnya adalah kurikulum 2013 untuk kelas 1 dan 4, dan kurikulum KTSP
untuk kelas 2,3,5 dan 6. Pada kelas yang menggunakan kurikulum 2013 di SLBN
Jembrana ini dikatakan oleh pak Budi selaku kepala bidang kurikulum di SLB ini
bahwa penggunaan kurikulum 2013 masih sedang berlaku dan disesuaikan dengan
kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan kesanggupan guru pengajar
di SLB ini.
Hal ini dikarenakan tidak semua siswa dapat menangkap pembelajaran
yang terdapat pada kurikulum 2013 yang notabene terpadu dan menggunakan
tema dalam melaksanakan pembelajarannya. Begitu juga siswanya, tidak semua
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik ditinjau dari kekurangannya.
Salah satu contohnya anak yang mengalami tunagrahita tidak semua dapat
mencerna kata-kata bahkan kiasan yang bahasanya tinggi karena memang
memiliki IQ yang sangat rendah, walaupun mereka tahu belum tentu mereka akan
selalu ingat.
Selain kelas 1 dan 4, kelas lainnya di SLBN Jembrana ini pada tingkat SD
tetap menggunakan kurikulum lama yaitu kurikulum 2006 (KTSP), pada
penerapannya tetap sama seperti di sekolah umum, namun dengan segala
keterbatasan, baik yang dimiliki guru maupun siswanya, tidak semua materi yang
ada pada buku bisa diajarkan kepada siswa. Peran gurulah yang akan mengatur
pelajaran apa yang akan diajarkan saat itu dan apa alternatif pelajaran yang sesuai
jika materi yang ada tidak cocok atau siswa pada saat itu merasa bosan dan tidak
ingin belajar. Pada penerapannya di anak Tunagrahita guru membuat perencanaan
pembelajaran yang sifatnya individual. Jadi, setiap anak memiliki materi ajar yang
berbeda. Jika di kelas itu ada 5 orang anak maka guru harus membuat 5
perencanaan pembelajaran yang berbeda, dan tetap membuat pembelajaran
alternatif sekiranya jika materi yang sudah dibuat tidak bisa diikuti siswa.

Pada penerapannya tetap melihat berbagai aspek pada SLB itu sendiri,
baik dari siswanya, jika berbeda kebutuhannya maka berbeda pula perencanaan
dan pelaksaannya di kelas. Begitu pula dari segi aspek gurunya, sampai di mana
guru mampu mengajar, sampai di sanalah pula pelajaran tersebut dapat
berlangsung. Dari hasil observasi dan sedikit mencoba mengajar anak
Tunagrahita, memang terasa susah susah gampang. Sama seperti yang dikatakan
pak Yudi, bahwa mengajar anak tunagrahita harus banyak membawa bekal
kesabaran, apalagi dengan kurikulum yang di atur oleh pemerintah. Bahkan pak
Yudi juga berharap kedepannya disediakan kurikulum yang mengkhusus untuk
anak yang memiliki kebutuhan yang khusus.
2.2 Media untuk Anak Tunagrahita di SLBN Jembrana
Media yang digunakan untuk anak penyandang Tunagrahita di SLBN
Jembrana antara lain, menggunakan mainan berupa huruf dan angka untuk
mengenalkan mereka huruf juga mainan berupa lego sederhana untuk
meningkatkan imajinasi anak dalam membuat sebuah bangunan. Dari apa yang
dapat di observasi saat itu, terdapat mainan yang berbahan dasar plastik yang
berbentuk angka dan huruf, media ini digunakan oleh guru untuk mengajarkan
pengenalan huruf dan angka untuk anak-anak tunagrahita. Dan media ini memiliki
berbagai warna untuk menarik perhatian anak agar tetap fokus dalam mengikuti
pembelajaran. Anak tunagrahita di SLBN Jembrana masuk dalam kategori ringan
dan sedang dan di masukkan dalam 1 kelas. Dengan memiliki IQ yang rendah
kadang pelajaran yang baru mereka peroleh tersebut sering dilupakan oleh
mereka. Jadi dengan berupa mainan inilah biasanya mereka belajar tentang huruf
dan angka dengan risiko mereka akan lupa itu lebih sedikit.
Selain mainan huruf dan angka juga disediakan lego atau mainan yang
berbentuk bongkar pasang dan ada gambar sesuai dengan bentuk susunan mainan
tersebut. Lego dapat dikatakan mainan anak-anak yang dapat dibongkar dan
dipasang, biasanya lego dapat berbentuk rumah, kantor atau dapat berbentuk
bangunan lainnya. Digunakannya lego dalam pembelajaran di SLB ini digunakan
sebagai selingan di saat anak penyandang Tunagrahita ini merasa bosan dengan
pelajaran dan guru sudah tidak dapat mengalihkan perhatian siswa lagi, jadi lego

inilah sebagai media yang mampu digunakan sebagai pengalih perhatian tersebut.
Selain itu juga lego ini dapat menambah imajinasi siswa dalam membuat sesuatu,
dan dengan lego ini biasanya guru dapat mengajarkan pengenalan warna kepada
siswa jika masih memungkinkan.
Sesungguhnya pada pembelajaran anak Tunagrahita dapat dilaksanakan di
mana saja, bisa dilaksanakan di luar kelas dengan bermedia lingkungan. Di
halaman sekolah, dan di tempat lainnya, tetapi Menjadi seorang guru di SLB
harus mampu mengarahkan siswanya terutama untuk Tunagrahita agar ia tidak
terlalu merasa nyaman atau tertekan saat melaksanakan pembelajaran, baik di luar
kelas maupun di dalam kelas.
2.3 Kesulitan dalam Mengajar Anak Tunagrahita di SLBN Jembrana
Kesulitan yang sering dihadapi oleh guru di SLBN Jembrana ini ialah,
anak yang susah untuk belajar di kelas. Kebanyakan siswa tunagrahita itu
memiliki sifat susah untuk berpindah dari zona nyaman mereka, jika ada siswa
yang sudah nyaman duduk atau berdiam diri di suatu tempat, maka ia akan susah
sekali di ajak untuk berpindah ke tempat lain. Hal ini ditemukan pada salah satu
siswa yang mengalami Autisme, ia bernama Andre dan duduk di bangku kelas 3
SD. Pada saat itu ia duduk sendiri di depan lobi kantor sambil memakan bekal
yang ia bawa dari rumah dan ketika disapa oleh gurunya pak Yudi, memang ia
langsung merespon tetapi ketika ia diajak untuk belajar di kelas ia langsung
berteriak pertanda ia menolak ajakan pak Yudi. Saat itu pula pak Yudi selaku guru
yang mengajar Andre mengatakan bahwa memang seperti itu salah satu sifat anak
yang mengalami autisme, ketika ia sudah sangat aman dengan posisinya saat ini
untuk mengubah posisi tersebut sangatlah sulit. Ketika itu saya juga sempat
mencoba mengajak Andre untuk belajar di kelas tetapi hasilnya sama saja hai
tetap tidak mau beranjak dari tempatnya.
Kekurangan tenaga pengajar juga merupakan salah satu kesulitan yang
dihadapi di SLBN Jembrana. Dalam mengajar anak yang Tunagrahita kita harus
mengajarnya dengan rasio siswa berbanding guru yaitu 1:2, jadi 1 siswa diajarkan
oleh 2 orang guru, dengan 1 guru berada di belakang siswa dan 1 guru lagi di
depan siswa. Tugas guru di belakang siswa sebagai pengarah siswa jika ia mulai

tidak fokus dalam belajar dan tugas guru di depan siswa itu sebagai pengajar
siswa atau bisa dikatakan guru kelas siswa tersebut. Dengan adanya 5 siswa
tunagrahita dalam 1 kelas maka bisa diketahui seharusnya ada 10 orang guru
dalam kelas tersebut. Apa yang terjadi hanya terdapat 1 guru kelas yang mengajar
di kelas itu, yaitu pak Yudi sendiri. dapat dihitung kekurangan yang dihadapi guru
di SLBN Jembrana ini. Untuk menutupi kekurangan ini biasanya pak Yudi dibantu
oleh orang yang dekat dengan kehidupan si anak ini, bisa orang tua siswa,
pengasuh si anak atau orang lain yang mampu memberikan ketenangan dan
motivasi siswa untuk belajar.
Banyaknya guru senior yang dalam kurun waktu 15 tahun mendatang akan
pensiun dan belum adanya tenaga pendidik muda yang ingin dan berniat untuk
mengajar di SLB. Selain kurangnya tenaga guru di SLBN Jembrana, kurangnya
guru senior juga menjadi salah salah satu kesulitan menjadi guru di SLBN
Jembrana. Lebih banyaknya guru-gutu senior dan masih kurangnya guru-guru
muda ini tidak bisa dipungkiri lagi, jika sampai 15 tahun ke depan tidak ada guru
baru maka guru yang tersisa untuk SDLBnya saja hanya 3 orang. SLBN Jembrana
memang membutuhkan relawan yang memang siap mengajar anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus. Memang jika ingin menjadi seorang guru di SLB
harus membutuhkan rasa rela untuk menolong, rasa kilas untuk membantu
sesama, rasa kesabaran yang tinggi, dan tidak mudah menyerah. Begitu kata pak
budi yang sangat banyak memaparkan tentang kekurangan yang dihadapi di SLB
ini.
2.4 Pandangan Guru SLBN Jembrana tentang Pendidikan Inklusif di SD
Menurut Yudi Pratiaksa, seorang pengajar di SLBN Jembrana, sekaligus
pembinan ahli di bidang PLB Jembrana mengatakan bahwa pembelajaran inklusif
di SD sudah banyak terlaksana di Bali khususnya di Jembrana, sudah banyak
sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah Inklusif, Di mana sekolah ini akan dan
harus mau menampung anak-anak yang berkebutuhan khusus di sekitar
lingkungan sekolah tersebut. Sudah diancang-ancang bahwa nantinya setiap
kecamatan memiliki minimal 1 sekolah inklusif di setiap tingkatan pendidikannya,
dan nantinya diharapkan jika terdapat anak yang memiliki kebutuhan khusus bisa

juga mendapatkan hak mereka yaitu, hak untuk mengenyam pendidikan, namun
dilain pihak SLB tidak akan lepas tangan jika terdapat anak berkebutuhan khusus
yang dapat menikmati sekolah inklusif tersebut. Peran SLB di sini ialah untuk
mengajarkan atau membina guru-guru sekolah tersebut untuk dapat melaksanakan
pendidikan inklusif di sekolah umum, dan juga jika nantinya pihak guru maupun
siswa mengalami permasalahan baik itu masalah akademik maupun sarana dan
prasarana pastinya SLB akan siap membantu, maka dari itu peran SLB dan
sekolah inklusif sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Sekolah-sekolah di Jembrana yang ditunjuk sebagai sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif juga sudah ditentukan dan sudah dibuatkan
beberapa fasilitas yang memadai. Sekolah ini nantinya tidak boleh menolak anak
berkebutuhan khusus dengan asan apapun dan sekolah itu harus siap mengajar
anak yang tergolong ABK dalam kelas campuran ataupun kelas khusus.
2.5 Deskripsi siswa Tunagrahita di SLBN Jembrana
Deskripsi anak tunagrahita di SLBN Jembrana sangat bervariasi, mulai
dari anak yang mengalami tunagrahita rendah, autis, bahkan terdapat anak
penyandang tunaganda (Double Handicap) yang lebih digolongkan pada anak
tunagrahita. Salah satunya ialah Ferdi seorang anak yatim penyandang Tunaganda
yaitu Tunagrahita ringan dan Tunadaksa (memiliki kelainan pada salah satu
kakinya). Ferdi di kelas termasuk anak yang sangat sensitif dan lebih cenderung
memiliki sifat pemalu yang tinggi, susah bergaul, namun dari segi pembelajaran ia
sangat aktif, memiliki rasa ingin menonjolkan diri. Seperti anak seusianya ia
merupakan anak yang suka bermain dengan teman-temannya dikelas maupun di
sekolah, namun diketahui lebih lanjut ia merupakan anak yatim yang tinggal di
panti asuhan yang lumayan jauh dari SLBN Jembrana. Untuk memudahkan ia
bersekolah Ferdi dititipkan di asrama di sebuah yayasan dekat SLB dan hanya
ketika liburan saja ia kembali ke panti asuhan. Dapat saya ambil kesimpulan
mengapa Ferdi ini sangat sensitif dan memiliki sifat pemalu, karena mungkin ia
selalu hidup sendiri di asrama dan hanya saat sekolah saja ia bergaul dengan
teman seusianya. Dari didikan yang ia terimalah Ferdi akhirnya memiliki rasa

ingin menonjolkan diri yang masih belum bisa ia keluarkan atau perlihatkan
secara penuh.
Selain Ferdi ada juga Andre seorang anak penyandang autisme, ia seorang
yang terlihat selalu dan sangat senang bernyanyi, tapi ia malu jika banyak orang
yang mengerubunginya, Andre merasa dirinya bisa namun belum terlalu dapat
merelisasikan perasaannya tersebut. Ia sudah tergolong anak yang mandiri sudah
mampu makan dan minum sendiri tapi memang masih sedikit Berantakan. Ia juga
sudah mampu buang air kecil dan menyiramnya sendiri di toilet. Kata pak Yudi
guru Andre, ia memang tergolong mampu untuk melakukan kemampuan
pribadinya sendiri dan dapat bernyanyi walaupun suaranya sangat kecil, berbeda
seperti saat ia datang kemari. Itu menjadi motivasi seorang guru di SLB, sambung
beliau.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kurikulum yang digunakan di SLBN Jembrana khusus untuk di tingkat
SDLBnya adalah kurikulum 2013 untuk kelas 1 dan 4, dan kurikulum KTSP
untuk kelas 2,3,5 dan 6.
Media yang digunakan untuk anak penyandang Tunagrahita di SLBN
Jembrana antara lain, menggunakan mainan berupa huruf dan angka untuk
mengenalkan mereka huruf juga mainan berupa lego sederhana untuk
meningkatkan imajinasi anak dalam membuat sebuah bangunan.
Kesulitan yang sering dihadapi oleh guru di SLBN Jembrana ini ialah,
anak yang susah untuk belajar di kelas.

Kekurangan tenaga pengajar juga

merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi di SLBN Jembrana. Banyaknya


guru senior yang dalam kurun waktu 15 tahun mendatang akan pensiun dan belum
adanya tenaga pendidik muda yang ingin dan berniat untuk mengajar di SLB.
pembelajaran inklusif di SD sudah banyak terlaksana di Bali khususnya di
Jembrana, sudah banyak sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah Inklusif, Di mana
sekolah ini akan dan harus mau menampung anak-anak yang berkebutuhan khusus
di sekitar lingkungan sekolah tersebut.
Deskripsi anak tunagrahita di SLBN Jembrana sangat bervariasi, mulai
dari anak yang mengalami tunagrahita rendah, autis, bahkan terdapat anak
penyandang tunaganda (Double Handicap) yang lebih digolongkan pada anak
tunagrahita.

10

DAFTAR PUSTAKA
Suparno. (2007). Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai