Tapi ternyata suatu hari ada juga orang yg melamar menjadi raja dan siap
menanggung semua resikonya.
Tahun pertama, ia puas puaskan berpesta karena sadar hidupnya tak akan lama
lagi.Tahun kedua dan berikutnya, ia isi dengan foya foya, pesta pora, setiap
tahun berganti pestanya makin gila gilaan, ia sudah tak perduli lagi pada
apapun, ia hanya ingin bersenang senang sebelum mati. Lima tahun berakhir,
orang ini pun dibuang ke pulau seberang laut dan nasibnya sama dengan orang
sebelumnya, tewas dimakan singa. Orang ini masih lebih baik, setidaknya ia
mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dunia sebelum dia mati.
Dua orang tewas, membuat banyak orang melupakan mimpinya menjadi raja,
meskipun mereka masih penasaran, apakah masih ada orang yang cukup bodoh
untuk melamar menjadi raja.
Suatu hari datanglah seorang guru datang melamar untuk menjadi raja dan juga
menyatakan kesanggupannya memenuhi dua syarat tersebut. Mendengar ada
yang melamar menjadi raja lagi membuat warga penasaran, sebagian
menertawakan kebodohan guru tersebut sementara yang lain merasa iba dan
kasihan padanya. Namun keputusan sudah dibuat, guru itu pun diangkat menjadi
raja dan ia diberi segala kemewahan dan kemudahan serta fasilitas layaknya
seorang raja. Ternyata berbeda dengan dua orang sebelumnya, guru ini tidak
berpesta pora dan foya foya, ia tetap pada pola hidupnya semula yang
sederhana, namun ia membuat beberapa tindakan selama ia menjadi raja.
Tahun pertama, ia kumpulkan seluruh pasukan kerajaan dan ia perintahkan
pasukan itu pergi ke pulau seberang laut untuk membabat habis hutan rimba
disana dan memindahkan semua binatang disana ke tempat lain. Sebagai raja
tentu perintahnya dipatuhi, dan begitulah akhirnya, di tahun pertama menjadi
raja, ia telah membuat pulau seberang laut menjadi pulau kosong yang siap
huni.
Tahun kedua, ia panggil para arsitek terbaik kerajaan, dan ia perintahkan mereka
untuk membangun sebuah istana yang lebih megah dari
istana yang ia tempati sekarang. Tahun kedua ia menjadi raja sebuah istana
megah berdiri di pulau seberang laut.
Tahun ketiga ia mengumpulkan harta, perabotan, dan barang barang lain dan ia
kirim ke istana seberang laut.Tahun keempat ia mengirim orang orang untuk
menjadi pelayan dan pengurus istana, mulai dari tukang kebun, koki, tukang
sapu, dan beberapa prajurit. Tahun kelima ia mengirim keluarganya ke istana itu,
dan ia meminta untuk sabar menantinya setahun lagi di pulau seberang laut.
Dan akhirnya habislah masa jabatan dia sebagai raja dan sesuai perjanjian guru
ini pun dibuang ke pulau seberang laut. Ia hanya tersenyum dan berkata, "saya
memang menunggu waktunya saat saya dibuang. Dan ia pun dibuang ke pulau
seberang laut dan hidup bahagia bersama keluarganya disana, disebuah istana
megah.
***
Unik bukan pemikiran yang antimainstream dari raja ketiga. Sama-sama dibuang
ke pulau yang sama, tapi nasib mereka berbeda. Itulah yang disebut visi, visi itu
kita punya gambaran tentang masa depan. Gambaran masa depan itu bukan
sekedar gambaran, tapi menjadi acuan kita untuk bisa berbuat banyak. Setiap
kita adalah pengemban misi hidup, setiap bayi terlahir di dunia, semua sudah
mengantongi misi. Seperti pahlawan superhero, tugas kita menyelesaikan misi
yang kita bawa, sebelum kembali ke kampung halaman kita, kampung Akhirat.
Salim A. Fillah menyebutnya 'kesadaran' dengan analogi orang yang menyelam
dan orang yang tenggelam. Yang membedakan mereka adalah kesadaran, orang
yang menyelam akan menikmati pemandangan bawah laut, dan pengalaman
penyelaman yang menaakjubkan. Sedangkan yang tenggelam jangankan
menikmati, bisa selamat saja kemungkinan kecil. Karena tidak sadar tetiba
tenggelam saja. Begitulah hidup ini kita jalankan. Orang yang tenggelam kita
sebut 'lalai' yah begitulah kelalaian mempunyai dampak yang berbahaya bagi
kita manusia. Karenanya kita haruslah berusaha dalam keadaan sadar bahwa
hidup kita adalah kumpulan misi yang harus kita selesaikan sebagai bekal
kembali ke kampung akhirat.
Agar firman-Nya selalu menjadi pengingat kita:
"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami,
mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat, dan
mereka mempunyai telinga tapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka
seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
'lalai'." (QS.Al-a'raf:179)