Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI

BAHASA INDONESIA

KELOMPOK I :
ALFIAN WIRATAMA ( D111 16 002 )
DANDI JUMADI ( D111 16 004 )
TEGUH PRIONO ( D111 16 012 )
THASYA BELINDA CHERRY LEATEMIA ( D111 16 010 )
ZULFADLI ( D111 16 008 )

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam suku, budaya,
dan bahasa. Membahas tentang bahasa, Bahasa Indonesia adalah alat
komunikasi umum yang paling penting dalam mempersatukan seluruh rakyat
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang dijadikan
sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia. Melalui
perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai
perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya
maupun dari segi kosa kata dan segi tata bahasanya.Diera modern ini, bahasa
Indonesia telah berkembang secara luas bukan hanya di Indonesia tetapi juga
di luar Indonesia, dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia atas prestasi
tersebut. Sehingga Bahasa Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di
setiap perguruan Tinggi. Mahasiswa peserta Mata Kuliah Bahasa Indonesia
perlu disadarkan akan kenyataan keberhasilan ini dan ditimbulkan
kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu Bahasa Indonesia. Karena
Kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa merupakan cerminan
dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa Indonesia dalam
konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga Mahasiswa kelak akan
menjadi insan terpelajar bangsa Indonesia yang akan terjun ke dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin dalam daerahnya
masing-masing. Sehingga mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan
warga Indonesia yang masih belum mengetahui banyak tentang bahasa
Indonesia tentang arti penting bahasa yang sebenarnya sehingga nantinya akan
menjadi warga Negara yang dapat memenuhi kewajibannya di mana pun
mereka berada dan dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah Negara
kesatuan republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa hendaknya
dapat menyadari akan pentingnya Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa nasional.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1.

Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?

2.

Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
1.

Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.

2.

Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bahasa Indonesia


1.

Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan


Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar
suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan
antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara Membahas
tentang sejarah perkembangan bahasa indonesia sebelum merdeka tidak terjadi
dalam suatu waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan
berabad-abad lamanya.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah
sebagai berikut:
a. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca
(bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh
wilayah Nusantara.
b. Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya
perbedaan

tingkatan

bahasa

berdasarkan

perbedaan

status

sosial

pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan


perpecahan.
d. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain
untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
e. Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang
mulia.
Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei, Indonesia,
Malaysia, dan Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai

bahasa kebangsaan dan bahasa resmi Negara Republik Indonesia merupakan


sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau
(bahasa Melayu dari provinsi Riau, Sumatera, Indonesia). Agaknya terlalu
sederhana untuk mengatakan bahwa Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa bahasa Melayu Riau hanyalah
merupakan satu dialek dari sekian banyak dialek Melayu yang lain. Dan, di
atas semua ini sudah terkenal di seluruh Nusantara suatu bahasa perhubungan,
suatulingua Franca yang di sebut dengan Melayu Pasar. Melayu Pasar inilah
yang merupakan faktor yang paling penting untuk di terimannaya Melayu
Riau sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Seandainya orang belum
mengenal Melayu Pasar, tentulah sama sulitnya pula menerima Melayu Riau
menjadi bahasa pengantar, seperti halnya dengan bahasa Jawa.
Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di
daerah Jambi di tepi sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan ini
berkuasa di daerah Sumatera Selatan bagian Timur dan di bawah
pemerintahan raja-raja Syailendra bukan saja menjadi pusat politik di Asia
Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Untuk mengikuti pertumbuhan Bahasa Indonesia dari awal mula
terdapatnya faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti
beberapa perkembangan berikut.
a. Masa Prakolonial
Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapatlah di pastikan
bahasa yang di pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa
Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih
jelas dari berbagai peninggalan peninggalan bersejarah misalnya:
1. Tulisan yang terdapat pada Batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada
tahun 1380 M.2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun
683.3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.4. Prasasti Kota

Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.5. Prasasti Karang Brahi Bangko,
Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanya
bermacam-macam dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara
seperti dialek Melayu Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado,
dapatlah di pastikan bahwa bahasa Melayu sudah mengalami penyebaran
seluas itu.
Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang
musafir-musafir Cina yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Indonesia.
Mereka mempergunakan bahasa penduduk asli yang disebut Kwuun Lun.
I Tsing yang belajar di Sriwijaya pada akhir abad VII mempergunakan
juga bahasa itu. Mengingat adanya prasasti-prasasti seperti di
b. Masa Kolonial
Ketika orang-orang Barat sampai di indonesia pada abad ke XVI, mereka
menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan suatu
bahasa

resmi

dalam

pergaulan

dan

bahasa

perantara

dalam

perdagangan (lingua franca). Hal ini dapat di buktikan dari beberapa


kenyataan

berikut.

Seorang

Portugis

bernama

Pigafetta,

setelah

menjunjung Tidore, menyusun semacam daftar kata pada tahun 1522;


berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan
Maluku.
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke
Indonesia mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal bahasa
pengantar. Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa
Belanda

sebagai

bahasa

pengantar

selalu

mengalami

kegagalan.

Demikianlah pengakuan seorang Belanda yang bernama Danckaerts dalam


tahun 1631. Ia menyatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku itu
kebanyakan memakai bahasa Melayu

sebagai

bahasa pengantar.

Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncak dengan


keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871 No. 104, yang

menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra, kalau tidak


digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam bahasa daerah.
c. Masa Pergerakan Kemerdekaan
Dengan

lahirnya

Budi

Utomo pada

tahun

1908

sebagai

penggerakan kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk


mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang
besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan.
Untuk itu mereka mencari suatu bahasa yang dapat di pahami dan di pakai
semua orang.
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang
akan menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong
Java, Jong Sumatra. Atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa
daerahnya sendiri. Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan
dan bahasa Jawa. Hal-hal semacam ini di rasakan sangat menghambat
persatuan dan kesatuan yang hendak di capai.
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai
suku bangsa di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu
mengakui suatu bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-pemudi
Indonesia. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemudapemudi di Sumatra sudah lebih dulu menyatakan dengan tegas hasrat
mereka agar bahasa Melayu Riau, yang juga disebut Melayu Tinggi, diakui
sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan adanya hasrat yang tegas ini,
sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen Bond masih di tulis
dalam bahasa Belanda.
Perlu pula di catat jasa beberapa Surat kabar yang turut
menyebarluaskan bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer,
Kaum Moeda, dan Neratja. Di samping pengaruhnya yang sangat besar
dalam perkembangan bahasa Melayu, media tersebut sekaligus menjadi
penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri Indonesia untuk
mengutarakan berbagai macam masalah.

Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas,


akhirnya tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu
pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai hasil yang paling gemilang dari
kongres itu, diadakan ikrar bersama yang terkenal dengan nama Sumpah
Pemuda, yang berbunyi:
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

2. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan

Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945,


dalam UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada
pasal 36. Pada tanggal 19 Maret 1947 Bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia. Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) diresmikan
menggantikan Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van
Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun
oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Mamoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van
Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai aturan sendirisendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca.
Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam.
Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan
yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara
lain sebagai berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j
Misalnya:
Sayang

: Sajang

Yakin

: Jakin

Saya

: Saja

2. Huruf u ditulis dengan oe


Misalnya :
Umum

: Oemoem

Sempurna

: Sempoerna

3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas

Misalnya:
Rakyat

: Rayat

Bapak

: Bapa

Rusak

: Rusa

4. Huruf j ditulis dengan dj


Misalnya :
Jakarta

: Djakarta

Raja

: Radja

Jalan

: Djalan

5. Huruf c ditulis dengan tj


Misalnya :
Pacar

: Patjar

Cara

: Tjara

Curang

: Tjurang

Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.
Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang
berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan
sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai
disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan
menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan Nama
Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena Nama itu
disesuaikan dengan Nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui,
Soewandi

merupakan

Nama

Menteri

Pendidikan,

Pengajaran,

dan

Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan
yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.
Ejaan yang terakhir yang berlaku sampai sekarang adalah Ejaan yang
disempurnakan. Ejaan ini diresmikan pada tahun 1972.
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat
Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru
pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia
Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan
LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja
atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,
tanggal 19 September 1967.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung
persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari
kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah
bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru
bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Pada waktu pidato
kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdakan Republik
Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah
pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut
dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa
Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari
pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak
bulan Maret 1947.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan


Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan
penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan
"Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Garis Waktu Peresmian Ejaan
1. Tahun 1901 ejaan yang digunakan ejaan van ophuijsen
2. Ejaan republik diresmikan 1947
3. Berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972, diresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Departemen pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
4. Tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975.
5. Lima tahun sekali, Ejaan Bahasa Indonesia senantiasa disempurnakan
hingga sekarang melalui Kongres Nasional Bahasa Indonesia dengan
motor penggerak Pusat Bahasa.
6. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan Surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
7. Di era kesejagatan kini, Bahasa Indonesia dipelajari di berbagai PT
nasional dan internasional.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum


di dalam:
1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambing
Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia.
Maka kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:
1. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa- bahasa daerah. Hasil
Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
a. Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia
memancarkan nilai- nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia.
Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita
harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi
kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada
rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga
memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
b. Lambang Identitas Nasional.
Sebagai lambang identitas

nasional,

bahasa Indonesia

merupakan lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan


dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan
watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan
sampai ciri kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan

sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa


Indonesia yang sebenarnya.
c.

Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar


belakang sosial budaya dan bahasanya.
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang
beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya
dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib
yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman
dan serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak
merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku lain. Karena dengan
adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia,
identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin
dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa
daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa
daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d.

Alat penghubung antarbudaya antardaerah.


Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling
berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala
kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi,

sosial,

budaya,

pertahanan,

dan

kemanan

mudah

diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia


meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan
seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang


diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara,
bahasa Indonesia befungsi sebagai :
a. Bahasa resmi kenegaraan.
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan adalah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia
digunakan dalam segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
b. Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai
dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar
mengajar, materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya
juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing. Apabila hal ini
dilakukan, sangat membantu peningkatan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknolologi (iptek).
c. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintah.
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem
administrasi

dan

mutu

media

komunikasi

massa.

Tujuan

penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang
disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.

d. Bahasa

resmi

di

dalam

pengembangan

kebudayaan

dan

pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.


Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan
ilmu dan teknologi modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas,
penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran,
buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain,
hendaknya

menggunakan

bahasa

Indonesia.

Pelaksanaan

ini

mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa


ilmu yang dirintis lewat lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di
perguruan tinggi.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Bahasa

Indonesia

adalah

bahasa

resmi

Republik

Indonesia

sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal


36bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Sejarah bahasa Indonesia telah
tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula
dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, diumumkanlah
penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia
pascakemerdekaan. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa
Indonesia secara resmi diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD
1945 pasal 36.
Ada beberapa ejaan yang pernah diguankan di Indonesia, antara lain
ejaan van ophuijsen, ejaan republik, dan ejaan yang masih digunakan sampai
sekarang yaitu ejaan yang disempurnakan atau biasa disingkat EYD.
Kedudukan sebagai Bahasa Nasional :
1. Lambang kebanggaan Nasional
2. Lambang Identitas Nasional.
3. Alat pemersatu
4. Alat penghubung antarbudaya
Kedudukan sebagai Bahasa Negara :
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan dan pembangunan
4. Bahasa resmi kebudayaan dan IPTEK
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,


kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karna itu, penulis menngharapkan kritik
dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://materi-mata-kuliah.blogspot.com/2014/09/makalah-sejarah-kedudukan-danfungsi-bahasa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai