Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.Adapun gangguan pada sistem
pencernaan

seperti

gastritis,hepatitis,diare,konstipasi,apendiksitis

dan

maag.Masalah

pencernaan dari kategori ringan hingga berat harus segera diatasi jika tidak akan dapat
memperburuk keadaan.Salah satu cara untuk mengatasi sistem pencernaan adalah dengan
mengkonsumsi obat , yang termasuk dalam kategori obat sistem pencernaan diantaranya
Antasida, H2 reseptor antagonis , Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor , Antibiotik ,
Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare , Laksatif. Seperti yang diketahui dalam
pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam
sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu
penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan
penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila
penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif
dan lengkap akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik
kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan
obat.

1.2 Rumusan Masalah


1.

Apakah definisi dari obat sistem pencernaan ?

2.

Apa sajakah klasifikasi dari obat sistem pencernaan ?

3.

Apa saja efek yang dapat ditimbulkan dari obat antidiare ?

4. Apa saja macam macam obat antidiare ?


1.3 Tujuan
1.

Untuk mengetahui definisi dari obat sistem pencernaan.

2.

Untuk mengetahui klasifikasi dari obat sistem pencernaan.

3.

Untuk mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari obat antidiare.

4.

U ntuk mengetahui macam macam obat antidiare.

1.4 Manfaat
1.

Mahasiswa dapat mendefinisikan obat sistem pencernaan dengan tepat.

2.

Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi obat antidiare.

3.

Mahasiswa dapat memahami efek yang dapat ditimbulkan dari obat antidiare.

4.

Mahasiswa dapat mengetahui macam macam obat antidiare.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat Sistem Pencernaan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi :

menerima makanan
memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut

pencernaan)
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Sistem Pencernaan pada Manusia


a. Rongga Mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan.
Pada Mulut terdapat :
1. Gigi, memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
partikel yang kecil-kecil.
2. Lidah, memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap
rasa makanan.
3. Kelenjar Ludah. Fungsi ludah adalah melumasi rongga mulut serta mencerna
karbohidrat menjadi disakarida.
b. Esofagus (Kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung. Pada
ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring
terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan
dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat
berjalan menuju lambung
c.

Lambung

Lambung dapat menampung makanan 1 liter hingga mencapai 2 liter. Dinding lambung
disusun oleh otot-otot polos yang berfungsi menggerus makanan secara mekanik melalui
kontraksi otot-otot tersebut. Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan
kimiawi dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung.
d. Usus Halus
3

Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

Disakaridase Menguraikan disakarida menjadi monosakarida

Erepsinogen Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin
mengubah pepton menjadi asam amino.
Hormon Sekretin Merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang

dihasilkan ke usus halus


Hormon CCK (Kolesistokinin) Merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu

ke dalam usus halus.


e. Usus Besar (Kolon)
Fungsi kolon adalah :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran
feses dari tubuh ddefekasi.
f.

Rektum dan Anus

Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat anus,
feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka
otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun
rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
2.2 Klasifikasi Obat Sistem Pencernaan
Terdapat beberapa klasifikasi dari obat sistem pencernaan diantaranya : Antitukak,
Antipasmodik, Antasida, Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor , Prokinetik, Antidiare
, Laksatif.

a. Antasida
Adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk nyeri tukak
peptik. Antasida dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
4

Antasida sistemik, contohnya : natrium bikarbonat

Antasida non sistemik, contohnya :aluminium Hidroksida, Magnesium


Hidroksida, Kalsium Karbonat, Magnesium Trisilikat

b. Digestan
Adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat pada defisiensi satu
atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Contohnya : enzim
pankreas, dan empedu
c. laksansia
Adalah zat-zat yang menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari rangsangan
langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau mempermudah
buang air besar atau (defekasi) dan meredakan sembelit.
d.Antidiare
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya diare.
e.Antiemetika
Adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan muntah.

BAB III
ISI
3.1 ANTIDIARE
Diare adalah suatu masalah saluran pencernaan di mana feses menjadi lembek atau
cair, biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Biasanya disertai sakit perut dan
seringkali mual dan muntah. Diare sering terjadi di Indonesia. Hampir seluruh masyarakat
Indonesia pernah mengalami diare. Masyarakat Indonesia sering menganggap diare terjadi
5

karena memakan makanan yang pedas, asam atau bersantan secara berlebihan. Diare yang
berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi hingga kematian. Kehilangan cairan atau elektrolit
(ion Na+ dan K+) pada diare yang parah menyebabkan penderita mengalami dehidrasi.
Dehidrasi inilah yang dapat menyebabkan kematian pada kasus diare. Diare dapat dijadikan
indikasi bahwa sanitasi lingkungan penderita buruk. Dalam pencegahan perlu diperhatikan
kebersihan makanan dan lingkungan. Dengan memperhatikan sanitasi tersebut akan
mencegah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.
Berdasarkan lama kejadian diare, dapat dibedakan atas diare akut dan kronis.bila diare
terjadi kurang dari dua minggu dapat dikategorikan sebagai diare akut, sedangkan bila terjadi
lebih dari dua minggu maka dikategorikan diare kronis. Diare akut dapat disebabkan oleh
infeksi, keracunan, alergi, reaksiobat-obatan, dan juga factor psikis. Terdapat banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare akut, diantaranya virus, bakteri, protozoa,
dan cacing (helminthes). Sedangkan diare kronis pada umumnya didasari oleh penyakit pada
saluran pencernaan.
Diare yang hebat menyebabkan kehilangan cairan. Cairan yang hilang secepatnya
harus digantikan dengan meminum minuman berelektrolit atau larutan oralit (mengandung
gula dan garam). Selain menggantikan cairan, diare perlu dihentikan. Dalam menghentikan
diare dapat dengan meminum obat anti diare. Obat anti diare yang bekerja pada susunan
syaraf akan menurunkan gerakan peristaltic usus, meningkatkan absorbsi, dan menginaktivasi
enterotoksin.

Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat fatal.
Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan
adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan
kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena
mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya
lebih mudah lepas daripada orang dewasa (Adnyana 2008).Diare berat terjadi apabila terdapat
dua atau lebih tanda dan gejala klinis berupa penurunan kesadaran, mata cekung, turgor
menurun ( 2 detik ) dan tidak bisa minum atau malas minum.anak dengan diare berat perlu
6

mendapatkan rehidrasi segera melalui infus dengan pengawasan jika sudah membaik
rehidrasi dapat dilanjutkan melalui jalur oral, sementara itu pada diare sedang atau ringan
yang ditandai dengan anak gelisah, rewel, haus, dan minum dengan lahap, mata cekung dan
turgor menurun hal utama yang perlu dilakukan adalah rehidrasi dengan larutan
oralit.Targetnya adalah tiga jam pertama julah oralit yang dibutuhkan adalah 75 ml/kgBB.
Beberapa Hal Yang Dapat Menyebabkan Diare Antara Lain :
1. Infeksi bakteri, beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau
minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli.
2. Infeksi virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, norwalk virus , Cytomegalo
virus, herpes simpleks virus, dan virus hepatitis.
3. Intoleransi makan beberapa orang tidak mampu mencerna semua makan, misalnya
pemanis buatan dan laktosa.
4. Parasit, parasit dapat memasuki tubuh melalui makan atau minuman dan menetap di
dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
5. Reaksi atau efek samping pengobatan antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker
dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
6. Gangguan intestinal.
7. Kelainan fungsi usus besar.
Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya tergantung pada penyebabnya., dapat
dijelaskan sebagai berikut:

untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,

paregorik (opium tinctur) atau loperamide.


untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit

aktif.
diarenya berat /dehidrasi, maka untuk penderita diare dehidrasi perlu dirawat di
rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama
tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula
dan garam.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek
buruk terhadap sistem saraf pusat, tidak menyebabkan ketergantungan.

Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan
elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut:
1. Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :

a. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila
seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.
b. Waktu pengosongan lambung yang cepat. Dalam keadaan fisiologis makanan yang
masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di
campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis.
Pada

pasien

yang

sudah

mengalami

gastrektomi

atau

piroplasti

atau

gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus


akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan
volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi
usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik
intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.
c. Defisiensi enzim. Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase
adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi
monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel
usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir
sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang
Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang
pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini
dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang
Eropa senang minum susu.
d. Laksan osmotic. Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke
lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris).
Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:

Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif.
Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien
dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan

memberikan dekstrose 5 %.
Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan)
dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.

2. Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan
timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.

Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus
ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Seperti diketahui
dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi
dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih

banyak dari pada aliran sekresi.


Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena
terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian
tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses
peradangan.

3. Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit


Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue
tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa
usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.
4. Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan
hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.
5. Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter,
yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan
serta mukus
3.2 Mekanisme timbulnya diare.
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan diare
dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah, disebabkan oleh
pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan
mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi.
Secara klinis, istilah diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas
tinja yang dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya.
Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram
atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari.

Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa mekanisme.
Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan
melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau
meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan
diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa.
Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan
diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli.
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong pada
kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi usus dan
cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung distimu-lasi oleh
proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal
karena adanya akumulasi fluida. Pada umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap
sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang
menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen .
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik dan daerah yang
terinfeksi akan bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi
nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara
mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya menyebabkan
pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan mukosa usus untuk
melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan
elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah
bakteri patogen penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) .
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan mucosal
yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan karbohidrat (CHO) akan
meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan membrane mikrovillus (misalnya
lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan
solut didalam luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat
dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa
dihambat dengan berpuasa .
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan
10

produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih
mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.
3.3 Diagnosa Diare
Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati
konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan
frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut
menderita diare.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel
darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu dilakukan
pembiakan terhadap contoh tinja.

3.4 Klasifikasi Dehidrasi


Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi
ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan
Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu, haus, dan
agak rewel.
2. Dehidrasi Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung

11

Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke
posisi semula.
3. Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

Buang air besar cair dan terus-menerus


Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6

popok/hari.
Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi.

Obat-obat yang Dapat Menyebabkan Diare


1. Laksatif (pencahar)
2. Antasida yang mengandung magnesium
3. Antineuroplastik
4. Auranofin (garam emas)
5. Antibiotik; klindamisin, tetrasiklin, sulfonamid, semua antibiotik spektrum luas
6. Antihipertensi; reserpin, guanetidin, metildopa, guanabenz, guanadrel
7. Kolinergik; bethanechol, neostigmin
8. Obat jantung; quinidin, digitalis, digoksin
9. Obat-obat antiibflamasi nonsteroid; prostaglandin, kolkhisin

3.5 Terapi Pada Diare


12

Terapi Non Farmakologi (non infeksi)

Merupakan diare yang disebabkan oleh kesalahan pada saat mengkonsumsi suatu makanan
dan yang lainya,Diet merupakan prioritas utama dalam penanganan diare. Menghentikan
konsumsi makanan padat dan susu perlu dilakukan. Rehidrasi dan maintenance air dan
elektrolit merupakan terapi utama yang harus dilakukan hingga episode diare berakhir. Jika
pasien kehilangan banyak cairan, rehidrasi harus ditujukan untuk menggantikan air dan
elektrolit untuk komposisi tubuh normal. Sedangkan pada pasien yang tidak mengalami
deplesi

volume,

pemberian

cairan

bertujuan

untuk

pemeliharaan

cairan

dan

elektrolit. Pemberian cairan parenteral perlu dilakukan untuk memasok air dan elektrolit jika
pasien mengalami muntah dan dehidrasi berat, selain untuk mencegah terjadinya
hipernatremia.

Terapi Farmakologis( infeksi)

Merupakan diare yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan lainya, Berbagai obat yang
digunakan dalam terapi diare dimasukan dalam kategori berikut: antimotilitas, adsorben,
antisekretori, antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Obat yang digunakan ini tidak
menyembuhkan, namun bersifat paliatif (meringankan)
1. Opiat dan derivatnya. Opiat dan derivatnya meringankan gejala diare dengan cara
menunda transit isi intraluminal atau dengan meningkatkan kapasitas usus, sehingga
memperpanjang waktu kontak dan penyerapan. Enkefalin, uatu zat opiat endogen,
yang mengatur gerakan fluida didalam mukosa dengan merangsang proses
penyerapan. Dampak buruk penggunaan opiat adalah adanya resiko ketergantungan
dan kemungkinan memperburuk diare akibat infeksi. Opiat umumnya bekerja melalui
mekanisme sentral dan perifer kecuali pada loperamid. Loperamid merupakan
13

antisekretori yang bekerja pada sistem perifer dengan menghambat pengikatan protein
kalsium pada kalmodulin dan mengendalikan sekresi klorida. Loperamid tersedia
dalam sediaan kapsul 2 mg atau larutan 1 mg/5 ml. Dosis lazim dewasa adalah 4 mg
peroral pada awal pemakaian diikuti 2 mg setiap setelah devekasi hingga 16 mg
perhari. Dephenoksilat adalah agen opiat lain yang digunakan dalam penanganan
diare. Tersedia dalam sediaan tablet 2,5 mg atau larutan 2,5 mg/5 ml. Dosis pada
orang dewasa 3 sampai 4 kali sehari 2,5-4 mg, dengan maksimum dosis 20 mg
perhari. Selain itu defoksin, suatu turunan defenoksilat juga sering digunakan sebagai
kombinasi dengan atropin. Dosis pemakaian pada dewasa adalah 2 mg pada awal
pemakaian selanjutnya 1 mg setiap setelah devekasi, dosis maksimum 8 mg perhari.
2. Adsorben. Adsorben digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare. Dalam
kerjanya, absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap air, nutrisi, racun,
maupun obat. Pemberian adsorben bersama obat lain, akan menurunkan
bioavailabilitas obat lain tersebut. Polikarbofil terbukti efektif mampu menyerap 60
kali beratnya. Dosis pada orang dewasa adalah 4 kali sehari 500 mg hingga
maksimum 6 gram perhari. Adsorben lain yang dapat digunakan adalah Campuran
kaolin-pektin dengan dosis 30-120 ml setiap setelah buang air besar, atau attapulgit
dengan dosis 1200-1500 mg setiap setelah buang air besar.
3. Antisekretori. Bismut subsalisilat terbukti memeliki efek antisekretori, antiinflamasi
dan antibakteri. Sediaan obat ini adalah tablet kunyah 262 mg/tablet atau 262 mg/5 ml
larutan. Dosis pada orang dewasa adalah 2 tablet atau 30 ml larutan setiap 30 menit
untuk 1 sampai 8 dosis perhari. Oktreotide suatu analog somatostatin endogen sintesis
digunakan untuk mengatasi gejala karsinoid tumor dan vasoaktif peptida yang
disekresikan tumor. Dosis oktreotide bervariasi tergantung indikasi. Oktreotide
menghambat banyak aktivitas hormon gastrointestinal sehingga penggunaanya
banyak menimbulkan efek samping.
4. Produk Lain. Sediaan laktobacilus dapat menggantikan mikroflora usus, sehingga
membantu mengembalikan fungsi normal usus dan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme patogen. Namun, diet produk yang mengandung 200-400 mg laktosa
atau dekstrin sama efektifnya dengan memproduksi rekolonisasi flora normal. Selain
itu antikolinergik seperti atropin juga dapat membantu memperpanjang transit usus.

14

3.6 Penggolongan Obat Diare


A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare
seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1

Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada
1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut. Mekanisme kerja dari
racecadotril adalah mengadakan interaksi dengan opioid neurotransmitter
system pada dinding saluran cerna. Racecadotril bersifat sebagai inhibitor
enzyme neutral endopeptidase yang akan memecah endogenous opioid
peptides Met- and Leu-enkephalin, yang mengatur sekresi pada saluran
cerna, sehingga terjadi penurunan sekresi air dan elektrolit. Jadi obat ini
bersifat sebagai antisekretori(Faure, 2013).Pengembangan obat anti diare
masa depan adalah melalui penghambatan sekresi atau menemukan obat
antisecretory pada epitel mukosa usus. Penemuan terakhir di bidang ini
adalah penemuan tentang peran protein FXR pada epithelial cells kolon dan
memberi harapan bahwa FXR agonists merupakan harapan yang sangat
bagus untuk pengembangan obat antidiare yang baru.

2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen
(luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang
sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan

15

Pseudomonas

aeruginosa.

Nifuroxazide

bekerja

lokal

pada

saluran

pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur
filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan
menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik
mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat
ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
B. Obstipansia

untuk

terapi

simtomatis

(menghilangkan

gejala)

yang

dapat

menghentikan diare dengan beberapa cara:


1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri
atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini
adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan
luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium. Mekanisme kerja secara umum dari adsorben
adalah melapisi permukaan mukosa pada dinding saluran pencernaan
sehingga toksin dan mikroorganisme tak bisa masuk menembus dan merusak
mukosa. Selain itu, absorben juga mengikat bakteri penyebab atau racun,
yang kemudian dieliminasi melalui tinja.

16

C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium

BAB IV
PENUTUP
17

4.1 Kesimpulan
Diare adalah suatu masalah saluran pencernaan di mana feses menjadi lembek atau cair,
biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
1. Infeksi bakteri, beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau
minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Eschericia coli.
2. Infeksi virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, norwalk virus , Cytomegalo
virus, herpes simpleks virus, dan virus hepatitis.
3. Intoleransi makan beberapa orang tidak mampu mencerna semua makan, misalnya
pemanis buatan dan laktosa.
4. Parasit, parasit dapat memasuki tubuh melalui makan atau minuman dan menetap di
dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.
5. Reaksi atau efek samping pengobatan antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker
dan antasida mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
6. Gangguan intestinal.
7. Kelainan fungsi usus besar.
Sebagian besar diare terjadi karena gangguan flora bakteri terutama E. coli, penyebab dari
kondisi ini terjadi karena banyak factor dan yang paling utama karena makanan.diare dapat di
esmbuhkan dengan penggolongan obat sebagai berikut :
a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare
seperti antibiotika, sulfonamide, furazolidon. Obatnya yaitu Racecordil, Loperamide,
Nifuroxazide, Dioctahedral smectite.
b. Obstipansia

untuk

terapi

simtomatis

(menghilangkan

gejala)

yang

dapat

menghentikan diare dengan beberapa cara:


a. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
b. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.

18

c. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat


menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau
yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah
juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukalukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.
c. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
Jadi tujuan dari pengobatan diare adalah

Menggantikan cairan yang hilang.


Mengembalikan peristaltik.
Memberantas penyakit.
Tahap tahap pengobatan.
Parenteral (infus).
Mengentalkan isis usus menggunakan kaolin.
Menekan gerakan usus.

DAFTAR PUSTAKA
http://purnamasyinta.blogspot.com/2014/07/laporan-praktikum-farmakologi-antidiare.html
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/LAPORAN-PRAKTIKUMPENGUJIAN-EFEK-ANTIDIARE-FARMAKOLOGI.html

19

http://pghnai.com/farmakologi-obat-obat-antidiare.html
ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2012/06/diare-dan-terapinya.htm

20

Anda mungkin juga menyukai