BLTK HBH 230512 Edit Bultek Hibah Draft
BLTK HBH 230512 Edit Bultek Hibah Draft
PENDAHULUAN
Dalam hal ini, hibah merupakan salah satu komponen pendapatan baik di dalam APBN
maupun APBD. Untuk pemerintah pusat, komponen pendapatan di dalam APBN adalah
penerimaan perpajakan, PNBP dan hibah. Sedangkan untuk pemerintahan daerah,
komponen pendapatan di dalam APBD adalah Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Di dalam struktur pendapatan pemerintah
daerah, pendapatan hibah termasuk ke dalam kelompok Lain-Lain Pendapatan yang Sah.
1.2.2.
Hibah sebagai salah
Pelaksanaan Anggaran
satu
jenis
sumber
dana
pada
Dokumen
Dalam proses pelaksanaan anggaran, pada dokumen anggaran yang menjadi dasar bagi
Kementerian Negara/Lembaga ataupun SKPD untuk menjalankan kegiatannya terdapat
istilah sumber dana yang digunakan untuk membiayai kegiatannya. Ada beberapa jenis
sumber dana yang umum yaitu Rupiah Murni, Rupiah Murni Pendamping, Pinjaman LN,
Hibah LN, Pinjaman DN, Hibah DN. Jenis sumber dana ini umumnya dijabarkan dalam suatu
kodefikasi di dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang mencerminkan dari mana asal
sumber dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan
1.2.3.
Baik di pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, hibah merupakan salah satu jenis
belanja di dalam APBN maupun APBD sebagaimana diatur di dalam peraturan perundangan
yang mengatur jenis belanja pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah.
1.2.4.
Hibah dalam konteks pengelolaan Barang Milik Negara/Barang Milik
Daerah
Dalam konteks pengelolaan BMN/BMD, hibah merupakan pengalihan kepemilikan barang
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah pusat/pemerintah daerah
kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.
1.3. Permasalahan dalam pengelolaan hibah
1.3.1
Sebagai salah satu komponen pendapatan negara selain penerimaan perpajakan dan PNBP,
seluruh estimasi pendapatan hibah seharusnya termuat di dalam UU APBN/Perda APBD
setiap tahunnya. Namun demikian dalam kenyataannya masih banyak pendapatan hibah
yang belum termuat di dalam UU APBN/Perda APBD dan pengelolaannyapun di luar
mekanisme APBN/APBD (off budget). Bila kita melihat dari kondisi ideal proses perencanaan
dan penganggaran, untuk dialokasikan sebagai salah satu sumber pendanaan dalam APBN,
penerimaan hibah akan melalui proses perencanaan dan penganggaran yaitu melalui
dibuatnya Terms of Reference (TOR), Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana Kerja
Anggaran (RKA) hingga masuk ke dalam dokumen pelaksanaan penganggaran. Hal ini
dapat terjadi disebabkan karena untuk pendapatan hibah dalam APBN/APBD setiap
tahunnya disusun berdasarkan estimasi pendapatan yang telah dapat diperkirakan dari
komitmen berbagai donor yang diperkirakan akan masuk sebagai pendapatan di tahun
2
Para pemberi hibah (donor) sering menawarkan pemberian hibah kepada suatu entitas lain
dengan berbagai persyaratan tertentu yang mengikat apabila si penerima ingin mendapatkan
hibah. Hal ini bisa dalam bentuk persyaratan politis, ekonomi dan aspek lainnya. Sering
dijumpai donor akan memberikan hibah untuk satu kegiatan tertentu saja yang terkait
dengan kepentingan donor. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan semangat dari Pakta
Jakarta Commitment yang merupakan bentuk kesepahaman antara Indonesia dan Negaranegara donor. Dalam Poin II.a) Pakta Jakarta Commitment dinyatakan bahwa mitra
pembangunan Indonesia berkomitmen untuk menyediakan bantuan pembangunan mereka
berdasarkan permintaan negara penerima. Selanjutnya lebih tegas lagi dalam Poin II.b)
dinyatakan bahwa pemerintah dan mitra pembangunannya akan beralih dari pendekatan
proyek menjadi pendekatan berdasarkan program yang mendukung program pemerintah
dan berhubungan dengan prioritas dari Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian
teknis terkait. Pemerintah dan mitranya akan bekerja sama untuk mendukung
kesesuaiannya dengan sistem pemerintahan terutama dengan sistem pelaporan pemerintah.
Hal ini mengamanatkan bahwa seharusnya negara donor dalam memberikan hibahnya
harus menyelaraskan dengan program prioritas nasional yang telah ditetapkan oleh
pemerintah ke dalam program prioritas masing-masing Kementerian Negara/Lembaga.
1.3.3
1.3.4
a. Pasal 22 ayat (2) menyatakan bahwa Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman
dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah atau sebaliknya;
b. Pasal 23 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah Pusat dapat memberikan
hibah/pinjaman kepada atau menerima hibah/pinjaman dari pemerintah/lembaga asing
dengan persetujuan DPR;
c. Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa pinjaman dan/atau hibah yang diterima Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah
Daerah/Perusahaan Negara/Perusahaan Daerah;
d. Pasal 24 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah dapat memberikan
pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan
negara/daerah;
e. Pasal 24 ayat (2) menyatakan bahwa pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan
penerimaan pinjaman/hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlebih dahulu
ditetapkan dalam APBN/APBD;
2.1.2.
2.1.8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
a. Pasal 1 poin 18 menyatakan bahwa Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah pusat/pemerintah
daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.
b. Pasal 58 ayat (1) menyebutkan bahwa Hibah barang milik negara/daerah dilakukan
dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
Sementara 58 ayat (2) menyatakan bahwa Hibah harus memenuhi syarat bukan merupakan
barang rahasia negara; bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak; tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan
penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
10
11
3.1.
12
13
xxx
xxx
b) Pada saat yang sama Kas Umum Negara juga mencatat pendapatan hibah
tersebut dengan jurnal:
DR
CR
xxx
xxx
2) Pemerintah Daerah
Pendapatan Hibah pada Pemerintah Daerah diterima langsung oleh
Bendaharawan Umum Daerah, dan dicatat dengan jurnal:
DR
CR
xxx
xxx
disajikan di
Laporan
Pencatatan di LRA
a) Pemerintah Pusat (berdasarkan draf SPAN)
DR
CR
xxx
xxx
b) Pemerintah Daerah
DR
CR
2)
xxx
xxx
xxx
xxx
b) Pemerintah Daerah
DR
CR
xxx
xxx
3. Pengukuran
Pendapatan hibah murni dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai nominal hibah
diterima atau menjadi hak. Sedangkan pendapatan hibah dalam bentuk
barang/jasa dicatat sebesar nilai barang yang diserahkan berdasarkan data
pemberi hibah, dan jika tidak diperoleh berdasarkan nilai wajar.
4. Penyajian
Realisasi pendapatan hibah murni disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila
Realisasi pendapatan dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs transaksi
Bank Sentral pada tanggal transaksi.
Entitas akuntansi dan entitas pelaporan (BUN/BUD) menyajikan klasifikasi
pendapatan menurut jenis pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pendapatan Hibah dan rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
Pada penerapan akuntansi berbasis akrual, pendapatan hibah juga disajikan
pada Laporan Operasional.
5. Pengungkapan
Di samping disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
Operasional, transaksi hibah juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada
Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi
yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan belanja hibah yang
diterima/dikeluarkan.
Jenis informasi atas transaksi hibah yang dapat dijelaskan pada Catatan atas
Laporan Keuangan, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan
pengukuran atas transaksi hibah;
b. Penjelasan pencapaian transaksi hibah terhadap target yang ditetapkan dalam
undang-undang APBN, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target selama tahun pelaporan;
15
16
a. Pemerintah Pusat
Jurnal untuk mencatat realisasi belanja hibah pada Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Hibah (Pengelola Hibah) adalah sebagai berikut:
DR
CR
Belanja Hibah
Piutang dari Kas Umum Negara
xxx
xxx
Pada saat yang sama Kas Umum Negara juga mencatat belanja hibah
tersebut dengan jurnal:
DR
CR
Belanja Hibah
Kas di Kas Umum Negara
xxx
xxx
b. Pemerintah Daerah
Belanja Hibah pada Pemerintah Daerah dikeluarkan langsung oleh
Bendaharawan Umum Daerah, dan dicatat dengan jurnal:
DR
CR
Belanja Hibah
Kas di Kas Umum Daerah
xxx
xxx
a.
Pencatatan di LRA
1) Pemerintah Pusat (berdasarkan draf SPAN)
DR
CR
Belanja Hibah
Piutang dari Kas Umum Negara/Due To
xxx
xxx
2) Pemerintah Daerah
DR
CR
b.
Belanja Hibah
Anggaran Belanja yang Direalisasi
xxx
xxx
Beban Hibah
Piutang dari Kas Umum Negara/Due To
xxx
xxx
a) Pemerintah Daerah
DR
CR
Beban Hibah
Kas di Kas Umum Daerah
xxx
xxx
3. Pengukuran
Belanja hibah dicatat sebesar nilai nominal yang dikeluarkan atau menjadi
kewajiban hibah.
4. Penyajian
Realisasi belanja dan beban hibah disajikan dalam mata uang rupiah. Entitas
akuntansi dan entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja hibah menurut jenis
belanja, organisasi dan. menurut fungsi dalam Laporan Realisasi Anggaran
Belanja.
Pada penerapan akuntansi berbasis akrual beban hibah juga disajikan pada
Laporan Operasional.
5. Pengungkapan
Di samping disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional,
transaksi hibah juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas
Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan
mengenai bentuk dari pendapatan dan belanja hibah yang diterima/dikeluarkan.
Jenis informasi atas transaksi hibah yang dapat dijelaskan pada Catatan atas
Laporan Keuangan, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan
pengukuran atas transaksi hibah;
18
19
4.1.
20
Pemerintah Pusat
Pada saat Kas diterima oleh KL akan dijurnal:
xxx
xxx
b)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
2)
xxx
Belanja Barang/Modal
Piutang dari KUN
Aset Tetap
Diinvestasikan pada aset Tetap
xxx
xxx
Pemerintah Daerah
Akuntansi Hibah Khusus pada Pemerintah Daerah sama dengan
akuntansi Hibah Murni, karena diterima di Bendaharawan Umum Daerah
a.
Pemerintah Pusat
a) Pada saat dana diterima
xxx
xxx
2)
2.
xxx
xxx
xxx
Pemerintah Daerah
Akuntansi Hibah Khusus pada Pemerintah Daerah sama dengan
akuntansi Hibah Murni, karena diterima di Bendaharawan Umum Daerah
Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
xxx
xxx
b. Basis Akrual:
DR
CR
3.
Aset Tetap
Pendapatan hibah-LO
xxx
xxx
Pengukuran
a) Untuk pendapatan hibah dicatat sebesar nilai nominal pada saat terjadi
penerimaan dan pengeluaran hibah.
22
4.
b) Perolehan hibah dari entitas lain dapat berbentuk barang seperti pemberian
mobil ambulan, maupun berbentuk jasa seperti pemberian fasilitas
pendidikan (short course dan lain-lain). Apabila pihak donor tidak
menyertakan nilai/harga barang dan/atau jasa tersebut, dilakukan penilaian
dengan berdasarkan:
1) Menurut biayanya;
2) Menurut harga pasar; dan
3) Menurut perkiraan/taksiran harga wajar.
Penilaian yang akan digunakan berdasarkan keandalan informasi yang
tersedia pada saat perolehan.
c) Untuk pendapatan hibah berupa jasa seringkali satuan kerja/pemerintah
kesulitan dalam mengukur nilai nominal dari jasa yang telah diberikan
(pelatihan, asistensi, tugas belajar, dan lain-lain) walaupun dengan
menggunakan perkiraan/taksiran. Apabila kesulitan ini terjadi maka
penerimaan hibah dalam bentuk jasa cukup diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Penyajian
Realisasi pendapatan hibah disajikan dalam mata uang rupiah di LRA. Apabila
Realisasi pendapatan dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs transaksi
Bank Sentral pada tanggal transaksi.
Pada penerapan akuntansi berbasis akrual, pendapatan hibah juga disajikan
pada Laporan Operasional.
5.
Pengungkapan
Di samping disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
Operasional, transaksi hibah juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada
Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi
yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan belanja hibah yang
diterima/dikeluarkan.
Jenis informasi atas transaksi hibah yang dapat dijelaskan pada Catatan atas
Laporan Keuangan, antara lain:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan, dan
pengukuran atas transaksi hibah;
b. Penjelasan pencapaian transaksi hibah terhadap target yang ditetapkan
dalam undang-undang APBN, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target selama tahun pelaporan;
c. Informasi lebih rinci tentang sumber-sumber atau jenis-jenis hibah;
d. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
e. Jenis hibah, apakah berupa uang, barang ataupun jasa.
4.2.
23
a. Pemerintah Pusat
Jurnal untuk mencatat realisasi belanja hibah baik yang dikeluarkan oleh entias
BUN Pengelola Hibah atau oleh KL adalah sebagai berikut:
DR
CR
Belanja Hibah
Piutang dari Kas Umum Negara
24
xxx
xxx
Belanja Hibah
Kas di Kas Umum Negara
xxx
xxx
b. Pemerintah Daerah
Belanja Hibah pada Pemerintah Daerah dikeluarkan langsung oleh Bendaharawan
Umum Daerah, dan dicatat dengan jurnal:
DR
CR
Belanja Hibah
Kas di Kas Umum Daerah
xxx
xxx
Pencatatan di LRA
1) Pemerintah Pusat baik di entitas BUN Pengelola Hibah
(berdasarkan draf SPAN)
DR
CR
Belanja Hibah
Piutang dari Kas Umum Negara/Due To
atau di KL
xxx
xxx
2) Pemerintah Daerah
DR
CR
b.
Belanja Hibah
Anggaran Belanja yang Direalisasi
xxx
xxx
Beban Hibah
Piutang dari Kas Umum Negara/Due To
xxx
xxx
2) Pemerintah Daerah
DR
CR
Beban Hibah
Kas di Kas Umum Daerah
xxx
xxx
3. Pengukuran
Belanja hibah dicatat sebesar nilai nominal yang dikeluarkan atau menjadi
kewajiban hibah.
4. Penyajian
Realisasi belanja dan beban hibah disajikan dalam mata uang rupiah. Entitas
akuntansi dan entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja hibah menurut jenis
25
26