KESEHATAN KERJA
PENGUKURAN DEBU DI BALAI HIPERKES
Oleh:
ESTER ARYANTI S
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 Topik Praktikum...................................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................
2.1. Pengertian Debu..................................................................................................................3
2.2. Mekanisme Penimbunan Debu pada Saluan Pernapasan....................................................5
2.3. Pengaruh Debu terhadap Saluran Pernapasan.....................................................................7
2.4.Alat Pelindung Diri..............................................................................................................7
2.5.Deskripsi Alat Yang Digunakan...........................................................................................8
2.6.Metode Pengukuran.............................................................................................................8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................9
3.1.Hasil Pengukuran... ......................... ...................................................................................9
3.2.Pembahasan Hasil Pengukuran...........................................................................................11
BAB IV PENUTUP................................................................................................................12
4.1.Kesimpulan........................................................................................................................12
4.2.Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan industri yang makin pesat, di samping berefek positif pada kehidupan juga
menimbulkan problema terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang salah satu
penyebabnya adalah debu yang timbul pada pekerjaan-pekerjaan di tempat kerja sebagai akibat
proses produksi.
Efek yang timbul akibat paparan debu total di tempat kerja dapat mengurangi
kenyamanan ketika bekerja dan debu-debu jenis tertentu dapat menyebabkan efek negatif bagi
kesehatan tenaga kerja.
Berdasarkan kenyataan di atas perlu upaya penanggulangan dengan melakukan
pengukuran kadar debu total di tempat kerja menggunakan pengukuran kadar debu yang
dibakukan sebagai SNI.
Pengukuran kadar debu total yang digunakan adalah cara gravimetri.lingkup standar ini
mencakup prinsip pengukuran, penentuan titik pengambilan sampel, peralatan, bahan yang
digunakan, cara pengambilan contoh dan perhitungan kadar debu total di udara tempat kerja.
Teknisi yang menggunakan standar pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja harus
mempunyai kompetensi di bidang ini.
1.2.
Topik Praktikum
Pengukuran Kadar Debu Total di Tempat Kerja
1.3.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja dengan
menggunakan teknik gravimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di
udara dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Partikel debu akan berada di udara
dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara, kemudian masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pernapasan (Pudjiastuti, 2002).
Debu industri yang terdapat dalam udara dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Deposit Particulate Matter (DPM) merupakan partikel debu yang hanya sementara berada di
udara, partikel ini segera mengendap di udara oleh karena gaya gravitasi bumi.
2.
Suspended Particulate Matter (SPM) merupakan debu yang tetap berada di udara dan tidak
mengendap (Ashari, 2006).
Beberapa jenis debu dapat menyebabkan penyakit pernapasan atau paru, diantaranya
berupa debu organik dan anorganik. Debu organik dapat menyebabkan penyakit pernapasan. Ini
karena kepekaan dari saluran napas bagian bawah terutama alveoli terhadap debu meningkat.
Kepekaan inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas, hingga dapat menghambat
aliran udara yang keluar masuk paru, dan akibatnya terjadi sesak nafas (Heqris, 2009).
Sedangkan debu anorganik, bila terhirup dalam jumlah banyak, dapat menimbulkan gangguan
paru pula. Debu ini banyak menyerang para pekerja di pabrik semen, asbes, keramik, tambang
emas atau besi. Debu ini mengandung partikel-partikel besi, timah putih, asbes dan lainnya.
Kemampuan debu untuk bisa masuk ke dalam paru tergantung dari besar kecilnya partikel
tersebut (Heqris, 2009).
Ada 4 pengaruh fisik dari partikel debu yang mengendap di dalam saluran pernapasan, yaitu:
1.
Debu berukuran 5-10 mikron yang mengendap pada dinding saluran pernapasan bagian atas
dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.
2.
Debu berukuran 2-3 mikron yang mengendap lebih dalam pada bronkus/bronkiolus dapat
menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma.
3.
Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di alveoli, dimana gerakannya sejalan
dengan kecepatan yang konstan.
4.
Debu yang berukuran 0.1-1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat menempel pada saluran
napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi (Pudjiastuti, 2002).
Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah berukuran 0,1-5
atau 10 mikron, sedangkan Depertemen Kesehatan mengisaratkan bahwa ukuran debu yang
membahayakan berkisar antara 0,1 sampai 10 mikron (Pudjiastuti, 2002).
2.2.
partikel debu solid atau suatu campuran dengan asap 21 (Mengkidi, 2006). Mekanisme
penimbunan debu di dalam paru-paru terjadi dalam 3 mekanisme, yaitu:
Pengaruh inersia menyebabkan timbulnya kelembaban dari debu itu sendiri yang ketika
bergerak dan melalui belokan-belokan, debu menjadi lebih mudah masuk akibat adanya
dorongan dari aliran udara. Sepanjang saluran pernapasan yang lurus, debu akan mengikuti
aliran pernapasan lurus ke dalam, sedangkan partikel-partikel yang besar yang tidak ikut
dalam aliran udara tersebut akan mencari tempat-tempat yang lebih ideal untuk menempel
atau mengendap seperti pada lekukan selaput lendir dalam saluran pernapasan.
kualitas udara yang terinhalasi sangat berpengaruh terhadap faal paru. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pencemaran udara yaitu kelembaban, suhu, dan penyebaran (Mengkidi, 2006).
Pada udara yang dalam keadaan tercemar, partikel polutan ikut terinhalasi dan sebagian akan
masuk ke dalam paru. Selanjutnya sebagian partikel akan mengendap di alveoli. Dengan adanya
pengendapan partikel dalam alveoli, ada kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru.
Terdapatnya debu di dalam alveolus akan menyebabkan terjadinya statis partikel debu dan dapat
menyebabkan kerusakan dinding alveolus (Mengkidi, 2006).
Faktor yang dapat berpengaruh pada inhalasi bahan pencemar ke dalam paru adalah faktor
komponen fisik, faktor komponen kimiawi dan faktor penderita itu sendiri. Aspek komponen
fisik yang pertama adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi (gas, debu, uap). Ukuran dan
bentuk akan berpengaruh dalam proses penimbunan dalam paru, demikian juga dengan kelarutan
dan nilai higroskopisitasnya. Komponen kimia yang berpengaruh antara lain kecenderungan
untuk bereaksi dengan jaringan sekitarnya, keasaman atau tingkat alkalisitasnya yang tinggi
sehingga dapat merusak silia atau sistem enzim. Bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan
fibrosis yang luas di jaringan paru-paru dan dapat bersifat sebagai antigen asing yang masuk ke
dalam paru-paru (Mengkidi, 2006).
Selain itu, faktor individual seseorang juga penting untuk diperhitungkan. Sistem pertahanan
paru baik secara antomis maupun secara fisiologis, merupakan satu mekanisme yang baik dalam
melindungi saluran pernapasan. Mekanisme ini tentu saja dapat terganggu, baik karena faktor
bawaan maupun lingkungan. Orang-orang tertentu mempunyai silia yang aktif sekali bekerja
menyapu debu yang masuk, sementara pada sebagian orang lain gerak cambuk silia relatif lebih
lambat (Mengkidi, 2006). Jadi gangguan pernapasan akibat inhalasi debu dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor debu itu sendiri, yaitu ukuran partikel, bentuk, daya larut,
konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan faktor individu yang berupa mekanisme pertahanan
tubuh (Ashari, 2006).
2.5.
a.
higrometer.
LVS
2.6.
Prosedur Pengukuran
desikator
Alat diletakkan pada titik pengukuran setinggi zona pernafasan, pengambilan contoh
dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (sesuai kebutuhan dan tujuan pengukuran) dan
kadar debu total yang diukur ditentukan secara gravimetri.
2.6.1.2 Bahan
Filter hidrofobik (misal: PVC, fiberglass) dengan ukuran pori 0,5 m.
2.6.1.3 Prosedur kerja
A. Persiapan
a. Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam agar mendapatkan
b.
kondisi stabil.
Filter kosong pada 3.4.1 a) ditimbang sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali
penimbangan, sehingga diketahui berat filter sebelum pengambilan contoh, catat berat filter
blanko dan filter contoh masing-masing dengan berat B1
(mg)
dan
W1
(mg).
c.
Masingmasing filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor (kode).
Filter contoh dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder dengan menggunakan
d.
terakreditasi).
B. Pengambilan contoh
a. LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara dengan
b.
c.
d.
e.
Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal,
f.
g.
menghindari kontaminasi.
Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke dalam
sesudah pengukuran.
D. Perhitungan
Kadar debu total di udara dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut dan hasilnya
dicatat pada formulir seperti pada Lampiran B.
(W2 - W1) - (B2 - B1)
C = ----------------------------------- (mg/l)
V
atau
( W2 - W1 ) - ( B2 - B1 )
C = ----------------------------------- x 103 (mg/m3)
V
dengan:
C adalah kadar debu total (mg/l) atau (mg/m3);
W2 adalah berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg);
W1 adalah berat filter contoh sebelum pengambilan contoh (mg);
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1.
pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya
batu, kayu, bijih logam,arang batu, butir-butir zat padat dan sebagainya.
2.
3.
Hal ini menunjukkan kadar debu di Balai K3 masih dibawah NAB yang berarti aman
bagi pekerja.
4.2. Saran
1.
Ruangan harus dibersihkan secara berkala agar kadar debu tidak bertambah.
2.
Usahakan kadar debu yang ada di tempat kerja tersebut tidak bertambah.
DAFTAR PUSTAKA