I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
serbuk telah lama dikembangkan dan hingga sekarang ini sudah banyak
produk minuman serbuk yang diedarkan dipasaran. Minuman serbuk
merupakan jenis minuman yang memilik daya simpan lama dan lebih
praktis dalam penyajiannya. Beberapa jenis produk minuman dalam
bentuk serbuk yang telah ada di pasaran seperti serbuk minuman teh,
serbuk minuman buah-buahan dan serbuk minuman tradisonal dengan
berbagai pilihan rasa dan merk dagang. Pada penelitian ini dilakukan
proses pembuatan salah satu jenis produk minuman serbuk yaitu serbuk
minuman tradisonal dengan menggunakan bahan dasar kunyit putih
(Kaempferia rotunda L). Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan dalam
industri baik itu industri skala rumah tangga maupun industri-industri
skala besar sehingga mampu meningkatkan nilai jual atau ekonomis dari
tanaman kunyit putih (Kaempferia rotunda L).
B. Rumusan Masalah
Kunyit putih (Kaempferia rotunda L) sebagai salah satu jenis
tanaman
herbal
yang
memiliki
manfaat
besar
bagi
kesehatan.
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Kaempferia
Jenis
: Kaempferia rotunda L.
Ciri-ciri spesifik Kunyit/ kunir putih adalah helaian daunnya
berwarna hijau muda sampai hijau tua. Kulit rimpang berwarna putih saat
masih segar dan menjadi kuning kecoklatan setelah kering. Daging
rimpang berwarna kuning muda dengan aroma harum seperti buah
mangga. Berbeda dengan rimpang temu putih, rimpang kunir putih
sangat mudah dipatahkan (getas), rasanya tidak pahit, dan rimpang
mungkin
tidak
seakrab
saudara
kandungnya,
kunir
alias
kunyit. Kunyit putih memiliki rasa yang lebih getir dibandingkan dengan
kunyit kuning. Namun aroma yang dimiliki lebih khas dan kuat lantaran
kandungan minyak atsirinya lebih banyak. Kunyit putih diketahui banyak
mengandung minyak atsiri yang terdiri atas curdione dan curcumol.
Memiliki sifat antioksidan yang dapat menahan zat radikal bebas
penyebab tumbuhnya sel kanker, antiinflamasi (peradangan) serta dapat
meningkatkan sel darah merah (Kriswanto, 2011).
3.
4.
Protein
Kadar Minyak :
- Turmerone
- Zingiberene
Sumber : (Muchtadi, dkk, 2010).
60
25
Satuan
%
%
%
%
%
Kadar
13
3
30
8
45 55
60
25
pemanasan
di
samping
terjadi
pembengkakan
granular
granula,
semakin
besar
viskositas
setelah
Beberapa
metode
proses
mikroenkapsulasi
yang
sudah
atau
tanpa
penambahan
bahan makanan
lain
dan
Kriteria Uji
Keadaan :
Warna
Bau
Satuan
skor
skor
Rasa
2.
3.
4.
5.
Air, b/b
Abu, b/b
Jumlah
gula
(dihitung
sakarosa), b/b
Bahan tambahan
Pemanis buatan
- Sakarin
- Siklamat
Pewarna tambahan
%
%
normal
normal, khas
rempah-rempah
normal, khas
rempah-rempah
maks. 3,0
maks. 1,5
maks. 85,0
skor
sebagai
Persyaratan
6.
7.
8.
Cemaran :
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Timah (Sn)
Cemaran arsen (As)
Cemaran mikroba :
Angka lempeng total
Coliform
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
maks. 0,2
maks. 2,0
maks. 50
maks. 40,0
maks. 0,1
3 x 103
<3
koloni/gr
APM/gr
temperatur atau
D. Bahan Tambahan
Gula atau sukrosa mempunyai daya larut tinggi, kemampuan
mengurangi
cukup
kelembaban
besar
pengawetan
relatif
sehingga
bahan
makanan.
Cotoh
dan
ini
mengikat
banyak
sebagian
air
juga
digunakan
untuk
bahan
pengawet
olahan
seperti
sirup
yang
mempunyai
kadar
gula
10
yang
cukup
tinggi.
Gula
juga
berfungsi
membentuk
tekstur
plastis pada produk selai atau jem, agen pengikat flavour dan
pembentuk
flavour
melaui
reaksi
pencoklatan
(browning).
Untuk
proses pembuatan minuman dan jem seperti olahan dari tamarillo, gula
yang digunakan adalah gula kristal yang berwara putih bersih dan kering.
Bila gula yang dipakai tidak kering atau basah maka harus dikeringkan
terlebih dahulu (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Gula yang banyak digunakan sehari-hari oleh masyarakat
adalah
yang
dan
gula
pasir
mempunyai
banyak
kopyor.
dalam
(sukrosa).
peran
terdapat
Industri
bentuk
penting
dalam
makanan
kristal
Sukrosa
halus
merupakan
dalam
tebu,
atau
pengolahan
bit,
biasa
disakarida
siwalan
makanan
dan
menggunakan
kasar
dan
dalam
kelapa
sukrosa
jumlah
terdiri
dan
dari
fruktosa.
dua
Ikatan
molekul
yang
monosakarida
mengikat
dua
yaitu
molekul
11
No
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan
1.
Keadaan
1.1. Bau
skor
1.2. Rasa
skor
2.
Warna (nilai remisi yang direduksi)
% b/b
3.
Berat jenis butir
mm
4.
Air
% b/b
5.
Sukrosa
% b/b
6.
Gula pereduksi
% b/b
7.
Abu
% b/b
8.
Bahan asing tidak larut
Derajat
9.
BTM Belerang dioksida (SO2)
mg/kg
10. Cemaran logam
10.1. Timbal (Pb)
mg/kg
10.2. Tembaga (Cu)
mg/kg
10.3. Raksa (Hg)
mg/kg
10.4. Seng (Zn)
mg/kg
10.5. Timah (Sn)
mg/kg
11. Arsen (As)
mg/kg
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1992).
Sukrosa
kimia
C12H22O11,
dua
komponen
Gula
sendiri
adalah
yang
karbohidrat
merupakan
monosakarida
merupakan
diartikan
bagi
setiap
pemanis,
tetapi
dalam
yaitu
suatu
Maksimum 2,0
Maksimum 2,0
Maksimum 0,03
Maksimum 40
Maksimum 40
Maksimum 1,0
mempunyai
disakarida
dan
D-glukosa
istilah
karbohidrat
industri
yang
Normal
Normal
Minimum 53
0,8 1,2
Maksimum 0,1
Minimum 99,3
Maksimum 0,1
Maksimum 0,1
Maksimum 5
Maksimum 20
yang
pangan
terdiri
dan
umum
dari
D-fruktosa.
yang
digunakan
yang
rumus
digunakan
sering
sebagai
untuk
12
menyatakan
sukrosa,
gula
yang
diperoleh
dari
bit
atau
sebagian
dari
air
yang
ada
menjadi
tidak
tersedia
E. Analisis Kimia
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan
kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada
suhu 105 - 110C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan.
Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air
yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti
bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain
13
penting
dalam
bahan
makanan
karena
air
dapat
adalah
zat
organik
sisa
hasil
pembakaran
suatu
air
sehingga
yang
digunakan
cepat
dan
dapat
untuk
terbuang
memasak.
menggunakan
sedikit
bersama
Pemasakan
atau
tanpa
dengan
dengan
air
cairan
cara
merupakan
macam
ada
hubungannya
dengan
mineral
suatu
bahan.
Mineral
14
pengolahan
faktor
bahan
yang
pangan.
sangat
penting
Konsumen
dalam
umunya
15
kualitas
atau
derajat
penerimaan
dari
suatu
bahan
Penentuan
mutu
suatu
bahan
pangan
tergantung
bau
dan
lebih
melibatkan
lidah.
16
III.
METODOLOGI
Jurusan
Teknologi
Pertanian,
Universitas
Hasanuddin,
Makassar.
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik,
kompor gas, gelas ukur plastik, wajan, wadah plastik, thermometer,
plastik cetik, saringan teh, cawan petri, dan sendok.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kunyit putih
(Kaempferia rotunda L), air, dan gula tebu (sukrosa).
C. Metode Penelitian
Proses pembuatan minuman herbal yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Tepung
kunyit
putih
yang
akan
dijadikan
minuman
serbuk,
17
1000
x 100 =66,7
1500
500
x 100 =33,3
1500
C = 500 gram tepung kunyit putih + 1000 gram gula pasir (1:2)
500
x 100 =33,3
1500
1000
x 100 =66,7
1500
1 : 1 (50,0% : 50,0%)
2 : 1 (66,7% : 33,3%)
1 : 2 (33,3% : 66,7%)
E. Parameter Pengamatan
18
I. Uji Organoleptik
Analisis yang dilakukan adalah analisis organoleptik berupa
uji hedonik untuk melihat tingkat kesukaan panelis terhadap serbuk
kunyit putih, dengan menggunakan 15 panelis semi terlatih. Skor yang
digunakan adalah
5
= sangat suka
= suka
= agak suka
= tidak suka
19
untuk
pengabuan
dibakar
dalam
tanur
lalu
20
21
Dihancurkan dengan
Grinder
Tepung Basah
Dikeringkan Dibawah
Sinar Matahari 12 Hari
(k.a 8-10%)
22
1:1
Ditambahkan Gula Tebu
2:1
1:2
Ditambahkan Masing-Masing
Air 1000 ml
23
IV.
pada
24
2.98
2.76
3.00
2.35
2.50
2.00
KADAR
A = 1 :AIR
1 (%)
1.50
B=2:1
C=1:2
1.00
0.50
0.00
1
serbuk
kunyit
putih
dengan
persentase
rerata
kadar
tertinggi
putih
putih
menunjukkan
bahwa
hasil
yang
diperoleh
tidak
25
sehingga
hasil
yang
diperoleh
tidak
berbeda
nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan pati yang terdapat pada kunyit
sebesar 8 % menyebabkan hasil rerata pengukuran berat konstan
kadar air masing-masing sampel tidak jauh berbeda. Proses
pemanasan atau pemasakan yang dilakukan pada penelitian ini
menyebabkan pati dapat menyerap air lebih banyak, sehingga dapat
mempengaruhi rerata berat konstan kadar air masing-masing sampel.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (2004), bahwa pati memiliki
dua fraksi utama yaitu amilosa dan amilopektin. Proses pemanasan
dengan suhu diatas 650C, granula pati pecah dimana pati akan
menyerap air lebih banyak air.
2. Kadar Abu
Pengujian atau analisa kadar abu yang dilakukan pada
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar atau
seberapa banyak kandungan abu sempel serbuk kunyit putih. Dimana
abu merupakan sisa hasil pembakaran yang dilakukan pada bahan
pangan. Hasil analisa kadar abu pada sampel serbuk kunyit putih
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
26
0.60
0.53
0.50
0.40
0.29
KADAR
A = 1 ABU
: 1 (%)0 0.30
B=2:1
0.20
C=1:2
0.13
0.10
0.00
1
serbuk
kunyit
putih
dengan
persentase
rerata
kadar
tertinggi
27
hitung 4,80 lebih kecil dari pada nilai F 5% sebesar 5,14 sehingga hasil
yang diperoleh tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa
dalam
proses
pembakaran
atau
pengabuan
yang
dilakukan
28
34.19
35
30
25
20
A = 1 :GULA
1
0
KADAR
(%)
B=2:1
15
10.76
C=1:2
9.79
10
5
0
1
putih
menunjukkan
bahwa
hasil
yang
diperoleh
tidak
29
sebesar
5,14
sehingga
hasil
yang
diperoleh
tidak
berbeda
sesuai
dengan
standar
mutu
minuman
serbuk
yakni
30
31
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Perbandingan penambahan tepung kunyit putih dengan gula pasir
dalam pembuatan minuman herbal yang terbaik pada penelitian
secara organoleptik adalah perlakuan 1:1.
2. Analisis kimia serbuk kunyit putih yang diperoleh pada penelitian ini
yaitu : kadar air tertinggi (2,98) diperoleh pada perlakuan 2:1 dan
terendah (2,35) pada perlakuan 1:1 dan sesuai dengan standar
nasional indonesia (3,00), kadar abu tertinggi (0,53) diperoleh pada
perlakuan 2:1 dan terendah (0,13) pada perlakuan 1:2 sesuai dengan
standar nasional indonesia (1,5), kadar gula tertinggi (34,19) diperoleh
pada perlakuan 1:2 dan terendah (9,79) pada perlakuan 2:1 dan
sesuai dengan standar nasional indonesia (85,0).
3. Hasil organoleptik terhadap warna, rasa, dan aroma serbuk kunyit
putih yang diperoleh pada penelitian ini relatif sama karena masingmasing sampel agak disukai (skor 3) oleh panelis.
Saran
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011a.
Kunyit
Putih.
http//www.warintek/tanamanobat/kunyitputih.com akses tanggal 28
September 2011. Makassar.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. Syarat Mutu Gula Pasir yang
Digunakan Pada Industri Makanan Menurut Standar Nasional
Indonesia 01-3140-1992.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Syaratan Mutu Serbuk Minuman
Tradisional Menurut Standar Nasional Indonesia 01-4320-1996.
Buckle, K.A.,R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wotton., 1987. Food Science.
Penerjemah Hari Purnomo dan Afiono dalam Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Dziezak, JD.1988. Microencapsulation and Encapsulated Ingredients.
Food Technology.
Dyah
Earle, R.L., 2000. Unit Operation In Food Processing, (II Edition or Letter),
Pergamen Press, New York.
Fauzi, M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Handout. Jember:
FTP UNEJ.
Goutara dan S. Wijandi, 1985. Dasar Pengolahan Gula I. Agro Industri
Press. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. FATEMETA. IPB. Bogor.
Good, H. 2003. Physical Property Testing. Food Quality Magazine Februari
2003 issue.
Karyasari, 2011. Kunir Putih. http://www.familyherba.web.id/Kunyitputih-kunir-putih.html akses tanggal 28 September 2011, Makassar.
Kumalaningsih, 2006. Antioksidan Alami Penangkal Radikal Bebas.
Trubus Agrisarana. Surabaya.
34
Kriswanto,
2011.
Asal
Usul
Kunyit
Putih.
http://www.madukunyitputih.com/Asal-Usul-kunyit-putih. akses tanggal
05 Oktober 2011. Makassar.
Mahmud, Hermana, Nils Ari Zulfianto., 2009. Tabel Komposisi Pangan
Indonesia. Gramedia, Jakarta.
Muchtadi, Sugiyono, Fitriyono, 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pagan.
Alfabeta, Bandung.
Raina,
2011.
Eksiklopedi Tanaman Obat untuk Kesehatan.
www.ensiklopesdia/tanaman/obat/indonesia.co.id akses tanggal 28
mei 2012. Makassar.
35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Kadar Air Serbuk Kunyit Putih.
PERLAKUAN
A
B
C
TOTAL
RERATA
I
1.98
2.72
2.63
7.34
2.45
ULANGAN
II
2.21
3.06
2.64
7.91
2.64
III
2.86
3.14
3.02
9.02
3.01
TOTAL
RERATA
7.06
8.93
8.29
24.27
8.09
2.35
2.98
2.76
8.09
2.70
Lampiran 1a. Hasil Analisa Sidik Ragam Perlakuan Terhadap Kadar Air
Serbuk Kunyit Putih.
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
JK
Db
KT
0.6
0.61
1.21
2
6
8
0.3
0.1
F
Hitung
2.98 (TN)
F 1%
F 5%
10.92
5.14
I
0.21
0.33
0.15
0.69
0.23
ULANGAN
II
0.32
0.42
0.13
0.87
0.29
TOTAL
RERATA
0.87
1.58
0.39
2.84
0.95
0.29
0.53
0.13
0.95
0.32
III
0.34
0.82
0.11
1.28
0.43
Lampiran 2a. Hasil Analisa Sidik Ragam Perlakuan Terhadap Kadar Abu
Serbuk Kunyit Putih.
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
JK
Db
KT
0.26
0.11
0.38
2
6
8
0.13
0.01
F
Hitung
4.80(TN)
F 1%
F 5%
10.92
5.14
36
ULANGAN
II
10.8
6.92
18.7
36.42
12.14
I
10.4
15.12
7.36
32.88
10.96
III
11.08
7.34
76.5
94.92
31.64
TOTAL
RERATA
32.28
29.38
102.56
164.22
54.74
10.76
9.79
34.19
54.74
18.25
Lampiran 3a. Hasil Analisa Sidik Ragam Perlakuan Terhadap Kadar Gula
Serbuk Kunyit Putih.
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
JK
Db
KT
0.26
0.11
0.38
2
6
8
0.13
0.01
F
Hitung
1.23(TN)
F 1%
F 5%
10.92
5.14
A
4
4
3
4
4
5
4
4
5
3
3
3
4
4
4
58
Ulangan I
B
3
3
3
3
3
4
5
4
4
4
2
3
2
3
3
49
3.87
3.27
Ulangan III
A
B
C
3
4
2
2
3
1
2
2
1
3
4
4
4
3
1
3
5
2
4
3
3
2
3
2
4
3
2
4
3
2
3
3
2
4
4
4
3
4
2
3
4
4
4
4
4
48 52 36
Total
C
2
2
2
3
1
2
3
2
2
2
4
4
3
4
2
38
Ulangan II
A
B
C
4
2
2
4
2
3
3
1
2
3
3
5
4
3
1
5
3
2
3
4
3
4
2
3
4
3
2
3
2
4
4
2
2
3
3
4
5
2
3
4
4
5
4
3
2
57
39
43
2.53
3.80
3.2
0
28.00
2.60
2.87
3.4
7
2.4
0
26
24
19
32
24
31
32
26
29
27
25
32
28
35
30
420
37
Lampiran 4a. Hasil Rerata Uji Organoleptik Warna Serbuk Kunyit Putih.
PERLAKUAN
A
B
C
TOTAL
RERATA
ULANGAN
II
3.80
2.60
2.87
9.27
3.09
I
3.87
3.27
2.53
9.67
3.22
TOTAL
RERATA
10.87
9.33
7.80
28.00
9.38
3.62
3.11
2.60
9.33
3.11
III
3.20
3.47
2.40
9.07
3.02
JK
Db
KT
1.57
0.85
2.42
2
6
8
0.78
0.14
F
Hitung
2.78(TN)
F 1%
F 5%
10.92
5.14
Ulangan I
A
B
C
3
3
3
3
3
2
4
2
2
4
3
3
3
4
3
4
4
2
3
4
3
3
3
3
3
4
2
2
4
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
49
49
43
Ulangan II
A
B
C
4
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
4
4
4
1
4
4
5
4
3
2
4
3
3
3
4
2
4
2
3
3
3
2
3
3
4
3
4
3
3
4
4
2
2
4
49
47
45
Ulangan III
A
B
C
3
4
3
3
3
3
1
2
2
3
4
4
1
2
5
5
5
4
3
4
2
2
2
3
3
4
2
4
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
3
4
4
2
4
3
43
50 47
Total
3.27
3.27
2.87
3.3
3
28.13
3.27
2.87
3.13
3.00
3.13
29
26
19
31
27
37
28
26
27
28
26
30
30
32
26
422
38
Lampiran 5a. Hasil Rerata Uji Organoleptik Aroma Serbuk Kunyit Putih.
PERLAKUAN
A
B
C
TOTAL
RERATA
ULANGAN
II
3.27
3.13
3.00
9.40
3.13
I
3.27
3.27
2.87
9.40
3.13
TOTAL
RERATA
9.40
9.73
9.00
28.13
9.38
3.13
3.24
3.00
9.38
3.13
III
2.87
3.33
3.13
9.33
3.11
JK
Db
KT
0.08
0.16
0.25
2
6
8
0.04
0.02
F
Hitung
1.65(TN)
F 1%
F 5%
10.92
5.14
Ulangan I
A
B
C
4
4
3
3
4
3
2
3
4
3
3
4
4
3
4
5
4
3
3
2
4
3
3
3
4
3
3
3
4
2
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
2
3
49
49
50
Ulangan II
A
B
C
4
2
3
3
3
4
2
2
2
3
4
5
4
4
3
4
2
4
4
2
2
4
2
3
3
3
2
4
2
4
3
2
3
3
4
5
3
4
3
3
3
4
2
2
4
49
41
51
Ulangan III
A
B
C
3
4
3
3
3
3
1
2
3
2
3
4
2
4
4
4
5
4
3
3
4
2
2
2
4
3
2
3
4
2
3
2
2
4
4
4
3
3
4
3
3
5
3
3
3
43
48 49
3.27
3.27
2.87
3.27
3.33
2.73
3.40
3.20
3.27
Total
30
29
21
31
32
35
27
24
27
28
25
34
30
31
25
429
28.6
39
Lampiran 6a. Hasil Rerata Uji Organoleptik Rasa Serbuk Kunyit Putih.
PERLAKUAN
I
3.27
3.27
3.33
9.87
3.29
A
B
C
TOTAL
RERATA
ULANGAN
II
3.27
2.73
3.40
9.40
3.13
TOTAL
RERATA
9.40
9.20
10.00
28.60
9.53
3.13
3.07
3.33
9.53
3.18
III
2.87
3.20
3.27
9.33
3.11
JK
Db
KT
0.4
0.11
0.28
2
6
8
0.05
0.04
F
Hitung
1.21(TN)
F 1%
F 5%
10.92
5.14
FK (faktor koreksi)=
Total
Total Ulangan x Total Perlakuan
JK Perlakuan=
x2 +x 2 + x 2
FK
Ulangan
40
KT Galat=
JK Galat
DB Galat
F Hitung=
KT Perlakuan
KT Galat
JK Perlakuan
DB Perlakuan
F Hitung < F 5%
KK (Koefisien Keragaman)=
KT Galat x 100
Total dari Total
Keterangan :
KK > F 5%
Keterangan :
KT Galat
BNJ =Qa ( P ; DB galat ) x
, untuk nilai Qa bisadilihat di tabel BNJ
Ulangan
BNT =t a ( DB galat ) x
2 x KT Galat
, untuk nilai t a bisa dilihat di tabel BNT
Ulangan
41
KT Galat
UJD=Ra ( P; DB galat ) x
, untuk nilai t a bisa dilihat di tabel UJD
Ulangan