Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat bahwa Masyarakat ASEAN harus
terbentuk pada tahun 2020. Pada tahun 2007, para pemimpin menegaskan komitmen kuat
mereka untuk mewujudkan Masyarakat ASEAN dan mempercepat target waktunya menjadi
tahun 2015. Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lainnya,
yaitu: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat
Sosial Budaya ASEAN. Dengan demikian, para pemimpin ASEAN sepakat untuk
mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh pergerakan bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan arus modal yang lebih bebas.
Indonesia dan negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah
kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA yang dapat dijadikan suatu
momentum yang baik untuk Indonesia yakni:
Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah
kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi
maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled
labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang
tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer
protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian,
dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari
agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan
jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double
Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan
ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM).
Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses
mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam
hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi..

[Universitas Bhayangkara]

Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global.


Dengan dengan membangun sebuah industri untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara
anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara di kawasan Asia Tenggara pada
jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara
Anggota ASEAN yang kurang berkembang.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industry dan produktivitas
sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga
memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.
Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
Peluang, tantangan, dan Resiko bagi Indonesia dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
Peluang, tantangan, dan Resiko bagi Indonesia dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Masalah ini diambil karena adanya pasar bebas ASEAN di Indonesia. Dalam makalah ini,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Apa saja peluang dan tantangan yang bisa kita ambil dalam program MEA?

Apa saja resiko yang akan ditanggung Indonesia dalam menghadapi MEA ?

1.3 Tujuan Makalah


Dari rumusan masalah diatas, maka secara umum tujuan makalah ini adalah untuk
menjelaskan peluang, tantangan, dan resiko yang dihadapi Indonesia dalam menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN agar masyarakat mampu menghadapi persaingan pasar global.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui secara jelas mengenai:

Peluang dan tantangan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dalam MEA.

Resiko yang dihadapi Indonesia saat MEA.

1.4 Manfaat Makalah


Makalah ini disusun agar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan
masalah yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat
bagi penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan
dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam makalah
ini dan pembaca, makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan
sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.

BAB II
[Universitas Bhayangkara]

LANDASAN TEORI
2.1 Adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN bagi Indonesia
Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah integrasi kawasan ASEAN (Association of South
East Asian Nation) dalam bidang perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat
pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua,
menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
seimbang, dan pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi global.
Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong
pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup
masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta
mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas
teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan
menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan
sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan arus
investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun
beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi,
modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi
beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi
taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014
(rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan
satu peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang
hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya
saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas
ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.
2.2 Peluang dan tantangan Indonesia dalam kegiatan Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pada Sisi Perdagangan


Menurut Santoso pada tahun 2008 Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi
kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang
bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor
yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul
tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang
diperjual-belikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil,
dan barang elektronik.

Pada Sisi Investasi

[Universitas Bhayangkara]

kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign


Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui
perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya
manusia (human capital ) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.

Aspek Ketenagakerjaan
Terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat
banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang
beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari
pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA
juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja
terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan
pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar. Selain dapat
menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan
kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang,
ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar
14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau
38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta.
Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan
menemukan pegawainya kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena
kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi.

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa peluang dan tantangan Indonesia dalam


Mayarakat Ekonomi ASEAN sangatlah besar. Indonesia dapat memperoleh beberapa
keuntungan diantaranya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun hal itu juga
harus diikuti oleh perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber
daya alam semaksimal mungkin.

2.3 Resiko yang dihadapi Indonesia saat MEA


competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam
jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
exploitation risk dengan skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh
perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber
daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia,
[Universitas Bhayangkara]

sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi
alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
risiko ketenagakerjaan dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih
kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta
fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat
keempat di ASEAN.
Menurut Media Indonesia, Kamis 27 Maret 2014, dengan adanya pasar barang dan
jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan
bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di
bidang ketenagakerjaan.
Saat MEA berlaku, di bidang ketenagakerjaan ada 8 (delapan) profesi yang telah
disepakati untuk dibuka, yaitu insinyur, arsitek, perawat, tenaga survei, tenaga pariwisata,
praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan Hal inilah yang akan menjadi ujian baru bagi
masalah dunia ketenagakerjaan di Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di
bidang ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA. Bagaimana dengan Indonesia? Dalam
rangka ketahanan nasional dengan tetap melihat peluang dan menghadapi tantangan bangsa
Indonesia di era MEA nantinya, khususnya terhadap kesiapan tenaga kerja Indonesia sangat
diperlukan langkah-langkah konkrit agar bisa bersaing menghadapi tenaga kerja asing
tersebut.
Namun disisi lain, dengan adanya MEA, tentu akan memacu pertumbuhan investasi baik
dari luar maupun dalam negeri sehingga akan membuka lapangan pekerjaan baru. Selain itu,
penduduk Indonesia akan dapat mencari pekerjaan di negara ASEAN lainnya dengan aturan
yang relatif akan lebih mudah dengan adanya MEA ini karena dengan terlambatnya
perekonomian nasional saat ini dan didasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
pengangguran per februari 2014 dibandingkan Februari 2013 hanya berkurang 50.000 orang.
Padahal bila melihat jumlah pengguran tiga tahun terakhir, per Februari 2013 pengangguran
berkurang 440.000 orang, sementara pada Februari 2012 berkurang 510.000 orang, dan per
Februari 2011 berkurang sebanyak 410.000 orang (Koran Sindo, Selasa, 6 Mei 2014).
Dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran karena akan
membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan kerja yang ada saat ini untuk masuk ke
dalam pasar kerja.

Untuk itu, penulis menyimpulkan bahwa resiko yang akan muncul dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN adalah persaingan industri lokal dengan industri asing, pengeksploitasian
sumber daya alam oleh Negara asing, serta persaingan tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja
asing yang lebih berkualitas.
2.4 Cara menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

[Universitas Bhayangkara]

Banyak cara sekaligus persiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN


(MEA) pada 2015. Hal ini juga merupakan tantangan karena sejatinya pola pikir dan
semangat pemerintah serta para pelaku ekonomi Indonesia masih seperti biasanya.
1. Menurut ekonom dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi
Hamid, pemerintah dan pelaku ekonomi harus lebih ofensif menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 dengan memperluas pasar barang, jasa, modal, investasi, dan
pasar tenaga kerja. Adanya MEA harus dipandang sebagai bertambahnya pasar
Indonesia menjadi lebih dari dua kali lipat, yakni dari 250 juta menjadi 600 juta,"
katanya. Dengan pola pikir dan semangat seperti itu, dia berharap Indonesia dapat
memetik manfaat optimal dari MEA. Perekonomian harus didorong lebih cepat
tumbuh, ekspansif, dan berdaya saing, bukan sebaliknya.
2. Menurut diplomat senior Makarin Wibisono juga mengingatkan bahwa dalam
menghadapi MEA 2015, Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan sektor jasa. "Liberalisasi pasar jasa akan menguntungkan bagi
Indonesia dalam dinamika MEA," kata Makarim dalam seminar Perhimpunan
Persahabatan Indonesia-Tiongkok di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut dia,
liberalisasi pasar jasa menguntungkan karena meningkatkan kualitas serta
menentukan biaya kewajaran bagi tenaga kerja sehingga kemudian meningkatkan
daya saing di sektor industri. Pasar jasa yang efisien, menurut Makarim, akan
meningkatkan pilihan konsumen, produktivitas, kompetisi, dan kesempatan untuk
pembangunan sektor jasa baru. "Jika terjadi inefisiensi, dampak negatifnya pada
produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan menghalangi tercapainya
pertumbuhan optimal," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB (2004--2007) ini.
3. Menurut rektor Universitas Sebelas Maret (Solo) Ravik Karsidi salah satu persiapan
UNS adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dengan hard skill
dan soft skill. Dari segi hard skill, UNS mempersiapkan kurikulum agar
mahasiswanya mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi luar negeri.
Sementara itu, dari segi soft skill, UNS membekali mahasiswanya dengan persiapan
spiritual dan mental melalui pelatihan spiritual quotient (SQ). Program ini
ditindaklanjuti dengan pelatihan soft skill di tingkat fakultas. Di antara pelatihan itu
adalah tentang kepemimpinan, komunikasi dan kemampuan bahasa.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Dari AFTA menuju MEA
[Universitas Bhayangkara]

Indonesia termasuk salah satu negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
atau ASEAN Economic Community (AEC) yang akan bergulir mulai akhir tahun 2015 ini.
MEA merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah disebut dalam
Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Pada
pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN (ASEAN Summit) ke-5 di Singapura pada tahun
1992 tersebut para Kepala Negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan
bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun. Kemudian dalam perkembangannya
dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.
(www.tarif.depkeu.go.id)
Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok
dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan
lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif
pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui
ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit. Inisiatif ini
kemudian diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of
Action yang disepakati pada 1998.
Pada KTT selanjutnya Indonesia merupakan salah satu inisiator pembentukan MEA
yaitu dalam Deklarasi ASEAN Concord II di Bali pada 7 Oktober 2003 dimana Para Petinggi
ASEAN
mendeklarasikan
bahwa
pembentukan
MEA
pada
tahun
2015
(nationalgeographic.co.id). Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari
upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya
evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam
membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan
prinsip-prinsip utama ASEAN, yaitu: saling menghormati (Mutual Respect), tidak
mencampuri urusan dalam negeri (Non-Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi.
Komunitas ASEAN terdiri dari tiga pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang
ekonomi, yaitu: Komonitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas
Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya
ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC).
Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan
ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar
negara ASEAN. Selama hampir dua dekade , ASEAN terdiri dari hanya lima negara Indonesia , Malaysia , Filipina , Singapura , dan Thailand - yang pendiriannya pada tahun
1967. Negara-negara Asia Tenggara lainnya yang tergabung dalam waktu yang berbeda yaitu
Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995 ) , Laos dan Myanmar (1997 ) , dan Kamboja
(1999 ).

3.2 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


MEA merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola
mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan bebas atau
free trade antara negara-negara anggota ASEAN. Para anggota ASEAN termasuk Indonesia
[Universitas Bhayangkara]

telah menyepakati suatu perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut. MEA adalah
istilah yang hadir dalam indonesia tapi pada dasarnya MEA itu sama saja dengan AEC atau
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY.
Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan ASEAN sebagai
pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga,
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan pilar terakhir adalah integrasi ke
ekonomi global.
Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan
ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat
ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta
mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan
batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam
kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas
merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan
membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun
beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa, investasi,
modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi
beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi
taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014
(rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan
satu peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang
hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya
saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas
ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.
Awal mula MEA berawal pada KTT yang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada tanggal
1997 dimana para pemimpin ASEAN akhirnya memutuskan untuk melakukan pengubahan
ASEAN dengan menjadi suatu kawasan makmur, stabil dan sangat bersaing dalam
perkembangan ekonomi yang berlaku adil dan dapat mengurangi kesenjangan dan
kemiskinan sosial ekonomi (ASEAN Vision 2020).
Kemudian dilanjutkan pada KTT bali yang terjadi pada bulan Oktober pada tahun
2003, para pemimpin ASEAN mengaluarkan pernyataan bahwa Masyarakat Ekonomi
ASEAN atau MEA akan menjadi sebuah tujuan dari perilaku integrasi ekonomi regional di
tahun 2020, ASEA SECURITY COMMUNITY dan beberapa komunitas sosial Budaya
ASEAN merupakan dua pilar yang tidak bisa terpisahkan dari komunitas ASEA. Seluruh
pihak diharapkan agar dapat bekerja sama secara kuat didalam membangun komunitas
ASEAN di tahun 2020.

[Universitas Bhayangkara]

Kemudian, selanjutnya pada pertemuan dengan Menteri EKonomi ASEAN yang telah
diselenggarakan di bulan Agustus 2006 yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia mulai
bersepakat untuk bisa memajukan masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA dengan memiliki
target yang jelas dan terjadwal dalam pelaksanaannya.
Di KTT ASEAN yang ke-12 di bulan Januari 2007, para pemimpin mulai menegaskan
komitmen mereka tentang melakukan percepatan pembentukan komunitas ASEAN di tahun
2015 yang telah diusulkan oleh ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II, dan adanya
penandatanganan deklarasi CEBU mengenai percepatan pembentukan komunitas ekonomi
ASEAN di tahun 2015 dan untuk melakukan pengubahan ASEAN menjadi suatu daerah
perdagangan yang bebas barang, investasi, tenaga kerja terampil, jasa dan aliran modal yang
lebih bebas lagi.
MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ialah suatu realisasi dari tujuan akhir
terhadap integrasi ekonomi yang telah dianut didalam ASEAN Visi 2020 yang berdasarkan
atas konvergensi kepentingan para negara-negara anggota ASEAN untuk dapat memperluas
dan memperdalam integrasi ekonomi lewat inisiatif yang ada dan baru dengan memiliki batas
waktu yang jelas. Didalammendirikan masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA, ASEAN
mesti melakukan tidakan sesuai dengan pada prinsip-prinsip terbuka, berorientasi untuk
mengarah ke luar, terbuka, dan mengarah pada pasar ekonomi yang teguh pendirian dengan
peraturan multilateral serta patuh terhadap sistem untuk pelaksanaan dan kepatuhan
komitmen ekonomi yang efektif berdasarkan aturan.
MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal
yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan adanya mekanisme
dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru yang berinisiatif ekonomi;
mempercepat perpaduan regional yang ada disektor-sektor prioritas; memberikan fasilitas
terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja memiliki bakat dan terampil; dapat memperkuat
kelembagaan mekanisme di ASEAn. Menjadi langkah awal dalam mewujudkan MEA atau
MAsyarakat Ekonomi ASEAN.
Di saat yang sama, MEA akan dapat mengatasi kesenjangan pada pembangunan dan
melakukan percepatan integrasi kepada negara Laos, Myanmar, VIetnam dan Kamboja lewat
Initiative for ASEAN integration dan inisiatif dari regional yang lainnya.

Adapun bentuk kerjasamanya ialah :


1. Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas
2. Pengakuan terkait kualifikasi profesional
3. Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi.
4. Memiliki langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan.
[Universitas Bhayangkara]

5. Meningkatkan infrastruktur.
6. Melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN.
7. Memperpadukan segala industri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat
mempromosikan sumber daerah.
8. Meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Pentingnya digalakkannya perdagangan eksternal kepada ASEAN dan keperluan dalam
komunitas ASEAN yang secara keseluruhan untuk tetap dapat menatap kedepan.
Adapun ciri-ciri utama MEA, yaitu :
1. Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif.
2. Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata.
3. Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global
4. Basis dan pasar produksi tunggal.
Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan pada unsurunsur yang paling dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan mesti dapat memastikan
untuk konsisten dan adanya keterpaduan dari unsur-unsur dan pelaksanaannya yang tepat dan
bisa saling mengkoordinasi antara para pemangku kekuasaan atau kepentingan yang punya
relevansi.

3.3 MEA dan kebijakan pemerintah


Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor
industri. Dalam menghadapi MEA, Pemerintah Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang
berkaitan dengan Pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur,
Pengembangan Logistik, Pengembangan Investasi, dan Pengembangan Perdagangan
(www.fiskal.depkeu.go.id). Selain hal tersebut masing-masing Kementrian dan Lembaga
berusaha mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah strategis.
Pemerintah berusaha mengubah paradigma kebijakan yang lebih mengarah ke
kewirausahaan dengan mengedepankan kepentingan nasional. Untuk bisa menghadapi
persaingan MEA, tidak hanya swasta (pelaku usaha) yang dituntut harus siap namun juga
pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pro pengusaha.
Negara lain sudah berpikir secara entrepreneurial (wirausaha), bagaimana agar
pemerintah berjalan dan berfungsi laksana seubah organisasi entrepreneurship yang
berorientasi pada hasil. Maka dengan momentum MEA ini sudah tiba saatnya pemerintah
Indonesia mengubah pola pikir lama yang cenderung birokratis dengan pola pikir
[Universitas Bhayangkara]

entrepreneurship yang lebih taktis, efektif dan efisien. Sebagai contohnya adalah kebijakan
subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 300 triliun (US$ 30 miliar) yang kurang
produktif diarahkan kepada pembiayayaan yang lebih produktif misalnya investasi
infrastruktur.
Dalam bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat melakukan pengembangan
kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya
manusia (SDM) berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh
karena itu meningkatkan standar mutu sekolah menjadi keharusan agar lulusannya siap
menghadapi
persaingan.
Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya dengan Iklan Layanan
Masyarakat tentang MEA yang berusaha menambah kesiapan masyarakat menghadapinya.
Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, meningkatkan standar mutu pendidikan
salah satunya dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru, dan orang
tua. Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem
pendidikan yang baik. Guru juga perlu dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah
pola pikir guru.
Dalam bidang Perindustrian, Menteri Perindustrian Saleh Husin juga memaparkan
strategi Kementrian Perindustrian menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dan
defensif. Strategi ofensif yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan. Dari
pemetaan Kemenperin, produk unggulan dimaksud adalah industri agro seperti kakao, karet,
minyak sawit, tekstil dan produk tekstil, alas kaki kulit, mebel, makanan dan minimum,
pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan, serta produk logam, besi, dan baja.
Adapun strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk
produk-produk manufaktur.(www.kemenperin.go.id)
Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel punya langkah-langkah yang akan dilakukan
untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2019. Salah satunya adalah
mencanangkan Nawa Cita Kementerian Perdagangan, dengan menetapkan target ekspor
sebesar tiga kali lipat selama lima tahun ke depan. Cara tersebut bisa dilakukan dengan
membangun 5.000 pasar, pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta
peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Adapun target ekspor pada 2015 dibidik
sebesar US$192,5 miliar. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan strategi subsititusi impor
untuk meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri.
Pada saat ini 65 persen ekspor produk Indonesia masih mengandalkan komoditas
mentah.Pemerintah berusaha membalik struktur ekspor ini yaitu dari komoditi primer ke
manufaktur, dengan komposisi 35 persen komoditas dan 65 persen manufaktur. Oleh karena
itu, industri manufaktur diharapkan tumbuh dan fokus pada peningkatan kapasitas produksi,
untuk meningkatkan ekspor sampai 2019.
Pemerintah juga mendekati industri yang berpotensi menyumbang peningkatan
ekspor, misalnya industri otomotif. Diketahui, industri otomotif berencana mengekspor 50
ribu sepeda motor ke Filipina. Kementerian Perdagangan juga mendorong sektor mebel untuk
semakin menggenjot ekspornya. Selain itu, sektor perikanan juga memberikan optimisme
terhadap peningkatan ekspor Indonesia.

[Universitas Bhayangkara]

Tak hanya itu, pemerintah juga akan memperkuat produk UKM dengan membina
melalui kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk
dalam negeri. Lalu, mereka juga memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala
internasional. Melalui fasilitas itu, Kementerian Perdagangan berharap, produk serta merek
yang dibangun oleh pelaku UKM di Indonesia dapat dikenal secara global.
3.4 Keunggulan Indonesia Bergabung Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
1. Pada Sisi Perdagangan
Menurut Santoso pada tahun 2008 Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi
kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan
menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya
akan meningkatkan GDP Indonesia.
2. Pada Sisi Investasi
Kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct
Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan
teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital )
dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
3. Pada Sisi Ketenagakerjaan
Terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak
tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam.
Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih
mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang
bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan. Para tenaga kerja Indonesia juga dapat bekerja di negara anggota ASEAN dengan
bebas dan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.

Dampak Positif lainnya yaitu :


Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia dapat menstabilkan
perekonomian negara menjadi lebih baik. Salah satu contohnya yaitu dengan adanya pasar
bebas, barang indonesia dapat memperluas jangkauan ekspor dan impor tanpa ada biaya dan
penahanan barang terlalu lama di bea cukai. Para investor dapat memperluas ruang
investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN.
Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat, para tenaga kerja
akan semakin meningkatakan tingkat profesionalitas dan bakat yang dimilikinya. Para

[Universitas Bhayangkara]

penanam modal dari indonesia semakin jeli dalam memilih,dan banyak hal positif lainnya
yang dapat di nikmati indonesia atas adanya Asean Economic Community 2015 mendatang.
Kita bangsa Indonesia akan mampu mengahadapi berbagai macam tantangan dalam
menyambut datangnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Apabila kita mempunyai
daya saing yang kuat, persiapan yang matang, produk-produk dalam negeri akan menjadi
tuan rumah di negeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan kehadiran MEA 2015 untuk
menikmati dampak positif bagi kepentingan bersama dan untuk kemakmuran rakyat
indonesia.

3.5 Kelemahan Indonesia Bergabung Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


1. Pada Sisi Kompetisi
Kompetisi akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam
jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
2. Pada sisi Ekploitasi
Exploitation dengan skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh
perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber
daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia,
sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi
alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
3. Pada Sisi Ketenagakarejaan

Dampak negatif pada sisi ketenagakerjaan dapat dilihat dari sisi pendidikan dan
produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari
Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri
membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN. Menurut Media
Indonesia, Kamis 27 Maret 2014, dengan adanya pasar barang dan jasa secara bebas tersebut
akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia
sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang semakin ketat di bidang
ketenagakerjaan.
Dampak Negatif Lainnya yaitu
Sesuai dengan pilar MEA 2015, pembatasan dalam tenaga kerja profesional akan
dihapuskan. Hal tersebut memberikan kesempatan tenaga kerja asing untuk masuk dalam
lapangan kerja di Indonesia. Dampaknya adalah kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di
Indonesia semakin kecil. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih
[Universitas Bhayangkara]

kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta
fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat
keempat di ASEAN (Republika Online, 2013). Selain itu, kemampuan berbahasa tenaga kerja
Indonesia juga masih dianggap kurang, dan kesiapan tenaga kerja Indonesia hanya
bergantung pada mental (BBC Indonesia, 2014).
Dampak arus bebas investasi menimbulkan eksploitasi sumber daya yang ada di
Indonesia oleh perusahaan asing. Apabila Indonesia tidak dapat menanganinya dengan baik
maka eksploitasi besar-besaran akan membuat Indonesia mengalami kerugian. Selain itu,
Indonesia juga masih bergantung pada impor barang luar negeri. Indonesia kebanyakan hanya
mengekspor barang mentah atau barang setengah jadi. Apabila kegiatan ekspor-impor
tersebut tidak dapat dijalankan dengan baik maka Indonesia akan diserbu oleh barang impor.
Perusahaan Indonesia juga melemah karena tidak sanggup bertahan dengan serbuan barang
impor.
Ketersediaan dan kualitas infrastruktur di Indonesia juga masih kurang. Jalur-jalur
darat, air maupun udara untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia dan Indonesia
dengan negara lain belum memadai. Hal tersebut memberi dampak pada kelancaran arus
ekspor dan impor di Indonesia.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perlu kita ketahui bahwa kondisi perekonomian Indonesia semakin jauh dari harapan.
Selama sepuluh tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 5,2%. Namun,
angka kemiskinan dan pengangguran tetap tinggi akibat pertumbuhan ekonomi yang terlalu
eksklusif. Hanya sebagian masyarakat yang menikmati pertumbuhan ekonomi ini. Dengan
adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini dapat berdampak pada peningkatan eskpor
[Universitas Bhayangkara]

yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Selain itu dengan adanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para
pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan
keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka
mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA
juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik
sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Para tenaga kerja Indonesia juga dapat bekerja di
negara anggota ASEAN dengan bebas dan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.
Namun, memang dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini juga memiliki
dampak negatif seperti dari sisi kompetisi, eksploitasi, ketenagakerjaan, dan sebagainya.
Untuk mengurangi dampak-dampak yang dihasilkan oleh Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) , menurut kami, Indonesia perlu membuat langkah-langkah seperti sistem ekonomi
nasionalisme atau merkantilisme. Pemerintah Indonesia sebaiknya tetap ikut campur tangan
dalam arus perdagangan internasional yang diberlakukan dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dengan memberlakukan syarat terhadap barang maupun jasa yang masuk ke
dalam Indonesia untuk melindungi perekonomian Indonesia. Untuk menangani dampak arus
bebas investasi, Indonesia dapat memberikan syarat bagi perusahaan-perusahaan yang ingin
berinvestasi di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga perlu melindungi sumber dayanya
terlebih dahulu agar tidak dieksploitasi oleh perusahaan asing. Indonesia juga perlu
melindungi UMKM dari persaingan dalam perdagangan internasional. Perlindungan ini juga
sebaiknya tidak berlebihan dalam membatasi aktivitas ekonomi perusahaan kecil maupun
asing. Selanjutnya, Indonesia juga perlu memberlakukan syarat-syarat tertentu terhadap
tenaga kerja asing yang masuk ke lapangan kerja Indonesia. Indonesia juga sebaiknya
memberikan pelatihan bagi tenaga kerja domestik agar tidak kalah saing di lapangan kerja
pada saat diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pembangunan infrastruktur
di Indonesia perlu di selesaikan dengan baik agar tidak mengganggu jalannya arus eksporimpor. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga diperlukan untuk meningkatkan
pendidikan masyarakat Indonesia agar lebih siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan
keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun
demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul
bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para
risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat
mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang tepat
antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan
social (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan
serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya
menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.
4.2 Saran
[Universitas Bhayangkara]

Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka penulis merumuskan saran dalam makalah ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengatasi tantangan serta resiko yang muncul dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN dapat dilakukan dengan membekali diri dengan ilmu pengetahuan,
menanamkan rasa cinta terhadap produk dalam negeri, serta mempertajam soft skill
dan hard skill masyarakat.
2. Hendaknya pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai program
dan Strategi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
3. Pemerintah lebih memperhatikan UKM agar mampu bersaing dengan pasar
internasional.
4. Sebaiknya Indonesia mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang harus memiliki
pendidikan, sikap kepemimpinan, menguasai bahasa asing, public speaking, project
manajement, networking, rasa ingin tahu, profesionalisme, berpikir out of the box, dll.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.crmsindonesia.org/node/624 diunduh pada tanggal 14 desember 2014
2. http://ekonomi.kabo.biz/2014/08/masyarakat-ekonomi-asean-mea.html diunduh pada
tanggal 14 desember 2014
3. http://www.pikiran-rakyat.com/node/303163 diunduh pada tanggal 14 desember 2014
4. http://news.okezone.com/read/2014/09/26/373/1044892/cara-uns-bersiap-hadapi-mea2015 diunduh pada tanggal 14 desember 2014

[Universitas Bhayangkara]

5. Putong, Iskandar. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
6. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/585426-jurus-kementerian-perdaganganhadapi-mea-2019
7. http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/edef-konten-view.asp?
id=20150121190607015674933
8. http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/pahami-masyarakat-ekonomi-aseanmea-2015#
9. http://www.asean.org/component/itpgooglesearch/search?
gsquery=asean+economic+community
10. http://apindo.or.id/id/fta/asean-economic-community/latar-belakang
11. http://www.kemangmedicalcare.com/kmc-tips/tips-dewasa/2883-pengaruh-era-meamasyarakat-ekonomi-asean-2015-terhadap-tenaga-kesehatan-profesional-diindonesia.html
12. http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
13. http://www.kemenperin.go.id/artikel/10920/Strategi-Kementerian-PerindustrianHadapi-MEA

[Universitas Bhayangkara]

Anda mungkin juga menyukai