Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Persalinan Normal ( APN )

2.3.1 Definisi Asuhan Persalinan Normal


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup
bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2005).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan
bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu
bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 Minggu), lahir
spontan dengan persentasi belakang kepala yang cukup berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun janinnya (Prawirohardjo, 2006).
Asuhan persalinan normal ( APN ) adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dan menunggu terjadinya dan
kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. persalinan dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. (Asuhan persalinan normal, 2008 ).
2.3.2

Tujuan Asuhan Persalinan Normal


Tujuan asuhan persalinan normal (APN ) ialah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman,dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang nayi. (Prawihardjo: 2006)
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yng tinggi bagi ibu dan bayinya.melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan berkualitas pelayanan
dapat terjadi pada tingkat yang diinginkan. Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa setiap
intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan

bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan
proses persalinan. (Asuhan persalinan normal, 2008)
2.3.4

Langkah- Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)


Persalinan merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan dengan kelangsungan
hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan Normal (APN) disusun dengan tujuan
terlaksananya persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target
akhirnya adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada awalnya APN terdiri
dari 60 Langkah, namun setelah direvisi menjadi 58 Langkah, sebagai berikut :

1.

Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2.

Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin


dan memasukan alat suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.

3.

Memakai celemek plastik.

4.

Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun dan air mengalir.

5.

Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan
dalam.

6.

Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan
kembali ke dalam wadah partus set.

7.

Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8.

Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah).

9.

Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10.

Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ dalam batas
normal (120 160 x/menit).

11.

Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12.

Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his),
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13.

Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran

14.

Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15.

Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian b[awah bokong ibu

16. Letakkan kain bersih di bawah bokong ibu


17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat, dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm, memasang handuk bersih untuk
mengeringkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksiluar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua
lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan?

(b) Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu
(terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong
plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi

menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis,
dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskansarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)
2.3.5 Partograf
Partograf adalah alat bantu memantau kemajuan kala 1 persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a.

Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.

b.

Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

c.

Data pelengkapan yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,kondisi bayi,grafik


laboratorium,membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua

itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.( JNPKKR:2007 )
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan.partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm (fase aktif ) partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin,tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a.

Denyut jantung janin catat setiap 1 jam

b.

Air ketuban catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina.
- U : Selaput utuh
- J : Selaput pecah,air ketuban jernih
- M : Air ketuban bercampur mekonium
- D : Air ketuban bernoda darah
- K : Tidak ada cairan ketuban / kering
c.

Perubahan bentuk kepala janin ( molding atau molase) :


- 0 : Sutura terpisah
- 1 : Sutura ( pertemuan 2 tulang tengkorak )
- 2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaikki
- 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

d.

Pembukaan mulut rahim( serviks ) dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).

e.

Penurunan : Mengacu pada bagian kepala ( di bagi 5 bagian ) yang teraba ( pada pemeriksaan
abdomen/luar) diatas simpysis pubis : catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan
dalam. pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paru

f.

Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.

g.

Jam : Catat jam sesungguhnya

h.

Kontraksi : Catat setiap setengah jam : lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitung detik.
- Kurang dari 20 detik
- Antara 20 dan 40 detik
- Lebih dari 40 detik

i.

Oksitosin : Jika memakai oksitosin catatlah berapa banyaknya oksitosin per volume cairan
infus dan dalam tetesan permenit.

j.

Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan

k.

Nadi :catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar ( .)

l.

Tekanan darah : Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah

m.

Suhu badan : Catatlah setiap 2 jam

n.

Protein, Aseton, dan volume urin : Catatlah setiap kali ibu berkamih
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,petugas kesehatan harus
melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.
( Prawiroharjo ; 2002 ).

Partograf harus digunakan :


a.

Untuk semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan dan merupakan elemen penting dari
asuhan persalinan. Partograf harun digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun
patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai penyulit.

b.

Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit dll).
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta : YBP SP.
Bagus Gede Manuaba, Ida. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan.Jakarta : EGC.
PENGERTIAN APN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin.

Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan,
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi

dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara
37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi
sehat.
TUJUAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan
yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun
menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas
layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti
bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat
apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang
fisiologis/alamiah.

TUGAS PENOLONG PERSALINAN PADA ASUHAN PERSALINAN NORMAL.

Tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal yaitu:

1. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya selama proses persalinan, saat
akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya.
2. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan setelah
persalinan; menilai adanya faktor risiko; melakukan deteksi dini terhadap komplikasi
persalinan yang mungkin muncul.
3. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotommi; episotomi
pada kasus gawat janin; melakukan penatalaksanaan pada bayi baru melahirkan dengan
asfiksi ringan.
4. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah kasusu yang
dirujuk bila didapatkan adanya faktor risiko atau terdeteksi adanya komplikasi selama
proses persalinan. Selain tugaaas-tugas di atas, seorang penolong persalinan harus
mendapatkan kualifikasi sebagai tenaga pelaksana penolong persalinan melalui
serangkaian latihan, bimbingan langsung dan kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilannya pada suasana sesungguhnya. Dalam kualifikasi tersebut, penolong
persalinan dapat melakukan penilaian terhadap faktor risiko, mendeteksi secara dini
terjadinya komplikasi persalinan, melakukan pemantauan terhadap ibu maupun janin, dan
juga bayi setelah dilahirkan. Penolong persalinan harus mampu melakukan
penatalaksanaan awal terhadap komplikasi terhadap bayi baru lahir. Ia juga harus mampu
untuk melakukan rujukan baik ibu maupun bayi bila komplikasi yang terjadi memerlukan
penatalaksanaan lebihlanjut yang membutuhkan keterampilan di luar kompetensi yang
dimilikinya. Tidak kalah pentingnya adalah seorang penolong persalinan harus memiliki
kesabaran, kemampuan untuk berempati dimana hal ini amat diperlukan dalam
memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya.

LIMA BENANG MERAH DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang
merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan


Klinik (Clinical Decision Making). Dalam keperawatan dikenal dengan Proses
Keperawatan, para bidan menggunakan proses serupa yang disebut sebagai proses
penatalaksanaan kebidanan atau proses pengambilan keputusan klinik (clinical decision
making). Proses ini memiliki beberapa tahapan mulai dari pengumpulan data, diagnosis,
perencanaan dan penatalaksanaan, serta evaluasi, yang merupakan pola pikir yang
sistematis bagi para bidan selama memberikan Asuhan Kebidanan khususnya dalam
Asuhan Persalinan Normal.
2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan yang harus diperhatikan para Bidan adalah:

1. Suami, saudara atau keluarga lainnya harus diperkenankan untuk mendampingi ibu
selama proses persalinan bila ibu menginginkannya.
2. Standar untuk persalinan yang bersih harus selalu dipertahankan
3. Kontak segera antara ibu dan bayi serta pemberian Aair Susu Ibu harus dianjurkan untuk
dikerjakan.
4. Penolong persalinan harus bersikap sopan dan penuh pengertian.
5. Penolong persalinan harus menerangkan pada ibu maupun keluarga mengenai seluruh
proses persalinan.
6. Penolong persalinan harus mau mendengarkan dan memberi jawaban atas keluhan
maupun kebutuhan ibu.
7. Penolong persalinan harus cukup mempunyai fleksibilitas dalam menentukan pilihan
mengenai hal-hal yang biasa dilakukan selama proses persalinan maupun pemilihan
posisi saat melahirkan.
8. Tindakan-tindakan yang secara tradisional sering dilakukan dan sudah terbukti tidak
berbahaya harus diperbolehkan bila dilakukan.
9. Ibu harus diberi privasi bila ibu menginginkan.
10. Tindakan-tindakan medik yang rutin dikerjakan dan ternyata tidak perlu dan harus
dihindari (episiotomi, pencukuran dan klisma).

3. Aspek Pencegahan Infeksi

Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang dan atau dari
peralatan/sarana kesehatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang
diantara mikroorganisme dan individu (klien atau petugas kesehatan). Penghalang ini
dapat berupa proses secara fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi:

1. Cuci tangan

Secara praktis, mencuci tangan secara benar merupakan salah satu tindakan pencegahan
infeksi paling penting untuk mengurangi penyebaran penyakit dan menjaga lingkungan
bebas dari infeksi. Cuci tangan dilakukan sesuai dengan Standar dan prosedur yang ada.

2. Pakai sarung tangan

Untuk tindakan pencegahan, sarung tangan harus digunakan oleh semua penolong
persalinan sebelum kontak dengan darah atau cairan tubuh dari klien. Sepasang sarung
tangan dipakai hanya untuk seorang klien guna mencegah kontaminasi silang. Jika
mungkin, gunakanlah sarung tangan sekai pakai, namun jika tidak mungkin sebelum
dipakai ulang sarung taangan dapat dicuci dan disteril dengan otoklaf, atau dicuci dan
didesinfektan tingkat tinggi dengan cara mengkukus.

3. Penggunaan Cairan Antiseptik

Penggunaan antiseptik hanya dapat menurunkan jumlah mikroorganisme yang dapat


mengkontaminaasi luka dan dapat menyebabkan infeksi. Untuk mencapai manfaat yang
optimal, penggunaan antiseptik seperti alkohol dan lodofor (Betadin) membutuhkan
waktu beberapa menit untuk bekerja secara aktif. Karena tiu, untuk suatu tindakan kecil
yang membutuhkan waktu segeraseperti penyuntikan oksitosin IM saat penatalaksanaan
aktif kala III dan

pemotongan tali pusat saat bayi baru lahir, penggunaan antiseptik semacam ini tidak diperlukan
sepanjang alat-alat yang digunakan steril atau DTT.
4. Pemrosesan alat bekas

Proses dasar pencegahan infeksi yang biasa digunakan untuk mencegah penyebaran
penyakit dari peralatan, sarung tangan dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi adalah
dengan :

a. Pencucian dan pembilasan

Pencucian penting karena: merupakan cara yang paling efektif untuk menghilangkan
sejumlah besar mikroorganisme pada peralatan kotor atau bekas di pakai. Tanpa
pencucian, prosedur terilisasi ataupun desinfeksi tingkat tinggi tidak akan terjadi secara

efektif. Jika alat sterilisasi tidak teredia, pencucian yang seksama merupakan cara
mekanik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora.
b. Dekontaminasi

Dekontaminas yaitu segera setelah alat-alat itu digunakan, tempatkan benda-benda


tersebut dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, yang akan secara cepat mematikan
virus Hepatitis B dan virus HIV. Larutan klorin cepat sekali berubah keadaannya, oleh
sebab itu setiap hari harus diganti atau dibuat baru apabila larutan tersebut tampak kotor
(keruh).

c. Sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi

Sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi di beberapa tempat pelayanan yang tidak
memungkinkan untuk melakukan sterilisasi dengan otoklaf atau oven/jenis alat yang
tidakmemungkinkan untuk dilakukan sterilisasi dengan cara diatas, maka Deinfeksi
Tingkat Tinggi merupakan pilihan satu-satunya yang masih bisa diterima. DTT ini bisa
dengan cara merebus, menggunakan uap, menggunakan bahan kimia, dengan langkahlangkah sesuai prosedur yang sudah ada.

d. Pembuangan sampah

Tujuan pembuangan sampah klinik seccara benar adalah: mencegah penyebaran infeksi
kepada petugas klinik yang menangani sampah dan masyarakat yang sekaligus dapat
melindunginya dari luka karena tidak terkena benda-benda tajam yang sudah
terkontaminasi.

Jadi dengan penanganan sampah yang benar tersebut akan mengurangi penyebaran
infeksi baik kepada petugas klinik maupun kepada masyarakat setempat

4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)

Dokumentaaai dalam manajemen kebidanan merupakan bagian yang sangat penting. Hal
ini karena:

1. Dokumentasi menyediakan catatan permanen tentang manajemen pasien.


2. Memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara petugas kesehatan.
3. Kelanjutan dari perawatan dipermudah, dari kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari
petugas ke petugas yang lain, atau petugas ke fasilitas.
4. Informasi dapat digunakan untuk evaluasi, untuk melihat apakah perawatan sudah
dilakukan dengan tepat, mengidentifikasi kesenjangan yang ada, dan membuat perubahan
dan perbaikan peningkatan manajemen perawatan pasien.

5. Memperkuat keberhasilan manajemen, sehingga metode-metode dapat dilanjutkan dan


disosialisasikan kepada yang lain.
6. Data yang ada dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus.
7. Dapat digunakan sebagai data tatitik, untuk catatan nasional.
8. Sebagai data statitik yang berkaitan dengan kesakitan dan kematin ibu dan bayi.

Dalam Asuhan Persalinan Normal, sistem pencatatan yang digunakan adalah partograf,
hasil pemeriksaan yang tidak dicatat pada partograf dapat diartikan bahwa pemeriksan
tersebut tidak dilakukan

5. Aspek Rujukan

Jika ditemukan uatu masalahdalam persalinan, sering kali ulit untuk melakukan upaya
rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhi. Penundaan
dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu ke tempat rujukan akan menyebbkan
tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang memadai, sehingga akhirnya dapat
menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari
asuhan sayang ibu dan menunjang terwujudnya program Safe Motherhood.

KEBIJAKAN PELAYANAN ASUHAN PERSALINAN

Sebagai kebijakan pemerintah tentang pelayanan asuhan persalinan adalah:

1. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
2. Rumah Bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitaas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.
3. Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
REKOMENDASI KEBIJAKAN TEKNIS ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN

Untuk mendukung dilaksanakannya kebijakan tentang pelayanan asuhan persalinan,


maka selanjutnya pemerintah merekomendasikan tentang kebijakan terebut. Adapun
rekomendasi yang dimaksud adalah:

1. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan
bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan
bagi ibu.

2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu
catatan/rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intevensi hanya dilaksanakan jika benarbenar dibutuhkan.
Prosedur ini hanya dilakukan jika ada indikasi atau penyulit.
4. Manajemen aktif kala III, termasuk penjepitan danpemotongan tali pusat secara dini,
memberikan suntikan oksitosin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
dan segera melakukan massase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.
5. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidaktidaknya 2 jam
pertama etelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus
diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua.
Massase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap
baik, pendarahan minimal dan mencegah pendarahan.
6. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimassase
sampai tonus baik. ibu atau anggita keluarga dapat diajrkan melakukan hal ini.
7. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi
segera dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
8. Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. JNPK-KR, 2008, Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi, Jakarta, JNPK-KR
Asuhan Persalinan Normal. 2008. JPHIEGO

Anda mungkin juga menyukai