Anda di halaman 1dari 3

Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang

ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut


masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan,
atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.

Metode Pemeriksaan
By littleduck on 25 November 2015 ( 0 )

Sebelumnya kita telah membahas mengenai


teknik-teknik pemeriksaan apa saja yang dapat digunakan oleh Pemeriksa Pajak pada saat
melakukan pemeriksaan. Sekarang kita akan membahas mengenai metode metode apa saja
yang dapat digunakan oleh Pemeriksa Pajak untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. Metode
pemeriksaan sendiri adalah teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan
terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain. Metode
pemeriksaan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu Metode Pemeriksaan Langsung dan
Metode Pemeriksaan Tidak Langsung.
Metode Pemeriksaan Langsung merupakan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan
melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka yang tercantum di dalam SPT, yang
langsung dibandingkan dengan laporan keuangan dan buku catatan, serta dokumen
pendukung. Pelaksanaan pemeriksaan dengan metode ini dilakukan sesuai dengan program
pemeriksaan yang terinci atas setiap pos neraca dan laba rugi yang menjadi sumber utama
atau berkaitan dengan angka-angka dalam SPT.
Sementara Metode Pemeriksaan Tidak Langsung merupakan teknik dan prosedur
pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran angka-angka yang tercantum di
dalam SPT, yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan perhitungan
tertentu. Hasil penghitungan menggunakan metode ini merupakan petunjuk untuk mengambil
kesimpulan tentang ketidakbenaran angka-angka dalam SPT sehingga masih diperlukan
pembuktian yang valid dan absah untuk membuktikan ketidakbenaran tersebut.
Metode Pemeriksaan Tidak Langsung sendiri dibagi atas beberapa Metode Pemeriksaan.
Metode Pemeriksaan Tidak Langsung yang dapat digunakan oleh pemeriksa dalam rangka
menguji kepatuhan Wajib Pajak antara lain sebagai berikut:

1. Metode Transaksi Tunai


Dalam pencatatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, semua penghasilan dicatat di sisi debit
dan pengeluaran dicatat di sisi kredit, termasuk penghasilan-penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak dan pengeluaran-pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Apabila jumlah pada sisi pengeluaran melebihi jumlah pada sisi penghasilan, selisihnya
merupakan penghasilan bruto Wajib Pajak yang perlu dipastikan, apakah penghasilan tersebut
telah dilaporkan atau tidak. Namun apabila jumlah pada sisi penghasilan melebihi jumlah
pada sisi pengeluaran, diperlukan keyakinan yang lebih mendalam karena ada kemungkinan
Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh penghasilannya.

2. Metode Transaksi Bank


Metode ini digunakan oleh Wajib Pajak yang dalam penerimaan dari usaha maupun di luar
usaha disimpan di dalam bank. Petugas Pajak hanya menjumlahkan sisi kredit di rekening
bank karena sisi kredit dianggap sebagai gambaran atas penerimaan dari usaha Wajib Pajak /
setoran tabungan Wajib Pajak.

3. Metode Sumber dan Penggunaan Dana


Metode pemeriksaan tidak langsung ini menggunakan pendekatan sumber uang yang
diperoleh atas pembelian aktiva atau pengeluaran lainnya dalam menguji kepatuhan Wajib
Pajak. Jika penggunaan dana lebih besar daripada sumber-sumber dana berarti ada sejumlah
penghasilan yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.
Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana sebaiknya digunakan dalam kondisi apabila
terdapat data sumber pendanaan dari kegiatan usaha Wajib Pajak baik internal maupun
eksternal dan/atau penggunaan dana Wajib Pajak baik untuk kegiatan operasional maupun
penambahan harta.

4. Metode Pertambahan Kekayaan Bersih


Kekayaan bersih adalah selisih antara harta dan kewajiban/utang yang dimiliki oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi. Dalam melakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode ini, untuk
menghitung penghasilan Wajib Pajak yang akan digunakan sebagai objek pajak, pertama
pemeriksa dapat menghitung selisih antara kekayaan bersih Wajib Pajak awal dan akhir tahun
yang bersangkutan. Jika kekayaan bersih akhir tahun lebih besar dibandingkan dengan
kekayaan bersih awal tahun, berarti pada tahun bersangkutan terdapat pertambahan kekayaan
bersih. Pertambahan kekayaan bersih tersebut kemudian dijumlahkan dengan biaya hidup,
maka didapatlah jumlah penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam tahun yang
bersangkutan.

5. Pendekatan Satuan dan/atau Volume


Pendekatan ini merupakan salah satu cara untuk menentukan atau menghitung kembali
jumlah penghasilan bruto Wajib Pajak atau Pos SPT lainnya dengan menerapkan harga atau
jumlah laba terhadap jumlah satuan dan/atau volume usaha yang direalisasi oleh Wajib Pajak.
Satuan adalah segala sesuatu yang memberikan petunjuk besarnya volume sebuah usaha
Wajib Pajak.
Pendekatan ini digunakan untuk menguji dan menghitung kembali pos-pos SPT yang terkait
dengan penghitungan kuantitas. Metode pemeriksaan ini sangat tepat digunakan apabila jenis
barang dan/atau jasa yang dikelola oleh Wajib Pajak terbatas dan harga relatif stabil
sepanjang tahun atau terstandardisasi/ditetapkan pada suatu harga tertentu.

6. Pendekatan Biaya Hidup


Dalam Metode ini, pemeriksa menguji kepatuhan Wajib Pajak dengan membandingkan biaya
hidup dengan penghasilannya. Biaya hidup merupakan seluruh pengeluaran Wajib Pajak yang
tidak termasuk dengan pengeluaran yang digunakan untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan. Apabila Wajib Pajak tidak memiliki utang, maka penghasilan Wajib Pajak
minimal sama dengan biaya hidup yang dikeluarkan. Penghasilan bruto merupakan titik
impas (break even point) bagi Wajib Pajak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa
adanya penambahan harta kekayaannya.

7. Pendekatan Penghitungan Rasio


Jika menggunakan pendekatan ini, pemeriksa pajak dapat menguji dan menghitung kembali
peredaran usaha, harga pokok penjualan, laba bruto, laba bersih, ataupun penghasilan bruto
secara keseluruhan untuk kemudian dibandingkan dengan rasio/persentase pos yang berkaitan
milik perusahaan sejenis. Demikian pula dengan objek-objek atau pos-pos SPT lainnya.
Pendekatan Rasio dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut:
1. Terdapat data yang dapat digunakan sebagai pembanding dan/atau penghitungan rasio
baik dari Direktorat Jenderal Pajak, Wajib Pajak, maupun dari pihak lain.
2. Kegiatan usaha Wajib Pajak dapat dibandingkan dengan rasio yang diperoleh

Anda mungkin juga menyukai