NIM : 11.2014.307
Tanda Tangan:
FK UKRIDA
: Ny. N
Umur
: 44 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SD
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Bangsa/Suku
: Indonesia/Sulawesi
Agama
: Islam
Alamat
: Cilincing
: 25 Februari 2016
Ruang Perawatan
: Ruang Kenanga
: Diantar Keluarga
Tanggal 21 Maret 2016, pukul 11:30, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
Tanggal 21 Maret 2016, pukul 16:30, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
Tanggal 22 Maret 2016, pukul 11:30, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
Tanggal 21 Maret 2016, pukul 16:10, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.
Alloanamnesis
Tanggal 22 Maret 2016, pukul 12.30, dilakukan kepada suami melalui telepon
karena suami sedang di luar kota.
A. Keluhan Utama
Mengamuk sejak satu minggu SMRS.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal
25 Februari 2016 diantar oleh suami dengan keluhan mengamuk sejak satu
minggu terakhir. Saat tiba di IGD RSJSH pasien dalam keadaan diikat tali oleh
suami karena pasien juga ingin menyerang suami dan ingin kabur. Selain
mengamuk pasien juga merusak barang dirumah, membanting dan membuang
barang-barang yang ada dirumah. Pasien juga sempat mendorong tante yang
tinggal bersama pasien satu rumah sampai terluka. Saat pasien ditegur oleh
suami dan anak, pasien malah menuduh bahwa tantenya akan merebut suaminya
darinya. Pasien meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan yang
spesial.
Pasien sempat dirawat di RSJSH tiga bulan yang lalu karena keluhan yang
sama. Setelah kembali pulang pasien jadi tidak mau minum obat, pasien akan
mengamuk jika disuruh minum obat oleh keluarga. Pasien mengatakan tidak mau
minum obat karena obat tersebut adalah racun dan isinya beling yang akan
membuatnya mati. Pasien merasa curiga terhadap suami dan orang yang tinggal
satu rumah dengannya.
Awal mula pasien dibawa ke RSJSH pada tahun 1996 karena pasien mulai
berperilaku aneh seperti bicara dan tertawa sendiri, pasien menangis dan sering
2
bengong dikamar sejak dua bulan setelah anak bungsu pasien meninggal dunia
tanpa sebab yang jelas. Anak pasien meninggal tiba-tiba dimana lehernya tibatiba menjadi hitam dan anak tersebut meninggal. Sejak saat itu keluarga
memutuskan membawa pasien ke RSJSH. Selama ini pasien hanya berobat di
RSJSH.
Saat ditemui di bangsal Kenanga RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif
dan mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien
mengetahui saat ini pasien ada dimana dan tahu dibawa ke RSJSH karena
mengamuk, tidak merasa sakit jiwa dan ingin pulang karena rindu dengan
keluarga terlebih cucunya. Pasien mengatakan sakit jiwa itu berarti bicara,
tertawa, tidak mengenakan pakaian lalu berjalan-jalan keluar rumah. Pasien
mengingat kenapa keluarganya membawanya ke RSJSH. Pasien mengatakan
bahwa dirinya mengamuk dirumah, hal yang membuatnya mengamuk adalah
karena pasien mendengar bahwa tantenya menyebutnya pembantu. Pasien
marah dan kesal akhirnya pasien mengamuk. Pasien sangat meyakini bahwa
suami dan tantenya memiliki hubungan spesial. Pasien mengatakan bahwa
suaminya meminta tantenya berhubungan melalui anus bukan melalui vagina.
Pasien memang tinggal satu rumah dengan tantenya (adik ayah pasien), keluarga
sepupu pasien, kedua anak pasien (anak perempuan sudah bekeluarga dan
memiliki satu orang anak, anak lelakinya masih lajang) sejak tinggal di Jakarta.
Pasien dan keluarga memang diperbolehkan tinggal oleh tantenya karena sejak
dari kecil, pasien memang sudah dirawat oleh tantenya tersebut karena ibu pasien
meninggal sejak pasien usia 2 tahun dan tante pasien memang memiliki rumah
yang cukup besar untuk menampung keluarga yang singgah atau menetap di
Jakarta. Pasien juga bertemu dengan suami di rumah tersebut, karena saat suami
pasien merantau ke Jakarta, suami pasien tinggal di rumah tante pasien. Menurut
pasien, suami pasien memang ada hubungan kekeluargaan dengan pasien. Pasien
dijodohkan oleh keluarga untuk menikah dengan suami pasien. Pasien ngatakan
pernah diperkosa saat usia 12 tahun oleh orang yang bernama Sanusi sampai
pasien hamil dan keguguran karena disuruh minum obat oleh Sanusi tersebut,
saat dikonfirmasi kepada keluarga mengenai hal tersebut suami membantah hal
tersebut. Suami mengatakan itu hanya pikiran sang istri saja. Sanusi adalah
sepupu kandung dari istrinya. Mereka memang sudah dekat dari kecil, suami
pasien mengatakan bahwa Sanusi dan keluarga memang sangat menyayangi
istrinya. Sampai saat ini istri pasien sering dikunjungi dan sering berkunjung ke
rumah Sanusi di daerah Koja.
Pasien juga menyakini bahwa dirinya adalah anak sekaligus tangan kanan
pak Jokowi. Pasien sering mengunjungi pak Jokowi di istana kenegaraannya saat
sore hari, sore hari karena saat itulah pak Jokowi beristirahat di atas pohon dekat
istana kenegaraan. Pasien mengatakan bahwa hanya rohnya yang mengunjungi
Pak Jokowi. Pasien mengatakan memiliki beberapa ayah dan saat ditanya siapa
saja ayahnya pasien menyebutkan mulai dari artis Korea, India, Jokowi, pemuka
agama Muslim, dll, namun pasien tidak yakin jumlah pasti ayahnya. Saat ditanya
ayah kandung pasien, pasien mengatakan sudah meninggal dua tahun yang lalu
karena sakit pada usia tua. Pasien juga mengatakan rindu kepada keluarga
terlebih cucu dan ingin dijenguk dan pulang, namun keluarga tidak pernah
dateng, pasien juga mengatakan malu pada tetangga jika pulang diantar oleh
ambulance karena ayahnya memiliki banyak mobil namun kenapa tidak dijemput
oleh keluarga mengenakan mobil ayahnya. Pasien mengatakan pernah
mendengar suara-suara ditelinga yang mengatakan bahwa dirinya gila dan tidak
berguna terakhir kali dirumah, namun saat ini sudah tidak lagi. Pasien juga
mengatakan bahwa pak Sanusi dulunya sering datang pada sore hari biasanya,
Sanusi datang untuk mengunjungi pasien di rumah, tapi hanya pasien yang dapat
meilhatnya dan datang disaat pasien sendirian. Beberapa kali juga pernah datang
ke bangsal mengunjungi pasien.
Saat di suami di anamnesis, suami mengatakan istrinya memang sudah
mulai dibawa ke RSJSH sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya memang dengan
keluhan mengamuk sampai memukul suami. Pasien mulai berperilaku aneh sejak
anak pasien meninggal. Awalnya anak pasien meninggal, pasien lebih sering
berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya waktu pasien
Tingkat Keparahan
Gangguan
1996
Dua bulan setelah
November 2015
Pasien diantar karena
menyendiri, pasien
marah-marah tanpa
sebab jelas
Waktu
Februari-Maret 2016
1996
Pasien mulai
berperilaku aneh
sejak anaknya
meninggal, seperti
mengurung diri di
kamar, bicara dan
tertawa sendiri
1997-2015
Pasien beberapa kali
dirawat dengan keluhan
yang sama yaitu
mengamuk di rumah tanpa
sebab yang jelas. Waham
dan halusinasi masih ada.
Jika pasien tidak minum
obat dalam seminggu
maka gejala akan timbul,
seperti mengamuk,
mencederai keluarga,
halusinasi dan waham, dan
bicara kacau
Sanusi
dan
keluarga
juga
sangat
menyayangi
dan
memperhatikan pasien.
3. Riwayat Pendidikan
7
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal dunia
F. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien
menyangkal
dirinya
mengalami
gangguan
jiwa.
Pasien
Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang wanita usia 44 tahun tampak sesuai dengan usianya, mengenakan
seragam RSJSH lengan pendek berwarna ungu, bawahan setinggi lutut berwarna
ungu, dan memakai sendal. Pasien terlihat kurus. Tingginya sekitar 155 cm.
Tampak cukup rapi dan perawatan diri tampak cukup baik. Pasien berambut
hitam pendek diikat rapih. Pasien tidak menggunakan perhiasan maupun riasan
wajah.
2. Kesadaran
Kesadaran: compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan
wawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum Wawancara
Pasien sedang duduk berbaur dengan pasien yang lain.
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan, kejang,
maupun kekakuan gerakan. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik
oleh pasien.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih, lalu meminta izin untuk makan.
Pasien lalu berjalan mengambil makanan, dan melambaikan tangan ke arah
pemeriksa. Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak
lazim.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan sopan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
B.
10
1. Mood
: Eutim
2. Afek
: Luas
3. Keserasian
: Serasi
C.
Gangguan Persepsi
a) Halusinasi
dan visual. Pasien mengatakan ada suara yang mengejek mengatakan pasien gila,
tidak berguna, pasien mendengar kalau tantenya mengatakan dia pembatu
padahal tidak ada dan dapat berbicara dan tertawa dengan orang yang tidak dapat
dilihat oleh keluarga di rumah dan orang lain di RSJSH).
b) Ilusi
: Tidak ada
c) Depersonalisasi
: Tidak ada
d) Derealisasi
: Tidak ada
D.
Proses Pikir
1. Arus Pikir
a.
Produktifitas
b. Kontinuitas
: Cukup ide
: Koheren
2. Isi Pikir
a.
Preokupasi
: Tidak ada
b.
Waham
diberikan suami dan keluarga adalah racun dan berisi beling (waham kejaran).
Pasien meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan spesial/
selingkuh (waham cumburu). Pasien meyakin bahwa pasien adalah anak dan
orang-orang penting atau terkenal dan memiliki andil dalam pemerintahan
(waham kebesaran)
E.
c.
Obsesi
: Tidak ada
d.
Fobia
: Tidak ada
Fungsi Intelektual
1.
Taraf Pendidikan
SD
2.
Pengetahuan Umum
11
3.
Kecerdasan
Rata-rata
4.
Konsentrasi dan
Perhatian
5.
Orientasi
-
Waktu
Tempat
hari).
Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol).
Orang
6.
Daya Ingat
-
Jangka
Panjang
dan SMP).
Jangka
Pendek
Segera
7.
8.
9.
Pikiran Abstrak
Visuospasial
Kemampuan
Menolong Diri
12
F.
Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).
G.
Daya Nilai
Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama
di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).
H. Tilikan
Derajat 1 (pasien menyangkal penuh terhadap penyakitnya).
I.
Reliabilitas
: Dapat dipercaya
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 137/87 mmHg
Nadi
: 76x/ menit
Suhu
: 36,1 oC
Pernafasan
: 20 x/ menit
Kulit
Kepala
13
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Lidah
Gigi geligi
Uvula
Tonsil
Tenggorokan
Leher
Thorax
Paru
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeks
Auskultasi
Perkusi
-Bawah
Genitalia
B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII)
: Baik
: Tidak dilakukan
3. Refleks fisiologis
: (+) normal
4. Refleks patologis
: Tidak ada
5. Motorik
: Baik
6. Sensorik
: Baik
7. Fungsi luhur
: Baik
8. Gangguan khusus
: Tidak ada
9. Gejala EPS
15
berjalan-jalan
keluar
rumah.
Pasien
mengingat
kenapa
keluarganya
16
tersebut, saat dikonfirmasi kepada keluarga mengenai hal tersebut suami membantah
hal tersebut.
Pasien juga menyakini bahwa dirinya adalah anak sekaligus tangan kanan pak
Jokowi. Pasien sering mengunjungi pak Jokowi di istana kenegaraannya saat sore
hari, sore hari karena saat itulah pak Jokowi beristirahat di atas pohon dekat istana
kenegaraan. Pasien mengatakan memiliki beberapa ayah dan saat ditanya siapa saja
ayahnya pasien menyebutkan mulai dari artis Korea, India, Jokowi, pemuka agama
Muslim, dll, namun pasien tidak yakin jumlah pasti ayahnya. Saat ditanya ayah
kandung pasien, pasien mengatakan sudah meninggal dua tahun yang lalu karena
sakit pada usia tua.
Saat di suami di anamnesis, suami mengatakan istrinya memang sudah mulai
dibawa ke RSJSH sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya memang dengan keluhan
mengamuk sampai memukul suami. Pasien mulai berperilaku aneh sejak anak pasien
meninggal. Menurut suami pasien, pasien rajin dibawa kontrol sebelum 2016.
Setelah terakhir kali dirawat pada bulan november pasien tidak mau lagi minum obat
dan diajak kontrol. Namun menurut pasien, pasien tidak mau meminum obat karena
seabis minum obat pasien merasa mual dan pusing, menurut beliau obat yang
diberikan dari RSUD Koja berbeda dan tidak cocok, selain itu juga terlalu keras,
pasien takut akan berdampak terhadap bekas operasinya. Selain itu juga pasien
mengatakan keluarga tidak ada yang bisa mengantar ke RSJSH karena sibuk kerja
sedangkan pasien tidak bisa berangkat sendiri.
Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan: kesadaran neurologisnya compos
mentis, mood eutim, afek luas, produktivitas isi pikir cukup ide, kontinuitas koheren,
waham paranoid, halusinasi saat ini disangkal namun riwayat (+) yaitu halusinasi
auditorik dan visual, fungsi intelektual baik, daya nilai sosial tidak terganggu, uji
daya nilai tidak terganggu, daya nilai realitas tidak terganggu, tilikan derajat 1.
Pemeriksaan status internus dan neurologis dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
17
Waham paranoid: pasien meyakini bahwa obat yang diberikan suami dan
keluarga adalah racun dan berisi beling (waham kejaran). Pasien
meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan spesial/
selingkuh (waham cumburu). Pasien meyakin bahwa pasien adalah anak
dan orang-orang penting atau terkenal dan memiliki andil dalam
pemerintahan
18
Terdapat perubahan dalam perilaku seperti sikap larut dalam diri sendiri
dan penarikan diri secara sosial.
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
: GAF current
: 60-51
19
: 70-61
: Tidak ada
B. Psikologik
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
20
Dengan indikasi:
2. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg PO
Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO (bila perlu)
Lorazepam 1x2 mg PO
3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
21
5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan
22