Anda di halaman 1dari 22

Status Psikiatri

Nama : Maria Margaretha


Dokter Penguji :

NIM : 11.2014.307
Tanda Tangan:

FK UKRIDA

dr. Jonli Indra, Sp.KJ


dr. Galianti, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap

: Ny. N

Tempat dan Tanggal Lahir

: Jakarta , 1 Mei 1972

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: SD

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Bangsa/Suku

: Indonesia/Sulawesi

Agama

: Islam

Alamat

: Cilincing

Dokter yang Merawat

: dr. Asmarahadi, Sp.KJ

Tanggal Masuk RSJSH

: 25 Februari 2016

Ruang Perawatan

: Ruang Kenanga

Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga

: Diantar Keluarga

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis

Tanggal 21 Maret 2016, pukul 11:30, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

Tanggal 21 Maret 2016, pukul 16:30, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

Tanggal 22 Maret 2016, pukul 11:30, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

Tanggal 21 Maret 2016, pukul 16:10, di Bangsal Kenanga Rumah Sakit Jiwa
Soeharto Heerdjan.

Alloanamnesis

Tanggal 22 Maret 2016, pukul 12.30, dilakukan kepada suami melalui telepon
karena suami sedang di luar kota.

A. Keluhan Utama
Mengamuk sejak satu minggu SMRS.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal
25 Februari 2016 diantar oleh suami dengan keluhan mengamuk sejak satu
minggu terakhir. Saat tiba di IGD RSJSH pasien dalam keadaan diikat tali oleh
suami karena pasien juga ingin menyerang suami dan ingin kabur. Selain
mengamuk pasien juga merusak barang dirumah, membanting dan membuang
barang-barang yang ada dirumah. Pasien juga sempat mendorong tante yang
tinggal bersama pasien satu rumah sampai terluka. Saat pasien ditegur oleh
suami dan anak, pasien malah menuduh bahwa tantenya akan merebut suaminya
darinya. Pasien meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan yang
spesial.
Pasien sempat dirawat di RSJSH tiga bulan yang lalu karena keluhan yang
sama. Setelah kembali pulang pasien jadi tidak mau minum obat, pasien akan
mengamuk jika disuruh minum obat oleh keluarga. Pasien mengatakan tidak mau
minum obat karena obat tersebut adalah racun dan isinya beling yang akan
membuatnya mati. Pasien merasa curiga terhadap suami dan orang yang tinggal
satu rumah dengannya.
Awal mula pasien dibawa ke RSJSH pada tahun 1996 karena pasien mulai
berperilaku aneh seperti bicara dan tertawa sendiri, pasien menangis dan sering
2

bengong dikamar sejak dua bulan setelah anak bungsu pasien meninggal dunia
tanpa sebab yang jelas. Anak pasien meninggal tiba-tiba dimana lehernya tibatiba menjadi hitam dan anak tersebut meninggal. Sejak saat itu keluarga
memutuskan membawa pasien ke RSJSH. Selama ini pasien hanya berobat di
RSJSH.
Saat ditemui di bangsal Kenanga RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif
dan mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien
mengetahui saat ini pasien ada dimana dan tahu dibawa ke RSJSH karena
mengamuk, tidak merasa sakit jiwa dan ingin pulang karena rindu dengan
keluarga terlebih cucunya. Pasien mengatakan sakit jiwa itu berarti bicara,
tertawa, tidak mengenakan pakaian lalu berjalan-jalan keluar rumah. Pasien
mengingat kenapa keluarganya membawanya ke RSJSH. Pasien mengatakan
bahwa dirinya mengamuk dirumah, hal yang membuatnya mengamuk adalah
karena pasien mendengar bahwa tantenya menyebutnya pembantu. Pasien
marah dan kesal akhirnya pasien mengamuk. Pasien sangat meyakini bahwa
suami dan tantenya memiliki hubungan spesial. Pasien mengatakan bahwa
suaminya meminta tantenya berhubungan melalui anus bukan melalui vagina.
Pasien memang tinggal satu rumah dengan tantenya (adik ayah pasien), keluarga
sepupu pasien, kedua anak pasien (anak perempuan sudah bekeluarga dan
memiliki satu orang anak, anak lelakinya masih lajang) sejak tinggal di Jakarta.
Pasien dan keluarga memang diperbolehkan tinggal oleh tantenya karena sejak
dari kecil, pasien memang sudah dirawat oleh tantenya tersebut karena ibu pasien
meninggal sejak pasien usia 2 tahun dan tante pasien memang memiliki rumah
yang cukup besar untuk menampung keluarga yang singgah atau menetap di
Jakarta. Pasien juga bertemu dengan suami di rumah tersebut, karena saat suami
pasien merantau ke Jakarta, suami pasien tinggal di rumah tante pasien. Menurut
pasien, suami pasien memang ada hubungan kekeluargaan dengan pasien. Pasien
dijodohkan oleh keluarga untuk menikah dengan suami pasien. Pasien ngatakan
pernah diperkosa saat usia 12 tahun oleh orang yang bernama Sanusi sampai
pasien hamil dan keguguran karena disuruh minum obat oleh Sanusi tersebut,

saat dikonfirmasi kepada keluarga mengenai hal tersebut suami membantah hal
tersebut. Suami mengatakan itu hanya pikiran sang istri saja. Sanusi adalah
sepupu kandung dari istrinya. Mereka memang sudah dekat dari kecil, suami
pasien mengatakan bahwa Sanusi dan keluarga memang sangat menyayangi
istrinya. Sampai saat ini istri pasien sering dikunjungi dan sering berkunjung ke
rumah Sanusi di daerah Koja.
Pasien juga menyakini bahwa dirinya adalah anak sekaligus tangan kanan
pak Jokowi. Pasien sering mengunjungi pak Jokowi di istana kenegaraannya saat
sore hari, sore hari karena saat itulah pak Jokowi beristirahat di atas pohon dekat
istana kenegaraan. Pasien mengatakan bahwa hanya rohnya yang mengunjungi
Pak Jokowi. Pasien mengatakan memiliki beberapa ayah dan saat ditanya siapa
saja ayahnya pasien menyebutkan mulai dari artis Korea, India, Jokowi, pemuka
agama Muslim, dll, namun pasien tidak yakin jumlah pasti ayahnya. Saat ditanya
ayah kandung pasien, pasien mengatakan sudah meninggal dua tahun yang lalu
karena sakit pada usia tua. Pasien juga mengatakan rindu kepada keluarga
terlebih cucu dan ingin dijenguk dan pulang, namun keluarga tidak pernah
dateng, pasien juga mengatakan malu pada tetangga jika pulang diantar oleh
ambulance karena ayahnya memiliki banyak mobil namun kenapa tidak dijemput
oleh keluarga mengenakan mobil ayahnya. Pasien mengatakan pernah
mendengar suara-suara ditelinga yang mengatakan bahwa dirinya gila dan tidak
berguna terakhir kali dirumah, namun saat ini sudah tidak lagi. Pasien juga
mengatakan bahwa pak Sanusi dulunya sering datang pada sore hari biasanya,
Sanusi datang untuk mengunjungi pasien di rumah, tapi hanya pasien yang dapat
meilhatnya dan datang disaat pasien sendirian. Beberapa kali juga pernah datang
ke bangsal mengunjungi pasien.
Saat di suami di anamnesis, suami mengatakan istrinya memang sudah
mulai dibawa ke RSJSH sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya memang dengan
keluhan mengamuk sampai memukul suami. Pasien mulai berperilaku aneh sejak
anak pasien meninggal. Awalnya anak pasien meninggal, pasien lebih sering
berdiam diri di kamar, bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya waktu pasien

marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas. Akhirnya keluarga


memutuskan untuk membawa ke RSJSH. Menurut suami pasien, pasien rajin
dibawa kontrol sebelum 2016. Setelah terakhir kali dirwat pada bulan november
pasien tidak mau lagi minum obat dan diajak kontrol. Namun menurut pasien,
pasien tidak mau meminum obat karena seabis minum obat pasien merasa mual
dan pusing, menurut beliau obat yang diberikan dari RSUD Koja berbeda dan
tidak cocok, selain itu juga terlalu keras, pasien takut akan berdampak terhadap
bekas operasinya. Selain itu juga pasien mengatakan keluarga tidak ada yang bisa
mengantar ke RSJSH karena sibuk kerja sedangkan pasien tidak bisa berangkat
sendiri.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Saat di suami di anamnesis, suami mengatakan istrinya memang sudah
mulai dibawa ke RSJSH sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya memang dengan
keluhan mengamuk sampai memukul suami. Pasien mulai berperilaku aneh
sejak anak bungsu pasien meninggal tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
Awalnya anak pasien meninggal, pasien lebih sering berdiam diri di kamar,
bicara tertawa sendiri. Seiring berjalannya waktu pasien marah-marah dan
mengamuk tanpa sebab yang jelas. Akhirnya keluarga memutuskan untuk
membawa ke RSJSH.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang serius saat
kecil, tidak pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi sebelumnya. Pasien
tidak pernah kejang sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
atau trauma pada kepala yang menyebabkan pasien pingsan atau mengalami
penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat minum alkohol maupun penggunaan
narkoba.

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Tingkat Keparahan
Gangguan

1996
Dua bulan setelah

November 2015
Pasien diantar karena

pasien lebih banyak

mengamuk, menuduh suami

menyendiri, pasien

dan tantenya berselingkuh.

mulai sering mengamuk,

Setelah pulang pasien tidak

marah-marah tanpa

mau minum obat sama sekali.

sebab jelas

Waktu
Februari-Maret 2016

1996
Pasien mulai
berperilaku aneh
sejak anaknya
meninggal, seperti
mengurung diri di
kamar, bicara dan
tertawa sendiri

1997-2015
Pasien beberapa kali
dirawat dengan keluhan
yang sama yaitu
mengamuk di rumah tanpa
sebab yang jelas. Waham
dan halusinasi masih ada.
Jika pasien tidak minum
obat dalam seminggu
maka gejala akan timbul,
seperti mengamuk,
mencederai keluarga,
halusinasi dan waham, dan
bicara kacau

Pasien kembali dirawat dengan


mengamuk sampai mendorong
tantenya hingga terluka, pasien marah
sejadi-jadiny karena meyakini bahwa
suami dan tantenya memiliki
hubungan spesial. Sejak
diperbolehkan pulang desember 2015
pasien tidak mau minum obat karena
merasa obat tsb adalah racun dan
berisi beling. Pasien marah karena
merasa tantenya mengatakan dirinya
pembantu dan yakin bahwa tantenya
melakukan hal tersebeut padahal
menurut keluarga tidak ada hal
semacam itu. Saat ini pasien sudah
tidak mengamuk, halusinasi
disangkal, lagi namun waham curiga
dan kebesaran masih ada.
6

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang direncanakan
dan diinginkan oleh orangtuanya. Pasien lahir spontan, ditolong dukun. Pasien
lahir dalam keadaan sehat dan langsung menangis. Riwayat komplikasi
kelahiran, trauma, dan cacat bawaan disangkal.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak Awal (03 tahun)
Keluarga pasien tidak mengetahui tentang proses tumbuh kembang
pasien dan pasien lupa tentang masa kanaknya. Pasien hanya mengetahui
bahwa ibu kandungnya meninggal pada usia 2 tahun.
b. Masa Kanak Pertengahan (311 tahun )
Pasien senang bermain dengan teman-temannya di sekolah maupun di
dekat rumahnya. Pasien mengatakan bahwa ia dirawat dan dibesarkan oleh
tantenya, ayahnya bekerja di Lampung.
c. Masa Kanak Akhir ( Pubertas dan Remaja )
Pasien mulai lebih senang dirumah, membaca buku atau koran,
melakukan aktivitas dirumah karena pasien hanya tamat SD. Pasien
beberapa kali mengunjungi ayahnya di Lampung atau sebaliknya,
ayahnya berkunjung ke Jakarta. Kedua kakak pasien lebih banyak
mengurusi kehidupannya masing-masing. Pada usia 12 tahun pasien
mengatakan pernah diperkosa sampai hamil oleh sepupunya yang
bernama Sanusi, karena hamil pasien disuruh minum obat untuk
menggugurkan kandungan. Tetapi setelah ditanyakan pada suami,
suami bilang tidak seperti itu. Suami mengatakan mengenal baik Sanusi
yang adalah sepupu pasien dan sampai saat ini hubungan meraka sangat
akrab.

Sanusi

dan

keluarga

juga

sangat

menyayangi

dan

memperhatikan pasien.

3. Riwayat Pendidikan
7

Pasien menjalani pendidikan hingga bangku pendidikan SD. Pasien


mengawali kegiatan sekolah saat berusia 6 tahun. Pasien menyelesaikan
pendidikan SD selama 6 tahun tanpa kendala yang berarti.
Setelah itu pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena faktor biaya.
Pasien hanya senang membaca dan bermain bersama saudara-saudara di rumah.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan tidak pernah bekerja di perusahaan atau instansi
tertentu. Pasien hanya mengurus anak dan rumah.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, pasien mengaku saat di rumah rajin beribadah
seperti sholat dan mengaji.
6. Kehidupan Perkawinan/ Psikoseksual
Pasien sudah pernah menikah sebanyak 1 kali dan telah dikaruniai tiga
orang anak. Namun anak bungsu pasien meninggal tiba-tiba tanpa sebab yang
jelas. Hal inilh yang awalnya menyebabkan perubahan perilaku pada pasien.
Pasien menikah dengan pria yang dijodohkan oleh keluarganya. Suami pasien
juga masih ada ikatan saudara dengan pasien walaupun jauh. Pasien mengatakan
cinta dan takut suaminya diambil orang lain (tante pasien). Anak perempuan
pasien sudah menikah dan sudah memiliki seorang anak. Anak lelaki pasien
masih lajang.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak
pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
8. Riwayat Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya selama ini cukup baik. Muali sekitar
dua tahun terakhir pasien merasa bahwa suami memiliki hubungan dengan
tantenya yangs selama ini merawat dan membesarkan pasien. Pasien mengatakan
bahwa suaminya berhubungan sexual dengan tantenya melalui anus.
E. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga:

: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal dunia
F. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien

menyangkal

dirinya

mengalami

gangguan

jiwa.

Pasien

mengatakan bahwa dirinya ingin segera pulang dan kembali bersama


keluarganya.

III. STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 21 Maret 2016)


A.

Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang wanita usia 44 tahun tampak sesuai dengan usianya, mengenakan
seragam RSJSH lengan pendek berwarna ungu, bawahan setinggi lutut berwarna
ungu, dan memakai sendal. Pasien terlihat kurus. Tingginya sekitar 155 cm.
Tampak cukup rapi dan perawatan diri tampak cukup baik. Pasien berambut
hitam pendek diikat rapih. Pasien tidak menggunakan perhiasan maupun riasan
wajah.
2. Kesadaran
Kesadaran: compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan
wawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum Wawancara
Pasien sedang duduk berbaur dengan pasien yang lain.
b. Selama Wawancara
Pasien duduk dengan tenang di samping pemeriksa, dan menatap wajah
pemeriksa saat diajak berbicara. Tidak terdapat perlambatan gerakan, kejang,
maupun kekakuan gerakan. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik
oleh pasien.
c. Sesudah Wawancara
Pasien menjabat tangan pemeriksa saat diminta bersalaman untuk mengakhiri
percakapan dan mengucapkan terima kasih, lalu meminta izin untuk makan.
Pasien lalu berjalan mengambil makanan, dan melambaikan tangan ke arah
pemeriksa. Pasien tidak menunjukkan perilaku atau gerakan yang tidak
lazim.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan sopan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara: Lancar, pasien menjawab semua pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Bicara pasien spontan, artikulasi jelas, intonasi dan volume cukup.
b. Gangguan berbicara: Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
B.

Alam Perasaan (Emosi)

10

1. Mood

: Eutim

2. Afek

: Luas

3. Keserasian

: Serasi

C.

Gangguan Persepsi

a) Halusinasi

: Tidak ada (namun terdapat riwayat halusinasi auditorik

dan visual. Pasien mengatakan ada suara yang mengejek mengatakan pasien gila,
tidak berguna, pasien mendengar kalau tantenya mengatakan dia pembatu
padahal tidak ada dan dapat berbicara dan tertawa dengan orang yang tidak dapat
dilihat oleh keluarga di rumah dan orang lain di RSJSH).
b) Ilusi

: Tidak ada

c) Depersonalisasi

: Tidak ada

d) Derealisasi

: Tidak ada

D.

Proses Pikir

1. Arus Pikir
a.

Produktifitas

b. Kontinuitas

: Cukup ide
: Koheren

2. Isi Pikir
a.

Preokupasi

: Tidak ada

b.

Waham

: Waham paranoid (+), pasien meyakini bahwa obat yang

diberikan suami dan keluarga adalah racun dan berisi beling (waham kejaran).
Pasien meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan spesial/
selingkuh (waham cumburu). Pasien meyakin bahwa pasien adalah anak dan
orang-orang penting atau terkenal dan memiliki andil dalam pemerintahan
(waham kebesaran)

E.

c.

Obsesi

: Tidak ada

d.

Fobia

: Tidak ada

Fungsi Intelektual
1.

Taraf Pendidikan

SD

2.

Pengetahuan Umum

Baik (pasien mengetahui nama Presiden Indonesia saat ini).

11

3.

Kecerdasan

Rata-rata

4.

Konsentrasi dan

Konsentrasi baik (saat diajak berhitung 100 dikurangi 7,

Perhatian

pasien dapat menjawab dengan benar, saat diminta mengeja


kata BUMI secara terbalik, pasien juga dapat menjawab
dengan tepat).
Perhatian baik (pasien tidak mudah teralih perhatiannya
terhadap kegiatan atau orang yang lewat didepannya, atau
terhadap benda yang menarik perhatiannya)

5.

Orientasi
-

Waktu

Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam

Tempat

hari).
Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan Grogol).

Orang

Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh dokter


muda dan mengenal pasien lain yang berada di satu
ruangan dengan pasien).

6.

Daya Ingat
-

Jangka

Baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien; SD

Panjang

dan SMP).

Jangka

Baik (pasien menginat menu makan pagi dan kegiatan yang

Pendek

yang dilakukannya pagi tadi di RS).

Segera

Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda yang


mewawancarai).

7.
8.
9.

Pikiran Abstrak

Baik (pasien dapat menyebutkan perbedaan dan persamaan

Visuospasial

antara bola dan jeruk).


Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya

Kemampuan

ditentukan oleh pemeriksa).


Baik (pasien bisa makan, mandi, dan berpakaian sendiri).

Menolong Diri

12

F.

Pengendalian Impuls
Baik (saat diwawancara pasien tampak tenang, sopan, dan bersikap kooperatif).

G.

Daya Nilai
Daya Nilai Sosial
Baik (Pasien tidak pernah melakukan kekerasan kepada teman-temannya selama
di ruangan, pasien juga bersikap baik kepada perawat dan dokter, dan
mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik).

Uji Daya Nilai


Kurang baik (pasien mengatakan bila ia menemukan dompet di jalan, ia akan
menyimpan dompet tersebut dan mengambil uang yang terdapat di dalam
dompet).

Daya Nilai Realita


Terganggu (halusinasi auditorik dan visual, waham paranoid).

H. Tilikan
Derajat 1 (pasien menyangkal penuh terhadap penyakitnya).
I.

Reliabilitas

: Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK


A. Status Internus
Keadaan Umum

: Baik, tampak tenang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah

: 137/87 mmHg

Nadi

: 76x/ menit

Suhu

: 36,1 oC

Pernafasan

: 20 x/ menit

Kulit

: Coklat sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik,


kelembaban normal,.efloresensi primer/sekunder (-)

Kepala

: Normocephali, rambut warna hitam, pendek dan lurus,


distribusi merata

13

Mata

: Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks


cahaya tidak ...langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-,

Hidung

: Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung


(-), sekret -/-.

Telinga

: Sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-.

Mulut

: Bibir kecoklatan, agak kering, sianosis (-), trismus (-),

Lidah

: Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-).

Gigi geligi

: dalam batas normal

Uvula

: Letak di tengah, hiperemis (-)

Tonsil

: T1/T1, tidak hiperemis

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis

Leher

: KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba .


Membesar.

Thorax
Paru
Inspeksi

: Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis

maupun dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-), pulsasi


abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi

: Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi

: Sonor pada semua lapangan paru

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: S1 S2 reguler, murmur -, gallop

Abdomen
Inspeks

: Bentuk datar, efloresensi (-)

Auskultasi

: Bising usus (+)


14

Perkusi

: Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting

dullness (-), nyeri ketok CVA (-)


Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

membesar, balotemen (-)


Ekstremitas
-Atas

: Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)

-Bawah

: Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)

Genitalia

: Tidak diperiksa karena tidak ada indikasi

B. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII)

: Baik

2. Tanda rangsang meningeal

: Tidak dilakukan

3. Refleks fisiologis

: (+) normal

4. Refleks patologis

: Tidak ada

5. Motorik

: Baik

6. Sensorik

: Baik

7. Fungsi luhur

: Baik

8. Gangguan khusus

: Tidak ada

9. Gejala EPS

: Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus

otot (N), tremor (-), distonia (-), disdiadokokinesis (-)


V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperkenankan melihat staus pasien

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal 25
Februari 2016 diantar oleh suami dengan keluhan mengamuk sejak satu minggu
terakhir. Saat tiba di IGD RSJSH pasien dalam keadaan diikat tali oleh suami karena
pasien juga ingin menyerang suami dan ingin kabur. Selain mengamuk pasien juga

15

merusak barang dirumah, membanting dan membuang barang-barang yang ada


dirumah. Pasien juga sempat mendorong tante yang tinggal bersama pasien satu
rumah sampai terluka. Saat pasien ditegur oleh suami dan anak, pasien malah
menuduh bahwa tantenya akan merebut suaminya darinya. Pasien meyakini bahwa
suami dan tantenya memiliki hubungan yang spesial.
Pasien sempat dirawat di RSJSH tiga bulan yang lalu karena keluhan yang
sama. Setelah kembali pulang pasien jadi tidak mau minum obat, pasien akan
mengamuk jika disuruh minum obat oleh keluarga. Pasien mengatakan tidak mau
minum obat karena obat tersebut adalah racun dan isinya beling yang akan
membuatnya mati. Pasien merasa curiga terhadap suami dan orang yang tinggal satu
rumah dengannya.
Awal mula pasien dibawa ke RSJSH pada tahun 1996 karena pasien mulai
berperilaku aneh seperti bicara dan tertawa sendiri, pasien menangis dan sering
bengong dikamar sejak dua bulan setelah anak bungsu pasien meninggal dunia tanpa
sebab yang jelas. Anak pasien meninggal tiba-tiba dimana lehernya tiba-tiba menjadi
hitam dan anak tersebut meninggal. Sejak saat itu keluarga memutuskan membawa
pasien ke RSJSH. Selama ini pasien hanya berobat di RSJSH.
Saat ditemui di bangsal Kenanga RSJSH pasien tampak tenang, kooperatif dan
mau menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pada pasien. Pasien mengetahui
saat ini pasien ada dimana dan tahu dibawa ke RSJSH karena mengamuk, tidak
merasa sakit jiwa dan ingin pulang karena rindu dengan keluarga terlebih cucunya.
Pasien mengatakan sakit jiwa itu berarti bicara, tertawa, tidak mengenakan pakaian
lalu

berjalan-jalan

keluar

rumah.

Pasien

mengingat

kenapa

keluarganya

membawanya ke RSJSH. Pasien mengatakan bahwa dirinya mengamuk dirumah, hal


yang membuatnya mengamuk adalah karena pasien mendengar bahwa tantenya
menyebutnya pembantu. Pasien marah dan kesal akhirnya pasien mengamuk.
Pasien sangat meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan spesial.
Pasien mengatakan bahwa suaminya meminta tantenya berhubungan melalui anus
bukan melalui vagina.
Pasien ngatakan pernah diperkosa saat usia 12 tahun oleh orang yang bernama
Sanusi sampai pasien hamil dan keguguran karena disuruh minum obat oleh Sanusi

16

tersebut, saat dikonfirmasi kepada keluarga mengenai hal tersebut suami membantah
hal tersebut.
Pasien juga menyakini bahwa dirinya adalah anak sekaligus tangan kanan pak
Jokowi. Pasien sering mengunjungi pak Jokowi di istana kenegaraannya saat sore
hari, sore hari karena saat itulah pak Jokowi beristirahat di atas pohon dekat istana
kenegaraan. Pasien mengatakan memiliki beberapa ayah dan saat ditanya siapa saja
ayahnya pasien menyebutkan mulai dari artis Korea, India, Jokowi, pemuka agama
Muslim, dll, namun pasien tidak yakin jumlah pasti ayahnya. Saat ditanya ayah
kandung pasien, pasien mengatakan sudah meninggal dua tahun yang lalu karena
sakit pada usia tua.
Saat di suami di anamnesis, suami mengatakan istrinya memang sudah mulai
dibawa ke RSJSH sejak 20 tahun yang lalu. Awalnya memang dengan keluhan
mengamuk sampai memukul suami. Pasien mulai berperilaku aneh sejak anak pasien
meninggal. Menurut suami pasien, pasien rajin dibawa kontrol sebelum 2016.
Setelah terakhir kali dirawat pada bulan november pasien tidak mau lagi minum obat
dan diajak kontrol. Namun menurut pasien, pasien tidak mau meminum obat karena
seabis minum obat pasien merasa mual dan pusing, menurut beliau obat yang
diberikan dari RSUD Koja berbeda dan tidak cocok, selain itu juga terlalu keras,
pasien takut akan berdampak terhadap bekas operasinya. Selain itu juga pasien
mengatakan keluarga tidak ada yang bisa mengantar ke RSJSH karena sibuk kerja
sedangkan pasien tidak bisa berangkat sendiri.
Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan: kesadaran neurologisnya compos
mentis, mood eutim, afek luas, produktivitas isi pikir cukup ide, kontinuitas koheren,
waham paranoid, halusinasi saat ini disangkal namun riwayat (+) yaitu halusinasi
auditorik dan visual, fungsi intelektual baik, daya nilai sosial tidak terganggu, uji
daya nilai tidak terganggu, daya nilai realitas tidak terganggu, tilikan derajat 1.
Pemeriksaan status internus dan neurologis dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus

17

Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan


kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:

Gangguan/hendaya dan disabilitas: pada saat awal masuk didapati


hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya fungsi sehari-hari.

Distress/penderitaan: pada saat awal masuk marah-marah, mengamuk,


sulit tidur, bicara dan tertawa-tawa sendiri.

2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena :

Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.

Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,


infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma).

Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.

3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang


dibuktikan dengan adanya:

Halusinasi auditorik: pasien mengatakan mendengar suara yang


meledeknya gila, tidak berguna dan pembantu.

Halusinasi visual: pasien mengatakan bahwa Sanusi datang ke rumahnya


saat dia sendiri dan orang lain tidak melihat Sanusi. Sanusi selalu
mebuatnya tertawa.

Waham paranoid: pasien meyakini bahwa obat yang diberikan suami dan
keluarga adalah racun dan berisi beling (waham kejaran). Pasien
meyakini bahwa suami dan tantenya memiliki hubungan spesial/
selingkuh (waham cumburu). Pasien meyakin bahwa pasien adalah anak
dan orang-orang penting atau terkenal dan memiliki andil dalam
pemerintahan

4. Skizofrenia ini termasuk tipe paranoid karena:

Memenuhi kriteria umum skizofrenia.

Terdapat halusinasi yang menonjol (halusinasi auditorik dan visual).

Terdapat waham paranoid.

18

Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol.

Gejala sudah berlangsung selama lebih dari satu bulan.

Terdapat perubahan dalam perilaku seperti sikap larut dalam diri sendiri
dan penarikan diri secara sosial.

Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Ciri kepribadian disosial
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan
sehingga aksis III tidak ada diagnosis.
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Dari anamnesis, pasien memiliki masalah dengan compliance atau kepatuhan
minum obat pasien dan masalah primary support group dimana suami dan
anak pasien sibuk bekerja dan tidak sempat mengantarkan pasien ke RSJSH.
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang, fungsi sosial baik, teman
pasien lain terlihat sering membagikan makanan pada pasien, tetapi memang
pasien tidak terlalu senang bergaul, jarang terlihat melamun atau bicara sendiri).
GAF saat masuk RS : 20-11 (pasien mencederai orang lain, disabilitas berat
dalam komunikasi dan mengurus diri).
GAF HLPY: 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik).
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

: F 20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II

: Ciri kepribadian disosial

Aksis III

: Tidak ada diagnosis

Aksis IV

: Masalah Compliance dan primary support group (suami dan

kedua anak pasien).

Aksis V

: GAF current

: 60-51
19

GAF saat masuk RS : 20-11


GAF HLPY

: 70-61

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologi

: Tidak ada

B. Psikologik

: Marah-marah, mengamuk, halusinasi auditorik dan

visual, waham paranoid, berbicara dan tertawa sendiri.


C. Sosiobudaya

: Riwayat ditinggalkan oleh ayah dan kakaknya, sering


cekcok dengan istri kakaknya.

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Bonam (tidak ada tanda gangguan mental organik).

Quo ad functionam

: Dubia ad malam (pasien dan keluarganya masih kurang


pengetahuannya tentang pentingnya minum obat, pasien tidak
bekerja).

Quo ad sanationam

: Dubia ad malam (kesadaran memerlukan obat rendah).

Faktor-faktor yang mempengaruhi


a. Faktor Yang Memperingan:
Adanya dukungan dari keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Jenis kelamin pasien perempuan.
b. Faktor Yang Memperberat:
Pasien tidak bekerja.
Tilikan pasien buruk, pasien merasa tidak memiliki penyakit jiwa.
Faktor sosio-ekonomi rendah.
Mengalami skizofrenia sudah lebih dari 5 tahun.
XI. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap

20

Dengan indikasi:

Untuk mengurangi gaduh gelisah

Kesadaran minum obat kurang

Untuk observasi lebih lanjut

2. Psikofarmaka
Risperidone 2x2 mg PO
Trihexyphenidyl (THP) 2x2 mg PO (bila perlu)
Lorazepam 1x2 mg PO
3. Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan,
pilihan obat, efek samping pengobatan dan prognosis penyakit.
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien

Ventilasi : pasien diberikan kesempatan untuk meluapkan isi hatinya.

Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya


akan hilang atau dapat dikendalikan.

Reassurance : memberitahukan kepada pasien bahwa minum obat sangat


penting untuk menghilangkan halusinasi.

Psikoedukasi pada keluarga pasien

Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan


kepada keluarga agar tetap memberi dukungan untuk pulih.

Me-reedukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta


dalam mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan
kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.

21

5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psiokososial berupa latihan

keterampilan sosial di RSJSH (daycare).


Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain.

22

Anda mungkin juga menyukai