PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
tingkat pertumbuhan 3 persen untuk daging ternak dan tingkat 1,6 persen
pertumbuhan untuk penangkapan. Sementara pertumbuhan telah terkonsentrasi
di Asia, perikanan budidaya juga merupakan salah satu sektor yang paling
cepat berkembang dengan total nilai produk yang dijual meningkat dari $
45.000.000 pada tahun 1974 menjadi lebih dari $ 978.000.000 pada tahun 1998
. Bahkan, budidaya komersial memproduksi hampir semua ikan lele dan ikan
trout serta sekitar satu-setengah dari udang dan salmon di Amerika Serikat.
a. Pembenihan Selektif
Pembenihan selektif, yang merupakan pembenihan ikan secara
tradisional, pertama kali dikembangkan pada ikan mas ribuan tahun yang lalu.
Namun sampai sekarang pembenihan selektif hanya diterapkan pada ikan
untuk konsumsi seperti ikan nila, catfish, dantrout sehingga masih banyak ikan
budidaya yang pembenihannya seperti di perairan umum. Program pembenihan
secara selektif telah memberikan peningkatan hasil dan pendapatan yang
setabil contohnya terdapat peningkatan tingkat pertumbuhan 5-20% pada ikan
budidaya seperti Salmon, Nila dan catfish.
b. Manipulasi
Manipulasi pada bentuk kromosom merupakan teknik yang bisa
digunakan untuk menghasilkan organisme triploid yaitu organisme dengan
tiga bentuk kromosom dimana biasanya suatu organisme Cuma memiliki dua
bentuk. Triploid umumnya tidak bisa bereproduksi sehingga ada pemikiran
bahwa energi yang dimiliki akan sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan
perkembangan suatu organisme walaupun belum ada bukti yang menguatkan
pemikiran tersebut. Keuntungan triploid lebih terlihat pada fungsi sterilitasnya
meskipun tidak mencapai 100%. Contohnya, tiram triploid tidak dapat
memproduksi gonad sehingga dapat dipasarkan sepanjang tahun. Hal ini
disebabkan produksi gamet (sel kelamin, ovum atau telur pada betina dan
sperma pada jantan) membuat tiram yang matang gonad memiliki rasa yang
tidak enak.
e. Hipofisa
Hipofisasi adalah proses penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa kepada
ikan untuk merangsang kematangan gonad. Praktikum ini mengajarkan cara
mengambil kelenjar hipofisa pada ikan Mas, Ikan Lele dan Ikan Patin.
Contohnya pada ikan Lele. Kepala Ikan Lele dipotong mulai dari mulutnya.
Semua bagian mulut, insang dan aborensen organ dibuang hingga hanya
menyisakan tulang tempurung kepalanya. Tulang yang melindungi rongga otak
dikerok dari bagian dalam kepala hingga otaknya terlihat. Otak dikeluarkan
dengan bantuan tusuk gigi. Prosedur terakhir adalah mengeluarkan kelenjar
hipofisa dengan bantuan tusuk gigi. Kelenjar hipofisa memiliki bentuk bulat
dan berwarna putih.
f. Perkembangan Teknologi Transgenik
Rekayasa genetik merupakan sebuah istilah yang samar dan
pengertiannya menjadi hampir mirip dengan transgenik (transfer gen) seperti
ikan trangenik atau Modifikasi Organisme secara Genetik (GMOs). Teknologi
ini sedang berkembang dengan cepat dan memungkinkan merubah gen-gen
species yang memiliki keterikatan yang jauh; contohnya, sebuah gen yang
menghasilkan protein antibeku telah ditransfer dari ikan laut yang tahan dingin
ke buah strawberry. Transfer gen pada ikan biasanya mencakup gen yang
menghasilkan hormon pertumbuhan dan hal ini telah dibuktikan dengan
peningkatan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada ikan mas, catfish, salmom,
ikan nila, mudloach,dan trout. Gen anti-beku yang diterapkan pada tanaman
juga diterapkan pada ikan salmon dengan harapan dapat memperluas
pembudidayaan ikan tersebut. Produksi protein gen ini tidak cukup untuk
memperluas jangkauan ikan salmon di perairan dingin tetapi gen ini
memungkinkan salmon untuk terus berkembang selama musim dingin dimana
ikan salmon non-transgenik (Zohar, 2013 : 32-38).
TEKNIK TRANSFER GEN
1. Mikroinjeksi
Teknik mikroinjeksi yang dikembangakan dari teknik produksi
tikus transgenik merupakan teknik yang umum digunakan dalam
introduksi gen pada ikan. Gen yang akan diintroduksi disuntikan ke sel
mengunakan gelas pipet yang sangat kecil (diameter ujung jarum sekitar
0,050,15 mm). Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop dengan
bantuan sebuah mikromani-pulator pengatur gerak jarum suntik dan
volume larutan DNA yang akan disuntikkan. Namun demikian, terdapat
dua masalah dalam pengaplikasian teknik ini pada ikan (Yoshizaki 1998).
Masalah pertama adalah inti telur ikan yang telah dibuahi relatif sulit
diidentifikasi dimikroskop karena ukurannya kecil dan volume sitoplasma
besar (Hacket 1993). Korion telur sangat keras dan sulit ditembus oleh
mikropipet merupakan masalah kedua yang dihadapi pada kan.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, beberapa cara telah
dikembangkan untuk beberapa spesies berbeda. Beberapa peneliti
menyuntikan gen ke inti telur medaka yang belum matang. Telur yang
belum matang tersebut diinkubasi secara in vitro. Pada fase ini inti telur
(disebut sebagai germinal vesicle) sudah kelihatan dan akan matang
secara spontan dengan cara in vitro. Sebagai tambahan, telur medaka
sangat keras setelah dibuahi sehingga penyuntikan pada saat tersebut
dengan korion yang lembut akan lebih mudah. Akan tetapi, induksi
pematangan telur secara in vitro memerlukan prosedur yang rumit dan
membutuhkan waktu relatif lama pada spesies tertentu. Oleh karena itu,
kelompok
peneliti
lain
membuat
ikan
transgenik
dengan
cara
seperti channel catfish, carp (Powers et al. 1992), dan salmon (Sin et al.
1993; Symonds et al. 1994). Powers et al. (1992) memproduksi ikan
transgenic channel catfish dan carp dengan melakukan elektroforesis
mengguna-kan telur yang telah dibuahi. Dalam beberapa kasus, tingkat
kelangsungan
hidup
dan
transformasi
yang
diperoleh
dengan
dengan
rehidrasi
dengan
larutan
hyposmotik
yang
bream
transgenik
dengan
menyuntikkan
cDNA
(hormone
pertumbuhan ikan rainbow trout dengan promoter ikan mas -actin) yang
dicampurkan dengan liposom ke gonad ikan, dan cara ini disebut sebagai
testis-mediated gene transfer. Hasil yang diperoleh dengan cara ini
relatif sama dengan hasil yang diperoleh dengan cara elektroforesis (Lu et
al. 2002) (Alimuddin dkk, 2003: 42-43)
2.2.2 Bioteknologi pada Media Budidaya Ikan (Pra panen)
Bioteknologi merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk
hidup yang bersandar pada kemampuan dari kemajuan teknologi dimana
memadukan pengetahuan alam khususnya makhluk hidup dengan teknologi.
Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi
dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimana
peranananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan
hingga sampai pada pasca panen hasil perikanan. Dari bioteknologi perikanan
dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi
lebih efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan,
pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain
sebagainya, dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu
yang dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir. Media dari
bioteknologi perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti
mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan
sebagai media budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan,
bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi
sehingga menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi dan sangat
bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Contoh contoh produk dalam bidang perikanan yang dihasilkan melalui
konsep dan prinsip bioteknologi dengam menggunakan mikroba. Seperti
peda, kecap ikan dan terasi ikan. Mikroba mempunyai peranan khusus dalam
kinerja hasil dari bioteknologi perikanan itu sendiri. Produk perikanan yang
memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi adalah probiotik yang
dapat dijadikan sebagai suplemen makhluk hidup. Tentunya banyak jenis
probiotik yang digunakan. Probiotik membantu atau berperan mengurai zat
makanan menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna.
Probiotik sendiri adalah biakan mikroba menguntungkan yang
diberikan
sebagai
suplemen
makanan
yang
mempunyai
pengaruh
produksi perikanan. Namun, hara dapat menjadi zat yang sangat beracun
apabila
dalam
kuantitas
yang
sangat
banyak
dan
beresiko
2) Identifikasi gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing
tadi.
3) Keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut.
Kedua adalah terasi ikan, mikroorganisme yang berperan dalam proses
pembuatan
terasi
yaitu
bakteri
Lactobacillus
dan
bakteri
mesofil.
2. Peda
Peda merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan. Pada
umumnya dibuat untuk ikan yang berkadar lemak tinggi. Selama atau pada
waktu fermentasi akan terjadi perubahan kimia antara lain proses reaksi
pada lemak yang memberikan cita rasa khas. Jenis ikan yang dapat diolah
menjadi ikan peda antara ain ikan Kembung, ikan Layang, Selar, ikan Mas,
Tawes dan ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang paling memuaskan
adalah ikan Kembung, baik Kembung betina maupun jantan. Sedangkan
untuk jenis ikan lainnya memiliki cita rasa yang masih kalah dengan ikan
Kembung bila diolah menjadi peda. Berdasarkan pembuatannya dikenal
dua jenis peda, yaitu peda putih dan peda merah. Perbedaan tersebut
dikarenakan bahan baku yang digunakan.
3. Bekasam
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bekasam pada
umumnya adalah ikan air tawar. Proses pengolahan ini umumnya
menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi
misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut
akan diuraikan menjadi gula sederhana dan selanjutnya menjadi alkohol
dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan
dan juga memberi rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang ditambahkan
pada umumnya nasi, beras sangrai dan tape ketan.
4. Petis
Petis merupakan produk mirip kecap, tetapi umumnya lebih kental, dibuat
dari pemakatan air rebusan ikan dalam pembuatan pindang atau
pembuatan ebi. Petis merupakan bahan makanan yang umunya digunakan
sebagai perangsang makanan (bumbu masak) yang sedap, bergizi dan
mempunyai nilai yang lebih tinggi.
5. Kecap ikan
Kecap ikan adalah kecap yang terbuat dari ikan. Adapun proses
pembutannya adalah sebagai berikut :
Dipilih ikan yang segar yang dapat diperoleh dari berbagai jenis ikan
sehingga dapat menggunakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis
rendah, daya simpan lama, memiliki cita rasa dan aroma yang enak.
2.
Dalam tahap ini dilakukan pencucian dan pemisahan antara ikan berukuran
besar dan kecil.
a. Bila menggunakan ikan ukuran sedang dan besar, ikan harus disiangi
untuk membuang jeroan, insang dan penghilangan tulang-tulang. Kemudian
ikan dicuci, dibelah dan dipotong-potong berukuran 3-4 cm.
b. Bila menggunakan ikan berukuran kecil (teri) ikan cukup dicuci dan
ditiriskan
3.
Kecap No. 1
Dasar wadah fermentor ditaburi dengan garam yang telah ditumbuk
halus setinggi 0,25 cm, kemudian
ikan
disusun membentuk
satu
lapisan.Di atas lapisan ini ditaburi lagi garam setinggi 0,25 cm secara
merata, kemudian diatasnya disusun lagi satu lapis ikan. Demikian
Wadah ditutup rapat ini berfungsi agar udara dari luar tidak masuk. Karena
ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini
berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Untuk bakteribakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses
fermentasi berlangsung.
5.
Proses fermentasi
jaringan
ikan
oleh
enzim-enzim
yang
dihasilkan
oleh
menjadi
ikatan
yang
lebih
sederhana.
Penyaringan
7.
fermentasi
yang
menggunakan
kadar
garam tinggi
mengakibatkan rasa asin, sehingga sumber protein yang diambil hanya sedikit.
Fermentasi menggunakan asam organic belum popular dikalangan nelayan.
Cara pengolahan dengan menggunakan prinsip fermentasi yang paling mudah
dilakukan adalah proses fermentasi menggunakan bakteri asam laktat.
2.3 Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan
2.3.1 Manfaat
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang
dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan
yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan
sebagainya. Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu
mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia
sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap
ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.
Ketahanan pangan merupakan isu global yang sekarang sedang ramai
dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033 populasi manusia di dunia akan
mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adal di benua
Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan
penduduk Asia akan melampaui persediaan yang ada.
Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi
kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu
dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai
terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga
kali lipat dari periode sebelumnya.
2.3.2 Dampak negatif
Dalam bidang perikanan, kebutuhan adanya penerapan teknologi sangat
dinantikan, mengingat adanya penangkapan ikan yang melebihi potensi lestari
(over fishing), banyaknya terumbu karang yang rusak dan dengan adanya
peningkatan konsumsi ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sarwono mengakui
adanya kebutuhan penerapan teknologi, tetapi beliau juga mengakui adanya
ketakutan pada dampak penerapan teknologi tinggi.
Penelitian bioteknologi dalam bidang perikanan, di utamakan pada tiga
kelompok, yaitu: akuakultur, pemanfaatan produksi alam dan prosesing bahan
makanan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan bioteknologi di bidang
akuakultur meliputi seleksi, hibridasi, rekayasa kromosom dan pendekatan biologi
molekuler seperti transgenik sangat dibutuhkan untuk menyediakan benih dan
induk ikan.
Pada akuakultur, program peningkatan sistem kekebalan ikan telah
dilakukan
dengan
menggunakan
vaksin,
imunostimulan,
probiotik
dan
bioremediasi. Vaksin dapat memacu produksi antibiotik spesifik dan hanya efektif
untuk mencegah satu patogen tertentu. Imunostimulan merupakan teknik
meningkatkan kekebalan yang non spesifik, misalnya lipopolysaccharide dan Bglucan yang telah diterapkan untuk ikan dan udang di Indonesia. Probiotik
diaplikasikan pada pakan atau dalam lingkungan perairan budidaya sebagai
penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan.
Pada tahun 1980 penelitian transgenik pada ikan telah dimulai dengan
mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya serta mengamati
fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi diinjeksi secara
makro ke dalam telur untuk memproduksi galur ikan yang mengandung gen asing
tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu:
1) isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur, 2) identifikasi gen pada
anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi, dan 3) keragaman dari
turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut (Shandy, 2012)
https://nhychandy.wordpress.com/2012/11/08/dampak-bioteknologi/
Bioteknologi telah banyak menghasilkan produk untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun, perlu diperhatikan juga dampak negatif dari
produk-produk tersebut. Berikut dampak negatif yang mungkin diakibatkan dari
produk bioteknologi.
1. Alergi
Gen asing yang disisipkan pada organisme yang menjadi makanan
manusia dapat menyebabkan alergi pada individu tertentu. Untuk
mencegahnya, perlu dilakukan pengujian dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya dampak atau efek
negatif dari produk tersebut. Selain itu, produk yang mengandung
organisme hasil rekayasa genetika harus diberi label dengan jelas guna
memberi informasi kepada konsumen mengenai produk yang dikonsumsi.
2. Hilangnya Plasma Nutfah
Plasma nutfah atau keanekaragaman makhluk hidup dapat musnah
akibat dari perkembangan bioteknologi karena hanya mempertahankan
organisme yang unggul saja. Sedangkan organisme tidak unggul akan
punah. Hilangnya plasma nutfah dapat ditanggulangi dengan cara
melakukan pemeliharaan berbagai jenis hewan dan tumbuhan di suatu
situs konservasi tertentu
3. Rusaknya Ekosistem
Gangguan terhadap kondisi normal lingkungan dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah tanaman kapas Bt dapat
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang kelompok kami dapatkan bioteknologi adalah
bidang sains yang berisikan pemanfaatan makhluk hidup untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia, seperti pemanfaatan
mikro organisme ataupun rekayasa genetika. Bioteknologi sekarang sudah
diaplikasikan ke segala macam bidang industri seperti industri kesehatan,
pertanian, peternakan serta perikanan. Dalam bidang perikanan sendiri,
bioteknologi dimanfaatkan untuk menambah perolehan pangan yang berasal dari
perikanan.
Bioteknologi
di
bidang
perikanan
tak
hanya
pemanfaatan
mikroorganisme sebagai suplemen makanan bagi ikan ikan atau rekayasa genetika
ikan yang dapat menghasilkan ikan atau menambah produksi atau jumlah ikan
yang dipanen namun juga berguna dalam remediasi atau perbaikan lingkungan
budidaya ikan itu sendiri dengan menambahkan mikrobamikroba
tertentu. Walaupun hal tersebut mengubah genetika atau lingkungan budidaya
namun bioteknologi tidak mempengaruhi rantai makanan ataupun kegiatan alami
lainnya, karena bioteknologi ini hanya dipakai di sebagian tempat dan agar
berguna bagi kelangsungan hidup manusia, singkatnya bioteknologi ini tidak
terlalu mempengaruhi alam secara signifikan.
3.2 Saran
Diharapkan pemanfaatan bioteknologi dalam bidang perikanan tidak
berlabihan sebab dapat menyebabkan rusaknya ekosistem perairan dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Lu, J.-K., T.T. Chen, S.K. Allen, T. Matsubara & J.C. Burns. 1996. Production of
transgenic dwarf surfclams, Mulina lateralis, with pantropic retroviral
vectors. Proc. Natl. Acad. Sci. USA., 93: 3482-3486.
Lu, J.-K., J.C. Burns & T.T. Chen. 1997. Pantropic retroviral vectors integration,
expression, and germline transmission in medaka (Oryzias latipes). Mol.
Mar. Biol. Biotechnol., 6: 289-295.
Lu, J.-Kan, Bo-Hua, F., W. Jen-Leh & T.T. Chen. 2002. Production of transgenic
silver sea bream (Sparus sarba) by different gene transfer methods. Mar.
Biotechnol., 4: 328-337.
Rahman, 2014. Kecap Ikan. http://akmalarrahmanalzaky.blogspot.com/2014 /
05/kecap-ikan.html diakses tanggal 15 maret 2015.
Sarmasik, A., J. In-Kwon, C.Z. Chun, J.K. Lu & T.T. Chen. 2001. Transgenic livebearing fish and crustaceas produced by transforming immature gonad with
replication-defective pantropic retroviral vector. Mar. Biotechnol, 3: 470477.
Sin, F.Y.T., A.L. Bartley, S.P. Walker, I.L. Sin, J.E. Synmonds, L. Hewke & C.L.
Hopkins. 1993. Gene transfer in Chinook salmon (Oncorhynchus
tshawytschai) by electroporating sperm in the presence of pRSV-LacZ DNA.
Aquaculture, 117: 57-69.
Yoshizaki, G. 1998. Gene Transfer in Fish: Applications to Aquaculture.
Symposium on Molecular Bioengineering of Food Animals 23-24 Oct. 1998.
Research for the Future Program Genetic Engineering of Animal Protein
Resources.
Zohar, Yonathan. 2013. Fisheries Agroculture and Bioteknology. University of
Maryland Baltimore Country :USA