Anda di halaman 1dari 27

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa
genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi
kepentingan manusia. Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme.
Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu
organisme ke organisme lain.
Bioteknologi merupakan salah satu bidang sains di mana benda hidup
digunakan untuk menghasilkan produk atau untuk melakukan sesuatu yang
berguna untuk manusia. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga mikro organisme
seperti bakteria telah digunakan untuk menghasilkan kebaikan yang dapat
digunakan manusia. Dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi
bantu dalam menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit.
Bioteknologi boleh digunakan untuk menyelesaikan masalah dan untuk membantu
dalam penyelidikan berbagai permasalahan.
Ciri utama bioteknologi adalah dengan adanya benda biologi berupa
mikroba, tumbuhan atau hewan serta adanya pendayagunaan secara teknologi dan
industri dan juga produk yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.
Dalam penerapannya sekarang, bioteknologi seringkali dimanfaatkan untuk segala
macam kegiatan atau industri-industri. Seperti industri kesehatan, pertanian,
peternakan dan juga pertanian. Bioteknologi perikanan (aquatic biotechnology)
diartikan sebagai penggunaan organisme (biota) perairan atau bagian dari
organisme perairan, seperti sel dan enzim, untuk membuat atau memodifikasi
produk, untuk memperbaiki kualitas fauna (hewan) dan flora (tumbuhan), atau
untuk mengembangkan organisme guna aplikasi tertentu, termasuk remediasi
(perbaikan) lingkungan akibat pencemaran dan kerusakan lainnya.
Bioteknologi perairan juga mencakup ekstraksi (pengambilan) bahanbahan alamiah (natural products atau bioactive substances) dari organisme
perairan untuk bahan dasar industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetika,

dan lainnya (fullnews.com). Dengan demikian, aplikasi industri bioteknologi


perairan secara garis besar mencakup ekstraksi bahan-bahan alamiah untuk
berbagai jenis industri, perikanan budidaya (aquaculture) dan bioremediasi
lingkungan.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang perikanan itu?
2. Bagaimana bentuk penerapan bioteknologi di bidang perikanan?
3. Bagaimanakah manfaat dan efek samping dengan adanya bioteknologi di
bidang perikanan?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan bagaimanakah biotekologi di bidang perikanan itu.
2. Mendeskripsikan bagaimanakah bentuk penerapan bioteknologi di bidang
perikanan.
3. Mendeskripsikan bagaimanakah manfaat dan efek samping dengan adanya
bioteknologi di bidang perikanan.
1.4 Mnfaat
Adapun mnafaat dari penulisan makalah tentang bioteknologi perikanan ini adalah
untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bioteknologi dalam
bidang perikanan serta dapat memberikan gambaran mengenai bioteknologi
bidang perikanan.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Bioteknologi di Bidang Perikanan


Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada
bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,
mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.
Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media
budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan
melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh
cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya. Pada
tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah ikan melalui
proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia sebetulnya
menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap ikan, terasi
ikan merupakan hasil bioteknologi. Ketahanan pangan merupakan isu global yang
sekarang sedang ramai dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033 populasi
manusia di dunia akan mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar penduduk
tersebut ada di benua Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada tahun
2010 kebutuhan pangan penduduk Asia akan melampaui persediaan yang ada.
Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi kebutuhan
pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu dialami.
Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai terlihat,
salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga kali
lipat dari periode sebelumnya.
Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah
kemampuan mengolahnya. Sekitar 20-25 persen produk perikanan tidak dapat
dimanfaatkan karena tidak diolah atau mengalami pembusukan. Ini berarti satu
juta ton ikan terbuang percuma. Beberapa kendala dialami oleh pengusaha
pengolah hasil perikanan untuk menekan persentase ikan yang tidak dapat

dimanfaatkan. Kendala tersebut mulai dari kondisi bahan baku, teknologi


pengolahan, sumberdaya manusia dan tingkat konsumsi ikan. Bioteknologi
pengolahan hasil perikanan (BPHP) merupakan cabang dari bioteknologi pangan
yang sudah lama diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengolah hasil
perikanan. Beberapa produk yang telah dihasilkan masyarakat melalui penerapan
bioteknologi antara lain peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase.
Meskipun mereka tidak memahami prinsip ilmiah yang mendasarinya, para
pengolah ikan telah memanfaatkan bioteknologi selama berabad-abad untuk
membuat pangan berbahan baku ikan.Secara garis besarnya BPHP adalah salah
satu teknologi untuk mengolah hasil perikanan menggunakan jasa mahluk hidup,
yaitu mikroba. Salah satu sifat mikroba yang menjadi dasar penggunaan BPHP
adalah kemampuannya merombak senyawa kompleks menjadi senyawa lebih
sederhana, sehingga dihasilkan pangan berbentuk padat, semi padat dan cair.
Mikroba memiliki kemampuan merombak senyawa kompleks (protein,
lemak dan karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino, asam
lemak dan glukosa). Perombakan demikian telah merombak hasil perikanan
menjadi pangan yang aman dikonsumsi manusia. Apabila tidak segera dihentikan,
mikroba akan merombak senyawa sederhana tersebut menjadi ammonia, hidrogen
sulfida, keton dan alkohol. Perubahan tersebut menjadikan pangan tersebut tidak
layak lagi dikonsumsi.
2.2 Bentuk Penerapan Bioteknologi di Bidang Perikanan
Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada
bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,
mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.
Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media
budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan
melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh
cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya.

Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah


ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia
sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap
ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.
2.2.1 Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan
Genetika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk
menjelaskan berbagai pola pewarisan gen dalam populasi, genetik fenotip
kualitatif dan kuantitatif yang mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori
dasar dari program seleksi ataupun program persilangan antara spesies atau
famili. Gen dan kromosom ikan direkayasa untuk dimanfaatkan keterkaitannya
dengan seleksi fenotip kuantitatif dan fenotip kualitatif bagi teknik breeding
ikan untuk mendapatkan sifat-sifat superior yang diwariskan dari induk dengan
seleksi gen unggul kepada keturunannya.
Dalam arti luas, modifikasi genetik merujuk pada perubahan genetik
organism yang tidak ditemukan di alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua
dari spesies yang berbeda atau sub-spesies). Pengembangan ikan transgenik
dimana para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk
memasukkan materi genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau
organisme air lainnya. Berkembanganya kemampuan memodifikasi hewan
secara genetic mengakibatkan pesatnya penelitian tentang rekayasa genetic
organisme akuatik (genetically modified organism).
Hewan air, terutama ikan tumbuh dalam sistem akuakultur, menarik perhatian
penelitian yang signifikan karena dua alasan utama. Pertama, ikan bertelur
dalam jumlah besar dan telur yang lebih mudah dimanipulasi, sehingga
memudahkan bagi para ilmuwan untuk memasukkan DNA baru ke dalam telur
ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang memproduksi
makanan tercepat tumbuh secara global, menunjukkan meningkatnya
permintaan produk akuakultur. Sejak tahun 1984, budidaya komersial telah
berkembang pada tingkat tahunan hampir 10 persen, dibandingkan dengan

tingkat pertumbuhan 3 persen untuk daging ternak dan tingkat 1,6 persen
pertumbuhan untuk penangkapan. Sementara pertumbuhan telah terkonsentrasi
di Asia, perikanan budidaya juga merupakan salah satu sektor yang paling
cepat berkembang dengan total nilai produk yang dijual meningkat dari $
45.000.000 pada tahun 1974 menjadi lebih dari $ 978.000.000 pada tahun 1998
. Bahkan, budidaya komersial memproduksi hampir semua ikan lele dan ikan
trout serta sekitar satu-setengah dari udang dan salmon di Amerika Serikat.
a. Pembenihan Selektif
Pembenihan selektif, yang merupakan pembenihan ikan secara
tradisional, pertama kali dikembangkan pada ikan mas ribuan tahun yang lalu.
Namun sampai sekarang pembenihan selektif hanya diterapkan pada ikan
untuk konsumsi seperti ikan nila, catfish, dantrout sehingga masih banyak ikan
budidaya yang pembenihannya seperti di perairan umum. Program pembenihan
secara selektif telah memberikan peningkatan hasil dan pendapatan yang
setabil contohnya terdapat peningkatan tingkat pertumbuhan 5-20% pada ikan
budidaya seperti Salmon, Nila dan catfish.
b. Manipulasi
Manipulasi pada bentuk kromosom merupakan teknik yang bisa
digunakan untuk menghasilkan organisme triploid yaitu organisme dengan
tiga bentuk kromosom dimana biasanya suatu organisme Cuma memiliki dua
bentuk. Triploid umumnya tidak bisa bereproduksi sehingga ada pemikiran
bahwa energi yang dimiliki akan sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan
perkembangan suatu organisme walaupun belum ada bukti yang menguatkan
pemikiran tersebut. Keuntungan triploid lebih terlihat pada fungsi sterilitasnya
meskipun tidak mencapai 100%. Contohnya, tiram triploid tidak dapat
memproduksi gonad sehingga dapat dipasarkan sepanjang tahun. Hal ini
disebabkan produksi gamet (sel kelamin, ovum atau telur pada betina dan
sperma pada jantan) membuat tiram yang matang gonad memiliki rasa yang
tidak enak.

c. Budidaya Sejenis (monosex culture)


Dalam budidaya perikanan, budidaya sejenis (monosex culture)
biasanya lebih menguntungkan dari pada budidaya lainnya. Sebagai contoh,
Ikan sturgeon betina menghasilkan caviar, ikan nila jantan tumbuh lebih cepat
daripada betina, ikan salmon dan trout betina lebih cepat tumbuh daripada ikan
jantan. Produksi ikan secara monosek memberikan banyak keuntungan dan
dapat dilakukan dengan cara memanipulasi perkembangan gamet dan embrio.
Pemanipulasian dilakukan dalam bentuk denaturalisasi DNA sel kelamin yang
dilanjutkan dengan manipulasi bentuk kromosom atau sex reversal
menggunakan hormone dan tindakan pembenihan. Penggunaan hormon yang
tepat dengan ketat dapat merubah sifat fenotip kelamin ikan. Contohnya, secara
genetik ikan nila jantan akan berubah secara fisik menjadi betina dengan
pemberian hormone estrogen. Ikan-ikan jantan ini dikawinkan dengan ikan
jantan alami untuk menghasilkan semua anakan ikan nila jantan yang tumbuh
lebihcepat dan dapat menghindari perkawinan yang tidak diinginkan yang
biasa terjadi pada budidaya nila secara multi-sex. Pada budidaya ikan nila
multi-sex, perkawinan ikan-ikan berukuran kecil sering terjadi dan
menyebabkan kepadatan yang berlebih. Beberapa anakan jantan dari proses ini
memiliki dua kromosom jantan sehingga dapat dijadikansebagai induk untuk
pembenihan selanjutnya. Manfaat besar dari teknik ini yaitu semua populasi
jantan bisa diproduksi untuk generasi seterusnya tanpa menggunakan hormon
(Bocek, 2010 : 3-6).
d. Hibridasi
Hibridasi merupakan bioteknologi genetik yang semakin mudah
dilakukan dengan berkembangnya teknik pembenihan buatan seperti
penggunaan kelenjar hipopisa atau hormon lainnya yang merangsang
perkembangan gamet dan mendorong pemijahan (pengeluaran telur ikan).
Hibridasi bisa digunakan juga untuk menghasilkan anakan satu jenis kelamin
(Hibridasi pada ikan nila Nile dan Nila biru) (Ayoola, S.O dan Idowo, A.A.,
2008).

e. Hipofisa
Hipofisasi adalah proses penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa kepada
ikan untuk merangsang kematangan gonad. Praktikum ini mengajarkan cara
mengambil kelenjar hipofisa pada ikan Mas, Ikan Lele dan Ikan Patin.
Contohnya pada ikan Lele. Kepala Ikan Lele dipotong mulai dari mulutnya.
Semua bagian mulut, insang dan aborensen organ dibuang hingga hanya
menyisakan tulang tempurung kepalanya. Tulang yang melindungi rongga otak
dikerok dari bagian dalam kepala hingga otaknya terlihat. Otak dikeluarkan
dengan bantuan tusuk gigi. Prosedur terakhir adalah mengeluarkan kelenjar
hipofisa dengan bantuan tusuk gigi. Kelenjar hipofisa memiliki bentuk bulat
dan berwarna putih.
f. Perkembangan Teknologi Transgenik
Rekayasa genetik merupakan sebuah istilah yang samar dan
pengertiannya menjadi hampir mirip dengan transgenik (transfer gen) seperti
ikan trangenik atau Modifikasi Organisme secara Genetik (GMOs). Teknologi
ini sedang berkembang dengan cepat dan memungkinkan merubah gen-gen
species yang memiliki keterikatan yang jauh; contohnya, sebuah gen yang
menghasilkan protein antibeku telah ditransfer dari ikan laut yang tahan dingin
ke buah strawberry. Transfer gen pada ikan biasanya mencakup gen yang
menghasilkan hormon pertumbuhan dan hal ini telah dibuktikan dengan
peningkatan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada ikan mas, catfish, salmom,
ikan nila, mudloach,dan trout. Gen anti-beku yang diterapkan pada tanaman
juga diterapkan pada ikan salmon dengan harapan dapat memperluas
pembudidayaan ikan tersebut. Produksi protein gen ini tidak cukup untuk
memperluas jangkauan ikan salmon di perairan dingin tetapi gen ini
memungkinkan salmon untuk terus berkembang selama musim dingin dimana
ikan salmon non-transgenik (Zohar, 2013 : 32-38).
TEKNIK TRANSFER GEN
1. Mikroinjeksi
Teknik mikroinjeksi yang dikembangakan dari teknik produksi
tikus transgenik merupakan teknik yang umum digunakan dalam
introduksi gen pada ikan. Gen yang akan diintroduksi disuntikan ke sel

mengunakan gelas pipet yang sangat kecil (diameter ujung jarum sekitar
0,050,15 mm). Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop dengan
bantuan sebuah mikromani-pulator pengatur gerak jarum suntik dan
volume larutan DNA yang akan disuntikkan. Namun demikian, terdapat
dua masalah dalam pengaplikasian teknik ini pada ikan (Yoshizaki 1998).
Masalah pertama adalah inti telur ikan yang telah dibuahi relatif sulit
diidentifikasi dimikroskop karena ukurannya kecil dan volume sitoplasma
besar (Hacket 1993). Korion telur sangat keras dan sulit ditembus oleh
mikropipet merupakan masalah kedua yang dihadapi pada kan.
Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, beberapa cara telah
dikembangkan untuk beberapa spesies berbeda. Beberapa peneliti
menyuntikan gen ke inti telur medaka yang belum matang. Telur yang
belum matang tersebut diinkubasi secara in vitro. Pada fase ini inti telur
(disebut sebagai germinal vesicle) sudah kelihatan dan akan matang
secara spontan dengan cara in vitro. Sebagai tambahan, telur medaka
sangat keras setelah dibuahi sehingga penyuntikan pada saat tersebut
dengan korion yang lembut akan lebih mudah. Akan tetapi, induksi
pematangan telur secara in vitro memerlukan prosedur yang rumit dan
membutuhkan waktu relatif lama pada spesies tertentu. Oleh karena itu,
kelompok

peneliti

lain

membuat

ikan

transgenik

dengan

cara

menyuntikkan gen dengan jumlah copy yang banyak ke sitiplansma telur


yang telah dibuahi sebagai alternatif penyuntikan ke inti telur.
2. Elektroforesis
Metode lain yang juga popular digunakan dalam pembuatan ikan
transgenik adalah elektroforesis. Prinsip metode ini adalah membuat
reparable-holes pada membran sel dengan bantuan aliran listrik yang
bergetar (electric pulse). Sel disuspensikan dalam larutan DNA, dan
larutan ini dapat masuk ke sel melalui lubang yang telah terbentuk. Pada
awalnya, metoda ini dikembangkan untuk kultur sel; namun demikian
teknik ini dapat juga diaplikasikan untuk telur dan sperma ikan. Teknik
eletroforesis telah digunakan dalam beberapa spesies ekonomis penting

seperti channel catfish, carp (Powers et al. 1992), dan salmon (Sin et al.
1993; Symonds et al. 1994). Powers et al. (1992) memproduksi ikan
transgenic channel catfish dan carp dengan melakukan elektroforesis
mengguna-kan telur yang telah dibuahi. Dalam beberapa kasus, tingkat
kelangsungan

hidup

dan

transformasi

yang

diperoleh

dengan

elektroforesis tidak setinggi dengan level yang diperoleh dengan teknik


mikroinjeksi. Baru-baru ini, laboratorium kami telah mengembangkan
teknik elektroforesis ini untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan
menggunakan sperma yang telah direhidrasi (Kang et al. 1999). Pertamatama sperma ikan mas dihidrasi dalam larutan hiperosmotik dan
dilanjutkan

dengan

rehidrasi

dengan

larutan

hyposmotik

yang

mengandung DNA untuk mengembalikan tekanan osmotic cairan seminal


ke kondisi awal. Elektroforesis dilakukan pada saat proses rehidrasi.
Tingkat keber-hasilan transfer yang dianalisis menggunakan ikan umur 30
hari adalah sekitar 66%, sedangkan teknik elektro-foresis yang biasa pada
kondisi isotonic hanya 20%. Hasil ini menunjukkan bahwa elektroforesis
selama rehidrasi dapat meningkatkan penyerapan DNA yang juga berarti
meningkatkan frekuensi transfer gen. Meskipun teknik ini belum
sempurna, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa cara ini cukup
efektif. Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk mendapatkan
tingkat keberhasilan yang lebih baik dengan metode ini.
3. Metode Alternatif
Kedua metode transfer gen yang dipaparkan di atas telah
digunakan secara rutin pada ikan. Akan tetapi akan menghadapi masalah
bila menggunakan ikan yang perkembangan embrionya terjadi di dalam
tubuh induknya seperti pada gapi, platy dan swordtail. Juga, umumnya
spesies Crustasea yang penting untuk akuakultur seperti udang dan lobster
tidak melepaskan telurnya yang baru terbuahi. Akibatnya, transfer gen
tidak bisa dilakukan dengan cara mikroinjeksi atau elektroforesis.
Alternatif metode transfer gen untuk spesies seperti itu telah
dikembangakan oleh Burns et al. (1993) dengan menggunakan bantuan
sebuah vektor yang dikenal sebagai replication-defective pantropic

retroviral. Vektor ini telah menunjukkan hasil yang efektif dalam


menginfeksi sel lines ikan, kadal air, kodok (Xenopus) dan nyamuk
(Burns et al., 1993, 1994; Matsubara et al. 1996), dan telur ikan yang baru
dibuahi seperti medaka, zebra dan kerang, Mulina lateralis (Burns et al.
1993; Lin et al. 1994; Lu at al. 1996, 1997), dan sukses menghasilkan
transgen. Baru-baru ini juga Sarmasik et al. (2001) telah berhasil
memproduksi ikan transgenik dengan menyuntukan vektor tersebut ke
daerah sekitar gonad ikan gapi (Poecilia lucidai) dan crayfish
(Procambarus clarkii). Lu et al. (2002) juga berhasil membuat ikan silver
sea

bream

transgenik

dengan

menyuntikkan

cDNA

(hormone

pertumbuhan ikan rainbow trout dengan promoter ikan mas -actin) yang
dicampurkan dengan liposom ke gonad ikan, dan cara ini disebut sebagai
testis-mediated gene transfer. Hasil yang diperoleh dengan cara ini
relatif sama dengan hasil yang diperoleh dengan cara elektroforesis (Lu et
al. 2002) (Alimuddin dkk, 2003: 42-43)
2.2.2 Bioteknologi pada Media Budidaya Ikan (Pra panen)
Bioteknologi merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk
hidup yang bersandar pada kemampuan dari kemajuan teknologi dimana
memadukan pengetahuan alam khususnya makhluk hidup dengan teknologi.
Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi
dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimana
peranananya sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan
hingga sampai pada pasca panen hasil perikanan. Dari bioteknologi perikanan
dapat memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi
lebih efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan,
pengolahan dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain
sebagainya, dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu
yang dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir. Media dari
bioteknologi perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti
mempertahankan kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan

sebagai media budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan,
bioteknologi mampu mengubah ikan melalui proses transformasi biologi
sehingga menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi dan sangat
bermanfaat bagi kelangsungan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Contoh contoh produk dalam bidang perikanan yang dihasilkan melalui
konsep dan prinsip bioteknologi dengam menggunakan mikroba. Seperti
peda, kecap ikan dan terasi ikan. Mikroba mempunyai peranan khusus dalam
kinerja hasil dari bioteknologi perikanan itu sendiri. Produk perikanan yang
memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi adalah probiotik yang
dapat dijadikan sebagai suplemen makhluk hidup. Tentunya banyak jenis
probiotik yang digunakan. Probiotik membantu atau berperan mengurai zat
makanan menjadi lebih sederhana sehingga mudah dicerna.
Probiotik sendiri adalah biakan mikroba menguntungkan yang
diberikan

sebagai

suplemen

makanan

yang

mempunyai

pengaruh

menguntungkan pada kesehatan mahluk hidup, baik manusia, binatang dan


tumbuhan. Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah mikroba
yang memiliki sifat menguntungkan. Contoh mikroba yang termasuk
probiotik antara lain Lactobacilli dan Bifidobacteria.
Dalam perikanan probiotik menghasilkan komposisi zat makanan
yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, gula-gula sederhana, vitamin
dan mineral organik),probiotik juga digunakan untuk produk perikanan
seperti terasi, bekasam, vaksin untuk ikan, pakan ikan, dll.
Berikut peranan mikroba tersebut :
a. Penghancur limbah organik,
Dalam segi ekologis perairan limbah merupakan faktor penghambat
dalam dunia perikanan, terlebih lagi itu merupakan limbah yang sulit
dilakukan oleh tangan manusia itu sendiri. Mikroba dalam hal ini, dapat
menjadi dekomposer positif dengan mengurai limbah menjadi bahan yang
ramah lingkungan.
b. Recycling hara
Di dunia perikanan hara merupakan nutrien dan dalam rantai makanan,
hara merupakan faktor primer dalam kelangsungan produktivitas rantai

produksi perikanan. Namun, hara dapat menjadi zat yang sangat beracun
apabila

dalam

kuantitas

yang

sangat

banyak

dan

beresiko

menyebabkandepletion oxygen (penurunan kadar oksigen) di perairan.


Mikroba dalam hal ini dapat membantu percepatan unsur hara ini untuk
mendaur ulang hara tersebut menjadi energi fosil walaupun membutuhkan
waktu yang sangat panjang, namun proses ini tidak lepas dari peranan
mikroba tersebut.
c. Merangsang pertumbuhan
Dalam budidaya terutama, mikroba dapat merangsang pertumbuhan
untuk cepat tumbuh dan berkembang menjadi potensi produksi yang sangat
besar. Dengan memberikan mikroba diharapkan komoditas perikanan mampu
cepat tumbuh dan bereproduksi dengan hasil yang diharapkan.
d. Biokontrol pathogen
Mikroba dalam hal ini banyak berperan dalam pengolahan hasil
perikanan dimana hasil perikanan pasca panen yang menjadi keresahan
masyarakat dalam hal pendistribusian hasil perikanan mereka karena sifat
alami dari produk/komoditas perikanan sendiri yang cepat busuk, namun
bioteknologi hal ini menjawab keresahan masyarakat dengan mendatangkan
mikroba sebagai kompetitor dari bakteri patogen tersebut sehingga
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dapat terkontrol dan diredam
kuantitasnya dengan mengisolasi bakteri patogen, agar outputnya produk
perikanan dapat tahan lama dan pendistribusiannya dapat lebih lancar terlebih
lagi yaitu sehat dan higienis.
Rekayasa yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan mikroba
sebagai agen bioteknologi yaitu :
Dengan menggunakan teknik transgenik pada ikan yang telah dimulai dengan
mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya. serta
mengamati fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi
di injeksi secara makro ke dalam telur untuk memproduksi telur ikan yang
mengandung gen asing tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan ikan transgenik, yaitu:
1) Isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur.

2) Identifikasi gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing
tadi.
3) Keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut.
Kedua adalah terasi ikan, mikroorganisme yang berperan dalam proses
pembuatan

terasi

yaitu

bakteri

Lactobacillus

dan

bakteri

mesofil.

Mikroorganisme dimanfaatkan untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat,


Mikroorganisme digunakan pada saat pematangan yaitu dalam proses
pembentukan aroma khas terasi.
2.2.3 Produk bioteknologi pasca panen
Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen bioteknologi
dan peranannya dalam produksi pasca panen anatar lain:
1. Terasi
Proses pembuatan terasi dilakukan secara fermentasi. Selama
fermentasi protein dihidrolisis menjadi turunan-turunannya, seperti pepton,
pe[tida dan asam-asam amino. Fermentasi juga menghasilkan ammonia
yang menyebabkan terasi berbau merangsang. Di dalam masakan, terasi
digunakan sebagai penyedap dan menimbulkan cita rasa. Adapun proses
pembutaan terasi adalah sebagai berikut:
a. Udang rebon atau ikan teri dicuci hingga bersih, kemudian dijemur
sampai kering dibawah sinar matahari. Penjemuran dilakukan selama
2-3 hari.
b. Bahan tersebut kemudian dicampur dengan garam sebanyak 13% fan
tepung sambil diremas-remas. Pada terasi bermutu rendah sering
ditambahkan bahan-bahan lain supaya volumenya meningkat.
c. Kedalam campuran ini dtambahkan sedikit air dan diaduk terus
menerus sampai membentuk adonan yang kompak dan padat. Adonan
ini kemudian dijemur dalam bentuk lempengan-lempangan kecil
selama 3-4 hari.
d. Setelah selesei masa penjemuran, lempengan-lempengan adonan tadi
dirtumbuk halus dan diberi sedikit air sampai membentuk adonan yang
menggumpal dan kokoh. Adonan tersebut dibungkus dengan dun
pisang kering/plastik

2. Peda
Peda merupakan produk fermentasi dengan bahan baku ikan. Pada
umumnya dibuat untuk ikan yang berkadar lemak tinggi. Selama atau pada
waktu fermentasi akan terjadi perubahan kimia antara lain proses reaksi
pada lemak yang memberikan cita rasa khas. Jenis ikan yang dapat diolah
menjadi ikan peda antara ain ikan Kembung, ikan Layang, Selar, ikan Mas,
Tawes dan ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang paling memuaskan
adalah ikan Kembung, baik Kembung betina maupun jantan. Sedangkan
untuk jenis ikan lainnya memiliki cita rasa yang masih kalah dengan ikan
Kembung bila diolah menjadi peda. Berdasarkan pembuatannya dikenal
dua jenis peda, yaitu peda putih dan peda merah. Perbedaan tersebut
dikarenakan bahan baku yang digunakan.
3. Bekasam
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bekasam pada
umumnya adalah ikan air tawar. Proses pengolahan ini umumnya
menggunakan bahan-bahan tambahan untuk berhasilnya fermentasi
misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik, karbohidrat tersebut
akan diuraikan menjadi gula sederhana dan selanjutnya menjadi alkohol
dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan pengawet ikan
dan juga memberi rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang ditambahkan
pada umumnya nasi, beras sangrai dan tape ketan.
4. Petis
Petis merupakan produk mirip kecap, tetapi umumnya lebih kental, dibuat
dari pemakatan air rebusan ikan dalam pembuatan pindang atau
pembuatan ebi. Petis merupakan bahan makanan yang umunya digunakan
sebagai perangsang makanan (bumbu masak) yang sedap, bergizi dan
mempunyai nilai yang lebih tinggi.
5. Kecap ikan
Kecap ikan adalah kecap yang terbuat dari ikan. Adapun proses
pembutannya adalah sebagai berikut :

Proses pembuatan Kecap Ikan


1.

Pengolahan ikan segar

Dipilih ikan yang segar yang dapat diperoleh dari berbagai jenis ikan
sehingga dapat menggunakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis
rendah, daya simpan lama, memiliki cita rasa dan aroma yang enak.
2.

Pencucian dan penyortiran

Dalam tahap ini dilakukan pencucian dan pemisahan antara ikan berukuran
besar dan kecil.
a. Bila menggunakan ikan ukuran sedang dan besar, ikan harus disiangi
untuk membuang jeroan, insang dan penghilangan tulang-tulang. Kemudian
ikan dicuci, dibelah dan dipotong-potong berukuran 3-4 cm.
b. Bila menggunakan ikan berukuran kecil (teri) ikan cukup dicuci dan
ditiriskan
3.

Penyusunan dalam Fermentor

Kecap No. 1
Dasar wadah fermentor ditaburi dengan garam yang telah ditumbuk
halus setinggi 0,25 cm, kemudian

ikan

disusun membentuk

satu

lapisan.Di atas lapisan ini ditaburi lagi garam setinggi 0,25 cm secara
merata, kemudian diatasnya disusun lagi satu lapis ikan. Demikian

seterusnya sampai wadah penuh. Garam yang digunakan adalah 20 %


dari berat ikan karena pada proses penggaraman pada pengolahan ikan akan
menyebabkan hilangnya protein ikan sebesar 5% tergantung pada kadar
garam dan lama penggaraman, untuk itu dianjurkan garam yang
ditambahkan tidak melebihi 40 bagian dari berat ikan artinya pada proses ini
setiap 1 kg ikan membutuhkan 200 g garam halus.
Kecap No. 2
Ikan-ikan yang belum hancur, dapat ditambahkan garam 5% dari
berat ikan semula. Kemudian Dilakukan perlakuan yang sama seperti pada
fermentasi kecap no 1.
4.

Penutupan fermentor dan diberi pemberat

Wadah ditutup rapat ini berfungsi agar udara dari luar tidak masuk. Karena
ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini
berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Untuk bakteribakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses
fermentasi berlangsung.
5.

Proses fermentasi

Disimpan (difermentasi) selama 3-6 bulan. Selama proses fermentasi terjadi


hidrolisis

jaringan

ikan

oleh

enzim-enzim

yang

dihasilkan

oleh

mikroorganisme. Peran enzim-enzim ini adalah sebagai pemecah ikatan


polipeptida-polipeptida

menjadi

ikatan

yang

lebih

sederhana.

Mikroorganisme yang berkembang selama fermentasi ikan tidak diketahui


sepenuhnya. Walaupun demikian diperkirakan jenis-jenis bakteri asam laktat
seperti Laucosotic mesenterides, Pediococccus cerevisiae dan Lactobacillus
plantarum berkembang. Beberapa jenis khamir juga diperkirakan ikut
berkembang dalam fermentasi.
6.

Penyaringan

Setelah masa fermentsi tersebut, saluran cairan pada bagian wadah


dibuka, dan ciran yang keluar ditampung melalui kain saring (2 lapis).
Penyaringan berfungsi agar mendapatkan kecap ikan yang jernih bebas dari
ampas dan kotoran lainnya.

7.

Pembotolan dan pasteurisasi

Kecap yang masih panas segera dimasukkan ke dalam botol, kemudian


ditutup rapat dan diberi label. Proses pasterisasidapat dilakukan dengan cara
pemanasan botol. Pasterisasi berfungsi untuk membunuh kuman atau bakteri
dari luar yang dapat merusak kualitas kecap ikan (Rahman, 2014)
http://akmalarrahmanalzaky.blogspot.com/2014/05/kecap-ikan.html
Semua produk-produk diatas merupakan hasil fermentasi. Fermentasi
merupakan suatu cara pengolahan melalui proses memanfaatkan penguraian
senyawa dari bahan-bahan protein kompleks. Protein kompleks tersebut terdapat
dalam tubuh ikan yang diubah menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana dengan
bantuan enzim yang berasal dari tubuh ikan atau mikroorganisme serta
berlangsung dalam keadaan yang terkontrol atau diatur.
Cara fermentasi pada dasarnya hanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Proses fermentasi yang memungkinkan terjadinya penguraian atau transformasi
yang nantinya akan mampu menghasilkan suatu produk dengan bentuk dan
sifat yang sama sekali berbeda (berubah) dari keadaan awalnya. Misalnya saja
dalam pengolahan terasi, kecap ikan dan ikan peda.
2. Proses fermentasi yang menghasilkan senyawa-senyawa, secara nyata akan
memiliki kemampuan atau daya awet dalam produk yang diolah tersebut,
misalnya dalam pembuatan ikan peda. Proses fermentasi yang terjadi pada ikan
merupakan proses penguraian secara biologis atau semibiologis terhadap
senyawa-senyawa komplek terutama protein menjadi senyawasenyawa yang
lebih sederhana dalam keadaan terkontrol. Selama proses fermentasi, protein
ikan akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida, kemudian asamasam amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-komponen lain yang
berperan dalam pembentukan cita rasa produk.
Proses fermentasi ikan yang merupakan proses biologis atau semibiologis pada
prinsipnya dapat dibedakan atas empat golongan, yaitu sebagai berikut :

a. Fermentasi menggunakan kadar garam tinggi, misalnya dalam pembuatan


peda, kecap ikan, terasi dan bekasem. Fermentasi garam dapat dibedakan
dengan dua cara, yaitu :
1. Fermentasi dengan cara penggaraman kering, biasanya dilakukan
terhadap ikan ikan yang mempunyai kandungan lemak rendah.
2. Fermentasi dengan cara penggaraman basah, yaitu merendam di dalam
larutan garam dan cara tersebut biasanya dilakuka terhadap ikan-ikan
berlemak tinggi.
b. Fermentasi menggunakan asam-asam organik, misalnya dalam pembuatan
silase ikan dengan cara menambahkan asam-asam propionat dan format.
c. Fermentasi menggunakan asam-asam mineral, misalnya dalam pembuatan
silase ikan menggunakan asam-asam kuat.
d. Fermentasi menggunakan bakteri, misalnya dalam pembuatan bekasem
dan chao teri.
Produk

fermentasi

yang

menggunakan

kadar

garam tinggi

mengakibatkan rasa asin, sehingga sumber protein yang diambil hanya sedikit.
Fermentasi menggunakan asam organic belum popular dikalangan nelayan.
Cara pengolahan dengan menggunakan prinsip fermentasi yang paling mudah
dilakukan adalah proses fermentasi menggunakan bakteri asam laktat.
2.3 Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan
2.3.1 Manfaat
Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang
dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan
yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan
sebagainya. Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu
mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia
sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap
ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.
Ketahanan pangan merupakan isu global yang sekarang sedang ramai
dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033 populasi manusia di dunia akan
mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adal di benua

Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan
penduduk Asia akan melampaui persediaan yang ada.
Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi
kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu
dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai
terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga
kali lipat dari periode sebelumnya.
2.3.2 Dampak negatif
Dalam bidang perikanan, kebutuhan adanya penerapan teknologi sangat
dinantikan, mengingat adanya penangkapan ikan yang melebihi potensi lestari
(over fishing), banyaknya terumbu karang yang rusak dan dengan adanya
peningkatan konsumsi ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sarwono mengakui
adanya kebutuhan penerapan teknologi, tetapi beliau juga mengakui adanya
ketakutan pada dampak penerapan teknologi tinggi.
Penelitian bioteknologi dalam bidang perikanan, di utamakan pada tiga
kelompok, yaitu: akuakultur, pemanfaatan produksi alam dan prosesing bahan
makanan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan bioteknologi di bidang
akuakultur meliputi seleksi, hibridasi, rekayasa kromosom dan pendekatan biologi
molekuler seperti transgenik sangat dibutuhkan untuk menyediakan benih dan
induk ikan.
Pada akuakultur, program peningkatan sistem kekebalan ikan telah
dilakukan

dengan

menggunakan

vaksin,

imunostimulan,

probiotik

dan

bioremediasi. Vaksin dapat memacu produksi antibiotik spesifik dan hanya efektif
untuk mencegah satu patogen tertentu. Imunostimulan merupakan teknik
meningkatkan kekebalan yang non spesifik, misalnya lipopolysaccharide dan Bglucan yang telah diterapkan untuk ikan dan udang di Indonesia. Probiotik
diaplikasikan pada pakan atau dalam lingkungan perairan budidaya sebagai
penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan.

Pada tahun 1980 penelitian transgenik pada ikan telah dimulai dengan
mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya serta mengamati
fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi diinjeksi secara
makro ke dalam telur untuk memproduksi galur ikan yang mengandung gen asing
tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu:
1) isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur, 2) identifikasi gen pada
anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi, dan 3) keragaman dari
turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut (Shandy, 2012)
https://nhychandy.wordpress.com/2012/11/08/dampak-bioteknologi/
Bioteknologi telah banyak menghasilkan produk untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Namun, perlu diperhatikan juga dampak negatif dari
produk-produk tersebut. Berikut dampak negatif yang mungkin diakibatkan dari
produk bioteknologi.
1. Alergi
Gen asing yang disisipkan pada organisme yang menjadi makanan
manusia dapat menyebabkan alergi pada individu tertentu. Untuk
mencegahnya, perlu dilakukan pengujian dalam jangka waktu yang lama.
Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya dampak atau efek
negatif dari produk tersebut. Selain itu, produk yang mengandung
organisme hasil rekayasa genetika harus diberi label dengan jelas guna
memberi informasi kepada konsumen mengenai produk yang dikonsumsi.
2. Hilangnya Plasma Nutfah
Plasma nutfah atau keanekaragaman makhluk hidup dapat musnah
akibat dari perkembangan bioteknologi karena hanya mempertahankan
organisme yang unggul saja. Sedangkan organisme tidak unggul akan
punah. Hilangnya plasma nutfah dapat ditanggulangi dengan cara
melakukan pemeliharaan berbagai jenis hewan dan tumbuhan di suatu
situs konservasi tertentu
3. Rusaknya Ekosistem
Gangguan terhadap kondisi normal lingkungan dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah tanaman kapas Bt dapat

membunuh hama ulat yang memakannya. Namun kapas Bt juga berpotensi


menyebabkan larva kupu-kupu lain matiyang merupakan organisme
nontarget.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang kelompok kami dapatkan bioteknologi adalah
bidang sains yang berisikan pemanfaatan makhluk hidup untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia, seperti pemanfaatan
mikro organisme ataupun rekayasa genetika. Bioteknologi sekarang sudah
diaplikasikan ke segala macam bidang industri seperti industri kesehatan,
pertanian, peternakan serta perikanan. Dalam bidang perikanan sendiri,
bioteknologi dimanfaatkan untuk menambah perolehan pangan yang berasal dari
perikanan.

Bioteknologi

di

bidang

perikanan

tak

hanya

pemanfaatan

mikroorganisme sebagai suplemen makanan bagi ikan ikan atau rekayasa genetika
ikan yang dapat menghasilkan ikan atau menambah produksi atau jumlah ikan
yang dipanen namun juga berguna dalam remediasi atau perbaikan lingkungan
budidaya ikan itu sendiri dengan menambahkan mikrobamikroba
tertentu. Walaupun hal tersebut mengubah genetika atau lingkungan budidaya
namun bioteknologi tidak mempengaruhi rantai makanan ataupun kegiatan alami
lainnya, karena bioteknologi ini hanya dipakai di sebagian tempat dan agar
berguna bagi kelangsungan hidup manusia, singkatnya bioteknologi ini tidak
terlalu mempengaruhi alam secara signifikan.
3.2 Saran
Diharapkan pemanfaatan bioteknologi dalam bidang perikanan tidak
berlabihan sebab dapat menyebabkan rusaknya ekosistem perairan dsb.

DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, G.Yoshizaki, O. Carman dan K. Sumantadinata, 2003. Aplikasi


Transfer Gen Dalam Aquakultur (Aplication of Gene Transfer in
Aquakulture). Jurnal Aquakultur Indonesia. Vol (2) No (1) 41-50.
Ayoola. S.O dan Idowo, A.A. 2008. Bioteknology and Spesies Development in
Aquakulture. African Journal of Bioteknology. Vol 7(25)
Bocek, Alex. 2010. Culture of Hand Selected Male Tilapia. AUBURN
University :USA
Chandy, 2012. Dampak Bioteknologi. https://nhychandy.wordpress.com/2012 /
11/08/dampak-bioteknologi/ diakses tanggal 15 maret 2015.

Lu, J.-K., T.T. Chen, S.K. Allen, T. Matsubara & J.C. Burns. 1996. Production of
transgenic dwarf surfclams, Mulina lateralis, with pantropic retroviral
vectors. Proc. Natl. Acad. Sci. USA., 93: 3482-3486.
Lu, J.-K., J.C. Burns & T.T. Chen. 1997. Pantropic retroviral vectors integration,
expression, and germline transmission in medaka (Oryzias latipes). Mol.
Mar. Biol. Biotechnol., 6: 289-295.
Lu, J.-Kan, Bo-Hua, F., W. Jen-Leh & T.T. Chen. 2002. Production of transgenic
silver sea bream (Sparus sarba) by different gene transfer methods. Mar.
Biotechnol., 4: 328-337.
Rahman, 2014. Kecap Ikan. http://akmalarrahmanalzaky.blogspot.com/2014 /
05/kecap-ikan.html diakses tanggal 15 maret 2015.
Sarmasik, A., J. In-Kwon, C.Z. Chun, J.K. Lu & T.T. Chen. 2001. Transgenic livebearing fish and crustaceas produced by transforming immature gonad with
replication-defective pantropic retroviral vector. Mar. Biotechnol, 3: 470477.
Sin, F.Y.T., A.L. Bartley, S.P. Walker, I.L. Sin, J.E. Synmonds, L. Hewke & C.L.
Hopkins. 1993. Gene transfer in Chinook salmon (Oncorhynchus
tshawytschai) by electroporating sperm in the presence of pRSV-LacZ DNA.
Aquaculture, 117: 57-69.
Yoshizaki, G. 1998. Gene Transfer in Fish: Applications to Aquaculture.
Symposium on Molecular Bioengineering of Food Animals 23-24 Oct. 1998.
Research for the Future Program Genetic Engineering of Animal Protein
Resources.
Zohar, Yonathan. 2013. Fisheries Agroculture and Bioteknology. University of
Maryland Baltimore Country :USA

Anda mungkin juga menyukai