Anda di halaman 1dari 32

JURNAL READING

Correlation between pressure pain treshold and pain intensity in


patients with temporomandibular disorders who are compliant
or non-compliant with conservative treatment
Monique Lalue Sanches, DDS, et al.

drg. Indriani Oktaria, Sp.Prost


Oleh:
Jessica Jasmine 2014.061.099
Ruth Isabelle
2014.061.100
Agatha Kristanti 2014.061.106
Michael
2014.061.107
Cindy Caroline 2015.061.121
Wolter P. J.
2015.061.123
Gabriela S. P.
2015.061.127

DEFINISI
Nyeri:
Pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan atau ancaman
kerusakan jaringan.
- The International Association for the Study of
Pain (IASP)

WAKTU
Akut
Kronis

Nosiseptif
Neurogenik
Psikogenik

DERAJAT
Ringan
Sedang
Berat

KLASIFIKASI

JENIS

JARAS NYERI

WHO STEPLADDER
Freedom from pain
Step 3

Opioid for moderate to severe pain


+/- Adjuvant
Persisting Pain
Opioid for mild to moderate pain

Step 2

+/- Non opioid , +/- Adjuvant


Persisting Pain
Step 1
Non opioid +/- Adjuvant

Temporomandibular Disorder (TMD)

Nyeri
Terganggunya fungsi mandibular
Sensitif terhadap palpasi
Bunyi sendi

Terapi Konservatif: CBT, Aplikasi


Intraoral, Latihan Terapeutik

Evaluasi Terapi
VAS (visual analogue scale)
Intensitas nyeri

PPT (pressure pain threshold)


Sensitivitas nyeri (kuantitatif)
Tujuan Penelitian: Korelasi antara intensitas nyeri dan
sensitivitas nyeri pada individu yang patuh dan tidak
patuh terhadap terapi konservatif TMD

Metode Penelitian
Sampel Penelitian

Terapi Konservatif

Penilaian Internsitas Nyeri Berdasarkan VAS

Penilaian Ambang Batas Nyeri Tekan

Analisa Statistik

Sampel Penelitian
Waktu
Agustus Desember 2013

Kriteria Inklusi
Diagnosis nyeri myofasial Criteria for
Temporomandibular Disorders (RDC/TMD)
Usia >18 tahun
Nyeri min. 6 bulan; di area M. Masseter, M. Temporalis,
di area lateral pangkal condilus (unilateral/bilateral)
Riwayat parafungsi (kebiasaan penggunaan bagian
mulut yang merugikan)

Terapi Konservatif & Evaluasi

T2:

T1:
Hari 15 30
T0:
Awal
Terapi

Hari 50 90

T1: Terapi Konseling


Penjelasan karakteristik penyakit & kebiasaan buruk Nyeri
Kebiasaan buruk, diantaranya:
Menggertakkan rahang (clenching)
Menggertakkan gigi
Memposisikan gigi pada posisi tetap (consistent occlusion)
Menggigit jari
Menopang dagu

Teknik untuk menghilangkan kebiasaan pasien: catatan pribadi


(reminder)

T2: Self-Care Therapy


Peserta melakukan:
Tindakan promosi kesehatan
Pencegahan penyakit
Mendeteksi serta melakukan pengobatan jika terjadi
suatu penyakit.

Thermal gel pack untuk area TMJ


Dihangatkan, kemudian dibungkus menggunakan sehelai
kain diletakkan pada daerah nyeri selama 20
menit/hari.

T2: Latihan Isotonik


Pembukaan dan penutupan mulut secara perlahan
(10x)
Latihan untuk memperbaiki pemanjangan, relaksasi, dan
koordinasi otot-otot mastikasi
Sebagai pilihan terapi awal nyeri.

Penghangatan
Meningkatkan aliran darah lokal dan viskoelasitisitas dari matriks
ekstraselular serabut-serabut otot, yang akan mengurangi nyeri
dan meningkatkan hasil dari terapi latihan.

T3: Akhir Terapi


Complaint Group (CG)
Kepatuhan tinggi terhadap terapi

Non-Complaint Group (NCG)


Tidak melakukan terapi self-care >2-3x dalam
kunjungan I-II dan kunjungan II-III dan peserta
yang melakukan terapi <5 hari dari 15 hari yang
dianjurkan.

Penilaian Intensitas Nyeri - VAS


VAS = Indikasi Skala Nyeri

Peserta menggambar garis sejajar pada titik yang menandakan derajat


nyeri mereka.

Penelitian:
Penilaian VAS 2 untuk nyeri bilateral,
dilakukan pada T1 & T2

Penilaian Sensitivitas Nyeri - PPT


Menggunakan algometer digital (FDIC,
Instrumen Wagner, Riverside, CT)

Analisa Statistik
statistik
Uji Mann-Whitney membandingkan variabel
usia antara partisipan laki-laki dan perempuan.
Uji Korelasi Spearman hubungan antara
sensitivitas nyeri yang dinilai menggunakan VAS
dan PPT yang dinilai pada tiap kelompok pada
waktu T0, T1, dan T2.
Analisis Varian Friedman menilai
progresivitas pengukuran nyeri menggunakan
VAS dan PPT pada T0, T1, dan T2 per bagian
yang dinilai dan per kelompok.
Dalam semua tes, tingkat penolakan H0: 0.05 atau 5%

Hasil
Usia rata-rata
42 th 6 bln (18-76 th)

Rasio gender
Perempuan : laki-laki 4 : 1.

Durasi nyeri
Antara 6 - 42 bulan (median 36 bulan, interkuartil
berkisar antara 18-93 bulan)

Intensitas nyeri dan nilai PPT pada otot masseter kiri dan otot
anterior temporal kiri
Hanya dinilai pada waktu T0 (Tabel II)

Analisis varian Friedman (VAS dan PPT)


Perbaikan nyeri pada kedua kelompok CG dan NCG (Tabel III dan IV).

Presentase perbaikan pada waktu T1 dan T2


Lebih baik pada kelompok CG (Tabel V).
Perbaikan tidak terdeteksi pada grup NCG di antara waktu T0 dan T1, meskipun
terdapat perbaikan pada waktu T2.

Tidak terdapat korelasi antara intensitas nyeri (VAS) dan


sensitivitas otot (PPT)

Diskusi
Perubahan dalam PPT
Adanya perbaikan subjektif terkait mekanisme lain dari
produksi rasa nyeri dan adanya kontraksi otot patologis

Nyeri otot diberi nilai berbeda dengan VAS atau PPT


Mengindikasikan bahwa parameter tersebut
merepresentasikan hal berbeda dari rasa nyeri.
VAS merepresentasikan intensitas nyeri berdasarkan respon
individu terhadap persepsi intensitas nyeri. Sedangkan PPT
mendeteksi ambang batas minimal pada stimulus intensitas
nyeri.

VAS vs PPT
VAS
Dimensi tunggal, valid, skala sensitif untuk estimasi intensitas nyeri
(-) : VAS tidak akurat bila terjadi recall bias
Skala nyeri dimensi tunggal merefleksikan status emosional individu
dibandingkan intensitas nyeri somatosensori itu sendiri VAS >4 harus
dibatasi untuk menilai nyeri dengan baik

PPT
Bernilai lebih tinggi untuk mengukur kuantitas nyeri kronik pada otot
mastikasi, ekstremitas atas, dan nyeri dada baik untuk menilai efek terapi
(keandalan dan spesifitas )
(-) : sensitivitas, prediksi positif, dan validitas diagnosis yang rendah untuk
mengidentifikasi individu dengan TMD dan nyeri miogenik atau miofasial

Tidak ditemukan korelasi antara VAS dan PPT


Hasil
Skor VAS perubahan pada T1 dan T2 di kedua grup
PPT perbedaan T1 dan T2 di grup CG dan perubahan T2 pada grup NC

Keteraturan terapi lemah


Kelompok terapeutik (Durasi konsultasi pertama 120 menit)
Faktor risiko, materi untuk terapi, stimulasi dan penguatan positif,
reassurance komitmen pasien untuk kontrol, jadwal kontrol yang pasti
Membangkitkan ekspektasi pada proses terapeutik, bukan hanya hasil
pengobatan

Kelebihan
Hanya ada satu evaluator
untuk penelitian ini (T0, T1,
T2) risiko bias kecil

Kekurangan
Tidak
menggunakan
instrumen yang memenuhi
kriteria Consensus Based
Standard untuk menyeleksi
instrumen pengukuran

Saran
Faktor psikososial terkait dengan nyeri kronik
perlu diperhatikan
Kontrol dari kompleksitas dari nyeri

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.

Morgan, G.E., Pain Management, In: Clinical Anesthesiology 2nd


ed. Stamford: Appleton and Lange, 1996, 274-316.
Hamill, R.J., The Assesment of Pain, In: Handbook of Critical Care
Pain Management, New York, McGrow-Hill Inc, 1994, 13-25.
Mangku, G., Diktat Kumpulan Kuliah, Bagian/SMF Anestesiologi
dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar, 2002.
Latief, S.A., Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi II, Bag
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Jakarta, 2001.
Sanches ML, Juliano Y, Novo NF, Guimares AS, Rodrigues Conti
PC, Alonso LG. Correlation between pressure pain threshold and
pain intensity in patients with temporomandibular disorders who
are compliant or non-compliant with conservative treatment. Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol. 2015 Oct;120(4):45968.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai