Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MEROKOK TERHADAP KETINGGIAN ALVEOLAR

RIDGE TIKUS WISTAR PASCA PENCABUTAN YANG DIUKUR


MELALUI GAMBARAN HASIL RADIOGRAFI PERIAPIKAL

Oleh:
Anggun Octaviearly Prayitno
121610101042

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan
dengan menggunakan tang, elevator, atau penekanan trans alveolar (Pedlar, 2001).
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh,
dengan trauma seminimal mungkin terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga
bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah
prostetik pascaoperasi dimasa mendatang (Howe, 1993). Indikasi dari pencabutan
yaitu apabila perawatan konservasi telah dilakukan namun gagal atau tidak
indikasi, sebuah gigi mungkin harus dicabut karena penyakit perodontal, karies,
infeksi periapeks, erosi, abrasi, atrisi, hipoplasia, atau kelainan pulpa seperti
pulpitis atau hiperplasia pulpa (Howe, 1993).
Pacsa pencabutan maka terjadi preoses penyembuhan mulai dari 24 jam
pertama yaitu pembentukan bekuan darah pada soket, selanjutnya bekuan darah
diganti dengan jaringan granulasi, jaringan ikat muda dan pembentukan osteoid
menuju bagian apikal soket dan terbentuk tulang yang immature di apikal dan
lateral, 3 minggu kemudian terjadi mineralisasi osteoid dan epitelium akan
meutupi luka, hingga terbentuk bonemature. Secara radiografis pembentukan
tulang dapat dilihat setelah 3 bulan pertama pasca pencabutan (Araujo, 2008).
Kemudian Resorpsi tulang alveolar terjadi setelah pencabutan gigi terutama pada
tahun pertama. Tingkat kecepatan resorpsi lingir alveolar berbeda antara rahang
atas dan rahang bawah, dengan perbandingan 1:4, dimana kecepatan resorpsi
rahang bawah lebih besar daripada rahang atas (Winkler, 2002)
Radiografi adalah gambaran bayangan nyata yang dihasilkan saat sinar X
melewati sebuah objek dengan berbagai opasitas yang digunakan dalam
menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum
maupun penyakit mulut tertentu. (Johnson, 1998; Boel, 2008). Radiografi dalam
kedokteran gigi ada 2 macam yaitu, foto intraoral dan ekstraoral. Panoramik

merupakan salah satu foto Rontgen gigi ekstraoral yang biasa dipakai dalam
praktek kedokteran gigi. Foto rontgen panoramik merupakan foto rontgen yang
paling umum digunakan dalam teknik foto rontgen ekstra oral. Foto panoramik
menghasilkan gambar yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula
dan maksila beserta struktur pendukungnya (Hidayat, 2007). Sedangkan
pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang
paling rutin dilakukan di kedokteran gigi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memeriksa gigi (crown dan root) serta jaringan disekitarnya. Teknik yang
digunakan adalah paralleling dan bisecting. (Boel,2010; White 2009).
Pada hasil foto radiografi panoramik salah satu struktur yang terlihat
adalah alveolar ridge. Pada saat kehilangan gigi, struktur ini mengalami
penurunan ketinggian (Carlsson, 2003). Penurunan ketinggian terjadi karena
struktur ini mengalami resorpsi fisiologis secara perlahan akibat tidak adanya
stimulus gaya mekanis (Reich, 2010). Gaya mekanis pengunyahan dari oklusal
yang diteruskan melalui akar gigi ke tulang alveolar sudah tidak terjadi lagi
karena kehilangan gigi (Carlsson, 2003).
Pada radiografi panoramik dapat dilakukan suatu pengukuran ketinggian
tulang alveolar yang telah mengalami resopsi, ketinggian alveolar ridge pada
rahang atas dapat dinyatakan sebagai jarak antara garis infraorbita dan alveolar
crest pada maksila baik pada pasien bergigi ataupun tidak bergigi (Panchbhai,
2013). Berdasarkan penelitian sebelumnya meneliti tingkat penurunan ketinggian
alveolar pada pasien bergigi dan pasien tidak bergigi, didapatkan hasil bahwa
pasien yang mengalami kehilangan gigi mengalami penurunan lebih banyak
daripada pasien yang giginya utuh, hal ini diakibatkan karena penurunan fungsi
pengunyahan pada pasien tak bergigi yang mempengaruhi fisiologis metabolisme
tulang alveolar. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
osteoklas dan osteoblas sehingga terjadi resorpsi tulang alveolar, yang
mengakibatkan penurunan ketinggian tulang alveolar (Gofur,dkk. 2015)
Namun ternyata kecepatan penurunan ketinggian alveolar dipengaruhi oleh
kesehatan jaringan periodontal,. Sedangkan kesehatan dari jaringan periodontal
sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, kontrol plak yang buruk, merokok,
usia, status pulpa, dan diabetes mellitus (Illueca,dkk. 2006). Merokok merupakan

salah satu faktor terkuat yang dapat memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan jaringan periodontal (Bergstrom, 2006). Wouters dkk menyatakan
bahwa orang perokok lebih dari 5gram rokok perhari akan merusak tulang
alveolar secara signifikan (Kinane, 2006)). Hal ini diakibatkan karena kandungan
nikotin yang berpengaruh pada sintesis protein selular, modulasi beta-1 integrin
dan menghalangi kemampuan fibroblas gingiva untuk melekat dan berkomunikasi
satu sama lain dan dengan matriks extraselular sehingga dapat menghambat
penyebuhan luka dan memperburuk penyakit periodontal (Levin, dkk. 2004).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah:
Apakah ada pengaruh merokok terhadap ketinggian alveolar ridge tikus wistar
pasca pencabutan yang diukur melalui gambaran hasil radiografi periapikal?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh merokok
terhadap ketinggian alveolar ridge tikus wistar pasca pencabutan yang diukur
melalui gambaran hasil radiografi periapikal.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat melengkapi informasi ilmiah tentang pengaruh merokok terhadap
ketinggian alveolar ridge tikus wistar pasca pencabutan yang diukur
2.

melalui gambaran hasil radiografi periapikal.


Sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh merokok
terhadap ketinggian alveolar ridge tikus wistar pasca pencabutan yang

3.

diukur melalui gambaran hasil radiografi periapikal.


Dapat sebagai pertimbangan bagi praktisi Kedokteran Gigi dalam
perawatan lanjutan setalah pencabutan dengan ketinggian alveolar ridge
tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedlar, J. Frame, JW. 2001. Oral Maxillofacial Surgery. London : Churchill


Livingstone. Peterson LJ.
2. Howe, GE, 1993. Pencabutan Gigi Geligi, (The Extraction of teth), Alih
Bahasa : Budiman, JA. Jakarta :EGC.

3. Araujo M, Lindhe J. The Edentulous Alveolar Ridge In: Lindhe J, Lang NP,
Karring T, eds. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. UK:
Blackwell Munksgarrd, 2008; 50-68
4. Winkler, S. 2002. Clinical Implant Site Development and Alveolar Bone
Resorpsion. Philadelphia.
5. Hidayat, W. 2007. Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi Yang
Digunakan Di RSGM-FKG UNPAD. FKG Universitas Padjadjaran:
Bandung.
6. Carlsson, GE. Response of Jaw Bone to Pressure. J Prosthodont.
Scandinavia : PubMed; 2003 : 21 : 65-70
7. Reich, K. Athropy of the Residual Alveolar Ridge Following Tooth Loss in
a Historical Population. J Oral Disease; 2010 : 33 : 1-26.
8. Panchbhai, AS. Quantitative Estimation of Vertical Heights of Maxillary
and Mandibular Jawbones in Elderly Dentate and Edentulous Subjects.
India. Spec Care Dentist ; 2013 : 33(2) : 62-69
9. Gofur, Nanda Putra Rahmad, Otty Ratna Wahyuni, & Yunita Safitri. 2015.
Ketinggian Maxillary Alveolar Ridge Pada Gambaran Radiografik
Panoramik Pria Tidak Bergigi. FKG Universitas Airlangga : Surabaya.
10. Illueca FMA, Vera PB, Cabanilles PdG, et al. Periodontal Regeneration in
clinical practice. J Med Oral Parol oral Cir Bucal 2006; 11 : E382-392.
11. Bergstrom J. Periodontitis and Smoking : An Evidence - Based Appraisal. J
Evid Base Dent Pract 2006;6 : 33-41.
12. Kinane DF, Peterson M, Stathopoulou PG. Environmental and other
modifying factor on the periodontal disesase. Periodontology 2000 2006;40:
107-119.
13. Levin R, Herzberg R, Dolev E, et al. Smoking and Complicatons of Onlay
Bone Grafts and Sinus Lift Operations. The International Journal of Oral
and Maxillofacial Implants 2004;19: 369-373.

PETA KONSEP

Ekstraksi

Pembentukan Bekuan Darah

Pembentukan Osteoid

Mineralisasi Osteoid

Bone Mature

Hilangnya Stimulus Gaya Mekanis


Merokok
Ketidak Seimbangan Osteoklas
Dan Osteoblas

Resorpsi tulang alveolar

Penurunan Ketinggian Tulang


Alveolar

Anda mungkin juga menyukai