Anda di halaman 1dari 15

Bab 1

Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian
atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa
olfaktori). Mukosa penapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopik yang paling sering dijumpai,
menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara
dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopik lainnya
kelihatan rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang.
Penderita rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi
hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi rhinitis?
2. Bagaimana etiologi dari rhinitis?
3. Bagaimana mafestasi klinis dari rhinitis?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari rhinitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari rhinitis?
6. Bagaimana dengan diagnosa yang muncul dari rhinitis?
7. Bagaimana intervensi yang tepat pada pasien dengan rhinitis?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari rhinitis
2. Untuk memahami etiologi dari rhinitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari rhinitis
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
rhinitis
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada rhinitis

6. Untuk mengetahui diagnosa apa saja yang akan muncul pada rhinitis
7. Untuk mengetahui dan memahami intervensi yang tepat pada pasien
dengan rhinitis
1.4. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari rhinitis
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi dari rhinitis
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari rhinitis
4. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada penyakit rhinitis
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pada rhinitis
6. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa yang muncul pada rhinitis
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami intervensi yang tepat
pada pasien dengan rhinitis

Bab 2
Pembahasan
2.1. Definisi
Rhinitis adalah peradangan dan iritasi yang terjadi di membran mukosa di
dalam hidung. Secara garis besar rhinitis dibagi menjadi dua, yaitu rhinitis alergi
dan rhinitis nonalergi.
Rhinitis alergi atau yang disebut juga hay fever disebabkan oleh alergi
terhadap unsur seperti debu, kelupasan kulit hewan tertentu, dan serbuk sari.
Sedangkan rhinitis nonalergi tidak disebabkan oleh alergi tapi kondisi seperti
infeksi virus dan bakteri.
2.2. Etiologi
Penyebab Rhinitis Alergi
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya rhinitis alergi, di
antaranya adalah sistem kekebalan tubuh yang terlalu sensitif. Sistem kekebalan
tubuh alami menganggap alergen berbahaya dan bereaksi dengan memproduksi
antibodi untuk melawannya. Ketika pertama kali terpapar unsur alergen, sistem
kekebalan tubuh tidak langsung bereaksi dan menyebabkan gejala alergi. Sistem
kekebalan tubuh menjalani proses yang disebut sensitisasi terlebih dahulu, yaitu
proses untuk mengenali dan mengingat alergen. Pada paparan berikutnya dengan
alergen, sistem kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi dan menyebabkan
reaksi alergi. Antibodi akan menyebabkan produksi lendir berlebih dan
pembengkakan lapisan dalam hidung. Itu sebabnya penderita rhinitis alergi
biasanya akan mengalami gejala-gejala hidung berair atau tersumbat dan bersinbersin.
Rhinitis memiliki gejala yang mirip seperti pilek dan biasanya akan muncul
sesaat setelah terpapar alergen. Gejala rhinitis yang biasanya muncul adalah:
a. Bersin-bersin.
b. Hidung tersumbat atau berair.
c. Berkurangnya sensitifitas indera penciuman.
d. Rasa tidak nyaman atau iritasi ringan di dalam dan area sekitar hidung.

Kebanyakan rhinitis alergi merupakan kondisi yang diturunkan oleh orang


tua. Selain itu, anak yang bertumbuh dewasa dengan anggota keluarga yang
merokok atau dengan binatang peliharaan juga lebih rentan mengalami rhinitis
alergi. Kebanyakan orang dengan rhinitis alergi memiliki gejala ringan yang
dapat dengan mudah dan efektif diobati. Tapi untuk beberapa gejala dapat
menjadi parah dan persisten, menyebabkan masalah tidur dan mengganggu
kehidupan sehari-hari.
Berikut ini adalah beberapa alergen yang ada di udara yang bisa memicu
terjadinya rhinitis:
Kelupasan kulit mati hewan. Banyak orang alergi terhadap hewan, seperti
anjing dan kucing, dan menganggap bahwa bulunya yang menyebabkan reaksi
alergi, namun sebenarnya adalah kotoran dan kelupasan kulit mati hewan
tersebut.
Alergen di tempat kerja. Beberapa orang yang bekerja di lingkungan yang
terdapat alergen seperti lateks, debu lantai, atau debu kayu bisa mengidap
rhinitis akibat terpapar unsur-unsur tersebut di tempat kerja.
Tungau debu rumah. Rhinitis dapat dipicu oleh zat kimia yang terdapat pada
kotoran tungau yang sering ditemukan di kasur dan bantal, karpet, dan matras.
Serbuk sari dan spora. Pepohonan dan rerumputan memproduksi partikel
kecil serbuk sari yang bisa memicu rhinitis alergi. Selain itu, fungi dan kapang
memproduksi spora yang bisa memicu rhinitis alergi juga.
Penyebab Rhinitis Non-alergi
Hampir sama seperti rhinitis alergi, gejalanya meliputi cairan yang
berlebihan di hidung dan membengkaknya pembuluh darah di dalam rongga
hidung. Namun penyebab rhinitis nonalergi berbeda dengan rhinitis alergi,
berikut ini adalah beberapa penyebab utama rhinitis nonalergi:
Lingkungan. Faktor lingkungan dapat memicu terjadinya rhinitis pada
sebagian orang, seperti perubahan cuaca, wangi parfum, asap rokok, dan uap cat.
Rhinitis autonomic atau vasomotor adalah istilah medis yang digunakan untuk
rhinitis yang dipicu oleh faktor lingkungan. Orang yang memiliki pembuluh

darah rongga hidung yang sangat sensitif diyakini bisa terkena rhinitis tipe ini,
namun penyebab pastinya tidak diketahui.
Kerusakan jaringan. Lapisan jaringan di dalam hidung yang disebut dengan
turbinates sangat penting untuk menjaga kelembapan bagian dalam hidung dan
menjaga tubuh dari infeksi bakteri. Jika turbinates rusak atau diangkat, rhinitis
bisa terjadi, karena jaringan yang tersisa menjadi keras, mudah terinfeksi, dan
meradang.
Penggunaan dekongestan rongga hidung berlebih. Lapisan hidung akan
membengkak kembali dan keadaan akan makin parah jika penggunaan obat
semprot dekongestan digunakan secara berlebihan atau lebih dari enam hari.
Istilah medis untuk masalah ini disebut rhinitis medicamentosa.
Infeksi. Terkadang infeksi fungi atau bakteri dapat menyebabkan terjadinya
rhinitis, namun tidak sesering infeksi virus seperti pilek.
Ketidakseimbangan hormon. Hormon sangat berperan dalam pembesaran
pembuluh darah rongga hidung dan dapat memicu rhinitis nonalergi. Perubahan
hormon biasanya terjadi saat masa pubertas, hamil, atau sedang menjalani
pengobatan hormon, seperti terapi pergantian hormon, dan pil kontrasepsi.
Selain itu, kadang-kadang rhinitis juga dapat terjadi akibat hipotiroidisme atau
kurang aktifnya kelenjar tiroid.
Obat-obatan. Terkadang obat-obatan tertentu dapat menyebabkan efek
samping rhinitis, seperti obat pereda nyeri atau obat antiinflamasi non-steroid
(OAINS), obat gangguan jantung (beta-blocker), obat anti-hipertensi
(penghambat ACE), serta penyalahgunaan kokain.
Stres. Beberapa orang mengalami rhinitis nonalergi yang dipicu oleh stres,
baik secara emosional maupun fisik.
Makanan dan minuman. Makanan pedas dan minuman beralkohol bisa
menyebabkan selaput di dalam hidung bengkak dan membuat hidung tersumbat.
2.3. Manifestasi Klinis
Pada fase akut (dalam 5 menit setelah terpajan alergen), manifestasi rhinitis
alergi berupa bersin, gatal di hidung, dan rinorea cair. Selama fase lanjut (4-8
jam setelah pajanan), gejala utama rhinitis alergi adalah kongesti nasal. Rhinitis

alergi kronik menyebabkan postnasal drip dengan batuk kronik, nyeri kepala,
suara hidung, dan gejala-gejala sistemik seperti malaise, gelisah dan selera
makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan muksa hidung biru pucat
seperti lumpur, sekresi jernih dan pembengkakan konka nasalis. Gejala yang
lebih samar meliputi allergic salute; yaitu pasien menggosok hidungnya
berulang kali ke atas dengan telapak tangan, dan menyebabkan lipatan
alergika (allergic crease), suatu garis kulit transversal di bawah jembatan
hidung.
2.4. Patofisiologi
Rhinitis alergi musiman disebabkan oleh alergen yang dibawa udara yang
dilepaskan oleh tumbuhan musiman seperti ragweed, rumput, dan serbuk sari
pohon. rhinitis alergi tahunan disebabkan oleh pajanan alergen seperti bulu
hewan, jamur, dan debu. tanpa memandang jenis alergen, peristiwa pencetus
adalah pengikatan imunoglobullin E ke alergen, dan aktivasi sel mast dan basofil
yang terjadi kemudian.. sel mast dan basofilyang teraktivasi dalam mukosa
hidung melepaskan histamin, leukotrien, prostaglandin, dan mediator
peradangan lain yang menyebabkan edema lokal, peningkatan sekresi mukus,
dan infiltrasi selular.
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa cara untuk mendiagnosis rhinitis alergi, di antaranya adalah
dengan mengetahui gejala serta riwayat kesehatan pribadi dan keluarga. Ini
karena banyak kasus rhinitis alergi yang bersifat keturunan. Selain itu, ada dua
tes alergi utama yang dapat membantu mendiagnosis rhinitis alergi:
a. Tes darah. Tes ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan antibodi yang
diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh ketika mengalami alergi, yaitu
imunoglobulin E (IgE).
b. Tes tusuk kulit. Tes ini bertujuan memeriksa tipe alergi dengan cara
menusukkan jarum ke kulit yang telah diberikan unsur alergen untuk
mengenalkannya pada sistem kekebalan tubuh. Biasanya dilakukan di

bagian tangan. Bilur kecil akan muncul jika Anda alergi terhadap unsur
alergen yang diberikan.
Untuk memeriksa apakah terjadi komplikasi seperti sinusitis atau polip
hidung, dokter mungkin akan menyarankan beberapa tes lanjutan seperti berikut
ini:
a. Tes aliran inspiratory hidung atau nasal inspiratory flow test. Tes ini
bertujuan mengukur aliran udara saat menarik napas melalui hidung
menggunakan alat kecil yang diletakkan di atas mulut dan hidung.
b. Endoskopi hidung. Tes ini dilakukan untuk melihat bagian dalam hidung
dengan menggunakan pipa tipis yang memiliki kamera di ujungnya dan
sinar lampu.
c. CT scan. Tes ini untuk melihat gambar bagian dalam tubuh secara detail
dengan menggunakan komputer dan X-ray.
2.6. Penatalaksanaan
Rhinitis alergi ditangani secara rawat jalan. Menghilangkan alergen
penyebab dan menghindari penggunaan produk-produk yang terbukti merupakan
alergen di rumah merupakan langkah pertama yang penting pada pengobatan.
Antihistamin oral, kortikosteroid topikal, dan obat -adrenergik topikal dan oral
merupakan terapi farmakologik utama. Kasus refrakter berat dapat diobati
dengan imunoterapi. Antihistamin berguna untuk meredakan gejala-gejala alergi,
seperti hidung tersumbat atau berair dan bersin-bersin. Namun jika parah hingga
berdampak kepada aktivitas sehari-hari, segera temui dokter.
Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang bisa diberikan untuk
mengatasi rhinitis:
a. Dekongestan hidung. Obat ini bisa digunakan untuk membantu
meredakan hidung tersumbat, namun tidak boleh digunakan lebih dari
enam hari karena malah bisa memperparah tersumbatnya hidung Anda.
Dekongestan hidung tersedia dalam bentuk kapsul, obat cair, obat
semprot hidung, tablet, dan kebanyakan dijual secara bebas. Jika Anda
sedang mengonsumsi obat monoamine oxidase inhibitor (MAOI) untuk
mengatasi depresi, dilarang untuk menggunakan dekongestan hidung.

b. Antihistamin. Histamin yang dilepaskan oleh tubuh saat alergi dapat


dihambat oleh antihistamin yang tersedia dalam bentuk tablet dan
umumnya dijual secara bebas di apotek. Perhatikan cara pemakaian
karena terkadang antihistamin dapat menyebabkan kantuk.
c. Kortikosteroid. Obat ini memiliki efek yang lebih bertahan lama
dibandingkan antihistamin, namun lebih lama untuk bereaksi.
Kortikosteroid dapat membantu meredakan pembengkakan dan
peradangan.
Dokter akan menyarankan perawatan tambahan jika rhinitis tidak merespons
perawatan yang telah dilakukan. Dan jika telah melakukan perawatan tambahan
namun belum ada respons juga, temui dokter spesialis untuk pemeriksaan dan
perawatan lebih lanjut. Berikut ini adalah beberapa perawatan tambahan yang
mungkin akan disarankan oleh dokter:
a. Menambahkan obat semprot hidung dekongestan untuk jangka pendek
pada pengobatan.
b. Mengombinasikan obat semprot hidung dengan tablet antihistamin dan
dekongestan.
c. Menggunakan pengobatan yang menghambat efek zat kimia yang
dilepaskan saat reaksi alergi, yaitu antagonis reseptor leukotriene.
d. Meningkatkan dosis obat semprot kortikosteroid.
e. Menggunakan obat semprot ipratropium yang membantu meredakan
ingus berlebih.
Imunoterapi (Suntik Alergi)
Imunoterapi biasanya dilakukan jika pengobatan lainnya kurang efektif atau
menyebabkan efek samping. Imunoterapi dilakukan dengan cara menyuntikkan
alergen pada bagian lengan atas secara bertahap. Tujuannya adalah untuk
mengenalkan dan membiasakan tubuh pada alergen. Dengan demikian, tubuh
tidak akan bergantung pada obat untuk meredakan alergi. Imunoterapi memiliki
risiko yang bisa menyebabkan reaksi alergi serius, itu sebabnya terapi ini harus
dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis yang terlatih. Imunoterapi juga
bisa membantu mencegah perkembangan asma pada anak-anak.

Pencegahan Rhinitis
Rhinitis dapat dicegah dengan menghindari pemicu yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala rhinitis, contohnya menghindari lingkungan
yang berpolusi atau terpapar asap rokok. Alergen seperti tungau debu sulit untuk
dilihat dan bisa berkembang biak bahkan di rumah yang sangat bersih, itu
sebabnya sulit untuk menghindarinya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk membantu menghindari alergen yang paling umum.
Tungau debu rumah.
Tungau debu rumah adalah serangga mikroskopis yang berkembang biak di
debu rumah tangga dan merupakan salah satu penyebab utama alergi. Berikut ini
adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membatasi jumlah tungau yang
ada di dalam rumah.
Bersihkan dengan cara mencuci atau menggunakan alat penyedot debu,
barang-barang seperti tirai, bantal, kain pelapis furnitur, dan boneka anak secara
rutin. Jangan mengelap permukaan barang dengan kain lap kering karena bisa
menyebarkan alergen, tapi gunakanlah kain lap bersih yang lembap untuk
membersihkan debu. Gunakan selimut yang terbuat dari bahan akrilik dan bantal
yang berbahan sintetis. Sebaiknya hindari penggunaan karpet untuk melapisi
lantai, pilihlah bahan vinil keras atau kayu. Gunakan kerai gulung yang mudah
untuk dibersihkan. Fokuskan mengendalikan tungau debu di kamar tidur dan
ruang tamu karena Anda lebih sering menghabiskan waktu di area tersebut.
Spora kapang.
Spora kapang merupakan alergen yang dilepaskan oleh kapang yang tumbuh
di luar maupun di dalam rumah saat suhu meningkat secara tiba-tiba pada
lingkungan yang lembap.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah spora kapang,
yaitu: 1. Jangan memasukkan pakaian terlalu padat atau pakaian yang lembap ke
lemari pakaian dan jangan menjemur pakaian di dalam ruangan tertutup. 2.
Gunakan penyedot yang mengisap udara keluar dan buka jendela tapi pintu
harus selalu ditutup saat Anda masak atau mandi agar udara yang lembap tidak
menyebar ke seluruh ruangan di dalam rumah. 3. Atasi masalah pengembunan

dan kelembapan di dalam rumah. 4. Pastikan rumah Anda memiliki ventilasi


yang baik dan selalu menjaga rumah dalam kondisi kering.
Hewan peliharaan.
Reaksi alergi dapat terjadi jika Anda memiliki hewan peliharaan atau
mengunjungi rumah yang memiliki hewan peliharaan. Hal ini terjadi karena
terpapar kelupasan kulit mati hewan, kotoran dan urine kering, bukan karena
bulu hewan peliharaan. Sebaiknya tidak memelihara hewan peliharaan jika
memiliki risiko terkena alergi. Di bawah ini ada beberapa petunjuk yang
mungkin bisa membantu mengatasinya: 1. Mandikan hewan peliharaan secara
rutin, setidaknya dua pekan sekali. 2. Cuci semua perabotan yang lembut dan
seprai yang telah dinaiki hewan peliharaan. 3. Batasi hewan peliharaan di
ruangan yang tidak memiliki karpet di dalamnya atau sebisa mungkin jagalah
agar tetap berada di luar ruangan. 4. Rawat dan sikat hewan peliharaan, seperti
anjing atau kucing, secara rutin di luar ruangan. 5. Jangan biarkan kamar tidur
dimasuki oleh hewan peliharaan. 6. Untuk meredakan gejala, minumlah
antihistamin satu jam sebelum memasuki rumah yang memiliki hewan
peliharaan.
2.7. Komplikasi
Komplikasi Klinis
Sekuele yang sering terjadi meliputi otitis media (OM) dan sinusitis yang
masing-masing disebabkan oleh obstruksi tuba eustachius dan ostium sinus.
Sekuele lain meliputi penurunan olfaksi dan penghidu, mengorok, apnea ssat
tidur, dan pada anak yang sedang berkembang timbul kelainan wajah seperti
palatum berarkus tinggi dan maloklusi dental akibat bernapas lewat mulut dalam
jangka panjang.
Penderita rhinitis memiliki risiko terjadinya gejala lain, seperti mudah
marah, mengantuk di siang hari dan gangguan konsentrasi. Hal-hal ini terjadi
karena tidur malam yang terganggu oleh hidung tersumbat atau berair. Jika
rhinitis terjadi pada penderita asma, maka asmanya bisa bertambah parah atau
sering kambuh.

10

Selain beberapa masalah atau gangguan kesehatan yang disebutkan di atas,


rhinitis juga berisiko memunculkan komplikasi seperti yang akan dijelaskan
berikut ini:
a. Sinusitis
Sinus terinfeksi atau mengalami peradangan yang diakibatkan oleh
rhinitis dan kondisi ini merupakan komplikasi rhinitis yang umum
terjadi. Hal ini terjadi karena ingus yang dihasilkan oleh sinus secara
alami tidak bisa mengalir ke hidung melalui saluran kecil seperti biasa
akibat tersumbatnya saluran tersebut.
Gejala sinusitis seperti sakit gigi, demam, hidung tersumbat atau berair,
serta rasa sakit yang parah di sekitar mata, dahi atau pipi bisa diatasi
dengan obat pereda nyeri seperti ibuprofen, aspirin, atau parasetamol.
Jika sinus yang dialami terinfeksi bakteri, disarankan untuk
mengonsumsi antibiotik yang akan diresepkan dokter.
Pastikan untuk membaca petunjuk penggunaan pada kemasan sebelum
mengonsumsi obat-obatan yang disebutkan karena tidak semuanya cocok
atau diperbolehkan meminumnya. Contohnya penderita ulkus peptikum
atau asma tidak disarankan untuk mengonsumsi ibuprofen dan aspirin
tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak yang berusia di bawah 16 tahun.
Operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki pengaliran sinus jika
sinusitis yang dialami sudah cukup lama atau kronis.
b. Infeksi Telinga Bagian Tengah
Rhinitis dapat menyebabkan masalah infeksi telinga bagian tengah atau
otitis media, yaitu gangguan pada tabung Eustachian yang terletak di
belakang hidung. Tabung yang menghubungkan bagian belakang hidung
dan telinga tengah berfungsi untuk mengalirkan cairan.
Cairan yang bertumpuk di telinga tengah akibat rhinitis menjadi
terinfeksi dan menyebabkan infeksi pada telinga bagian tengah. Infeksi
telinga tengah dapat menyebabkan timbulnya gejala-gejala seperti
hilangnya pendengaran, sakit telinga, kehilangan keseimbangan, dan
demam.

11

Ibuprofen atau parasetamol dapat digunakan untuk meredakan demam


dan rasa nyeri. Kebanyakan infeksi telinga akan sembuh dalam dua hari.
Namun jika gejala yang dialami parah dan terus berlangsung, temui
dokter untuk pemeriksaan yang lengkap dan resep antibiotik.
c. Polip Hidung
Polip hidung terkadang bisa terjadi akibat rhinitis. Polip tumbuh akibat
peradangan selaput hidung. Ukuran polip hidung beragam dan bisa
berwarna abu-abu, merah muda atau kuning.
Operasi umumnya diperlukan untuk mengangkat polip yang besar.
Namun jika polip masih berukuran kecil maka dapat diatasi agar tidak
menjadi halangan di hidung dengan menggunakan obat semprot hidung
steroid. Polip bisa mengganggu pernapasan, menghambat sinus, serta
mengurangi kemampuan indra penciuman. Sinusitis dapat terjadi jika
polip hidung tumbuh secara berkelompok atau cukup besar.
2.8. Diagnosa dan Intervensi
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. sekret yang mengental
Intervensi:
1. Kaji penumpukan sekret yang ada
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman (misal: posisi semi
fowler/fowler)
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
2) Gangguan pola tidur b.d. penyumbatan pada hidung
Intervensi:
1. Monitor kebutuhan tidur klien setiap hari
2. Monitor intake nutrisi yang adekuat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Bantu klien membatasi waktu tidur siang dengan memberi aktivitas yang
meningkatkan keterjagaan, bila perlu

12

5. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien


6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur
3) Defisit Pengetahuan b.d ketidaktahuan informasi
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit yang diderita klien
3. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit
4. Minta klien menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala penyakit

13

Bab 3
Penutup
3.1. Kesimpulan
Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin
dikelompokkan baik sebagai rhinitis alergik atau non alergik. Rhinitis alergi
secara umum didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung yag terjadi setelahh
paparan alergen melalui inflamasi yang diperantai IgE pada mukosa hidung.
Meksipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan rhinitis alergi dianggap
penyakit yang serius karena akan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Pasien dengan rhinitis diinstruksikan untuk menghindari allergen atau iritan,
seperti debu, asap, bau, tepung, sprei, atau asap tembakau. Untuk kesembuhan
yang maksimal pasien diinstruksikan untuk menghembuskan hidung sebelum
memberikan obat apapun kedalam rongga hidung.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa yang mempunyai banyak kesibukkan dan aktifitas yang
banyak diharapkan kita bisa menjaga kesehatanya apa lagi terkait dengan rhinitis
alergi ini yang sangat rentan kepada siapa saja.
Sebagai Mahasiswa kesehatan tidak hanya kita bisa memberikan
penyuluhan ataupun merawat orang-orang yang sakit tapi yang utama kita harus
memperhatikan keadaan diri kita sendiri dulu.
Bagi penderita rhinitis alergi cara yang tepat untuk menghindari gejala
penyakit ada baiknya menghindarkan kontak langsung dengan debu ataupun
allergen yang membuat alergi. Bila alergi sudah parah ada baiknya segera
konsultasikan ke dokter.

14

Daftar Pustaka
Alodokter.2016.Rhinitis. http://www.alodokter.com/rhinitis/penyebab.Diakses
pada tanggal 11 September 2016
Adams, George L.,dkk.1989.Boeis Fundamnetal of Otolaryngology.Edisi ke
6.Diterjemahkan oleh: Caroline Wijaya.Jakarta:Buku Kedokteran EGC
NHS Choices Your health, your choices.Allergic Rhinitis Prevention
http://www.nhs.uk/Conditions/Rhinitis--allergic/Pages/Prevention.aspx.Diakses pada tanggal 11 Sepetember 2016
Williams, Lippincott, dan Wilkins.2005.Greenbergs text-Atlas of Emergency
Medicine.Jilid 1.Diterjemahkan oleh: dr. Huriawati Hartanto
M..Jakarta:Erlangga

15

Anda mungkin juga menyukai