Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah: Ekonomi Islam
Dosen Pengampu: Taufiq Hidayat, Lc., MIS.

Disusun oleh:
Kharisma Adi Nuramalia
1405015073
PBSB-2

PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
1

2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

Ekonomi Islam merupakan suatu bentuk ekonomi yang berasaskan


atau berdasarkan tuntunan yang ada di Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalam ekonomi, tentu ada beberapa bentuk kebijakan-kebijakan
yang

akan

membantu

menjaga

atau

mengembalikan

atau

memperbaiki atau mengendalikan masalah-masalah ekonomi yang


ditimbulkan. Seperti halnya dalam ekonomi konvensional, dalam
ekonomi

Islam

juga

terdapat

kebijakan-kebijakan

ekonomi.

Kebijakan-kebijakan tersebut ialah kebijakan fiskal dan kebijakan


moneter.
Kebijakan

fiskal

adalah

suatu

kebijakan

yang

diambil

oleh

pemerintah untuk memutuskan masalah ekonomi yang menyangkut


mengenai fiskal (pajak). Sedangkan, kebijakan moneter adalah
suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengendalikan
masalah suku bunga dan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
Semua

tujuan

dari

kebijakan-kebijakan

tersebut

ialah

untuk

menstabilkan atau mengendalikan atau mengatur perekonomian


suatu negara tersebut. Dengan kata lain ialah untuk mencegah
terjadinya deflasi atau inflasi.
Dalam ekonomi Islam, pengertian dan konsep kebijakan moneter
sedikit berbeda dengan pengertian dan konsep dari kebijakan
moneter dalam ekonomi konvensional. Perbedaan tersebut timbul
karena

adanya

hal-hal

yang

diperbolehkan

dalam

ekonomi

konvensional tetapi di dalam ekonomi Islam dilarang atau tidak


diperbolehkan.
1.2.

RUMUSAN MASALAH
2

1. Apa pengertian, konsep, dan macam-macam dari kebijakan


moneter dalam Islam?
2. Perbedaan apakah yang

ada

dalam

kebijakan

moneter

konvensional dan kebijakan moneter Islam?


3. Bagaimana peran bank sentral dalam pengambilan kebijakan
moneter Islam?
4. Bagaimana kebijakan moneter pada masa klasik dan modern?
5. Bagaimana pengaplikasian instrumen kebijakan moneter dalam
Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi, Konsep, dan Macam Kebijakan Moneter Islam

Moneter menurut bahasa berasal dari kata latin yaitu moneta yang
artinya uang. Sedangkan menurut istilah moneter adalah segala
aktifitas yang berkaitan dengan arus keuangan, baik teori-teori
tentang uang, pengelolaan, kebijakan, instrumen maupun institusi
yang menjadikan uang sebagai objek aktifitasnya. Jadi, Kebijakan
moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah
untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan
jumlah uang yang beredar.
Jumlah uang yang beredar dalam analisis ekonomi makro memiliki
pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian, juga
terhadap stabilitas harga-harga. Uang beredar yang terlalu tinggi
tanpa disertai kegiatan produksi yang seimbang akan ditandai
dengan naiknya tingkat harga-harga pada seluruh barang dalam
perekonomian atau dikenal dengan istilah inflasi.
Kebijakan moneter dalam perekonomian modern dilakukan melalui
berbagai instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market
operation), penentuan tingkat bunga, ataupun penentuan besarnya
cadangan wajib dalam sektor perbankan. Ada instrumen lain yang
digunakan

oleh

pemerintah

selaku
3

pengelola

moneter,

yaitu

imbauan moral atau moral persuasion. Sektor yang paling berperan


dalam berlangsungnya kebijakan moneter adalah sektor perbankan.
Melalui pengaturan sektor perbankan itulah, pemerintah mencoba
menerapkan kebijakan-kebijakan moneternya dengan menggunakan
instrumen atau alat-alat seperti yang telah diuraikan di atas.
Namun krisis ekonomi yang terjadi pada 1997 telah mengajarkan
banyak hal. Perekonomian Indonesia yang ikut terseret dalam
pusaran krisis yang berkepanjangan, ditengarai akibat pengelolaan
kebijakan moneter yang tidak efektif. Bahkan keterlibatan IMF dan
Bank Dunia membantu pemerintah Indonesia dalam penanganan
krisis secara moneter, justru membuat keadaan semakin parah.
Itulah antara lain yang membuat efektivitas kebijakan moneter
dalam mengelola perekonomian banyak diperdebatkan para ahli.
Salah satu penyebab ketidakefektifan itu adalah digunakannya suku
bunga perbankan sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter.
Selain itu, kebijakan moneter dianggap lebih baik sebagai alat
stabilitas kegiatan ekonomi oleh negara, karena1:
1. Tidak menimbulkan masalah crowdingout;
2. Decision lag-nya tidak terlalu lama, sehingga waktu pelaksanaan
kebijakan dapat disesuaikan dengan masalah ekonomi yang
dihadapi;
3. Tidak menimbulkan beban kepada generasi yang akan datang
dalam bentuk keperluan untuk membayar bunga dan mencicil
utang pemerintah
Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan,
menambah, atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya
mempertahankan
sekaligus

kemampuan

mengendalikan

ekonomi

inflasi2.

Jika

untuk
yang

terus

dilakukan

tumbuh
adalah

menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah dikatakan


1 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011, h. 191-192
2 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta:
LPFE UI, 2008, h. 435
4

menempuh kebijakan moneter ekspansif. Sebaliknya, jika jumlah


uang yang beredar dikurangi, pemerintah menempuh kebijakan
kontraktif atau biasa juga dikenal sebagai kebijakan uang ketat.
Instrumen kebijakan moneter lain berkisar dari kebijakan kredit
selektif sampai moral suasion, suatu kebijakan yang sederhana,
tetapi sering sangat efektif. Kebijakan moneter dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu3:
1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu kebijakan
umum yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah penawaran
uang dan tingkat bunga dalam perekonomian.
a. Operasi pasar terbuka
b. Mengubah
persyaratan
cadangan
minimum

(reserve

requirement)
c. Mengubah tingkat bunga (discount rate)
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif
a. Pengawasan pinjaman secara selektif yaitu menentukan jenisjenis pinjaman mana yang harus dikurangi atau digalakkan
b. Pembujukan moral, yaitu bank sentral mengimbau serta
membujuk kepada bank-bank untuk melakukan suatu hal
yang diarahkan, misalnya pada saat terlalu banyak jumlah
uang beredar, bank sentral bisa membujuk kepada bank untuk
mengurangi penyaluran kreditnya
Banyak faktor yang mempengaruhi pemerintah dan sistem bank
dalam menentukan jumlah penawaran uang pada suatu waktu
tertentu.

Tingkat

bunga

tidak

mempunyai

peranan

dalam

menentukan jumlah uang yang ditawarkan pada suatu waktu


tertentu. Perubahan tingkat bunga dalam analisis parsial saat ada
pergeseran baik permintaan dan penawaran uang.
2.2

Sistem Kebijakan Moneter dalam Islam

Dasar pemikiran dari manajemen moneter dalam konsep Islam


adalah terciptanya stabilitas permintaan uang dan mengharapkan
3 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar.... h. 193-195
5

permintaan

uang

tersebut

kepada

tujuan

yang

penting

dan

produktif. Sehingga, setiap instrumen yang akan mengarahkan


kepada instabilitas dan pengalokasian sumber dana yang tidak
produktif akan ditinggalkan.
Dalam teori Keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan
spekulatif akan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan
suku bunga (The theory of liquidity preferance). Pergerakan suku
bunga merupakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk
spekulatif. Semakin tinggi permintaan uang untuk spekulatif maka
semakin rendah tingkat bunga yang berlaku di pasar. Begitu juga
sebaliknya, apabila permintaan uang spekulatif menurun maka
tingkat suku bunga akan relatif meningkat.
Penurunan tingkat suku bunga yang disertai dengan harapan akan meningkat
merangsang orang atau perusahaan untuk tetap menyimpan uangnya. Karena dalam
perekonomian kapitalis bunga seringkali berfluktuasi. Dengan penghapusan bunga ini
dan adanya kewajiban pembayaran pajak atas biasa produktif yang
menganggur dalam manajemen moneter Islam serta kewajiban akan
zakat 2,5% setahun dapat meminimalisir permintaan spekulatif akan uang4.
Penghapusan suku bunga akan menghilangkan insentif orang untuk
memegang

uang

yang

menganggur

(idle

fund),

sehingga

mendorong orang untuk melakukan:


-

Qard (meminjam harta kepada orang lain)


Penjualan muajjal
Mudharabah

Para pemilik dana menginvestasikan dananya pada kegiatan yang


memberikan keuntungan aktual terbesar

(actual return), jadi

semakin tinggi permintaan uang untuk investasi di sektor riil atau


kebutuhan akan persediaan dana untuk investasi semakin besar
maka tingkat keuntungan harapan yang akan diberikan relatif
4 M. Umer Chapra, Alquran menuju system moneter yang adil. Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997, h. 165-166
6

menurun.

Karena

besarnya

tingkat

actual

return

ini

tidak

berfluktuasi seperti halnya suku bunga maka sebagai opportunity


cost tidak memberikan jaminan terhadap penggunaan dana yang
tersedia.
Dalam kata lain, tidak ada mekanisme kontrol dari suku bunga
dalam

mengalokasikan

untuk

apa

dana

pinjaman

tersebut

digunakan. Di satu sisi bunga merupakan biaya modal (cost of


capital) yang sudah pasti harus dibayar di masa yang akan datang.
Peristiwa ini menjadikan para peminjam dana berusahan untuk
mendapatkan nilai tambah dana tersebut guna menutupi biaya
bunga. Jika tidak ada mekanisme kontrol disertai dengan rentannya
fluktuasi suku bunga maka memungkinkan dana akan dialokasikan
untuk usaha-usaha yang tidak bersinggungan dengan sektor riil;
karena dasar pengembalian keputusan merupakan bukanlah nilai di
sektor riil, akan tetapi nilai tambah akan uang yang bisa didapatkan
dari dunia maya dan bukannya sektor riil. Perilaku ini akan
mengurangi sumber dan peminjam investasikan di sektor riil.
Dalam strategi manajemen moneter Islam, ketika ada penurunan
actual return dari investasi sektor riil (kondisi ekonomi sedang lesu)
maka hal ini akan direspons oleh para pemegang dana untuk
mengurangi investasinya dan cenderung lebih memegang uang kas
riil.

Dan

apabila

itu

terjadi,

kebijakan

yang

akan

ditempuh

pemerintah adalah meningkatkan biaya atas aset atau dana yang


tidak

digunakan

(dues

of

idle

fund).

Kebijakan

ini

akan

memposisikan pemilik dana menanggung sejumlah biaya dari


pengangguran uang. Akibatnya mereka akan menginvestasikan
uangnya dan menurunkan permintaan kas riil.
Strategi dasar dalam manajemen Islam menurut mazhab kedua
(mazhab mainstream) adalah:

a. Tidak adanya suku bunga sebagai biaya dari modal (cost of


capital) dan dikenakannya pajak bagi aset produktif yang
dibiarkan menganggur atau tidak digunakan (dues on idle
fund), hal ini bertujuan untuk mendorong pemilik modal
untuk menginvestasikan sejumlah kekayaan pada sektor riil
yang produktif.
b. Adanya mekanisme sistem bagi hasil dalam transaksi
syirkah akan memberikan kesempatan yang luas bagi
masyarakat secara bersama-sama ikut serta dalam kegiatan
perekonomian, yang pada akhirnya terjadi pemerataan
kesempatan

kerja

dan

akan

terealisasikan

ketika

kesempatan berusaha dapat dimiliki oleh semua orang.5


c. Terciptanya kepastian berusaha yang didukung dengan
tidak adanya suku bunga yang ditentukan di muka dalam
transaksi

pinjam-meminjam.

Sedangkan

satu-satunya

perhitungan biaya dana peminjaman yang ditentukan di


muka adalah perhitungan risiko bagi hasil (profit sharing
ratio), sedangkan besarnya bagi keuntungan yang harus
ditanggung oleh peminjam dana adalah besarnya nisbah
bagi

hasil

didapat.

dikalikan

Kondisi

dengan

ini

dapat

keuntungan
memungkinkan

aktual

yang

terciptanya

kepastian berusaha bagi peminjam dana karena mereka


akan

membayar

tambahan

bagi

hasil

sesuai

dengan

keuntungan yang diperoleh dari usahanya. Karena besarnya


profit sharing ratio tidak berfluktuatif sepeti halnya suku
bunga maka dunia usaha akan relatif lebih stabil. Karena
profit sharing ratio dibagi berdasarkan pendapatan aktual
yang diterima oleh peminjam dana dan bukan berdasarkan
pendapatan ekspetasi seperti pada bunga.
Strategi dasar manajemen moneter Islam menurut mazhab ketiga,
yaitu:
5 Ibid.,.
8

a. Bahwa

penawaran

uang

(Ms)

mengikuti

besarnya

permintaan uang (Md), atau dengan kata lain keseimbangan


Ms = Md selalu terjaga. Sedangkan, Md merupakan fungsi
dari Permintaan Agregatif (AD). Dengan kata lain, Ms juga
merupakan fungsi dari Permintaan Agregatif (AD).
b. Bahwa penentuan besarnya Ms yang merupakan refleksi
dari

MD

ditentukan

melalui

shuratic

process

(proses

musyawarah) yang melibatkan para pelaku ekonomi di


sektor riil.
c. Shuratic process akan efektif jika masyarakat mempunyai
pengetahuan merata (induced knowledge).
2.3

Peran Bank Sentral dalam Kebijakan Moneter

Bank sentral mulai berfungsi sebagai pengelola kebijakan moneter


dimulai ketika uang kertas mulai menggantikan uang emas dan
uang yang dikeluarkan oleh bank sentral tidak lagi didukung dengan
cadangan emas. Di samping fungsiya sebagai pengatur aliran dan
pertukaran valuta asing, Lender of the last resort dan supervisi
bank, haruslah diakui peran bank sentral sebagai pengelola
kebijakan moneter tetap merupakan tugas utama bank sentral. Ini
tercermin dari pernyataan mantan Menteri keuangan AS, Lawrence
Summer, Monetary the century and beyonds depends as much on
monetary policies as on any other factor...
Konsep bank sentral dengan segala tanggung jawab dan fungsinya
ini, sesungguhnya tidak dikenal dalam sejarah perekonomian Islam.
Apalagi seperti dijelaskan di muka, bank sentral sendiri merupakan
inovasi baru dalam sistem ekonomi konvensional, sehingga wajar
apabila fungsi dan kedudukan bank sentral dalam konteks ekonomi
Islam sekarang patut diperdebatkan.
Bahkan

Muhammad

Anwar

(dalam

Tamanni,

2002)

melihat

keberadaan bank sentral sebagai sesuatu yang tidak Islami.


Alasannya,
menciptakan

pengeluaran
seignorage

fiat

money

kepada
9

telah

pemerintah,

secara
dan

langsung
proses

ini

sekaligus mentransfer properti riil dari masyarakat kepada pihak


berkuasa. Jelas ini bertentangan dengan apa yang diperintahkan
oleh syariah, sebagaimana firman Allah SWT.6:


Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS. AlBaqarah:188).
Tidak Islaminya bank sentral ini terkait dengan kegiatan pengedaran
uang yang dilakukannya, di mana bank sentral sebagai tangan
pemerintah, memperoleh pendapatan yang tidak adil dari uang
yang beredar atau seignorage. Dalam bahasa mudah, seignorage
adalah pendapatan yang diterima dari mencetak uang, di mana nilai
nominal uang yang dicetak jauh lebih besar daripada nilai kertas
dan biaya pencetakannya.
Untuk menangani masalah tersebut, bank sentral Islam akan
menjadi kemudi bagi sebuah sistem yang berbeda dan menantang.
Sehingga itu tidak akan menjadikannya bank sentral yang pasif atau
pengikut jinak teknik konvensional. Bank sentral harus memberikan
peran keteladanan dan aktif dalam keseluruhan proses islamisasi
dan evolusi yang berkelanjutan sistem perbankan, paling tidak
sampai sistem tersebut menjadi layak dan kuat. Bank sentral juga
memiliki peran sebagai inovator, penasihat kepada pemerintah,
juga lembaga finansial, dan pendidik masyarakat.
Selain itu, untuk menjamin otonomi bank sentral, perlu adanya
jaminan bagi sumber pendapatan independen untuk membiayai
pengeluarannya.

Bank

sentral

harus

diizinkan

meningkatkan

pendapatan melalui7:

6 Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama, Semarang: Toha Putera,


1989, QS. Al-Baqarah ayat 188.
10

1. Biaya

pelayanan

yang

dibebankan

atas

pemerintah,

bank

komersial, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya bagi jasajasa yang telah diberikan mereka, dan
2. Investasi cadangan statuta yang dipertahankan oleh bank
komersial
3. Hak untuk memperoleh sebagian pendapatan yang didapatkan
dari pinjaman mudharabah kepada bank komersial.
2.4Kebijakan Moneter dan Bank Sentral pada Masa Islam Klasik
Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan kebijakan untuk mengelola permintaan
dan penawaran uang di pasar sehingga kondusif bagi pembangunan 8. Pasa masa Islam
awal telah dikenal sebuah lembaga yang bernama Bait al Mall yang berperan serupa
dengan bank sentral yang dikenal masa kini. Bait al Maal atau Baitul Maal
merupakan suatu badan keuangan nasional yang memiliki cabang-cabang di seluruh
negeri islam, di mana ia menjalankan hampir semua fungsi dari bank sentral masa
kini, misalnya menerbitkan uang dan menjaga stabilitas nilainya.
Konsep Baitul Maal mendasarkan ajaran Islam di mana Allah adalah pencipta alam
semesta

ini,

sementara

manusia

hanyalah

pemegang

kepercayaan

untuk

memanfaatkan alam semesta sesuai dengan petunjuk Allah. Negara (kekhalifahan)


dibentuk untuk mengemban amanah menjalankan ajaran-ajaran Allah, termasuk
didalamnya menjaga kesejahteraan masyarakat dan mengatur hak milik masyarakat
atas harta benda. Untuk menjalakan fungsi inilah kemudian dibentuk Bait al Maal, di
mana pada saat itu terdiri dari 3 institusi yaitu :
a. Bait al Maal al Khas
Bait al Maal al Khas merupakan institusi perbendaharahaan negara yang
khusus berfungsi mengelola dana-dana penyelanggaraan pemerintahaan.
Bebarapa contoh dari hal ini adalah pengeluaran pribadi khalifah,
perawatan fasilitas negara, pensiunan anggota khakifah, pengawal

7 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, Terjemahan dari Toward Just Monetary System,
diterjemahkan Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 106-107.

8 http://akuntansicash.blogspot.com/2014/11/kebijakanmoneter-dan-ekonomiislam.html diakses pada tanggal 12 Juni 2015 pukul 15.00 WIB.


11

khalifah, hadiah kepada tamu-tamu negara dan pengeluaran khusus


laninya.
b. Bait al Maal
Bait al Maal merupakan bank nagi negara islam, tugas lembaga ini masih
sederhana, tetapi telah menjalankan fungsi-fungsi dasar bank sentral
sebagaimana dalam perekonomian modern kecuali penerbitan mata uang,
pengadaan kredit, dan pengawasan suku bunga. Fungsi penerbitan uang
tidak dilakukan karena pada waktu itu masyarakat muslim menggunakan
mata uang yang diterbitkan oleh negara lain yaitu Dinar Romawi dan
Dirham Persia.
c. Bait al Maal al Muslimin
Bait al Maal al Muslimin merupakan lembaga pembendaharaan dalam arti
yang lebih luas, yaitu perbendaharaan bagi seluruh kaum muslimin dan
masyarakat umum yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan dan
menyalurkan dana untuk kepentingan umum, misalnya penyediaan
pekerjaan umum, perbaikan jalan-jalan dan jembatan, masjid dan fungsi
publik lainnya. Sejarah membuktikan bahwa upaya peningkatan
kesejahteraan ini tidak hanya mencakup masyarakat muslim tetapi juga
nonmuslim.

2.5 Kebijakan Moneter dalam Perspektif Modern


Umer Capra menyebutkan tujuan utama dan fungsi kebijakan moneter dalam
kerangka ekonomi yang Islami adalah untuk mencapai :
a. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh
dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal.
b. Keadilan sosial ekonomi dan distribusi kekayaan, serta pendapatan yang
c.

merata.
Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai suatu
unit yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran masa
depan, serta penyimpanan nilai yang stabil.

12

d. Mobilitas dana tabungan investasi untuk pembangunan ekonomi dalam


suatu cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin
bagi semua pihak yang bersangkutan.
e. semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkam dari
sistem perbankan.
Penghapusan bunga dan penerapan LPS dalam sistem moneter dalam Islam akam
membawa implikasi yang fundamental terhadap instrumen kebijakan yang digunakan.
2.6 Alat-alat Kebijakan Moneter
Pemodifikasian struktur dan mekanisme pengambilan kebijakankebijakan

ekonomi

(fiskal

dan

moneter)

dengan

mencoba

memasukkan instrumen-instrumen keuangan syariah. Sehingga


dapat

diterapkan

di

negara-negara

muslim.

Instrumen

yang

diperlukan untuk mengelola kebijakan moneter di negara muslim


adalah satu kebijakan moneter yang tidak saja akan membantu
mengatur penawaran uang

seirama

terhadap

permintaan riil

terhadap uang, tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk


membiayai defisit pemerintah yang benar-benar riil dan mencapai
sasaran

sosio-ekonomi

masyarakat

Islam

lainnya.

Terhadap

sejumlah elemen untuk mengatur hal ini di antaranya (Chapra,


2000):
1. Target pertumbuhan dalam M dan M0
Setiap tahun bank sentral harus menentukan pertumbuhan
peredaran uang yang diinginkan
sasaran

ekonomi

nasional.

(M) sesuai

Termasuk

dengan

yang

harus

dipertimbangkan dengan sasaran ekonomi nasional adalah


laju

pertumbuhan

ekonomi

yang

memadai

dan

berkesinambungan dan mata uang yang stabil. Target


pertumbuhan dalam M ini harus dilihat ulang setiap kuartal
atau kapan saja bila diinginkan dengan melihat kinerja
perekonomian dan tren variabel penting lainnya. Pilihan
periode ini dipilih karena umumnya kecepatan pendapatan
uang dapat diprediksi dengan tepat selama periode
13

tersebut. Target ekonomi nasional sebaiknya tidak diubahubah, kecuali terjadi gejolak ekonomi, domestik, maupun
eksternal.
2. Saham publik terhadap deposito unjuk (Uang Giral)
Sebagian uang giral bank komersial, sampai ukuran
tertentu, misalnya 25 persen, harus dialihkan kepada
pemerintah

untuk

membiayai

proyek-proyek

yang

bermanfaat secara sosial, di mana prinsip bagi hasil tidak


layak

diterapkan

dalam

kondisi

itu.

Ini

merupakan

tambahan dari jumlah yang dilimpahkan oleh bank sentral


kepada

pemerintah

untuk

melakukan

ekspansi

basis

moneter (M0). Salah satu caranya adalah mengalihkan


sebagian

deposito

unjuk

yang

dimobilisasi

kepada

perbendaharaan publik untuk membiayai proyek-proyek


yang bermanfaat secara sosial, tanpa memaksakan beban
kepada pundak publik lewat pajak yang dikumpulkan.
3. Cadangan wajib resmi
Bank-bank komersil diwajibkan menahan suatu proporsi
tertentu, misalnya 10-20 persen, dari deposito unjuk
mereka dan disimpan di bank sentral sebagai cadangan
wajib.

Bank

sentral

harus

menanggung

ongkos

memobilisasi deposito ini kepada bank-bank komersial,


persis

seperti

pemerintah

menanggung

ongkos

memobilisasi 25 persen deposito untuk divariasikan oleh


bank sentral dengan anjuran kebijakan moneter.
4. Pembatasan kredit
Alat-alat seperti yang disebutkan di atas

akan

mempermudah bank sentral dalam melakukan ekspansi


yang diinginkan pada uang berdaya tinggi, sampai pada
ekspansi yang melebihi batas yang diinginkan.
5. Alokasi kerdit (pembiayaan) yang beriorentasi kepada nilai
Mengingat kredit bank terjadi karena dana yang dimiliki
oleh publik kredit harus dialokasikan dengan bijak agar
bisa membantu mewujudkan kemaslahatan umat. Kriteria
untuk alokasi ini, seperti dalam kasus sumber-sumber daya
14

yang disediakan Allah pada umumnya, harus mewujudkan


sasaran masyarakat Islam dan kemudian memaksimalkan
keuntungan

pribadi.

Hal

ini

dapat

dicapai

dengan

menjamin bahwa:
- Alokasi kredit akan menimbulkan suatu produksi dan
distribusi optimal bagi barang dan jasa yang diperlukan
-

oleh sebagian besar anggota masyarakat


Manfaat kredit dapat dirasakan oleh sejumlah besar

kalangan bisnis di masyarakat


6. Teknik lain
Bank sentral melalui kontak personalnya, konsultasi dan
rapat dengan bank-bank komersial, dapat saling bahumembahu menjaga kekuatan dan memecahkan persoalan
perbankan
dengan

serta

memberikan

tindakan-tindakan

saran

yang

kepada

mereka

diperlukan

untuk

mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan yang diinginkan.


2.7
Dari

Pengaplikasian Kebijakan Moneter Islam Di Negara Muslim


teori-teori

dan

instrumen-instrumen

mengenai

kebijakan

moneter Islam, sudah ada yang mengaplikasikannya dalam proses


pengambilan keputusan mengenai masalah untuk mengatasi jumlah
uang yang beredar. Kebijakan moneter Islam ini banyak diterapkan
di berbagai negara, terutama diterapkan oleh negara Islam dan ada
yang menerapkannya di negara yang mayoritas penduduknya
muslim. Dari sekian banyak ada beberapa yang dapat diambil
contoh, yaitu9:
1. Sudan
Pada masa sebelum diberlakukannya syariah Islam pada sistem
perbankan di Sudan, Bank Sentral Sudan sangat tergantung
pada

instrumen-instrumen

langsung

seperti

tingkat

suku

bunga, plafon kredit (credit celling), ketentuan rasio likuiditas


(statutory liquidity ratio), dan tingkat diskonto. Pada pada tahun
9 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2007, h.
229.
15

1984, setelah diperkenalkan syariah Islam di Sudan, Bank


Sentral Sudan mengeluarkan arahan dan perintah kepada
seluruh bank-bank yang beroperasi di Sudan agar menjalankan
prinsip-prinsip perbankan yang sesuai dengan syariah Islam
dalam aktivitas kesehariannya.
Instrumen-instrumen moneter

yang

digunakan

oleh

Bank

Sentral Sudan dalam operasionalnya adalah sebagai berikut:


a. Reserve requiment, RR paling kurang disediakan 20%
(10% untuk simpanan mata uang asing)
b. Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara
rasio likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan
dalam bentuk mata uang lokal
c. Plafon kredit 90% diprioritaskan pada:
- pertanian,
- ekspor,
- perindustrian,
- pertambangan
dan
energi,transportasi

dan

pergudangan,
- profesional, pengrajin,dan bisnis keluarga ukuran kecil,
- perumahan rakyat,
- investasi pada pasar saham resmi Khartoum.
d. Marjin keuntungan minimum murabahah 10%-50%
e. Penyertaan
minimum
nasabah
untuk
perjanjian
musyarakah

sebagi

alat

untuk

mengatur

jumlah

ketersediaan sumber daya untuk kredit


f. Aturan kredit kualitatif dan kuantitatif seperti:
- Minimum 50% dari kredit diberikan kepada daerah rural
- Kredit tidak diberikan kepada orang atau institusi yang
-

gagal sebelumnya
Seluruh kerdit harus dipastikan memenuhi ketentuan

syariah
g. Foreign Exchange Operation sebagai alat Bank Sentral
Sudan untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang (bukan
untuk fungsi kontrol likuiditas)
h. Open Market Operation dengan menggunakan instrumen
- Central Bank Musharaka Certificate (CMC)
- Government Musharaka Certificate (GMC)
i. Ijarah Certfificate (Sukuk). Sukuk ini merepresentasikan
tiga perjanjian dasar:
- Perjanjian pembelian aset
16

Perjanjian sewa-menyewa
Perjanjian penujalan aset

2. Iran
Iran adalah satu-satunya negara yang menerapkan sistem
perekonomian
pemikiran

dengan

ekonomi

mengacu

Islam

kepada

Mazhab

pemikiran

Iqtishaduna.

teori

Banyak

modifikasi yang dilakukan oleh otoritas moneter di Iran


terhadap sistem perbankannya agar tetap kompetitif di era
persaingan global ini. Berikut adalah instrumen yang dipakai:
a. Resreve Requipment Ratio. Rasio cadangan dari 10%
sampai 30% biasanya digunakan untuk menarik dana yang
dianggurkan yang secara potensial dapat digunakan dalam
peningkatan likuiditas
b. Adjusted Open Market Operation
c. Discount Rates. Karena adanya pelarangan riba maka
instrumen

ini

tidak

digunakan

seluas

konvensional.

Discounting ini terjadi pada sekuritas yang berdasarkan


pada transaksi riil
d. Credit Celling
e. Minimum Expecting Proft Rato of Bank dan Bnks share of
Profit in Various Contract
3. Indonesia
Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi bank sentralnya
mempunyai instrumen moneter syariah diantaranya sebagai
berikut:
a. Giro Wajib Minimum. Dalam pelaksanaannya besaran GMW
adalah 5% dari pihak ketiga yang berbentuk rupiah dan 3%
yang berbentuk mata uang asing
b. Sertifikat Investasi Mudharabah

Antar

bank

Syariah

(sertifikat IMA). Sertifikat IMA adalah suatu instrumen yang


digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana
untuk mendapatkan keuntungan dan di lain pihak sebagai
sarana penyedia dana jangka pendek bagi bank-bank
syariah yang kekurangan dana
17

c. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI (sekarang menjadi


Sertifikat Bank Indonesia Syariah-SBIS). SWBI adalah
instrumen Bank Indonesia yang sesuai dengan syariah
Islam yang digunakan dalam OMO. Selain itu, SWBI ini juga
dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai
kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka
pendek.
d. Pasar Uang Antara Bank Syariah (PUAS). Sebagai fasilitas
bagi bank syariah yang membutuhkan dana di pasar uang,
sehingga mereka dapat saling mengadakan perjanjian
antarbank syariah.

18

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh

pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui


pengaturan jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif, yaitu kebijakan
umum

yang

bertujuan

untuk

mempengaruhi

jumlah

penawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian.


a. Operasi pasar terbuka
b. Mengubah persyaratan cadangan minimum (reserve
requirement)
c. Mengubah tingkat bunga (discount rate)
2. Kebijakan moneter yang bersifat kualitatif
a. Pengawasan pinjaman secara selektif
b. Pembujukan moral
Sistem kebijakan moneter Islam:
-

menurut mazhab pertama


menurut mazhab kedua (mazhab mainstream)
menurut mazhab ketiga (mazhab alternatif)

Bank sentral juga memiliki peran sebagai inovator, penasihat


kepada

pemerintah,

juga

lembaga
19

finansial,

dan

pendidik

masyarakat. Selain itu, untuk menjamin otonomi bank sentral, perlu


adanya

jaminan

membiayai

bagi

sumber

pengeluarannya.

pendapatan
Bank

sentral

independen
harus

untuk

diizinkan

meningkatkan pendapatan melalui:


1. Biaya pelayanan yang dibebankan atas pemerintah, bank
komersial, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya bagi
jasa-jasa yang telah diberikan mereka, dan
2. Investasi cadangan statuta yang dipertahankan oleh bank
komersial
3. Hak untuk
didapatkan

memperoleh
dari

sebagian

pinjaman

pendapatan

mudharabah

kepada

yang
bank

komersial.
Kebijakan moneter dan peran Bank Sentral pada masa Islam klasik:
a. Bait al Maal al Khas
b. Bait al Maal
c. Bait al Maal al Muslimin
Kebijakan moneter dalam perspektif modern
Umer Capra menyebutkan tujuan utama dan fungsi kebijakan moneter dalam
kerangka ekonomi yang Islami adalah untuk mencapai :
a. Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh
dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal.
b. Keadilan sosial ekonomi dan distribusi kekayaan, serta pendapatan yang
merata.
c. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai suatu
unit yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran masa
depan, serta penyimpanan nilai yang stabil.
d. Mobilitas dana tabungan investasi untuk pembangunan ekonomi dalam
suatu cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin
bagi semua pihak yang bersangkutan.
e. semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal diharapkam dari
sistem perbankan.
Alat kebijakan moneter menurut Chapra:
20

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Target pertumbuhan dalam M dan M0


Saham publik terhadap deposito unjuk (Uang Giral)
Cadangan wajib resmi
Pembatasan kredit
Alokasi kerdit (pembiayaan) yang beriorentasi kepada nilai
Teknik lain

Pengaplikasian Kebijakan Moneter Islam


1. sudan
2. Iran
3. Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Al-Arif, M. Nur Rianto, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Solo: PT. Era Adicitra
Intermedia, 2011.
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama, Semarang: Toha
Putera, 1989.
Chapra, M. Umer, Sistem Moneter Islam, Terjemahan dari Toward Just
Monetary System, diterjemahkan Ikhwan Abidin Basri, Jakarta: Gema
Insani Press, 2000.
Chapra, M. Umer, Alquran: Menuju Sistem Moneter yang Adil. Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Nasution, Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi,
Jakarta: LPFE UI, 2008.
http://akuntansicash.blogspot.com/2014/11/kebijakanmoneter-danekonomi-islam.html diakses pada tanggal 12 Juni 2015 pukul 15.00
WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai