Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN


Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ISSN 1410-6086

DENITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR YANG MENGANDUNG


ASAM NITRAT DENGAN PROSES BIOOKSIDASI
Zainus Salimin, Jaka Rachmadetin
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN
ABSTRAK
DENITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR YANG MENGANDUNG ASAM NITRAT
DENGAN PROSES BIOOKSIDASI. Limbah radioaktif cair aktivitas rendah 10-4 Ci/m3 yang mengandung
asam nitrat 10 % berat ditimbulkan dari proses penghilangan kerak evaporator dan limbah asam nitrat (2-3) N
dari pengambilan kembali uranium dalam gagalan fabrikasi bahan bakar. Limbah tersebut termasuk bahan
berbahaya, beracun dan radioaktif yang kadarnya melebihi baku mutunya untuk dilepas ke lingkungan. Oleh
karena itu, asam nitratnya harus diuraikan dan unsur radioaktifnya diendapkan. Proses biooksidasi limbah
radioaktif cair simulasi yang mengandung asam nitrat 2,5% atau 25000 ppm dan aktivitas uranium 10-4 Ci/m3
atau 3700 Bq/l dengan campuran bakteri mutan bacillus sp, pseudomonas sp, aeromonas sp, dan
arthrobacter sp untuk denitrifikasi asam nitrat dan pengendapan uranium telah dilakukan. Bakteri yang diberi
nutrisi dan aerasi memerlukan waktu aklimatisasi 82 jam dalam limbah di mana deviasi nilai efisiensi
penguraian nitrat dan penyisihan uranium masing-masing kurang dari 10%. Waktu proses 88 jam dapat
menurunkan kadar nitrat menjadi 18,75 ppm yang telah memenuhi nilai baku mutunya (20 ppm) dengan
efisiensi penguraian nitrat 99,29%. Kadar uranium dalam beningan sebesar 817 Bq/l (nilai baku mutunya
1000 Bq/l) dicapai selama waktu proses 464 jam atau 19 hari.
Kata kunci: limbah radioaktif cair, asam nitrat, denitrifikasi
ABSTRACT
DENITRIFICATION OF LIQUID RADIOACTIVE WASTE CONTANING NITRIC ACID BY
BIOOXIDATION PROCESS. Low level liquid radioactive waste of 10-4 Ci/m3 containing nitric acid of 10
% by weight is generated from descalling activity of evaporator, and nitric acid waste of (2-3) N from
uranium recovery of the nuclear fuel fabrication failure. This waste is classified as the toxic-dangerous and
radioactive materials, so the nitric acid must be degraded and the radionuclides must be precipitated. The
denitrification by biooxidation process of simulation liquid radioactive waste containining nitric acid of 2,5
% (25000 ppm) and uranium activity of 10-4 Ci/m3 (3700 Bq/l) using the mixture of aerobic mutant bacteria
of bacillus sp, pseudomonas sp, aeromonas sp, and arthrobacter sp for nitric acid degradation and uranium
precipitation has been performed. The bacteria giving nutrient and aeration needs the acclimatitation period
of 82 hours on the liquid waste in which deviation value of the efficiencies of nitric acid degradation and
uranium elimination be inferior to 10 %. On the process period of 88 hours, the nitric acid decreases to the
value of 18,75 ppm and the period of 464 hours (19 days) is needed for decreasing the uranium concentration
of 817,08 Bq/l, conforming its standard quality for releasing to the environment (nitric acid concentration of
20 ppm and uranium activity of 1000 Bq/l).
Key words: liquid radioactive waste, nitric acid, denitrification

PENDAHULUAN
Limbah radioaktif cair aktivitas
rendah yang mengandung asam nitrat
ditimbulkan dari kegiatan penghilangan
kerak pada evaporator dan pengambilan
kembali uranium dari gagalan fabrikasi
bahan bakar nuklir. Proses pengolahan
limbah radioaktif cair berpelarut air dari
kegiatan nuklir dilakukan melalui pemekatan
larutan dengan proses evaporasi. Air
duapkan sehingga larutan menjadi pekat
sebagai konsentrat di mana seluruh unsur
radioaktif terpekatkan di dalam konsentrat.
Uap airnya diembunkan menjadi destilat
yang tidak terkontaminasi, di dalam
evaporator, limbah cair pada titik didihnya
mengalir melewati bagian dalam tube dan

steam pemanas dalam shell. Limbah cair


terpekatkan sehingga kandungan garamnya
meningkat. Untuk garam-garam kesadahan
tetap seperti garam sulfat dan klorida dari
kalsium, magnesium dan silikat, pada suhu
tinggi kelarutannya turun. Kondisi tersebut
menyebabkan terbentuknya deposit kerak
(scale) pada dinding bagian dalam tube yang
merupakan tahanan transfer panas, kerak
penghambat proses transfer panas dari steam
ke limbah cair, sehingga kerak tersebut
harus dihilangkan dari permukaan dinding
bagian dalam tube evaporator. Kerak
dihilangkan dengan perendaman dinding
bagian dalam tube tersebut dengan asam
nitrat 10 % supaya kerak lepas, rontok atau
larut [1,2]. Asam nitrat tersebut setelah
digunakan 8-10 kali akan menjadi limbah
149

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

cair aktivitas rendah 10-4 Ci/m3 dengan


jumlah 2 m3/tahun.
Dalam kegiatan fabrikasi bahan
bakar nuklir, bila elemen
bakar yang
dihasilkan tidak lolos uji kualitas maka
gagalan operasi fabrikasi tersebut diproses
ulang
untuk
pengambilan
kembali
uraniumnya. Pellet bahan bakar diambil dari
kelongsongnya, kemudian dilarutkan dalam
asam nitrat, selanjutnya dilakukan proses
ekstraksi untuk pengambilan uraniumnya.
Dari kegiatan pengambilan kembali uranium
dalam
gagalan
fabrikasi
tersebut
menimbulkan limbah asam nitrat 2-3 N
dengan jumlah 400 liter/tahun aktivitas 10-4
Ci/m3 yang mengandung amonium nitrat dan
aluminium nitrat konsentrasi rendah [3].
Limbah asam nitrat tersebut termasuk
limbah bahan berbahaya beracun (B3) dan
radioaktif yang kadarnya melebihi baku
mutunya untuk dilepas ke lingkungan,
sehingga limbah harus diolah. Pengolahan
limbah asam nitrat tersebut melalui proses
evaporasi langsung tidak dapat dilakukan
karena akan beresiko merusak evaporator
Zat organik + Sel + O2 + Nutrisi
Sel + O2 + N + P

ISSN 1410-6086

dan menimbulkan gas yang menyebabkan


kerusakan operasi anal. Oleh karena itu,
asam nitratnya harus diuraikan dan unsur
radioaktifnya
diendapkan.
Proses
denitrifikasi limbah asam nitrat kadar 2,5 %
(25000 ppm) aktivitas 10-4 Ci/m3 (3700
Bq/l) dengan campuran bakteri yang
mengandung spesies pseudomonas dipelajari
untuk mencari alternatif proses pengolahan
limbah radioaktif cair yang mengandung
asam nitrat.
Teori
Prinsip biooksidasi
Bila dalam larutan terdapat zat
organik yang merupakan bahan beracun dan
berbahaya yang memberi nilai BOD dan
COD tinggi, bakteri aerob yang diberi aerasi
dan nutrisi akan tumbuh berkembang biak
memakan zat organik tersebut sehingga
terurai menjadi CO2 dan H2O sehingga nilai
BOD dan COD nya menjadi turun. Reaksi
penguraian zat organik oleh bakteri (sel)
mengikuti persamaan 1 dan 2 [4, 5, 6] :

Sel baru + CO2 + H2O + Residu selular tahan urai.......... (1)

CO2 + H2O + Residu selular tahan urai ....... (2)

Tabel 1. Nutrisi yang dibutuhkan untuk oksidasi biokimia dalam jumlah yang kecil
(bentuk ion) [4].
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

150

Jenis Nutrisi
Mn
Cu
Zn
Mo
Se
Mg
Co
Ca
Na
K
Fe
CO3

Kadar mg/mg BOD


10x10-5
14,6x10-5
16x10-5
43x10-5
14x10-10
30x10-4
13x10-5
62x10-4
5x10-5
45x10-4
12x10-3
27x10-4

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ISSN 1410-6086

Gambar 1. Tipe-tipe lumpur aktif [4]

Sel baru dan residu selular tahan


urai membentuk biomassa yang mampu
melakukan biosorpsi unsur radioaktif dan
logam berat. Nutrisi adalah komponen yang
dibutuhkan bakteri untuk metabolisme zat
organik, terdiri dari nutrisi minor dan nutrisi
pokok. Nutrisi minor adalah nutrisi yang
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil seperti
ditunjukkan pada Tabel 1, yang biasanya
telah ada dalam jumlah yang cukup dalam
air. Nutrisi pokok adalah nutrisi yang
diperlukan
oleh
bakteri
untuk
menghilangkan BOD secara efektif yang
berupa N dan P. Di dalam prakteknya nutrisi
tersebut diberikan pada kuantita BOD : N : P
= 100 : 5 :1 [4].

Biomassa atau lumpur aktif yang


terbentuk mempunyai 3 bentuk yaitu
filamentous bulking, non bulking, dan pin
point seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1. Lumpur jenis filamentous bulking
merupakan lumpur bentuk filamen sambung
menyambung, yang mudah menyebabkan
tersumbatnya
sistem resirkulasi
dan
peralatan aerasi. Lumpur filamen terbentuk
dari air limbah yang mengandung glukosa,
sakarosa, laktosa dan bahan sejenis.
Kekurangan oksigen terlarut dalam air
limbah pada konsentrasi oksigen < 0,1 mg/l
juga menyebabkan terbentuknya lumpur
filamen.

Gambar 2. Hubungan oksigen terlarut dengan rasio F/M pada flok aerobik [4]
Proses Denitrifikasi

151

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Denitrifikasi merupakan proses


reduksi nitrat menjadi nitrit dan kemudian
diubah menjadi gas nitrogen. Proses
denitrifikasi umumnya terjadi dalam
keadaan anoksik (tanpa oksigen) namun ada
beberapa bakteri yang dapat menguraikan
asam nitrat dalam keadaan oksik atau aerob,
karena bakteri yang dipakai adalah bakteri
aerob,
menghabiskan
BOD/COD,
menghasilkan alkalinitas dan sel baru. Nitrit
dan nitrat berfungsi sebagai akseptor
elektron,
sedangkan
organik
karbon
(substrat) sebagai donor elektron. Nitrat
direduksi oleh bakteri aerob pseudomonas
menjadi N2, kemudian nitrogen dapat
dilepaskan dari air limbah dalam bentuk gas.
Persamaan reaksi berdasarkan tahapannya

ISSN 1410-6086

seperti yang diperlihatkan pada persamaan


3,4 dan 5 [4].
Reaksi 3 merupakan reaksi tahapan
awal yang dilanjutkan dengan reaksi 4, dan
reaksi 5 merupakan resultan dari reaksi 3
dan 4. Reaksi 5 bila dituliskan secara
lengkap
seperti
reaksi
1
menjadi
persamaan 6.
Substrat merupakan zat organik
yang terkandung dalam limbah, namun bila
kadar zat organik rendah maka urea sebagai
sumber N dapat menggantikan substrat
untuk berlangsungnya reaksi 6.

NO3- + substrat NO2- + CO2 + H2O ................. (3)


NO2- + substrat N2 + CO2 + H2O + OH- ................ (4)
NO3- + substrat N2 + CO2 + H2O + OH- ........................................................ (5)
NO3- + substrat + sel + O2 + nutrisi sel baru + N2 + CO2 + H2O + OH+ residu selular tahan urai .................................
Kecepatan
denitrifikasi
pada
kondisi aerob akan tergantung pada fraksi
anaerob pada flok biologi dan ketersediaan
substrat karbon (dalam hal ini dipakai urea).
Pada persamaan tersebut nilai RDN berharga
nol bila DO = 1 mg/l.
Denitrifikasi berjalan sesuai dengan
proses degradasi zat organik. Bila larutan
limbah tidak mengandung zat organik,
bakteri aerob yang diberi aerasi dapat
berfungsi mendenitrifikasi asam nitrat bila
bakteri telah beradaptasi dan menggunakan
oksigen dan nutrisi untuk sumber energi dan
beregenerasi. Bila suplai oksigen dalam
larutan dengan aerasi telah setimbang
dengan kebutuhan oksigen untuk bakteri
maka kecepatan denitrifikasi naik [5].
Jenis bakteri yang dipakai adalah
Achromobacter, Aerobacter, Alcaligenes,
Bacillus, Brevibacterium, Flavobacterium,
Lactobacterium, Mikrococcus, Proteus,
Pseudomonas, dan Spirillum nitrifir. Contoh
bakteri yang digunakan dalam proses
denitrifikasi dapat dilihat pada Tabel 2 .
SGB

152

Percobaan ini menggunakan bakteri


(Super Growth Bacteria) yang

(6)

merupakan sekumpulan bakteri mutan aerob


yang terdiri dari 4 jenis bakteri antara lain
Bacillus sp, Pseudomonas sp, Aeromonas sp,
Arthrobacter sp dalam bentuk cair.
Berdasarkan uraian mengenai bakteri
denitrifikasi oleh maka pada proses
denitrifikasi bakteri pada SGB yang bekerja
menguraikan asam nitrat dan mengabsorpsi
uranium adalah jenis bakteri bacillus sp dan
pseudomonas sp [4,5,6].
Bakteri bacillus sp merupakan
bakteri Gram + , aerob atau fakultatif
anaerob, berbentuk batang dan lurus,
berukuran 0,5 2,5 x 1,2 1 m, bergerak
dengan flagela peritrik, mampu membentuk
endospora
dan
bermetabolisme
chemoorganothrophs dengan fermentasi dan
pernafasan. Bakteri pseudomonas sp
merupakan bakteri Gram - , aerob, berbentuk
batang atau lengkung, berukuran 0,5 1,0 x
1,5 5,0 m, bergerak dengan satu atau
beberapa flagela polar, tidak berspora, dan
bermetabolisme
chemoorganothrophs
dengan pernafasan [7].

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ISSN 1410-6086

Tabel 2. Reaksi Denitrifikasi Dan Reaksi Reduksi Nitrat Lainnya Dan Bakteri Yang Digunakan
Dalam Proses Tersebut [4,5]
Reaksi yang terjadi
NO3NO2NO3-

N 20

NO3-

N2

NO2N 2O
NO3-

N2
N2
NH3

Bakteri yang digunakan


Thiobacillus thiparus, Lysobacter antibioticum
Achromobacter (Corynebacterium) nephrii, Aquaspirillum itersonii,
Pseudomonas
Paracocus
denitrificans,
Thiobacillus
denitrificans,
Rhodopseudomonas
sphaeroides,
Alcaligenes
eutropha,
Hyphomicrobium, Pseudomonas dan halobacterium
Neisseria dan spesies Flavobacterium
Vibrio succinogenes
Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Klebsiella aerogenes

Proses biosorpsi unsur radioaktif dan


logam berat oleh biomassa
Mikroorganisme
dapat
mengakumulasi unsur radioaktif dan logam
berat dari lingkungan eksternalnya. Jumlah
zat yang terakumulasi bervariasi, mekanisme
akumulasinya dapat terjadi melalui proses
fisika, kimia, dan biologi termasuk adsorpsi,
presipitasi, pembentukan kompleks dan
fenomena transfer massa. Sel hidup dan mati
yang dihasilkan sel mikroba seperti
penyusun dinding sel, pigmen, polisakarida,
logam yang berikatan dengan protein, dan

residu
selular
tahan
urai,
mampu
menghilangkan unsur radioaktif dan logam
berat dari larutan [5,8]. Tabel 3
menunjukkan komponen sel bakteri, masingmasing
komponen
dapat
berfungsi
melakukan penjerapan unsur radioaktif dan
logam berat. Penghilangan unsur radioaktif
dan logam berat dari larutan dengan material
biologi, khususnya melalui interaksi tidak
langsung fisika-kimia sering disebut
biosorpsi. Walaupun sebenarnya semua
material biologi mempunyai sifat biosorpsi,
sebagian besar kerja selama ini ditujukan
untuk sistem mikroba.

Tabel 3. Deskripsi Komponen Sel Bakteri [6].


No
1

Komponen Sel
Dinding sel

Membran sel

Sitoplasma

Cytoplasmic
inclusions

Deoxyribonucl
eic
acid
(DNA)
Psasmid DNA

Ribosomes

Flagella

Fimbriae and
pili

Fungsi
Menyediakan kekuatan untuk menjaga bentuk sel dan melindungi
membran sel. Beberapa bakteri dapat menghasilkan lapisan
polysaccharide lengket dibagian luar dinding sel yang disebut lapisan
kapsul atau lumpur
Mengontrol pelaluan nutrisi dan zat organik terlarut kedalam sel,
matrial limbah dan hasil samping metabolisme keluar sel
Berisi material dalam sel untuk melaksanakan fungsi sel, termasuk air,
nutrisi, enzim, ribosomes, dan molekul organik kecil
Berisi material dalam penampungan yang menyediakan karbon, nutrisi,
atau energi. Material tersebut dapat berupa deposit karbohidrat seperti
polyhydroxybutyrate (PHB) atau glycogen, polyposphates, lipids, dan
sulfur granulars.
Molekul dua helai berbentuk heliks yang mengandung informasi
genetika yang menentukan sifat dasar sel protein dan enzim yang di
produksi.
Molekul DNA bentuk bundar kecil yang juga dapat menentukan
karakteristik genetika bakteri
Partikel dalam sitoplasma yang terdiri dari ribonucleic acid (RNA),
dan protein, merupakan lokasi dimana protein di produksi
Berkerangka bulu protein yang memanjang dari membran sitoplasma,
yang menentukan mobilitas bakteri melalui rotasi pada kecepatan yang
tinggi
Berkerangka bulu protein pendek yang memungkinkan bakteri lengket
pada permukaan pili memungkinkan bakteri lengket satu sama lain

153

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Proses biosorpsi dan fenomena


terkait adalah penting karena penghilangan
racun kuat, logam berat dan unsur radioaktif
dari limbah cair dapat menghasilkan
detoksifikasi, sehingga pelepasan buangan
cair dapat berlangsung secara aman.
Selanjutnya pengolahan yang tepat dari
biomassa
yang
termuati
dapat
memungkinkan
pengambilan
kembali
elemen berharga untuk resirkulasi atau
proses selanjutnya. Keberhasilan proses
denitrifikasi
limbah
radioaktif
yang
mengandung asam nitrat mengacu pada baku
mutunya, berdasarkan Keputusan Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
No.
51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri untuk
asam nitratnya [9]. Sedangkan baku mutu
konsentrasi uranium mengacu pada UndangUndang Republik Indonesia No. 10/1997
Tentang Ketenaganukliran [10].
METODE
Bahan yang digunakan
Bahan-bahan
yang
digunakan
meliputi asam nitrat konsentrasi 65%, uranil
nitrat heksahidrat (UO2(NO)3.6H2O) atau
(UNH), urea kadar N 46%, trisuper fosfat
(TSP) kadar P 46%, dan campuran bakteri
mutan bacillus sp, pseudomonas sp,
aeromonas sp, dan arthrobacter sp.
Tata Kerja
Limbah radioaktif cair simulasi
yang mengandung asam nitrat 2,5% berat
atau 25000 ppm aktivitas uranium 10-4 Ci/m3
dibuat melalui pelarutan 0,6328 g UNH dan
28,5 ml HNO3 65% dengan 1 l akuades.
Limbah cair simulasi sebanyak 20 l
dimasukkan ke dalam reaktor oksidasi yang
diaerasi
dengan
aerator
sehingga
memberikan konsentrasi oksigen terlarut 2,5
mg/l. Nutrisi urea dan TSP dengan
menggunakan rasio BOD : N : P = 100 : 5 :
1 masing-masing sebanyak 201 mg dan 40,2
mg dimasukkan ke dalam limbah cair
tersebut. Sebanyak 10 ml larutan bakteri
dimasukkan ke dalam larutan dalam reaktor
tersebut, aerasi larutan terus dilakukan.
Setiap 8 jam sekali (dianggap 1 hari
percobaan) sampel beningan diambil untuk
dianalisa kadar nitrat dan uraniumnya,
selanjutnya efisiensi pengurangan nitrat dan
efisiensi pemisahan uranium dihitung.
Waktu aklimatisasi (adaptasi) bakteri dalam
limbah diidentifikasi melalui evaluasi
deviasi nilai efisiensi penguraian asam nitrat

154

ISSN 1410-6086

dan penyisihan uranium yang masingmasing berharga kurang dari 10 %. Waktu


proses dihitung setelah waktu adaptasi
dicapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini nutrisi minor
seperti ditunjukkan pada Tabel 1 tidak
diberikan kepada limbah yang diolah,
keberadaannya dianggap telah ada di dalam
larutan, berasal dari air yang digunakan.
Nutrisi yang diberikan hanya N dan P yang
berasal dari urea dan super fosfat pada rasio
BOD : N : P = 100 : 5 : 1. Limbah yang
diolah mengandung asam nitrat saja, tidak
ada kandungan zat organik dalam limbah
tersebut. Dalam perhitungan kebutuhan
nutrisi N dan P, nilai BOD diambil 100 agar
ketersediaan urea cukup untuk pengganti
substrat yang dimakan bakteri sehingga
denitrifikasi dapat berlangsung. Setelah
limbah diaerasi, kandungan DO 2,5 ppm,
nilai tersebut sudah dapat menghindari
terbentuknya lumpur filament dan lumpur
non-bulking yang terbentuk sesuai dengan
Gambar 1.
Melalui penggunaan Gambar 2
pada nilai DO 2,5 ppm diperoleh F/M
sebesar 0,4. Pada jumlah volume limbah 20 l
di mana nilai F adalah 100 mg/l x 2000 mg
atau 2000 mg maka nilai M sebesar 5 ml
(densitas larutan bakteri adalah 0,996 g/ml).
Larutan bakteri yang digunakan 10 ml, nilai
tersebut diambil sebanyak 2 kali dari nilai
perhitungan agar denitrifikasi berjalan
dengan kecepatan tinggi.
Reaksi denitrifikasi ditunjukkan
melalui
persamaan
6,
denitrifikasi
berangsung
paralel
dengan
reaksi
biooksidasi zat organik yang reaksi
individualnya
ditunjukkan
melalui
persamaan 1. Reaksi denitrifikasi sempurna
menjadi gas nitrogen, seperti ditunjukkan
pada Tabel 2 dapat menggunakan bakteri
bacillus dan pseudomonas. Biomassa bakteri
yang mempunyai komponen-komponen
seperti ditunjukkan pada Tabel 3 dapat
melakukan biosorpsi unsur radioaktif dan
logam berat.
Bakteri yang diberi nutrisi dan
aerasi memerlukan waktu adaptasi 82 jam
dalam limbah asam nitrat 25000 ppm di
mana deviasi nilai efisiensi penguraian nitrat
dan penyisihan uranium berharga kurang
dari 10 %. Data waktu pengamatan terhadap
penguraian nitrat dan penyisihan uranium

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ditunjukkan pada Tabel 4, terlihat bahwa


penurunan kadar nitrat dan uranium dalam
beningan memberikan nilai yang signifikan
pada hari ke 5. Hal tersebut menunjukkan
bahwa bakteri telah berhasil menggunakan
aerasi dan nutrisi sebagai sumber energi dan
beregenerasi, di mana bakteri memakan
substrat yang ada sehingga secara paralel
denitrifikasi terjadi. Bakteri hidup dan mati
membentuk
koloni
biomassa
yang
melakukan biosorpsi uranium sehingga
konsentrasinya dalam beningan tersebut
turun. Keberhasilan adaptasi ditandai dengan
efisiensi penguraian nitrat dan penyisihan
uranium yang relatif konstan dengan nilai
deviasi kurang dari 10 %.
Hasil
proses
denitrifikasi
ditunjukkan pada Gambar 3 yang
merupakan hubungan waktu proses terhadap
konsentrasi nitrat dalam beningan. Gambar

ISSN 1410-6086

3 menunjukkan bahwa semakin lama waktu


proses memberikan konsentrasi asam nitrat
semakin kecil, hal tersebut dikarenakan
semakin lama waktu proses koloni biomassa
yang terbentuk semakin banyak di mana
kebutuhan oksigennya semakin banyak.
Suplai oksigen yang diberikan melalui aerasi
jumlahnya konstan, maka kadar oksigen
terlarut atau DO semakin kecil. Melalui
analisis persamaan 7 maka kecepatan
denitrifikasi semakin besar karena DO yang
kecil. Kadar asam nitrat dalam beningan
pada waktu proses 88 jam berharga 18,75
mg/l lebih kecil dari nilai baku mutunya
sebesar 20 mg/l sesuai Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. Kep51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Untuk
waktu proses 464 jam kadar asam nitrat
dalam beningan mencapai 8,44 mg/l.

Tabel 4. Konsentrasi Nitrat dan Uranium Pada Aklimatisasi Untuk Bakteri


Konsentrasi (ppm)
Nitrat
Uranium
25000
300
13827,23
273,96
8273,18
251,47
2819,89
226,19
962,17
202,42
592,4
197,31
327,72
179,42
192,29
168,4
58,33
139,56
37,24
122,73

Waktu
(hari)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nitrat
43,80
66,37
88,54
96,09
97,59
98,67
99,22
99,76
99,85

Efisiensi (%)
Uranium
8,68
16,18
24,60
32,53
34,23
40,19
43,87
53,48
59,09

konsentrasi nitrat (mg/l)

25
20

konsentra
si nitrat
pada
bakteri
SGB 102

15
10
5

80
88
96
104
272
288
296
312
416
424
432
440
448
456
464

0
waktu proses (jam)
Gambar 3. Hubungan Antara Waktu Proses dan Konsentrasi HNO3 Pada Proses Denitrifikasi
dengan Penambahan Bakteri.

155

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Hasil percobaan biosorbsi uranium


pada biomassa ditunjukkan pada Gambar 4,
yang menunjukkan hubungan waktu proses
terhadap aktivitas uranium dalam beningan.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa semakin lama
waktu proses nilai aktivitas uranium dalam
beningan semakin kecil. Hal tersebut
dikarenakan semakin lama waktu proses
maka koloni biomassa bakteri yang terdiri
dari sel hidup dan sel mati (residu selular
tahan urai) sesuai reaksi 1 dan 2 semakin
banyak.
Biomassa
bakteri
yang
komponennya seperti ditunjukkan pada
Tabel 3 dapat menjerap uranium yang ada
dalam limbah sehingga biosorbsi terjadi.
Pada Gambar 4 terlihat bahwa kurva
penurunan aktivitas uranium dalam beningan
terhadap waktu proses mempunyai slope
yang datar. Hal tersebut dikarenakan tidak
ada kandungan zat organik sebagai makanan
bakteri dalam limbah. Pertumbuhan dan
regenerasi bakteri hanya berlangsung dari
nutrisi khususnya urea sebagai pengganti
substrat. Pertambahan jumlah biomassa
relatif sedikit terhadap waktu, sehingga
pertambahan jumlah uranium yang terjerap
dan terendapkan sedikit juga. Kondisi
tersebut menghasilkan perubahan penurunan
konsentrasi uranium yang kecil terhadap
waktu proses. Waktu proses 464 jam
memberikan nilai aktivitas uranium dalam
beningan berharga 871 Bq/l, lebih kecil dari

ISSN 1410-6086

nilai baku mutunya 1000 Bq/l sesuai


Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga
Nuklir No.02/Ka-BAPETEN/V-99 tentang
Baku Mutu Radioaktivitas di Lingkungan.
KESIMPULAN
Asam nitrat dalam limbah cair
diuraikan menjadi gas nitrogen melalui
proses denitrifikasi, yang berlangsung secara
paralel dengan degradasi zat organik
(substrat) secara proses biooksidasi dengan
menggunakan bakteri aerob yang diberi
aerasi dan diberi nutrisi. Urea sebagai
sumber nutrisi N dapat berfungsi sebagai
pengganti substrat sehingga denitrifikasi
berlangsung. Proses denitrifikasi limbah
radioaktif cair simulasi yang mengandung
asam nitrat 2,5% berat (atau 25000 ppm) dan
aktivitas uranium 10-4 Ci/m3 (atau ekivalen
kadar
uranium 300
ppm)
dengan
menggunakan campuran bakteri bacillus sp,
pseudomonas sp, aeromonas sp, dan
arthrobacter sp dapat menurunkan kadar
nitrat dan uranium dalam beningan masingmasing menjadi 18,75 ppm selama waktu 88
jam dan 871 Bq/l butuh waktu 464 jam yang
telah memenuhi baku mutunya. Pada waktu
proses 464 jam kadar nitrat turun menjadi
8,44 mg/l. Baku mutu untuk kadar nitrat dan
uranium masing-masing berharga 20 ppm
dan 1000 Bq/l.

Chart Title
4000
3000
2000
1000
0
0

80 88 96 104 272 288 296 312 416 424 432 440 448 456 464
aktivitas uranium (Bq/l)

Gambar 4.

156

baku mutu 1000 Bq/l

Hubungan antara aktivitas uranium dengan waktu proses pada proses biosorpsi
dengan bakteri.

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

DAFTAR PUSTAKA
1. ZAINUS SALIMIN, Problem Solving
of Evaporator Operation on the
Treatment of radioactive Liquid Waste
in Serpong Nuclear Facilities,
Presented Paper at the symposium on
Waste Management and Environmental
restoration at Tucson, Arizona, USA,
February 27 March 2, 2000.
2. ZAINUS
SALIMIN,
Identifikasi
Tahanan Transer panas Deposit Kerak
Pada Evaporator Instalasi Pengolahan
Limbah
Radioaktif
Serpong,
Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Ilmiah
Penelitian
Dasar
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Nuklir,
Yogyakarta, 25-26 Juli 2000.
3. ZAINUS
SALIMIN,
Treatment
Process of Chemical Radioactive
Liquid Waste in Serpong Nuclear
Facilities, Proceeding of the 7th
International
Conference
on
Radioactive Waste Management and
Environmental Remediation, Nagoya,
Japan, September 26-30, 1999.
4. WILLIAM
WESLEY
ECKENFELDER, Industrial Water
Pollution Control, Third Edition,
McGraw-Hill, 2000.

ISSN 1410-6086

5. FRY J.C., et. All, Microbia Control of


Pollution, Proceeding of Forty Eighth
Symposium of the society for General
Microbiology, the University of
Cordiff, 1992.
6. TCHOBANOGLOUS G, et, all, Waste
Water Engineering, Treatment and
Reuse, Fourth Edition, Mc Graw Hill
Company, Inc, 2002.
7. HANEL L.B.H, Biological Treatment
of Sewage by Activated Sludge
Process, Theory and Operation, 3th
Ed, John Wiley & Sons, New York,
1979.
8. MCKINNEY RE., Advance in
Biological Waste Treatment, Perg. Pr,
New York, 1963.
9. KLH, Keputusan Menteri Negara
Lingkungan
Hidup
No.
51/MENLH/10/1995 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri, Kementrian Lingkungan
Hidup, Jakarta, 2009.
10. BAPETEN, Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10/1997 Tentang
Ketenaganukliran, Badan Pengawas
Tenaga Nuklir, Jakarta, 2009.

157

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

158

ISSN 1410-6086

Anda mungkin juga menyukai