Berdasarkan Badan Pusat Statistik Makassar Jumlah penduduk kota Makassar pada tahun 2011
mencapai 1,352,136 juta jiwa, tahun 2012 sebesar 1,369,606 juta jiwa, dan pada tahun 2013
sekitar 1,408,072 juta jiwa.
Permasalahan lainnya adalah kondisi TPA yang hanya berlokasi di satu tempat sehingga
tidak mampu menampung sampah yang ada diseluruh kota. Disisi lain pengolahan sampah oleh
petugas dan masyarakat yang masih minim pengetahuan dan keterampilan seperti masih banyak
pembakaran sampah, penimbunan sampah tanpa adanya upaya pengolahan sampah yang dapat
dijadikan sebagai barang yang bernilai jual. Selain itu, kurangnya tempat sampah yang
disediakan oleh pemerintah memperparah kondisi meningkatnya volume sampah di kota
Makassar.
Untuk mengatasi sampah di kota Makassar pemerintah termasuk Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Makassar telah memberikan solusi. Mulai dari penambahan truk yang
bekerjasama dengan perusahaan swasta, sistem Bank sampah, mesin penyapu sampah otomatis,
dan lain sebagainya. Tujuan dari program tersebut adalah untuk mengatasi permasalahan sampah
di Kota Makassar. Namun, sampai saat ini jumlah sampah semakin membludak dan tidak dapat
teratasi dengan baik di kota makassar. Ini tidak sebanding dengan visi pemerintah kota Makassar
menuju kota dunia. Maka dari itu perlu melahirkan manejemen persampahan yang baik seperti
Manajemen Garbage Classification.
Manajemen Garbage Classification merupakan salah satu model pengelolaan sampah
yang mengklasifikasikan atas tiga jenis sampah yaitu sampah kering, sampah dapur RT, dan
sampah basah. Kemudian ketiga sampah tersebut akan ditempatkan pada tiga jenis tempat yang
berbeda sesuai dengan jenis sampahnya. Tempat sampah yang digunakan ada tiga jenis dengan
warna berbeda. Seperti warna merah untuk sampah kering (kaca, kertas, plastic, dan besi), warna
hijau untuk sampah basah (daun. ranting, dan batang pohon), dan warna biru untuk sampah
rumah tangga (sisa makanan). Ketiga jenis tempat sampah tersebut disediakan oleh pemerintah
dengan sistem one garbage tong for one family dari anggaran APBD SulSel.
Agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan terorganisasi, maka diperlukan sebuah
metode pelaksanaan yang terstruktur. Didalam Manajemen Garbage Classification pengangkutan
sampah dilakukan selama 3 kali seminggu yang dilakukan pada malam hari sehingga tidak
menganggu aktivitas jalan raya. Sampah tersebut akan diangkut ke tiga TPA (Antang, Daya, dan
Malengkeri) berdasarkan jenis sampahnya. TPA antang khusus untuk sampah Rumah Tangga,
TPA Daya khusus sampah basah, dan TPA Malengkeri khusus untuk sampah kering. Selanjutnya
sampah yang telah ada di TPA akan dimasukkan dalam pabrik pengolahan. Kemudian sampah
akan diolah menjadi biji sampah yang akan di ekspor ke Negara lain, sehingga secara tidak
langsung akan membuka lapangan kerja kepada masyarakat sebagai pengelola/pekerja didalam
pabrik tersebut.
Sistem pengangkutan pun memiliki aturan tersendiri. Beberapa truk/mobil akan
digunakan untuk mangangkut sampah tersebut dengan strategi one car one kind garbage agar
sampah tidak tercampur aduk sehingga mudah diolah nantinya. Bagi masyarakat hanya harus
mengklasifikasikan sampahnya dan membayar biaya pengangkutan sampah sebesar 5.000 rupiah
perbulannya. Namun bagi masyarakat atau rumah tangga yang tidak mengklasifikasikan
sampahnya akan dikenakan denda sebesar 100 ribu rupiah dan sampahnya tidak akan diangkut
oleh petugas.
Adapun pihak penyelenggara program ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Makassar sebagai leader sector (pusat penyelenggara) bekerja sama dengan Satuan Polisi
Pamong Praja dan semua pihak pemerintah dalam hal ini Lurah, Camat, Pemkot Makassar yang
berfungsi mengawasi pelaksanaan program tersebut.
Selanjutnya tujuan dari program ini adalah memberdayakan masyarakat melalui
pembinaan perilaku membuang sampah pada tempatnya sehingga dapat merubah kebiasaan
masyarakat kota Makassar. selain itu, program ini juga dapat mewujudkan visi Makassar yang
mempunyai slogan Makassar Tidak Rantasa. Sasaran dari program ini adalah semua
masyarakat kota Makassar.