Anda di halaman 1dari 3

Mari Lestarikan Lingkungan dengan Garbage Classification

Manajemen Garbage Classification untuk mengatasi Volume Sampah di Kota Makassar


Menurut defenisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Menurut Undang-undang tentang Pengelolaan
Sampah Nomor 18 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari
proses alam yang berbentuk padat. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang dibuang, yang bersal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari
batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak
berguna.
Dekade tahun ini sampah menjadi masalah yang sangat besar bagi semua Negara di dunia
termasuk Indonesia. Banyak Negara yang telah menerapkan sistem pengolahan sampah
termutakhir hingga memasukkan sistem tersebut dalam model perencanaan pembangunan
Negaranya. Ini dikarenakan sulitnya mengatasi semua jenis limbah baik industri maupun rumah
tangga. Sulitnya mengatasi sampah timbul dari meningkatnya volume sampah setiap harinya.
Meningkatnya volume sampah tentu karena beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Slamet (2004) sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi
oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi di
antaranya seperti jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi, kemajuan teknologi, dan tingkat
pendidikan. Jumlah penduduk yang setiap tahunnya meningkat sangat mempengaruhi volume
sampah (Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar). Kemudian Semakin tinggi
keadaan sosial suatu masyarakat, semakin banyak jumlah sampah yang dibuang (Slamet 2004).
Kenaikan kesejahteraan akan meningkatkan kegiatan kontruksi dan pembaharuan bangunanbangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industry dan lain-lain
menimbulkan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
Jika keadaan sosial meningkat maka kemajuan teknologi juga semakin pesat. Secara
langsung dengan majunya teknologi akan menambah jumlah sampah karena pemakaian bahan
baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam
pula. Kurangnnya pengetahuan atau pendidikan yang mengajarkan cara pengeolahan sampah
tersebut tidak mampu mengatasi volume sampah yang ada di setiap Negara. Maka dari itu
sampah setiap harinya meningkat.
Di Indonesia beberapa kota masih banyak keterbatasan dalam mengolah sampah
masyarakatnya. Salah satu kota yang masih sangat sulit mengatasi peningkatan volume sampah
tersebut adalah kota Makassar. Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Makassar, volume sampah di Makassar tahun 2013 mencapai 500-550 ton atau
sekitar 4.000 meter kubik per hari. Dan jika musim buah, volume sampah lebih tinggi bisa
mencapai dua kali lipat. Sampah paling banyak disumbang oleh daerah penduduk tinggi yakni
kecamatan Rappocini, Tallo, Bantoloa, dan Tamalanrea. Data terakhir volume sampah tahun
2014 mencapai 800 ton per hari.
Salah satu penyebab meningkatnya volume sampah di Kota Makassar adalah semakin
bertambahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Makassar Jumlah penduduk kota Makassar pada tahun 2011
mencapai 1,352,136 juta jiwa, tahun 2012 sebesar 1,369,606 juta jiwa, dan pada tahun 2013
sekitar 1,408,072 juta jiwa.
Permasalahan lainnya adalah kondisi TPA yang hanya berlokasi di satu tempat sehingga
tidak mampu menampung sampah yang ada diseluruh kota. Disisi lain pengolahan sampah oleh
petugas dan masyarakat yang masih minim pengetahuan dan keterampilan seperti masih banyak
pembakaran sampah, penimbunan sampah tanpa adanya upaya pengolahan sampah yang dapat
dijadikan sebagai barang yang bernilai jual. Selain itu, kurangnya tempat sampah yang
disediakan oleh pemerintah memperparah kondisi meningkatnya volume sampah di kota
Makassar.
Untuk mengatasi sampah di kota Makassar pemerintah termasuk Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Makassar telah memberikan solusi. Mulai dari penambahan truk yang
bekerjasama dengan perusahaan swasta, sistem Bank sampah, mesin penyapu sampah otomatis,
dan lain sebagainya. Tujuan dari program tersebut adalah untuk mengatasi permasalahan sampah
di Kota Makassar. Namun, sampai saat ini jumlah sampah semakin membludak dan tidak dapat
teratasi dengan baik di kota makassar. Ini tidak sebanding dengan visi pemerintah kota Makassar
menuju kota dunia. Maka dari itu perlu melahirkan manejemen persampahan yang baik seperti
Manajemen Garbage Classification.
Manajemen Garbage Classification merupakan salah satu model pengelolaan sampah
yang mengklasifikasikan atas tiga jenis sampah yaitu sampah kering, sampah dapur RT, dan
sampah basah. Kemudian ketiga sampah tersebut akan ditempatkan pada tiga jenis tempat yang
berbeda sesuai dengan jenis sampahnya. Tempat sampah yang digunakan ada tiga jenis dengan
warna berbeda. Seperti warna merah untuk sampah kering (kaca, kertas, plastic, dan besi), warna
hijau untuk sampah basah (daun. ranting, dan batang pohon), dan warna biru untuk sampah
rumah tangga (sisa makanan). Ketiga jenis tempat sampah tersebut disediakan oleh pemerintah
dengan sistem one garbage tong for one family dari anggaran APBD SulSel.
Agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan terorganisasi, maka diperlukan sebuah
metode pelaksanaan yang terstruktur. Didalam Manajemen Garbage Classification pengangkutan
sampah dilakukan selama 3 kali seminggu yang dilakukan pada malam hari sehingga tidak
menganggu aktivitas jalan raya. Sampah tersebut akan diangkut ke tiga TPA (Antang, Daya, dan
Malengkeri) berdasarkan jenis sampahnya. TPA antang khusus untuk sampah Rumah Tangga,
TPA Daya khusus sampah basah, dan TPA Malengkeri khusus untuk sampah kering. Selanjutnya
sampah yang telah ada di TPA akan dimasukkan dalam pabrik pengolahan. Kemudian sampah
akan diolah menjadi biji sampah yang akan di ekspor ke Negara lain, sehingga secara tidak
langsung akan membuka lapangan kerja kepada masyarakat sebagai pengelola/pekerja didalam
pabrik tersebut.
Sistem pengangkutan pun memiliki aturan tersendiri. Beberapa truk/mobil akan
digunakan untuk mangangkut sampah tersebut dengan strategi one car one kind garbage agar
sampah tidak tercampur aduk sehingga mudah diolah nantinya. Bagi masyarakat hanya harus
mengklasifikasikan sampahnya dan membayar biaya pengangkutan sampah sebesar 5.000 rupiah
perbulannya. Namun bagi masyarakat atau rumah tangga yang tidak mengklasifikasikan
sampahnya akan dikenakan denda sebesar 100 ribu rupiah dan sampahnya tidak akan diangkut
oleh petugas.

Adapun pihak penyelenggara program ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Makassar sebagai leader sector (pusat penyelenggara) bekerja sama dengan Satuan Polisi
Pamong Praja dan semua pihak pemerintah dalam hal ini Lurah, Camat, Pemkot Makassar yang
berfungsi mengawasi pelaksanaan program tersebut.
Selanjutnya tujuan dari program ini adalah memberdayakan masyarakat melalui
pembinaan perilaku membuang sampah pada tempatnya sehingga dapat merubah kebiasaan
masyarakat kota Makassar. selain itu, program ini juga dapat mewujudkan visi Makassar yang
mempunyai slogan Makassar Tidak Rantasa. Sasaran dari program ini adalah semua
masyarakat kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai